Tuesday, July 25, 2006

Perang antar Band

Sebenar-nya apa sih perlunya membanding-bandingkan, baik antar Band maupun antar Personil atau bahkan antar Negara ? Berbeda dengan sepakbola yang para penggemarnya agak terkotak-kotakkan, dalam musik penggermar dangdut bisa saja merangkap sebagai penikmat musik rock, atau meski pada aliran yang sama misalnya rock, penggemar Steve Vai bisa juga menjadi penggemar Eddie Van Halen.

Jadi kalau-lah misalnya kita membanding-bandingkan Steve Morse dan Joe Satriani, faktanya mereka memang gitaris yang sulit dicari tandingannya bukan cuma di Amerika, bahkan juga dunia sehingga tidak tepat untuk dibanding-bandingkan. Sebaliknya Tommy Bolin yang saat konser live Deep Purple di Jepang (Last Concert in Japan) menggantikan Ritchie Blackmore dan harus membawakan lagu era Ritchie, sehingga menjadi sangat mudah untuk dibandingkan untung saja saja ada Jon Lord nggak kebayang deh nasib pertunjukan live itu.


Kalau persaingan antar Negara dulu memang terjadi antara Amerika dan Inggris, meski sekarang sudah mereda. Antara band Amerika dan Inggris saat itu begitu panasnya sehingga Grandfunk merilis "We're American Band" atau Kansas merilis "Song for America" yang sangat kental semangat kebangsaan-nya.


Kondisi tersebut pada awalnya memang dipicu penetrasi Inggris belasan tahun lalu terutama lewat Led Zeppelin, Cream dan Deep Purple dan dibalas Amerika dengan konser sang maestro gitar "Jimi Hendrix". Lantas setelah Inggris mulai tersendat maka perang beralih dari Amerika vs Inggris menjadi band Los Angeles vs band New York.

Saat ini lebih banyak pertimbangan teknis dan pasar, yah mungkin ini yang namanya dampak globalisasi, sehingga tidak lagi penting asal si artis, tetapi lebih ke kualitas, di lain pihak aktor aktor dibelakang terciptanya suatu produk musik kadang justru bisa saja terdiri dari banyak negara. Begitu juga beberapa artis tertentu mulai menggabungkan karya beda aliran dalam satu album.

Pelecehan dalam selera musik

Kenapa kadang sesorang suka melecehkan selera yang lain, bukan kah yang namanya selera memang bernilai relatif ? bayangkan seandainya selera semua orang identik, maka dunia ini akan berubah menjadi monoton. Tetapi pelecehan ini sebenarnya masalah budaya, kita coba ambil contoh,  dalam komunitas musik , penggemar klasik melecehkan rock,penggemar rock melecehkan pop, penggemar pop melecehkan jazz, sebaliknya dalam komunitas progressive, penggemar progressive rock melecehkan penggemar rock, penggemar progressive rock 70-an melecehkan penggemar progressive 90'an, sebaliknya lagi, dalam komunitas progressive rock 90'an penggemar Dream Theater melecehkan Shadow Gallery, dan dalam komunitas penggemar Dream Theater,penggemar album dream theater "Scene From a Memory", sebaliknya penggemar "Images and Word" mungkin melecehkan penggemar "Awake",..dst..


Jadi yang ada akhirnya individu individu yang cenderung merasa seleranya "paling lain dari yang lain", "eksklusif" dll jadi balik lagi ke diri sendiri, apa sih yang kita cari.. jadi kalau menurut saya sih nikmatin aja, gak usah peduli kata orang lain mau grp, jazz snob..gak masalah kok...yang penting just "open mind" (seperti kata Jean Luc Ponty) wong Eddie Van Halen saja ngaku sebagai penggemar Allan Holdsworth sang dedengkot jazz kok dan Dream Theater mengaku sebagai penggemar Metallica dan Rush, sedangkan John Petrucci mengaku sebagai penggemar Steve Morse, dan Yngwie mengaku penggemar Kansas.

Itu sebabnya saya juga suka kok Spyrogyra.., Chick Corea album album jazz lainnya, disamping metal, progressive, dll

Eppo Magazine

Ada yang ingat "Agen 327" ?,..he,he.. maklum ini cerita tentang 20 tahun yang lalu.. saya jadi ingat yang episode disekitar "Stonehenge" itu kumpulan situs batu peninggalan nenek moyangnya "Robert Plant" dan disusun susun dengan bentuk yang kesannya purba banget..apalagi kalau kena sinar bulan.. bayang2 nya membentuk pola geometris yang misterius.. gambarnya luar biasa detil.. terutama kalau menggambar "street situation" ataupun mobil.




Tokoh berikutnya, "Roel Dijkstra", cerita pemain bola .... yang menarik tentang episode pertama dimana dia ketemu "master of martial arts" yang keturunan cina. dalam cerita diungkap kemampuan otak manusia yang dapat merekan semua kejadian dalam bentuk visual, bau, audio tp punya masalah dalam mengeluarkan kemampuan tsb.




Lalu tak ketinggalan "Johnny Goodbye", detektif th. 30-an, musuh2-nya spt "Al Capone", "Ma Baker" nah cerita ttg si "Goodbye" ini yang menarik waktu lawan "Ma Baker" (yang lagunya sempat dinyanyiin "Boney M" kalau gak salah..), saat "Ma Baker" meninggalkan rumah masa kecilnya ada sosok dikegelapan dengan latar belakang rumah terbakar.. teksnya kira2 berbunyi begini.. dan dia meninggalkan rumah tersebut dengan salam perpisahan yang hangat bahkan panas.




Lanjut dengan "De Arcy" ? yang ini justru saya nggak begitu ingat,.. apa ini ada hubungannya dengan manusia berbulu yang keterlibatannya dalam revolusi Perancis agak misterius.. dan yang nyaris seluruh gambarnya gelap gulita (jadi ingat gambarnya "Vincent Van Gogh" yang dikenal sebagai master seni lukis of "kegelapan").




Nah kalau "Trigan" dan "Storm", sebenarnya artisnya sama ("Don Lawrence") ..tapi menurut saya imajinasi artis lebih tersalur pada Storm. Sementara "Trigan" sebenarnya setting "wardrobe"nya mirip "Rome" tapi dalam beberapa episode digabung dengan pesawat ala "Wright Brothers" (jadi ingat "Roffel Aircraft") itu sebabnya lebih menarik "Storm" karena "Trigan" kesan-nya rada kehabisan ide.



Terakhir tak ketinggalan "Leonardo" si penemu, salah satu komit terkocak di "Eppo".







System of a Down

Nada ke"arab2"an dari grup ini memang sepertinya dipengaruhi dari ras Armenia mereka, ditambah pengaruh bahwa mereka adalah warga Amerika keturunan yang dengan sendirinya menambah kaya musik nu-metal mereka.

Nama personilnya saja sangat berbau armenia, perhatiin Daron Malakian (gitar), Shavo Odadjian (bas) , Serj Tankian (vokal) dan John Dolmayan (drum). Musiknya sendiri merupakan gabungan antara trash metal 80 an dan rock alternatif 90 an.

Album mereka sementara ini (s/d tulisan ini direvisi) baru lima yaitu System of a Down (1998), Toxicity (2001), Steal This Album (2002), Hypnotized (2005) dan Mesmerized (2005) dan kedua album pertama ini mendapat predikat sangat bagus dari "rock-society". Sedangkan dua album terakhir agak berbau "progressive", hal ini membuktikan diluar Amerika dan Inggris sebenarnya banyak sekali bakat2 tersembunyi. Tapi ironisnya mereka umumnya baru bisa terkenal (dan mau dilirik orang) kalau memulai debut-nya di kedua negara tersebut.

Mark Farner Vs Ted Nugent

Bicara tentang mark farner "Grandfunk Railroad" saya jadi ingat Ted Nugent nih,.. bukan apa2 soalnya tampilan fisik kedua mahluk ini benar2 kembar identik (satu sel telur), apalagi kalau dalam live...rambut sama2 gondrong gimbal, buka baju, pegang gitar gede dan badannya sama2 kekar (lebih cocok untuk "ultimate fighting championship" kelas ringan).


Sayangnya si ted ini walau gitarnya garang, tapi lagunya gak ada yang benar benar top.. semuanya serba tanggung, mungkin album yang menarik bagi saya cuma "Penetrator",..dan kayaknya album beliau ini sulit buanget dicari, yang terakhir tahun 1996 kompilasi bersama amboy dukes..album lainnya biasa saja seperti Tooth, Fang and Claw.


Ted nugent pernah main bareng "Damn Yankees" (yang memang bener2 "damn" itu he,he..) dan kalau dia main bareng yang bikin lagunya bagus yah hasilnya sih lumayan.. yang parah itu kalau dia sendiri yang membuat lagunya.

Balik ke Damn Yankees mereka sempat bikin dua album Damn Yankees 1990 dan Don't Tread 1992. Album pertamanya sukses yah mungkin juga karena didukung personil Styx dan Night Rangers, tapi album keduanya tidak begitu sukses, sehingga setelah itu mereka balik lagi ke grup awal yang pernah membesarkan mereka.

Menghargai Pemusik

Memang sih sulit2 gampang menunjukkan penghargaan pada pemusik di era digital, tapi meski demikian tetap ada jalan bagi seorang penggemar musik untuk menghargai idola-nya. Menurut saya ada tiga alternatif yang bisa ditempuh.

1. Bagi yang mampu silahkan beli yang asli-nya,  (atau bisa saja RBT-nya) kalau perlu lebih dari satu agar kalau yang satu rusak masih ada pengganti-nya.

2. Ada solusi murah kok, tapi gak berlaku untuk semua album, jika kita juga mencoba menghargai idola-nya silahkan beli kaset legal-nya dan dengerin mp3/cda bajakan-nya :-). karena mesti-nya legalitas tsb dinilai dari "musik"-nya dan bukan media-nya, so beli media termurah tp dengerin bajakan dengan kualitas tertinggi.

3. Bagi yang benar2 gak mampu, gak ada jalan lain kecuali koleksi dan dengar bajakan-nya, dengan catatan jangan ikut2an produksi bajakan-nya. karena jangankan beli, untuk makan sehari-hari pun mesti berhemat meski keinginan untuk menikmati musik tetap besar. saya rasa yang tipe begini juga gak bisa disalahkan, masak sih menikmati musik hanya bagi yang "mampu" (secara finansil) saja ? kalau pada kelompok ini meski seandainya pembajakan sudah tidak ada, saya yakin mereka tetap gak akan beli yang legal, karena memang anggaran-nya gak memungkinkan. kelompok ini juga dapat tetap memberikan kontribusi pada pemusik idolanya dengan mem"provokasi" lingkungan di sekitar-nya agar pemusik idola menjadi semakin terkenal, sykur2 kalau di promosikan ke member komunitas nomor 1 diatas, sehingga mereka tertarik untuk beli yang asli.

Dengan ketiga alternatif tadi mudah2an dapur-nya pemusik tetap ngebul, dan mereka makin bersemangat berkarya tanpa kuatir dengan kehidupan finansil mereka.
Sebaliknya saran buat produsen coba buatlah edisi pelajar, kalau perlu dengan cd (baca media) yang kualitas-nya lebih murah, tanpa cover dll yang bisa menekan harga, persis seperti kita zaman mahasiswa dulu sering beli "text book" yang edisi asia dengan kertas lebih tipis, tanpa hard cover dll.

Sekedar catatan, sedapat mungkin karya bangsa sendiri jangan sampai dibajak, toh harganya juga jauh lebih murah dari karya musisi asing.

Victor Wooten + Steve Bailey

Ada yang pernah mendengar Victor Wooten dan Steve Bailey ?, dua-duanya pemain bass dan main dalam satu grup, tapi fungsinya bergantian kalau yang satu jaga rythm yang lain jadi melodi demikian juga sebaliknya dengan permainan mereka yang skill-nya jauh diatas rata2. Saya pernah lihat video live mereka bawain lagu Chick Corea dan memang benar benar mantap.

Harmonisasi mereka dalam bermain mengingatkan saya duo gitaris jazz asal Inggris, yaitu Greg Carmichael dan Nick Webb di Acoustic Alchemy.

Fanatisme Musik

Zaman dulu saya fanatik banget dengan jenis musik tertentu saja, tetapi setelah nikah, karena istri gak begitu suka jazz, metal, rock ataupun progressive, maka saya juga mulai mencoba dengerin misalnya KLA, Reza, atau bahkan yang menye2 seperti Bryan Adams sekalipun.

Ternyata sebenarnya kalau kita menghilangkan prasangka musik2 kayak begitu tidak lagi jadi masalah., yah nikmat2 ajah walau penjiwaannya tetap berbeda dengan kalau lagu metal. yang jelas saya nggak labi bisa "trance" tapi juga tidak terganggu.

Kalau lagi bepergian sekeluarga, saya juga jadi belajar menikmati musik kesukaan anak perempuan (Bee Gees + The Coors + Sherina), sedangkan anak lelaki saya (Toto) dan istri (Bryan Adams), so saya rasa pada titik tertentu, karena musik memang universal yah oke2 saja, meski tidak berarti saya bukan metal atau progressive sejati. Saya rasa, saya tidak sendirian, selain saya, mungkin ada juga juga yang satu tipe juga tuh....

Meski demikian satu masa memang saya pernah hanya suka Genesis era Phil Collins, atau Marillion era Fish.., Dream Theater era Kevin Moore (karena Derek Sherinian memang di album awal mainnya belum ngeh..), Ddeep Purple era Ian Gillan dll.

Ragam - Nerv

Review tentang nerv (salah satu band prog indonesia) setelah eksplorasi seminggu..


Gitar = ekspresif/variatif memilih sound
Keyboard = permainan ok
Drum = diatas rata-rata
Biola = improv umum, pemilihan nada ok
Bass = skill biasa tapi pemilihan dana bagus..
Kendang, kecapi dll = ok dan unik


Secara umum grup ini sangat kreatif, kompak, musiknya beragam dan kaya, pergantian beat ala progressif sangat mulus (relatif full sinkop),komposisi-nya matang dan pemilihan sound setiap lagu (khususnya gitar) layak dapat ancungan jempol.


Bagi yang suka Vanessa Mae, Mahavishnu Orchestra plus gaya ngerocknya si violin maut "Robbie Steinhard"(kansas) dijamin bakal suka. Prediksi saya album ini akan mampu menembus pasar internasional dengan sukses (semoga), akhir kata rekomendasi saya : sangat layak dimiliki.., thanks buat Kiki Caloh dan teman2 IPS, andasemua membuat saya bangga sebagai Bangsa Indonesia..


Track 1 : ragam (****) 9:12
didahului oleh jeritan seruling, dan akhirnya raungan ritem, musiknya meliuk liuk dan serasa menarik narik dan dinamis. secara umum mengingatkan gue akan "mo" dibantu vanessa mae.


Track 2 : pasir (*****) 6:15
didahului suara ombak dan kendang yang diikutin rintihan gitar yangmenghanyutkan dan akhirnya biola, yang semakin lama semakin intens dancepat. track ini juga masih seperti vanessa mae diiring gitar distorsi yang menderap-derap. ditengah lagu diiringi jeritan jeritan, btw lagu ini memang di-inspirasi tsunami di aceh. dan diakhiri dengan ritem ala kansas.
Track 3 : 1965 (***) 11:48
diawali dengan gaya musik keroncong, dan dilanjutkan dengan solo violin yang panjang dan spacey sound dibagian tengah lagu ala pink floyd dan suara distorsi gitar ala kereta api. keseluruhan mirip dengan mendengar sound track.., ditengah lagu ada pembacaan puisi dengan lantang.., tapi gak begitu jelas ngomong apa..selain kami ingin bebas dan semacamnya..
Track 4 : siapa aku (****) 6:36
ini track yang paling jazzy dari seluruh track
Track 5 : karuhun (***) 12:15
track magis ala sunda lengkap dengan pembacaan mantra dan batuk2, he he bener juga kata om krishna, khusus track yang ini masuk prog-sesat..,makin ketengah makin kenceng dan cepat beat-nya..
Track 6 : sekelumit problem (**) 6:04
sebenarnya ini track bagus, btw gue pribadi kurang suka dengan topik back-sound orang2 yang ngobrol, karena topiknya gak matching dengan judul..
Track 7 : saat terakhir (***) 3:05
kembali vanessa mae, tapi diiring kansas (kali ini bukan "mo")

Hair Metal

Menurut saya, gondrong tidak-lah sama dengan "hair metal", zaman-nya rock 70'an juga sudah pada gondrong tapi gak disebut "Hair Metal", tahun 90 an ketika "Grunge" merajalela juga banyak yang gondrong dan tidak disebut "Hair Metal" , jadi yang dimaksud dengan "Hair Metal" adalah gondrong salon ("big hair"), lisptik, kostum unisex, eye liner dll yang memang berjayanya sekitar 80'an.

Dalam konteks pembicaraan Lars Ulrich dan James Hetfield yang tidak ingin tampil secara "Hair Metal" menurut saya apa yang mereka kemukakan memang betul, karena akhir 80' an "Hair Metal" kehilangan pamor digeser trash (yang dimotori Metallica dengan album ke tiga mereka "Master of Puppets"). Meski akhirnya "Hair Metal" dan "Trash Metal" dua2nya digusur Grunge awal 90'an.

Catatan tambahan karena penampilan yang serba mencolok (warna warni) nama lain "hair metal" = "glam rock" yang diambil dari kata "glamour". Ada cerita menarik di era awal 80'an (tepatnya 1979) album Rainbow yang paling keras menurut saya ("Down to Earth") zaman ketika Graham Bonnet jadi vokalis, yang ajaib salah satu penampilan beliau sama sekali gak mirip rocker, justru eksekutif banget.. , rambut rapih dan pendek, kacamata,kemeja putih, dasi dan jas :-)

Pink Floyd

Album apa yang anda sukai dari Pink Floyd ?, kalau saya "Dark Side of The Moon", semua tracknya suka suka kecuali "Money" apalagi track yang dihiasi lengkingan vokalis wanita yang bikin merinding. Kalau "Atom Heart Mother" ritme nya agak lambat dan bikin ngantuk , "Meddle" cukup suka, demikian juga dengan "Final Cut" bisa dikatakan sebagai album yang menarik.

"A Momentary of Lapse and Reason" juga menarik, bahkan sejak dari cover-nya yang dipenuhi tempat tidur dari ujung ke ujung, saya pribadi suka cara Gilmour menggerayangi Fender-nya, dia membuktikan tidak perlu teknik tinggi untuk bermain progressive, jadi bermain lah dengan hati, seperti di cerita silat, pemain pedang yang hebat tak lagi perlu pedang, karena apapun bisa jadi pedang.



Musik mereka rumit sih tidak, mungkin karena background mereka bukan "klasik" melainkan "blues", juga karena mereka termasuk pionir dalam memasukkan suara2 diluar musik sebagai bagian dari musik mereka (seperti jeritan, suara anjing bahkan babi di "animal" yang kemudian diteruskan oleh Dream Theater yang notabena memang fans "Pink Floyd").

Selain "Dark Side of The Moon" saya juga suka "Wish You Were Here" dan "Animal" (cuma rada ngeri kalau dengar track "Dog" di malam jumat)..


Sekedar Catatan
CMIIW untuk band progressive 70'an mereka satu2nya yang akarnya dari "blues"  sementara grup lain justru mayoritas dari "klasik".


NP "Dream Theater - "Panic Attack" (taken from "Octavarium")

Z's Diary - Imanissimo

Berikut sedikit review tentang Imanissimo album "Z-Diary" ,singkatnya bass, gitar dan drum grup ini cukup baik mainnya, sayang keyboard seperti-nya tidak nyambung dengan personil yang lain, baik pemilihan sound atau nada (maaf) terkesan sound keyboard "kurang megah". Lagu2nya sendiri terkesan terlalu dipanjang-panjangkan (pengulangannya) dan monoton pada nada tertentu (ini muncul hampir di semua track).



Suara ombak disalah satu track sound-nya "artificial" banget, bandingkan dengan bunyi ombak di track "pasir" nya Nerv, sangat jauh berbeda, saya pribadi tidak masalah dengan track panjang selama cukup bervariasi. Suara sinden ditengah lagu cukup menarik, model album "concept" yang ditempuh juga sangat berani utk ukuran Indonesia, art work-nya keren,saya cukup menikmati halaman demi halaman..cover bagian dalam, meski ada sedikit kritik untuk title (pakai bahasa inggris tapi narasi di lagu bahasa indonesia) menurut saya kalau seragam akan lebih baik, sekalian title-nya indonesia dan narasi indonesia, atau title inggris narasi juga inggris, narator voice-nya gak begitu jelas artikulasinya...

Kesimpulan, semangat terus Imanissimo !, jadikan kritik sebagai bahan bakar untuk lebih maju, saya menilai apa yang sudah anda hasilkan "cukup baik", btw saya berharap akan ada terus peningkatan, ingat meski "Dream Theater" saja pun baru keluar dari kepompong justru pada album kedua.., begitu juga "Deep Purple" sempat mendayu-dayu ala "Rinto Harahap" sebelum membuat album "In Rock" , begitu juga Kansas sebelum "Point of Know Return" , Yes sebelum "Fragile", "Pink Floyd" sebelum "Dark Side of The Moon" dan demikian juga banyak grup2 lain.

U2

Saya sering kali senyum2 sendiri melihat polemik "U2" di berbagai milis, mungkin sedikit cerita, saya pun dulu bingung apa sih hebatnya "U2", drum biasa saja, bass juga demikian, gitar nyaris tanpa melodi, vokal cuma jerit2 doang, btw lama2 karena penasaran kok banyak yang senang,akhirnya saya coba paksain diri untuk eksplorasi, ternyata (imho) kekuatan "U2" itu di syairnya, modelnya seperti syairnya "The Police" (tapi kalau The Police, drum Copeland dan bass-nya Sting memang ok punya, meski gitar Andy Sumner memang lebih ke ritem dan dan juga nyaris tanpa melodi) atau "REM". kekuatan syair U2, adalah kedekatannya dengan realitas, menyentuh politik, kemanusiaan, ras dll.

Jika masih terasa sulit untuk dinikmati, berikut beberapa track U2 favorit saya kini

All I Want is You
Angel of Harlem
Beautiful Day
Elevation
I Still Haven't Found What I'm Looking For
If God Will Sends His Angel
Kite
New Years Day
October
One
Peace On Earth
Pride (In The Name of Love)
Staring At The Sun
Stay (Faraway So Close)
Stuck In Moment You Can Get
Sunday Bloody Sunday
Sweetest Things
Wild Honey
With Or Without You

Semua track ini sudah saya test ke keluarga saya, dalam beberapa kali perjalanan ke luar kota, setelah beberapa kali spin, meski mulanya tidak suka kini mereka sudah bisa menyanyi bersama.





Imperia - Akmal Nasery Basral

Baru menyelesaikan Imperia dan rasanya sudah tidak sabar untuk segera menuliskan kesan yang muncul setelah baca. Hal yang paling terasa adalah seperti membaca majalah semacam Tempo yang masing2 rubriknya dirangkai oleh garis merah dalam bentuk cerita konspirasi yang sama.

Jika diibaratkan majalah, maka karya Akmal ini terbagi menjadi beberapa rubrik sbb;

Rubrik Musik : Pencarian Steve Vai lewat karya Spacesound dan Birthprocess,
Rubrik Bisnis : Bisnis purnawirawan ABRI,
Rubrik Seks dan Kesehatan : Bagaimana mempertahankan kemampuan seksual anda di usia lanjut,
Rubrik Wisata : Jalan jalan ke perbatasan Jerman dan Swiss (tepatnya di Konstanz),
Rubrik Kriminalitas dan Hukum : Simbiosa pengacara dan artis,
Rubrik Teknologi : VRML, dan
Rubrik Filsafat : Mata ketiga

Selain itu ada kemiripan tokoh dengan dunia nyata sbb

Rangga Tohjaya : Ruhut Sitompul,
Melani Capricia  : Krisdayanti,
Marendra : Anang (suami dengan istri dominan) yang dikombinasikan dengan Ahmad Dani (musikus yang karyanya punya kemiripan dengan karya Queen),
Jendral Pur : Jendral Wiranto,
Tomo, Arlien, mbak Meis : Wartawan Tempo,
Majalah Dimensi : majalah tempo

Bagi saya dialog yang ditulis Akmal, cerdas dan mengalir dengan lancar, hanya saja saya berharap sebenarnya berharap semua konspirasi dibelakang dibuka oleh investigasi Wikan dan bukan pengakuan Adel yang rasanya terlalu dipaksakan setelah buku menginjak halaman2 terakhir.




Suasana "Classic Rock" sangat terbangun dengan baik,sayang didominasi oleh REM (kebetulan saya bukan penggemarnya, berhubung grup satu ini bagi saya lebih mirip dominasi kekuatan syair/puisi yang dinyanyikan dengan dukungan musik seadanya, mengingatkan saya dengan U2).

Meski demikian melalui karya Akmal ini saya jadi mendapat pengetahuan baru tentang berbagai hal. dan dengan tidak sabar menanti karya lain dari Akmal. Akhir kata buku ini saya rekomendasikan untuk dibaca karena bagus buat menambah wawasan, meski adegan asmara Jendral Pur bagi saya terlalu berlebihan.

Catatan
Komentar Krisna Diantha di back cover, memberi kesan Krisna menulis komentar yang bukunya sendiri belum dia baca dan hal ini jadi sedikit mengganggu saya.

NP Jethro Tull - Thick as a Brief..

My First Prog Night

Setelah beberapa prognite sebelumnya, baru kali ini saya lihat secara langsung prog-show di indonesia. btw saya satu orang teman kantor yang sedang dalam proses pe"ratjun"an prog. berikut ini sedikit komentar dari depan speaker kiri (disamping om andi julias, sebelum beliau dipanggil ke panggung depan).

Post Modern (****) menurut saya band ini menarik banget, lagunya panjang, skill pemain2nya diatas rata2 baik drum (yang sambil main keyboard juga), bass, perkusi(yang penampilannya kayak artis j-rock dengan baju india) dan gitar(kalem dan berteknik tinggi). btw materi yang dibawakan bagus cuma rada kurang kompak, kaenya kurang latihan bareng neh..catatan, proses peratjunan dimulai

Phantasma (**) ini seperti iron maiden main-in prog ala Camel, sound 2 gitarisnyabener2 plek suara 1 dan 2 dan saling menyahut, dengan vokalis malu2 yang tadinya malah sempat saya kirain penonton (sempat duduk di kiri depan saya). btw bagi saya prognya kurang berasa..., tapi vokalnya cukup ngeprog neh..catatan, proses peratjunan stagnan...

EOF (**) yang ini bener2 didominasi keyboard, sementara bass dan gitar sempat ada problem sound, sound gitar 90'an-nya rada monoton dan menurut saya gak nyambung dengan keseluruhan musik, ditambah lagi rumitnya musik mereka gak karu-karuan, sayang keyboardis sempat keteteran ketika harus solo dengan tangan kanan sementara tangan kiri harus jaga rhtym, sementara sound keyboard-nya ketika solo model "orgel" sempat terputus-putus..,band ini kaenya sibuk sendiri dan gak peduli penonton..catatan, saya sempat pesimis proses peratjunan teman gue gagal..

Zeke and The Popo (*****) nah ini baru new "Pink FLoyd", kirain player yang jongkok didepan keyboard nyaris sepanjang lagu adalah sound engineer yang lagi benerin efek ;-), gitaris yang satu lagi gak mau berhadapan dengan penonton (ada kesan malu2 yang kuat dari band satu ini). sementara saya sempat bingung menebak siapa yang bernyanyi di lagu pertama (kalau di ep lagu ini ditrack yang keempat cmiiw). btw alangkah indahnya kalau track #1 di ep mereka ditambah solo gitar psychedelic ala Gilmour...catatan, pada "ep" track ke empat kok ada jeda panjang banget (hampir 10menit), atau ini sebenarnya track ke lima. disini proses peratjunan berjalan mulus..

Anane (*****) ini baru top, gak salah kalau mereka ditempatkan di even puncak, bermain dengan santai, kompak, dan mengesankan mereka sudah berlatih bertahun2 sebelumnya. khusus drum, gitar dan seksi tiup bermain dengan sangat prima, sepertinya popularitas di dunia prog manca negara menyusul discus,sudah gak jadi hal yang aneh bagi mereka kelak. leader ship sang frontman, firman juga sangat membantu grup ini tetap pada jalurnya,kelihatannya bisa menjadi pesaing magma dengan kobaia-language nya, cuma disini Anane dengan Gayo-language nya he,he..catatan, saya paling suka slebar-slebor..(satu2nya lagu yang gak ada gayo-nya..), disini proses peratjunan rekan gue berlangsung dengan baik dan tuntas.., dia keratjunan berat dan puncaknya duit saya 50.000 yang sengaja saya keluarin untuk traktir dia nonton, dibalikin, "gak perlu traktir !" katanya.., "saya puasssss" katanya lagi

pulangnya gak bisa tidur langsung, masih merenung sambil baca prog magz sampai tamat, kelihatannya majalah ini perlu ditambahin informasi produk IPS(dijual dimana, berapa harganya, kemana kalau harus pesan dll). btw setelah selama ini cuma kenal di milis, tadi malam bisa tahu sosok Anto, Andi Julias, Reza dan teman2 milis lainnya.., meski baru 1 arah..

np anane - spin yang ke 4...

System Has Failed - Megadeth

Album ini, meski sudah tidak ada solo nan melodius ala Marty Friedman, tetapi menurut saya secara kualitas menyamai album terbaik Megadeth lainnya (terutama seksi ritem dan lirik). Mustaine benar-benar mantap disini 


Track 8 riffnya benar-benar asyik, disusul melodi dengan wahwah pedal. Akhir kata Dave Mustaine  membuktikan meski dia dibuang oleh Metallica, tetapi Megadeth akhirnya lebih konsisten dalam berkarya.

Berikut track list dalam album ini;

1.Blackmail the Universe- 4:33
2.Die Dead Enough - 4:18
3.Kick the Chair - 3:57
4.The Scorpion - 5:59
5.Tears in a Vial - 5:21
6.I Know Jack - 0:40
7.Back in the Day - 3:27
8.Something That I'm Not - 5:07
9.Truth Be Told - 5:40
10.Of Mice and Men - 4:04
11.Shadow of Deth - 2:15
12.My Kingdom - 3:03  


Anekdoten

Dua minggu terakhir ini saya menikmati Anekdoten "album Gravity", wuih bener2 mantap, serasa melayang antara langit dan bumi, nuansanya "dark" bercampur "psychedelic" sepintas album ini sama kualitas (dari sudut pandang "psychedelic" dan "dark") dengan Fates Warning  "A Pleasant Shade of Gray" , bedanya kalau "Fates Warning" seperti menyimpan jeritan amarah dan kecewa
terpendam.., btw (imho) album ini juga lebih bagus dari Anekdoten "Nucleus"..

np Megadeth "The Systems Has Failed"

Steve Vai melejit krn Lee Roth ?

Banyak orang seakan akan baru tahu siapa Steve Vai, meski, nama Steve Vai sudah melejit jauh sebelumnya terutama setelah bermain dengan Frank Zappa sebagai "Fantasy Section Guitar" a.l di album "Ship Arriving Too Late Save A Drowning Witch" (1982), kemudian menggantikan Yngwie Malmsteen di Alcatrazz album "Disturbing The peace" (1985) dan main film sebagai setan di Crossroads (1986), salah satu film musik paling top yang pernah dibuat..,






Dalam crossroad,  Vai  duel dengan gitaris blues Ry Cooder selama belasan menit.., jadi kalau menurut saya, David Lee Roth justru tertolong oleh Steve Vai, dan bukan sebaliknya, mau bukti ? simak album Lee Roth tanpa Steve Vai yang kualitasnya jelas jelas jauh menurun (CMIIW)

Apa Band Favorit Mu ?

Bicara favorit band, buat saya sih buanyak banget, misalnya  (alphabetical order) a.l. 


After Crying,
Alan Holdsworth,
Alan Parsons Project,
Alcatrazz,
Aldimeola,
Anekdoten,
Angra,
Antonio Carlos Jobim,
Ayreon,
Beethoven,
Bill Bruford,
Billy Cobham,
Bob James,
Bread,
Camel,
Chicago,
Chick Corea dan Return to Forever,
Colosseum,
Cubby and Blizzard,
David Gilmour,
Deep Purple,
Dream Theater,
Duke Ellington,
ELO,
ELP,
Fates Warning,
Flower Kings,
Focus,
Frank Zappa,
G3,
Garry Moore,
Gentle Giant,
George Benson,
IQ,
Iron Maiden,
James Gang,
Jimi Hendrix,
Joe Satriani,
Joe Satriani,
Jon Anderson,
Kansas,
Kate Bush,
Ken Wayne Shepperd,
Kitaro,
Led Zeppelin,
Lemur Voice,
Linkin Park,
Liquid Tension Experiment,
Magellan,
Mahavishnu dan John Mclaughlin,
Mariah Carey :),
Marillion,
Megadeth,
Metallica,
Michael Frank,
Miles Davis,
MO,
Mozart,
Mr Big,
Mr Mister,
Muse,
Norah Jones,
Office Strategic Influence,
Peter Gabriel,
Pink Floyd,
Police,
POS,
Premiata Forneria Marconi,
Queensryche
Radiohead,
Rush,
Santana,
Scott Henderson,
Shadow Gallery,
Spock's Beard,
Stanley Clarke,
Steve Hackett,
Steve Hackett,
Steve Morse dan The Dregs,
Steve Stevens,
Steve Vai,
Steve Vai,
Stevie Ray Vaughan,
Sting,
Stratovarius,
Symphony-x,
Testament,
The Doors,
Transatlantic,
Trio Los Panchos,
Triumph,
U2,
Ursa Major,
Van Halen
Vangelis,
Weather Report,
White Snake,
Yellow Jacket,
Yes,


Meski demikian ada beberapa yang secara band sebenar-nya "oke" tetapi album tertentu-nya seperti King Crimson album "Discipline" susah masuk kuping, karena lebih terkesan pamer skill serta terlalu eksperimental, demikian juga Savatage (khususnya album "Edge of Thorn" yang bikin kecewa), Magma (denger "mekanik.." tidak masuk2). Atau  "Pat Metheny" album "Zero Tolerance for Silence", yang terkesan sedang nyetem gitar di tempat reparasi sejak dari track awal sd akhir.  


NP Dream Theater  "Overture 1928"

Star Wars dan Pain of Salvation


















Selama ini progressive sering sekali dihubung hubungkan dengan karya Tolkien, sang pengarang "Lord of The Ring". Ternyata Star Wars dengan progressive pun ada hubungan-nya , suatu pagi ketika nyetel Pain of Salvation album 12:5, track 7 dibagian tengah ternyata menggunakan partitur John Williams pembuat soundtrack Star Wars.


Np PoS "Pluvius Aestivus"

Da Vinci Code (2006) - Ron Howard

Saya baca "Da Vinci Code" duluan baru "Angel and Demons", dan waktu membayangkan akan ada film-nya, yang tercetus dalam benak saya yang paling pantas memerankan Robert Langdon seharusnya Harrison Ford, dia bisa berperan sbg profesor tetapi juga sekaligus petualang  (jd ingat peran dia di Indiana Jones), sayang kalau akhirnya peran tersebut justru dimainkan oleh Tom Hanks yang kesan Forest Gump-nya (baca : bloon) justru lebih kuat :)










Untuk peran Leigh Teabing, Sophie dan polisi Fache, juga Silas sih sudah sesuai dengan bayangan, meski akting Sophie (Audrey Tatou) kesan-nya kurang cerdas, tapi sangat terlihat bagi yang sudah membaca bukunya bagaimana sulitnya informasi yang begitu padat dan rinci dimampatkan hanya dalam beberapa jam. tapi bagi yang ingin visualisasi dari buku, film sudah memberikan jawaban lewat berbagai gereja sepanjang film, Rose Line, Museum Louvre, Cryptex, Lukisan Monalisa, Lukisan Madonna "The Rocks", Perjamuan Terakhir, dan kuburan2 tua dll.

Juga yang menarik beberapa scene kilas balik pada masa Konstantin, Perang Salib, upacara pemakaman "Sir Isaac Newton", "Friday 13th" dll sebenarnya ini yang lebih asyik kalau divisualisasikan dengan lebih lama..


NP After Crying - "Pilgrims March"

Proggers yang mencoba bisingnya metal

Saya cuma mau sharing sebagai penggemar musik progressive  yang juga senang metal, tidak semua musik metal tersebut enak, terutama yang nu-metal/alternative/grunge khususnya dari sudut proggers. Kenapa tidak semuanya enak ?, yah tentu saja karena seorang proggers terbiasa menikmati kompleksitas, selain itu proggers umum-nya menyukai porsi intrumen yang cukup besar. Jadi kalau band metal yang tidak memberi porsi instrumen bermain solo dan beat-nya dari awal hingga akhir selalu pukul rata, yah sudah pasti gak bisa masuk.

Lantas band metal apa sih yang bisa dinikmatin proggers, sekedar saran sih Metallica, dan Megadeth lah merupakan tonggak2 metal yang lebih pas utk dinikmati baru kemudian Anthrax, Annihilator dan Testament, Sepultura, Iced Earth atau yang lebih slow dan klasik dikit seperti Iron Maiden. btw Obituary, Kreator dan kawan kawan juga tidak direkomendasikan bagi proggers.., krn perbedaan track satu dengan yang lain tipis banget.., he he. Kenapa dengan Metallica dan Megadeth ?, kalau kita perhatikan, porsi solo banyak, perubahan beat hal yang cukup sering mereka lakukan, Metallica bahkan sering memasukkan intro akustik dalam lagu-nya, atau Megadeth era Marty Friedman, dikenal dengan solo2 indah-nya.

Kalau model yang lebih dekat ke grunge seperti Pearl jam, Goo Goo Dolls atau Nirvana jelas hampir gak mungkin dinikmati proggers krn terlalu sederhana juga Saigon Kick yang biasa2 saja dan terkesan seperti metal melayu, menurut saya lebih mungkin menikmati Audioslave krn sound-nya yang unik untuk masa kini, karena mencoba sound ala Led Zeppelin.

Bagaimana dengan musik rock seperti REM,  Coldplay atau U2 yang jelas2 semakin jauh dari metal , untuk yang ini, melihat dimana ngerock-nya saja susah apalagi metal-nya. Jadi lebih direkomendasikan bagi yang lebih suka menikmati syair.

Cara paling mudah menikmati musik metal bagi penggemar progressive, salah satunya adalah dengan melihat siapa influencer dari group2 tersebut. Sebut saja Dream Theater yang jelas2 penggemar Metallica. Atau pastikan bahwa ada pakar instrumen dalam group metal dimaksud, sehingga porsi instrumen tidak tenggelam dibawah dominasi vokal.

Bagaimana dengan System of A Down ?, sebenarnya beberapa lagunya sperti Chop Suey dari album Toxicity sangat jelas bergaya progressive, sayang-nya sangat sulit menemukan permainan instrumental dalam group ini, padahal seperti yang saya jelaskan diatas porsi instrumen yang lebih besar merupakan salah satu ciri progressive selain perubahan beat.

Regards
NP Symphony-X - The Divine Wings of Tragedy

Fastest Guitarist on Earth

Hemm siapa sebenanrnya gitaris tercepat di dunia musik, kalau untuk jazz, mungkin Al Dimeola yang tercepat, Alan Holdsworth sedikit dibawahnya, kalau utk rock mungkin Steve Morse, (meski tidak beda jauh dengan John Petrucci, yang dikenal juga sebagai fans berat Steve Morse). Bagaimana dengan Yngwie Malmsteen ? dia terdengar cepat itu bukan semata-mata petikan dengan tangan kanan, tp cara dia bermain dengan tangan kiri (istilah kerennya "hammer ons" dan "pull off"), kalau kita perhatikan video gitar yngwie terlihat bahwa kecepatan tangan kanan-nya biasa2 saja, tapi tangan kirinya cepat sekali. Begitu juga dengan Michael Romeo Symph-X, jelas permainannya sangat cepat dan mengimbangi Yngwie, akan tetapi untuk pemilihan melodi yang rancak kemampuannya masih dibawah Yngwie meski untuk Rhytm, sangat sulit mencari lawan yang sepadan baginya.

Jelasnya tidaklah mudah membandingkan siapa yang lebih cepat, kalau sekedar thrill di satu senar (dan satu fret, seperti yang saya lihat di youtube) meski cepat pasti kurang menarik membandingkan-nya, tapi kalau pindah senar sekaligus fret sambil terus memetik dan merangkai suatu melodi yang indah ceritanya akan lain lagi.

Kadang tidaklah penting kecepatan bermain, yang justru lebih penting adalah komposisi nada yang dihasilkan, btw apakah anda pernah dengar gitaris jazz dari spanyol yang bermain sangat lambat tapi dengan pilihan nada luar biasa, yang baru2 ini datang ke jakarta ? Gitaris cepat lainnya dan bermain bersih a.l. Steve Howe, Joe Satriani, Paul Gilbert, Tony Macalpine, Steve Vai dan Marty Friedman sedangkan meski cepat tapi main-nya rada jorok (senar lain sering ikut kena) Eddie Van Halen, Kirk Hammet dan Dave Mustaine. Salah satu gitaris dengan pihan nada luar biasa tak lain dan tak bukan adalah David Gilmour, dengan "Comfortable Numb" yang masuk 10 lagu dengan melodi terbaik sepanjang masa.

Jimi Hendrix jelas bukan gitaris cepat begitu juga Blackmore meski untuk masanya termasuk cepat seperti yang bisa kita dengar di solo "Child In Time",  tetapi untuk ukuran gitaris saat ini dia tidak masuk gitaris dengan permainan cepat.

So apa kesimpulan-nya ?, sebenarnya menurut pendapat saya tidaklah perlu membandingkan mana yang lebih cepat kecuali parameter-nya benar2 jelas, misalnya kecepatan apa yang dibandingkan, tapping-kah (kalau untuk ini gitaris indonesia Balawan termasuk yang luar biasa), petikan-kah, teknik sequence-kah, atau kah2 lainnya. Analoginya ibarat pelukis, apa yang lebih penting ? hasil lukisan-nya atau kecepatan dia dalam melukis ? kecuali dua2-nya bisa dicapai, meski sangat sulit..

NP Pagan's mind - "Coming Home"