Thursday, December 28, 2017

Jalan-Jalan ke Purwakarta #1 Dari 5 : Waduk Jatiluhur dan Sate Maranggi


Tanggal 2 Desember 2017, saya sekeluarga bersama keluarga besar istri jalan-jalan ke Purwakarta, sebelumnya kami sudah pernah ke Waduk Jatiluhur, salah satu instalasi yang mengesankan dan dibuat pada zaman Presiden Soekarno, namun diresmikan pada zaman Presiden Soeharto. Selain itu tentu saja Purwakarta dikenal karena peran wisata kuliner Sate Maranggi Hj Yetty di Cibungur, namun diluar kedua destinasi tsb, belum pernah kami secara serius menjelajahi Purwakarta.  Kuliner lainnya di Purwakarta adalah restoran Alam Sari, juga RM Sari Rasa yang terkenal dengan sambal tomat hijaunya, dan jangan lupa Ibu Haji Ciganea yang terkenal dengan menu burung Malon Gorengnya.




Untuk wisata ke Waduk Jatiluhur jika tertarik melihat mekanisme yang terjadi pada PLTA, pastikan anda memiliki izin untuk masuk ke kawasan turbin raksasa dibawah danau buatan. Sedangkan jika hanya wisata air dan kuliner dapat langsung masuk kawasan, melakukan berbagai macam olah raga air, atau makan di pinggiran danau berbagai sajian ikan air tawar, atau sekalian menaiki perahu ke tengah danau dan menikmati berbagai penganan di warung terapung.

Waduk ini mulai dibangun tahun 1957, dan memiliki daya tampung air sebesar 12,9 miliar m3, Pembangunan waduk ini akhirnya selesai di tahun 1967, dengan biaya 230 juta USD. Desa yang ditenggelamkan sebanyak 14 desa dengan sekitar 5000 an penduduk.




Teman-teman saat saya masih bekerja di ITB dulu,  via Whatsapp Group mengingatkan, bahwa kandungan toksin pada ikan-ikan di Jatiluhur cukup tinggi karena merupakan salah satu saluran penampung air kotor khususnya dari daerah industri di Bandung. Selain itu dampak dari bahan kimia yang ada pada pakan ikan. Berikut salah satu link mengenai kandungan zat berbahaya.


Namun karena memang tidak dikonsumsi terus menerus, dan ada link-link lain yang menyatakan adanya mekanisme pengecekan dari dinas terkait, maka saat itu, kami memutuskan untuk parkir di salah satu spot pelabuhan, dan lanjut ke tengah danau untuk menikmati ikan bakar. Bagi yang ingin menginap pihak pengelola danau juga menyediakan beberapa lokasi penginapan dari yang sederhana sampai dengan yang kelas menengah.




Destinasi pilihan lainnya tentu saja wisata kuliner Sate Maranggi yang sudah sangat melegenda dan tidak memiliki cabang. Bagi saya kombinasi terbaik adalah seporsi Sate Sapi dengan bumbu khas tomat dan rawit merah, dua porsi nasi (yang menggunakan kemasan daun pisang) dan segelas besar es kelapa muda. Pembeda  dengan sate lainnya adalah bumbu dagingnya yang diolah hingga memiliki cita rasa unik-asam, manis, pedas. Selain sate sapi ada juga sate kambing, sayangnya berbeda dengan sapi yang daging murni, sate kambing disini justru dengan menyertakan lemaknya. 

Jalan-jalan ke Purwakarta #2 Dari 5 : Stasiun Kereta Api Purwakarta


Ketika keluarga besar istri berkumpul di rumah kami, kembali tercetus ide untuk jalan-jalan ke Purwakarta, apalagi karena destinasi Lembang nyaris selalu stuck di Setiabudi, sementara Garut ada kemungkinan stuck juga di Nagrek.  Maka kami langsung surfing dan menemukan beberapa spot baru menarik, dan langsung dibuatkan itinerary kilat, sebagai berikut;

  • Stasiun Kereta Api Purwakarta
  • Taman Air Sri Baduga
  • Giri Tirta Kahuripan
  • Sate Anwar
  • Penginapan Pondok Asri 
Sempat pangling juga saat akhirnya memasuki kawasan Purwakarta dan disambut berbagai patung kreasi Bupati Purwakarta yang terkenal kontroversial dengan paham berbau Sunda Wiwitan. Paham ini juga yang menyebabkan ybs beberapa kali terlibat selisih pendapat dengan ulama Purwakarta.

Purwakarta terdiri dari 17 kecamatan, 183 desa dan 9 kelurahan. Purwakarta berasal dari suku kata "purwa" yang artinya permulaan dan "karta" yang berarti ramai atau hidup. Lokasi kabupaten yang memiliki sekitar 1 juta penduduk ini sangat strategis karena dilewati rute di antara dua kota besar Bandung dan Jakarta (atau bahkan Cirebon via Cipali), yang menyebabkan daerah ini relatif selalu ramai.  

Kami langsung menuju stasiun Kereta Api,  karena tertarik dengan berbagai berbagai publikasi mengenai stasiun ini. Disini kebanyakan kereta yang sudah tak aktif ditumpuk begitu saja. Mereka yang dulu begitu berjasa pada banyak orang seakan akan berhenti disini sebagai perhentian terakhir. Bagi yang suku cadangnya masih bisa digunakan akan dikanibal sampai benar-benar habis kecuali gerbong tua.




“Pemakaman” kereta disini berasal dari seluruh kereta rel listrik ekonomi non-AC yang pernah beroperasi di lintas Jabodetabek sejak dihapuskannya KRL non-AC tanggal 25 Juli 2013. Di sini terdapat KRL Rheostatik, BN-Holec, dan Hitachi. Tidak ketinggalan, sisa gerbong KRL AC seri Tōyō Rapid 1000 dan Tokyo Metro 5000.

Sayang beberapa bangunan tua dibagian dalam tak bisa kami eksplorasi lebih jauh karena memerlukan izin dari kantor pusat PT KAI di Bandung. Padahal dari berbagai link yang saya lihat, ada bangunan gudang PT KAI peninggalan kolonial di bagian dalam dengan dinding merah yang terlihat artistik. Jadi kami hanya bisa menyaksikan onggokan kereta tua bertingkat-tingkat dari balik pagar. Selesai disini kami langsung menuju Taman Air Sri Baduga. 

Part berikutnya di link http://hipohan.blogspot.co.id/2017/12/jalan-jalan-ke-purwakarta-3-dari-5.html

Jalan-jalan ke Purwakarta #3 dari 5 : Taman Air Sri Baduga


Unik juga melihat taman air di komplek seluas dua hektar ini, kami harus melewati antrian panjang namun lebih merupakan antrian untuk masuk. Sambil menunggu jam tayang untuk memulai antrian, kami menikmati berbagai sajian tradisional seperti kacang rebus. Lalu makan siang di semacam pusat jajan serba ada di seberang jalan. Sama sekali tidak ada antrian loket, karena Bupati Dedi Mulyadi sengaja menggratiskan dengan asumsi ekonomi takyat yang digerakkan dengan adanya aktifitas ini justru lebih berharga ketimbang pemasukan tiket.




Jika kita masuk sebelum gelap, karena atraksi memang dimulai malam hari, maka penampilan kawasan ini terlihat agak kurang meyakinkan apalagi air kolamnya terlihat keruh. Namun saat malam hari, dan atraksi air dimulai, penampilan tak meyakinkan tadi sontak berubah.  Sayang kami tidak berhadapan langsung dengan patung yang berada di tengah, sementara atraksi tari-tarian justru dilakukan di depan patung. pertunjukan disini seklias mengingatkan kami akan atraksi air yang mirip di Sentosa Island, Singapore. 

Atraksi ini hanya dilakukan setiap Sabtu malam dalam 3 sesi, dihari lain kita tidak bisa menyaksikan atraksi air ini. Namun inisiatif Arief Yahya menteri pariwisata memasukkan Taman Sri Baduga dalam top 5 parisiwata Indonesia, sepertinya agak berlebihan bagi saya. Pulau Komodo, Danau Kelimutu, Candi Borobudur, Kawah Ijen, Bromo, Danau Toba, Dieng, Gunung Rinjadi, Pulau Lombok, juga Pulau Bali dan lain sebagainya jelas lebih unggul.

Salah satu yang perlu diperhatikan adalah lokasi parkir yang sangat terbatas. Saya terpaksa parkir di lahan kosong yang dikelola preman setempat, dan akibat penataan parkir yang serampangan masuk keluarnya sangat sulit karena terhalang mobil-mobil lain.

Malam hari kami pun menuju penginapan ala rumahan di rute menuju Giri Tirta Kahuripan, yang di kelola seorang pria  asal Sumatera Barat. Penginapan tersebuut bernama Pengunapan Pondok Asri  di Jalan Terusan Kapten Halim, yang berjarak kira-kira 7,5 km dari Giri Tirta Kahuripan. Tak ada yang khusus dari penginapan ini, segala sesuatunya relatif standar, dengan slot parkir pas-pasan. 

Jalan-jalan ke Purwakarta #4 dari 5 : Giri Tirta Kahuripan


Pagi-pagi setelah sarapan di warung rumah penduduk kira-kira 1 km sebelum Giri Tirta Kahuripan, akhirmya sampailah kami di lapangan parkir yang cukup luas. Mendadak dua pemuda berpenampilan agak sangar dan mengaku Karang Taruna setempat, mendekati kami, dan mengatakan ada program khusus jika tamu dibawa oleh Karang Taruna, sehingga tiket kolam 60 ribu dan tiket keliling kawasan wisata dan kebun buah 25.000 mendapatkan potongan 25.000.

Percaya dengan omongan kedua pemuda tsb, maka kami menitipkan uang tiket rombongan pada mereka, termyata mereka hanya membayar sebagian, meski akhirnya rombongan kami bisa masuk semua, namun yang mendapatkan gelang khusus tanda masuk hanya beberapa orang saja. Saya menduga keras ada permainan antara petugas loket, security dan Karang Taruna setempat.  Namun ya sudahlah tidak ingin memperpanjang kami langsung menceburkan diri ke kolam raksasa diatas perbukitan ini.




Kolamnya tidak memiliki air panas, jadi kalau kebetulan cuacanya tidak cukup terik, air disini bisa terasa cukup dingin. Puas berenang, kami lalu menaiki kendaraan shuttle untuk mengelilingi kompleks Giri Tirta Kahuripan, melewati arena outbond, kebun buah (beberapa diantaranya Buah Manggis dan Buah Naga), penginapan ala cottage dan restoran menempuh jalanan dengan bukit-bukit kecil yang cukup terjal dengan didampingi supir yang kocak dan bercanda sepanjang jalan.  




Outbondnya antara lain menyediakan fasilitas ATV, Flying Fox, Kolam Pancing, Bermain Futsal, Area Camping. Juga ada beberapa hewan sebagai daya tarik kompleks argo wisata ini seperti seperti Burung Kakak Tua, Merak, Rusa Timor, Ikan Arapaima (ikan besar dari sungai Amazon), Buaya Muara, Siamang, Monyet dll

Part berikutnya di link http://hipohan.blogspot.co.id/2017/12/jalan-jalan-ke-purwakarta-5-dari-5-sate.html

Jalan-jalan ke Purwakarta #5 dari 5 : Sate Anwar


Setelah puas berenang dan mengelilingi kompleks Giri Tirta Kahuripan, kamipun meluncur menuju Bandung dan tak lupa singgah di Sate Anwar di jalan Kapten Halim, sekitar 8,3 km dari lokasi Giri Tirta Kahuripan. Tadinya kami ingin mengakhiri perjalanan ini di Sate Maranggi sayang googlemaps menunjukkan jalur merah alais padat, sementara perut sudah keroncongan.

Kejutan buat kami, Sate Anwar benar-benar lezat, dan sopnya bahkan lebih nikmat dari sop di Sate Maranggi Cibungur. HIdangan makan siang disini, lebih nikmat lagi dengan ditutup oleh Kelapa Muda. Akhirnya kamipun berpisah dengan rombongan keluarga yang kembali ke Jakarta.


Apakah dengan destinasi di atas Purwakarta sudah kami jelajahi seluruhnya ? tentu saja tidak, saat ini Purwakarta sudah mulai melengkapi dirinya dengan Hotel Gantung di Gunung Parang. Selain itu ada juga landscape indah danau dan kota Purwakarta yang bisa di nikmati dari ketinggian 792 DPL di puncak Gunung Lembu atau batu eksotis di Gunung Bongkok 975 DPL. 

Bagi penduduk Bandung, saat ini Purwakarta menjadi alternatif wisata dekat dan relatif murah, selain wisata Garut, Lembang atau Sumedang. Namun tentu saja masih banyak yang harus dibenahi Purwakarta, seperti tata tertib terkait tiket masuk Giri Tirta Kahuripan, lokasi parkir di Taman Air Mancur Sri Baduga, dll. 

Beberapa link menarik mengenai 



Wednesday, December 13, 2017

Dia Yang Berjanji, Kenapa Kamu Yang Dibully ?

Meski bukan penduduk Jakarta, namun karena bekerja di Jakarta selama 16 tahun terakhir, kadang di dalam hati saya juga merasa ikut "memiliki" dan ikut terlibat dalam persoalan Jakarta. Kalaupun tulisan saya masih dianggap tidak pas, izinkan saya menulis setidaknya karena Jakarta juga ibu kota Indonesia, negara dimana saya juga lahir, besar dan tentu saja mencintai negara ini. 

Langsung ke inti tulisan, saya sempat bertanya tanya, kenapa tak ada poin spesifik penanganan banjir dalam 23 janji Anies dan Sandi pada link di bawah ini ? Apakah karena banjir ini sangat sulit untuk diatasi, atau sekedar lupa dicantumkan ? atau justru dianggap tidak penting. 

https://m.detik.com/news/berita/d-3341915/23-janji-anies-baswedan-sandiaga-uno-kjp-plus-sampai-setop-reklamasi/2#detailfoto

Sebaliknya duet Jokowi dan Ahok pada tahun 2012  pernah berjanji soal penanganan banjir sebagai mana berikut;

1. Pembangunan kolam penampung air di tiap kelurahan.
2. Membeli daerah tangkapan air di hulu Jakarta.
3. Membentuk otoritas pengendali sungai.
4. Mengintegrasikan drainase dengan kanal banjir.

Lalu meski tak berhasil mengatasi banjir dalam dua tahun pertama, maka Jokowi lanjut dengan janji berikutnya saat maju dalam pemilihan presiden dengan "Banjir akan lebih mudah diatasi jika jadi presiden".  

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/03/24/1553111/Jokowi.Macet.dan.Banjir.Lebih.Mudah.Diatasi.jika.Jadi.Presiden

Sementara Ahok dalam tiga tahun masa menjabat setelah sibuk menyalahkan kulit kabel, laut pasang, pompa rusak, PU, lurah, walikota Jakut, walikota Depok dan juga PLN tak jua mewariskan sistem yang kredibel dan berkesinambungan dalam penanganan banjir dan malah ada indikasi diperburuk gugusan reklamasi dalam menghadang aliran banjir ke laut lepas. Saat itu saking banyaknya kambing hitam banjir ciptaan Ahok, netizen berkelakar, hanya Tuhan saja yang belum disalahkan Ahok. 

Tak masuk akal bagi saya, kini setelah 5 tahun soal banjir ini tak jua selesai sesuai janji, lalu seakan akan menjadi sepenuhnya tanggung jawab Anies dan Sandi yang baru menjalankan roda pemerintahan selama dua bulan ? Bahkan Anies dan Sandi disalahkan gara2 atap bocor, bioskop jadi banjir. Siapa yang berjanji dan siapa yang dibully ?  

https://kumparan.com/@kumparannews/atap-jebol-akibat-hujan-lebat-bioskop-planet-hollywood-tergenang-air

Meski masalah banjir belum jua menemukan solusi, satu hal yang membuat saya respek adalah tidak cuma terjun langsung ke lokasi, Anies dengan besar hati memilih memikul tanggung jawab tsb ketimbang mencari kambing hitam. 

https://m.kumparan.com/@kumparannews/anies-banjir-jakarta-tanggung-jawab-saya

Akhir kata bagi bagi penduduk Jakarta, mari awasi janji-janji kampanye Anies dan Sandi, tetap santun dalam memberikan kritik dan pastikan data yang anda gunakan akurat. Jika Anies dan Sandi gagal, maka tentu anda juga yang menderita, namun jika berhasil maka, anda juga yang akan menikmatinya. 


Tuesday, November 21, 2017

Sirkus Pohon – Andrea Hirata


Kaukah Yang Membelaku Waktu Itu ?
(Tara)

Buku ini merupakan karya ke sepuluh Andrea Hirata dan dibuat selama empat tahun (karena menurut Andrea, karya ini memerlukan riset khusus, sepertinya karena terkait dengan kehidupan sirkus keliling kampung).  Karya-karya sebelumnya sebagai berikut;

Laskar Pelangi (2005)
Sang Pemimpi (2006)
Edensor (2007)
Maryamah Karpov
Padang Bulan (2010)
Cinta di Dalam Gelas (2010)
Sebelas Patriot (2011)
Laskar Pelangi Song Book (2012)
Ayah (2015)

Buku ini juga berhasil melanjutkan kesuksesan Andrea sebelumnya,  yang sudah memulai kisah yang tak terkait langsung dengan pengalaman hidupnya sebagaimana karya-karya awal. Buat saya, memang tidak sebagus “Ayah”, alias karya sebelumnya, namun tetap menghibur, karena teknik pemulisan yang kocak.  Situasi di airport dan waktu yang cukup lama di pesawat saat tugas kantor, membuat saya memiliki cukup waktu untuk menamatkan buku ini.

Ditulis dalam 6 Babak dan terbagi menjadi 87 Bab, cara pemulisan dalam buku 383 halaman ini, mengingatkan saya akan Dan Brown, dimana setiap bab kadang cuma  2 atau 3 halaman. Masih ada penulisan yang kurang pas, seperti misalnya band thrash metal ditulis sebagai Megadeath, seharusnya Megadeth.  Atau juga ketika mengungkapkan debat politik pemilihan tokoh desa yang rasanya belum menjadi kelaziman disaat itu.


Kisah cinta ala Andrea Hirata dalam tetralogi mengenai tokoh Ikal yang jatuh cinta selama bertahun-tahun hanya karena hal sederhana seperti keindahan jari tangan A Ling, seakan terulang dalam buku ini, antara tokoh Tara dan Tegar, yang karena kebetulan sempat bertemu dalam insiden kecil di halaman Pengadilan Agama, dan menjadikan keduanya terobsesi untuk bertemu kelak. Mengenai kisah Tegar dan Tara, apakah akan mengalami nasib yang sama dengan kisah Ikal dan A Ling, sebaiknya tidak usah saya bahas disini.

Berbeda dengan gaya Ahmad Tohari yang dalam mendeskripsikan obyek dengan gaya berbau kearifan lokal, Andrea Hirata, tetap memasukkan unsur humor sebagaimana kutipan berikut saat menggambarkan Pohon Delima di halaman rumah salah satu tokohnya Sobrinudin alias Hob sbb;

“Benci nian aku pada delima itu, lihatlah pohon kampungan itu, ia macam kena kutuk. Pokoknya berbongkol-bongkol, dahan-dahannya murung, ranting-rantingnya canggung, kulit kayunya keriput, daun-daunnya kusut. Malam Jumat burung kekelong berkaok-kaok di puncaknya, memanggil-manggil malaikat maut. Tak berani aku dekat-dekat delima itu, karena aku tahu pohon itu didiami hantu”.

Fokus dalam novel ini juga terasa aneh, karena tak jelas apa sebenarnya benang merahnya ?, apakah kisah asmara Tara dan Tegar atau justru pengalaman hidup Hob dan Dinda, atau justru Sirkus Blasia ?, dan kebetulan ketiganya baik Tara, Tegar dan Hob bekerja di sirkus yang sama. Jika memang fokus pada kisah asmara Tara dan Tegar, kenapa Hob bercerita dengan gaya orang pertama ? Dengan sejumlah pertanyaan itu saya akhirnya memutuskan untuk membaca saja, sambil menikmati humor ala Andrea Hirata.

Kisah Hob juga menarik dan mengngatkan saya akan salah seorang sahabat yang terkejut mendengar reaksi calon istri bahwa dengan profesinya sebagai software engineer dapat bekerja dari rumah, sementara calon istri justru menginginkan sosok suami yang pergi kerja setiap hari dengan dasi dan tas kantor, gaji tetap, dan tentu saja seragam. Begitulah Hob yang menganggur cukup lama akhirnya mendapatkan 'pekerjaan tetap' nya yakni masuk pagi, pulang sore,  baju seragam, absen harian, jam kerja lembur dan tentu saja bos. Meski akhirnya ternyata profesi tsersebut adalah sebagai badut sirkus.

Tokoh-tokoh lain tak kurang ajaibnya seperti Taripol, Debuludin, ibu bos, dan Abdul Rapi. Juga dialog-dialog khas ala Melayu, yang tentunya akan menjadi tugas sangat berat bagi penerjemah buku ini ke bahsa lain. Review ini saya tutup dengan quote tokoh Hob, yang menjadi pegangannya dalam menjalani hidup yakni
Bangun Pagi Let's Go!

(Hob) 

Monday, November 20, 2017

Of Mice and Men – John Steinbeck

Saat tugas kantor dengan waktu tempuh penerbangan yang cukup lama, saya langsung memilih beberapa buku dari koleksi yang ada. Buku ini salah satu yang cukup tipis alias 143 halaman sehingga mudah dibawa, dan memang langsung bisa ditamatkan dalam pesawat.

Judul buku ini terasa akrab mengingat ini juga merupakan salah satu judul lagu dari band thrash metal papan atas alias Megadeth pada album The System Has Failed di 2004 (dapat dilihat di https://youtu.be/gRvo4x6pdZI). Entah terinspirasi dari novel yang sama, namun sebagian mengatakan ini merupakan pengalaman hidup Dave Mustaine yang dituangkan dalam lirik.  Kebetulan sekali Metallica pesaing Megadeth dalam ranah metal juga merilis Of Wolf and Man di tahun 1991, sehingga ada yang menghubungkan keduanya meski menurut saya sih tidak.

Namun terlalu jauh jika mengaitkan karya John Steinbeck ini dengan kedua band di atas, apalagi karya ini sudah dirilis tahun 1937.  Steinbeck merupakan salah satu peraih Nobel kesusastraan di tahun 1962 berkat karya The Grapes of Wrath, enam tahun sebelum Steinbeck meninggal karena serangan jantung.  Karya-karya beliau sebanyak 27 buku, dimana banyak mengangkat kehidupan di Amerika pada era awal 1900 an.



Cerita ini berkisah tentang persahabatan George Milton and Lennie Small, dua pekerja perkebunan di California yang melarikan diri dari perkebunan sebelumnya dan berusaha kembali bekerja di perkebunan berikutnya. Latar belakang situasi saat cerita ini terjadi adalah era The Great Depression, dimana Amerika mengalami situasi ekonomi yang berat.

Demikianlah kedua sahabat ini kembai bekerja, dan tetap bersemangat  karena cita-cita besar akan memiliki usaha sendiri melalui upah yang akan mereka tabung. Persahabatan mereka terasa unik, karena meski Lennie Small bertubuh besar dan sangat kuat namun memiliki keterbelakangan mental, sementara George Milton meski lebih cerdas dan pintar berbicara, namun bertubuh kecil.

Lennie Small juga memiliki hobby khusus yakni membelai hewan-hewan kecil, mulai dari tikus sampai dengan anjing kecil, yang kesemuanya akhirnnya mati ditangannya, karena Lennie sering tidak menyadari kekuatannya.  Hal-hal khusus terkait kebiasaan Lennie inilah yang seringkali memicu munculnya masalah bagi mereka berdua. Namun sejauh ini masih dapat ditangani dengan kecerdasan dan kemampuan berkomunikasi George.

Persahabatan ini akhirnnya mengalami ujian serius, dimana George harus memilih Lennie atau menyelamatkan hidupnya sendiri, sekaligus menjadi akhir yang tragis bagi persahabatan mereka. Beberapa adegan dalam buku ini cukup mengundang kontroversi, tak aneh jika ada sebagian tuduhan mengenai kecenderungan Steinbeck pada euthanasia, atau penggunaan kata-kata kasar, meski dalam versi yang saya baca sepertinya tidak ditemukan tuduhan kata-kata kasar tersebut.  Akhir kata, buku dengan penutup mengenaskan ini membuat kita berpikir ulang mengenai makna persahabatan diuji bukan saat suka namun justru saat duka.





Thursday, September 21, 2017

Pentingnya Partai Penguasa Merangkul Kaum Agama

Kenapa ada kesan partai terlarang yang jelas2 memusuhi agama menjadi hidup lagi kini ? saya kira karena salah satunya lewat usulan2 atau pidato representasi partai penguasa serta pengakuan terang-terangan politisi partai penguasa akan kebanggaan sebagai keturunan aktivis partai terlarang seperti link2 dibawah ini. 


Bagi saya sebagai paham, komunisme mungkin tidak akan kembali seiring dengan merebaknya kapitalisme di China dan Rusia. Satu-satunya yang masih mencoba setia hanyalah Korea Utara. Namun jika konteksnya balas dendam, melalui keputusan-keputusan politis tentu saja masih sangat mungkin terjadi. Saat Kroasia dan Serbia membantai dan melakukan perkosaan massal pada Bosnia salah satu contoh bagaimana dendam (pada representasi Turki) dapat diwujudkan lewat politikus garis keras yang menguasai perpolitikan di Serbia dan Kroasia, meski pendudukan Turki sudah terjadi sekian ratus tahun sebelumnya. 

Jadi jika tidak ingin ada dugaan macam-macam ya, partai penguasa harus merangkul komunitas agama, bukan kah sila kesatu Pancasila berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa" ? Demikian renungan sepintas setelah acara ILC kemarin malam, juga dipicu pertanyaan teman apakah  partai terlarang tersebut dapat kembali. 

Saturday, September 16, 2017

Nyaris Tertipu

Kemarin malam saya dapat sms dr sosok yang mengaku sebagai kasir Indomar** bernama Monika. Ybs minta tolong share kode yang dikirim via XL axiata ke HP saya krn ybs salah memasukkan nomor HP dalam rangka pembelian voucher listrik via myXL.
Setelah analisa sana sini, kesimpulannya, pelaku mencoba membajak XL saya untuk menguasai pulsa dengan memanfaatkan rasa kasihan saya akan tokoh fiktif Monika yang berperan sebagai kasir di Batam dan ketidaktahuan saya akan proses pembelian voucher listrik, serta umur OTP (one time password) yang sangat singkat (5 menit) agar saya tak dapat berpikir panjang, dugaan saya stepnya sbb;
  • Pelaku masuk ke system internet myXL dengan menggunakan nomor HP saya dan dengan permintaan ganti password.
  • Sms pertama dr pelaku memberikan background situasi yang mereka karang seakan akan salah nomor dan memerlukan password untuk pembelian voucher listrik.
  • Sms kedua dr XL memberikan password myXL yang akhirnya saya forward ke "Monika" karena kasihan.
  • Mereka melakukan transaksi pembajakan pulsa yang memicu pengiriman sms OTP ke HP saya.
  • Pelaku call saya (anehnya suara pria) dengan memohon mohon agar sms OTP bisa diforward demi nasib Monika.
  • Sms OTP saya terima dan dengan polosnya saya kirim kembali ke mereka.
  • Mulai curiga, saya coba cek karyawan saya, yang biasa beli voucher listrik dan mengatakan dia biasanya cukup beli di counter HP dengan menggunakan id meteran dan mendapatkan token untuk direkam di meteran. Kebetulan karyawan saya belum pernah beli via Indomar**.
  • Saya yang mulai curiga akhirnya kontak XL cust services via 817, saat mengontak berkali2 pelaku interupsi menelepon saya untuk meminta OTP berikutnya, dan karena setiap OTP cuma berlaku 5 menit, mereka generate transaksi ulang sampai total OTP dikirim 5x ke HP saya.
  • Setelah meminta menunggu 2x, cust services melarang saya merespon permintaan mereka, dan mengatakan myXL belum memiliki menu pembelian voucher listrik dan mengoreksi tindakan saya mengirim password (yang tadinya saya kira memang untuk pembelian voucher).
  • Sms terakhir dari pelaku krn panggilannya saya abaikan yang isinya masih berusaha meyakinkan saya akan nasib Monika.

Jelas Indomar** dan XL hanya digunakan oleh pelaku dalam menjebak mangsa. Kedepan harus lebih hati2 lagi, modus pelaku semakin hari semakin canggih.
Sms pertama dr pelaku +6281958151717
Asalam mualaikum kakak atau abang sya monika kasir indomaret batam tadi ada pelanggan kmi beli pocer listrik tapi kata sandi token nya sya salah kirim terkirim ke no ponsel kakak atau abang karna no ponsek nya 2 angkah belakang nya hampir sama saya minta tolong bisa2 saya di pecat karna kecerobohan saya jadi saya minta tolong kakak atau abang kalau ada sms kata sandi token yg masuk di hp nya tolong sms nya disalin dan kirim balik ke saya pesan nya saya cuma minta tolong saya mohon karna kata sandi token itu bersifat rahasia tolong biasanya sms nya dari xl axiata sebelum nya maaf kalau ngerepotin salam da
Sms kedua dr pelaku +6281927687373
Kak itu OTP token pocer bagi pulsa dari indomaret kak cpt krim wktu ny 5 menit kak klau lewat 5 menit itu gk berlaku lagi kak nanti dpt terus OTP ny kalau lewat 5 ment
Sampel sms dari myXL saat pemberian password

Kata sandi ini bersifat rahasia dan jangan pernah berikan pada siapapun. Silahkan masukkan XXXXXX di halaman login myXL untuk konfirmasi pergantian kata sandi.
Sampel sms kode OTP dr myXL
myXL - Kode OTP Bagi Pulsa Anda XXXXXX. Berlaku hanya 5 menit. Jaga kerahasiaan kode OTP dan password myXL Anda.




Thursday, September 14, 2017

Jelajah Cirebon Part #1 dari 9 : Persiapan


Selama ini saya dan keluarga cuma melintas saja di Cirebon. Saat perjalanan keliling Jawa beberapa tahun lalu, kami cuma mampir di Nasi Jamblang Mang Dul lalu Batik Trusmi, namun saat adik ipar melontarkan ide untuk menginap 2 malam dan lebih fokus pada destinasi Cirebon dan sekitarnya, hemm kenapa tidak ?, toh dari Bandung ke Cirebon via Cipali hanya memerlukan waktu 2 jam saja saat ini.

Istri yang antusias lalu menyiapkan itinerary, apalagi sudah cukup lama kami tidak jalan2 bersama keluarga adik setelah perjalanan terakhir yang mengesankan saat keliling Sumatera. Keluarga adik, dalam beberapa perjalanan terakhir saya, misalnya ke Dieng, Sumatera Utara, Aceh (Sabang), Penang serta yang terakhir NTT memang berhalangan untuk ikut. Setelah cek sana sini kami akhirnya memutuskan itinerary sebagai berikut
  • Waterland – Ade Irma Suryani
  • Masjid At Taqwa
  • Pasar Kanoman
  • Kraton Kanoman
  • Masjid Sang Cipta Rasa
  • Kraton Kasepuhan
  • Makam Sunan Gunung Djati
  • Taman Wisata Gua Sunyaragi 
Sedangkan untuk wisata kuliner
  • Tomodachi Resto
  • Bu Nur (Nasi Jamblang)
  • Cirebon Sultana
  • Markas Food Camp
  • Mang Dul (Nasi Jamblang)
  • Jajanan Pasar Kanoman (Kue Tapel, Docang, Durian, Ketan – Ebi,Tahu Kopeci dan Durian)
  • Jajanan Kraton Kasepuhan (Tahu Gejrot dan Cendol Dawet Ayu)
  • Haji Apud (Empal Gentong, Empal Asem, Nasi Lengko dan Sate Kambing Muda)
  • Haji Moel (Seafood)
  • Klapa Manis  Resto - Bukit Gronggong
 Untuk penginapan
  • Hotel Neo Samadikun
  • Alamanis Resort dan Village – Bukit Gronggong
Hari Jumat siang 18/8/2017 siang ,kami segera meluncur setelah sebelumnya mengantar Si Bungsu melihat open house di Universitas Maranatha. Saya dan adik ipar sambil menunggu Si Bungsu, shalat Jumat di masjid sekitar Maranatha. Lalu sebelum berangkat kami semua kumpul di mushalla, kejutan juga bagi saya dengan adanya fasilitas mushalla di Maranatha, sungguh suatu hal yang perlu diapresiasi.

Karena jarak dekat, saya tidak mengupayakan roof rack dan roof box, alhasil Si Bungsu dan keponakan cukup menderita di seat ketiga yang memang lebih cocok buat anak kecil ketimbang dua gadis remaja seperti mereka seperti saat ini. Setelah mengisi bahan bakar di Rest Area 97 sambil membeli beberapa jajanan termasuk Cuankie instan dan Tape Kuningan, kamipun melanjutkan perjalanan disiang terik. Secara jalur, rute via Cipali yang kami pilih memang lebih jauh alias 216 km dibanding via Lembang lalu Subang yang berjarak 163 km, namun via Cipali justru lebih cepat sekitar 1 jam. Kami  akhirnya keluar tol di GT Plumbon.





Sayangnya suasana kota Cirebon terlihat masih kalah dibanding kota-kota wisata lain seperti Denpasar, Solo, Yogya ataupun Bandung. Di beberapa sisi, trotoar bagi pejalan kaki belum dikelola secara baik, dan di beberapa lokasi lainnya terlihat kurang terawat. Semoga saja Cirebon bisa lebih baik kedepannya.

Silahkan klik untuk membaca link berikutnya http://hipohan.blogspot.com/2017/09/jelajah-cirebon-part-2-dari-9-waterland.html

Jelajah Cirebon Part #2 dari 9 : Waterland Ade Irma Suryani dan Nasi Jamblang Bu Nur


Cirebon yang berpenduduk sekitar 400.000 jiwa, berada pada ketinggian 5 meter DPL.  Memiliki lokasi strategis, di pesisir utara Pulau Jawa atau yang dikenal dengan jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya. Pada awalnya Cirebon berasal dari kata Sarumban, sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Lama-kelamaan Cirebon berkembang menjadi sebuah desa yang ramai yang kemudian diberi nama Caruban (Carub dalam bahasa Cirebon artinya bersatu padu). Diberi nama demikian karena di sana bercampur para pendatang dari beraneka bangsa diantaranya Sunda, Jawa, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya bangsa Arab), agama, bahasa, dan adat istiadat. kemudian pelafalan kata Caruban berubah lagi menjadi Carbon dan kemudian Cerbon, sampai akhirnya menjadi Cirebon.

Namun versi lain agak berbeda, konon nama tersebut dikarenakan sejak awal mata pencaharian sebagian besar masyarakat adalah nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai, serta pembuatan terasi, petis dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi atau yang dalam bahasa Cirebon disebut (belendrang) yang terbuat dari sisa pengolahan udang rebon inilah berkembang sebutan Cai- Rebon (bahasa sunda : Air Rebon), yang kemudian menjadi Cirebon. Saat ini Cirebon memiliki 5 kecamatan yakni Harjamukti, Kejaksan, Kesambi, Lemahwungkuk dan Pekalipan.

Karena cuaca relatif masih siang, dan perut masih terasa kenyang setelah diisi dengan Baso Tahu Tulen di tol GT Pasteur, maka kami memutuskan untuk menjelajahi dulu Waterland di Jl. Yos Sudarso No.1, Lemahwungkuk. Sebenarnya lokasi ini lah yang pertama kali membuat kami tertarik ke Cirebon, namun di  situs perjalanan, banyak yang tidak puas dengan layanannya meski rata-rata pengunjung cukup mengapresiasi arsitekturnya. Keluhan yang kami baca antara lain, layanan lambat, ac unit tidak berfungsi baik, pasokan air ke unit tidak stabil atau bahkan mati, dll.



Di sini nyaris semua jenis kolam renang tersedia, mulai dari yang standar olimpiade, kolam main, air  mancur sd air terjun. Di bagian tengah resort pada sisi yang menghadap ke laut terdapat sebuah restoran besar berbentuk perahu yang dikelilingi cottage-cottage diatas permukaan laut. Sayangnya airnya berwarna coklat, kalau di Malaysia Kingdom of Chocolate menjadi andalan, di Cirebon bahkan lebih hebat lagi, alias Ocean of Chocolate canda saya pada Si Bungsu.



Daripada membayar tiket masuk yang tetap harus dibayar meski hanya untuk melihat-lihat, kami memilih menikmati hidangan ringan di restoran Kapal Tomodachi sehingga tetap dapat menikmati arsitektur lokasi ini secara gratis. Mengamati kualitas bangunan, menurut saya cottage disini terlihat rapi, antara cottage satu dengan yang lain dihubungkan dengan dermaga kayu. Lalu terlihat semacam gedung serba guna agak menjorok ke tengah laut, dan sebuah dermaga artistik kayu yang lebih menjorok lagi ke tengah laut.  



Disini kami hanya memesan 1 porsi Bitter Ballen, 1 porsi Chicken Wings, 1 Let Shake Pinky, 1 Mint Mojito, 2 Orange Squash, dan 1 Hot Chocolate. Banana Split Ice Cream yang kami pesan tak kunjung-datang, dan ketika ditanya, tanpa ekspresi maaf,  para pelayan restoran cuma saling melempar satu sama lain, lalu dengan dinginnya menjawab kalau pisangnya habis.  Hemm aneh juga, tidak ada yang konfirmasi soal pisang ini, sepertinya komplain dalam situs perjalanan yang kami baca ada benarnya.  Untuk semua makanan dan minuman diatas kami membayar Rp. 140.875.






Setelah menunaikan shalat Ashar, dari sini kami langsung meluncur ke Nasi Jamblang Bu Nur yang berlokasi di Jl. Cangkring 2 No.34, Kejaksan, kurang lebih 3 km dari Waterland dan akhirnya kami sampai sekitar jam 17:37. Sayang sepertinya kami kurang beruntung, sebagian besar menu sudah habis, dari sekitar 30 an menu, hanya tersedia sekitar lima menu lagi, termasuk Semur Daging Sapi, Ikan Tuna dan Nasi. Menu-menu seperti Tahu, Tempe, Semur Telor, Sate Kentang, Sate Usus, Sate Kerang, Cumi, Sate Udang, Perkedel Basah/Kering/Jagung, Semur Lidah/Hati/Limpa Sapi, Pepes Jamur/Ayam/Usus, dll habis tak bersisa. Untung di bagian depan masih ada Es Durian Tjampolay, ya karena sudah lapar kami makan apa adanya. Total biaya makan disini sekitar 90.000 plus Es Durian Tjampolay 20.000 per gelas. Sebenarnya di bagian depan masih ada Empal Gentong Bu Nur, namun istri lebih merekomendasikan Empal Gentong Haji Apud. 



Jelajah Cirebon Part #3 dari 9 : Hotel Neo, Kuliner Cirebon Sultana dan Kuliner Markas Food Camp


Jadilah kami meninggalkan Nasi Jamblang Bu Nur dalam keadaan masih lapar, dan langsung menuju Hotel Neo yang sudah kami pesan sebelumnya via internet di Jalan Samadikun. Tarif per kamar semalam sekitar 250.000 tanpa breakfast, termasuk standar untuk Budget Hotel, cuma lokasinya agak kepinggir kota, alias tidak banyak yang jualan makanan di sekitar sini.




Malam hari, kedua anak gadis yang masih perlu waktu meluruskan kaki setelah melipat diri di baris kursi belakang tidak ikut, jadi berlima saya dan adik segera menuju Masjid At Taqwa, yang sengaja tidak menggunakan kata Agung karena sudah lebih dulu disematkan pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa di kawasan Kraton Kasepuhan. Setelah memarkir kendaraan di sini, kami lalu mengelilingi jalan di sekitar Masjid, sayangnya tidak terlihat adanya kuliner representatif, beberapa hanya menggunakan kata-kata Bandung, seperti Seblak Bandung, Mie Ayam Bandung, Martabak Bandung, Roti Bakar Bandung dll.




Namun adik akhirnya memilih menyebrang jalan menuju Cirebon Sultana, pastry aneka rasa dengan kemasan modern yang konon kabarnya milik artis Indra Bekti. Terdiri dari lima varian rasa yakni Double Choco, Choco Banana, Mango, Cheese, dan Blueberry, yang dijual dengan harga 55.000 per paketnya. Semakin bertambah saja outlet milik artis setelah sebelumnya ada Syahrini dengan Princess Cake nya dan juga Laudya Chintya Bella dengan Makuta Cake nya.

Akhirnya kami menemukan Markas Food Camp di jalan Cipto Mangunkusumo No 105. Sepintas tempatnya nyaman, lapangan parkir luas, dan cukup banyak variasi makanan. Kami memesan 2 porsi Mie Baso Balungan, 1 porsi Nasi Goreng Kambing, 1 Es Campur, 1 Porsi Ayam Goreng Jagung, 1 Nasi Bistik dan 1 porsi Omelet, serta 4 Gelas Es Teh Manis dan cukup kaget dengan enak dan murahnya. Hemm tak salah, memang kalau Cirebon layak menyandang Kota Destinasi Kuliner, sudah rasanya enak, dan harganya murah pula.  Sebagai perbandingan, 1 Porsi Baso sekitar 18.000 sedangkan 1 porsi Es Campur sekitar 10.000.



Cuma sambil makan di tempat yang baru berdiri 2015 lalu ini, nyamuknya juga cukup ganas dengan balik “memakan” kami, saya terpaksa menggoyangkan kaki layaknya drummer top Mike Portnoy saat memainkan double bass sepanjang acara konser eh.. makan.

Jelajah Cirebon Part #4 dari 9 : Kuliner Nasi Jamblang Mang Dul, Kuliner Pasar Kanoman dan Kraton Kanoman.


Setelah adzan Subuh, seperti kebiasaan sejak Januari 2017, saya langsung olah raga sendirian sambil mengelilingi hotel, menelusuri Samadikun, Kedrunan, Moh. Toha, Veteran terus menuju Masjid At Taqwa lalu ke kanan menuju Stasiun Kereta Api Cirebon yang terlihat bersih dan cantik dengan total jarak 4,42 km.



Sekitar jam 6:30 kami check out dan langsung menuju Nasi Jamblang Mang Dul, yang pada pagi hari sudah terlihat ramai. Kali ini kerinduan kami akan Nasi Jamblang yang tak tuntas sehari sebelumnya bisa terpuaskan, mulai dari Ayam Kampung Goreng, Sambal Cabe Iris, Tempe Krispi, Perkedel, Kerang, semua tersedia lengkap.  



Kami lalu menuju Pasar Kanoman setelah sebelumnya parkir di di Jalan Pecinan, kali ini giliran menyantap Kue Tapel, yang sepintas mirip Serabi Notosuman namun versi krispi,  cukup tiga biji yang penting sudah mencoba, lalu giliran Docang cukup seporsi asal sudah tahu rasanya yang agak asam-asam segar dimakan dengan lontong dan sejenis Kerupuk Melarat plus siraman saus kacang, tak lupa kami juga memesan Ketan – Ebi. Lalu kami juga memesan 10 buah Tahu Kopeci yang disantap sambil menunggu para Ibu keliling-keliling pasar.  Sebagai puncak kuliner sekitar Kanoman kami menyantap tiga butir durian ukuran sedang seharga 40.000 sebutir.








Menuju Kraton Kanoman pada awalnya sedikit membingungkan, karena masuk ke dalam pasar, sayangnya kami sudah keburu meninggalkan parkiran strategis kami di jalan Pecinan, akhirnya setelah berputar-putar kami mendapatkan lokasi parkir disamping Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Sambil berjalan kaki kami melihat beberapa pedagang jangkrik untuk pakan burung. 



Saat kami tiba Kraton Kanoman nampak sedang dibenahi, cukup luas juga ternyata kompleksnya, meski dari luar tidak terlalu terlihat. Guide membawa kami berkeliling-keliling termasuk ruang penobatan Raja, lokasi Raja menyambut tamu, rumah pertama di Cirebon yang beberapa bagian arsitekturnya mirip dengan Gua Sunyaragi alias mirip karang-karang laut.










Keraton Kanoman yang memiliki luas sekitar 6 HA, didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I pada sekitar tahun 1678 M. Keraton Kanoman masih taat memegang adat-istiadat, di antaranya melaksanakan tradisi Grebeg Syawal,seminggu setelah Idul Fitri dan berziarah ke makam leluhur, Sunan Gunung Djati di Desa Astana, Cirebon Utara. Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman erat kaitannya dengan syiar agama Islam yang giat dilakukan Sunan Gunung Djati, yang juga dikenal dengan nama Syarif Hidayatullah.