Monday, January 23, 2017

Kakak Ku Menikah

Dalam buku Citizen Soldier karya Stephen E. Ambrose di 1998, alih-alih membuka berbagai buku sejarah untuk membuat kompilasi WWII, beliau malah memutuskan untuk melakukan ratusan wawancara saksi mata. Lantas pembaca dipersilahkan untuk menarik kesimpulan sendiri dari sekian banyak kesaksian tersebut. 

Berawal dari postingan ku di group, mengenai kisah pernikahan ibu, giliran paman selayaknya saksi pernikahan ibu dan ayah, menambahkan kesaksiannya saat itu, sehingga memperluas persepsi mengenai jalannya pernikahan ibu dan almarhum ayah. Berikut ini tulisan paman, mengenai kejadian di tahun 1960 tersebut. Sekaligus melengkapi kisah ibu di link berikut;

http://hipohan.blogspot.co.id/2012/02/perkenalan-dengan-suami.html
http://hipohan.blogspot.co.id/2012/03/dilamar-parmuhunan.html

Aku merasa sedikit aneh ketika pria berkumis yang wajahnya bulat itu datang kerumah kami dan duduk begitu saja dikursi tamu kami. Kursi tamu itu terbuat dari kayu dengan lengan berbentuk kurva menyatu dengan kakinya dengan meja bundar yang selalu ditutupi taplak dan memiliki laci terbuka tempatku menaruh buku pelajaran. 

Setiap kali lelaki itu datang selalu terjadi kesibukan pada keluarga kami yang tak bisa aku pahami. Perasaanku mengatakan akan terjadi sesuatu yang akan mengubah keluarga kami. Benar saja, beberapa minggu sesudah itu, datanglah serombongan orang berpakaian adat dan bunyi bunyian serta pencak silat diiringi barisan ramai orang-orang. 

Tapi ternyata mereka tidak sampai ke halaman rumah kami karena aku dengar Ayah berkeras bahwa acara dan adat seperti itu tidak islami dan lebih mengarah pada ajaran agama lain sehingga menolak acara seperti itu berada di wilayah kekuasaannya. 

Perlu dipahami antara Batak Angkola (penulis : asal ayahku) dan Batak Mandailing (penulis : asal ibuku) memang terdapat perbedaan yang tajam tentang hubungan sosial. Dengan kata lain dari awal terdapat hambatan kultural yang sulit dipahami generasi sekarang. 

Namun bagiku sebagai seorang anak yang masih kecil tentu belum paham akan hal ini. Bagi ku ini adalah kejadian yang menarik dan secara tidak sadar aku mengikuti keramaian ini saat mereka berbalik dengan menyertakan kakak perempuan ku dalam rombongan dibagian depan. 

Tentu saja aku hanya bisa mengikutinya dari belakang karena kesulitan menerobos masuk ke kerumunan barisan orang dewasa. Aku terus mengikuti barisan tersebut, tentu tanpa sepengetahuan Ayah dan Ibuku yang masih melayani tamu tamu saat melepas kepergian kakak. 

Sekitar beberapa ratus meter akhirnya rombongan berhenti di sebuah rumah bertingkat dua di simpang Jembatan Siborang yang memisahkan pusat kota dan kawasan kami. Satu satunya jembatan yang menghubungkan Sibolga dan Padang diatas Batang (sungai) Ayumi. Rumah itu bercat hijau dan di halamannya sudah didirikan teratak dimana kumpulan penabuh gendang adat tersebut telah mengatur posisi dan terus menabuh diiring onang onang dalam bahasa daerah.

Kawasan ini sudah dipenuhi gaba gaba (hiasan yang terbuat dari pelepah kelapa yang masih muda dan masih berwarna kuning sebagai perlambang keremajaan). Rasa keinginan tahuan ku memaksa kedua kaki ku yang kecil dan kurus memasuki rumah bertingkat itu tanpa diperhatikan penghuni dan para tamu. 

Tapi kemudian entah dari mana dan oleh siapa pertama kalinya ada yang mengenal ku dan lalu dibawa ke tingkat atas. Awalnya aku begitu ketakutan, namun gadis gadis yang ada dirumah tersebut begitu ramahnya sehingga aku pun merasa nyaman meskipun aku tidak lagi menjumpai kakak perempuan ku disana. 

Para gadis itu lalu memberitahu para tetua bahwa aku ada ditempat horja (pesta). Lalu mereka mengataan padaku, bahwa selaku pihak mora menurut adat Dalihan Na Tolu, aku tidak diperkenankan adat untuk berada ditempat itu sampai kakak ku berkunjung resmi kembali kerumah orang tuanya beberapa saat setelah acara pernikahan. 

Lalu aku diantar kembali kerumah, dan beberapa hari kemudian aku tidak lagi berkunjung kerumah bertingkat itu, meskipun acara horja itu masih berlangsung dua hari kemudian. Sejak saat itu aku tidak lagi menjumpai kakak perempuan ku untuk waktu yang sangat lama. Bersama lelaki berkumis itu kakak telah berangkat ke Pulau Jawa yang konon sangat jauh, dan tidak pernah terbayangkan oleh pikiranku. 

Wednesday, January 18, 2017

Awal Mula Perusahaan Bis ALS (Antar Lintas Sumatera)

Berikut ini cerita dari paman, yang sengaja ku abadikan dalam blog, agar menjadi catatan yang dapat dibaca dan menjadi pelajaran khususnya bagi keturunan tokoh-tokoh ini kelak.

Dahulukala di daerah Aek Tampang, Kota Padang Sidempuan, tepatnya  di sebelah kiri jika menuju daerah Mandailing,  berdiri sebuah bengkel mobil satu satunya, di daerah tersebut yang bernama Anas Atelier. Anas adalah kependekan dari Amran Nasution, sang pendiri bengkel yang juga keturunan seorang raja dari Kawasan Maga dan dahulu diangkat Belanda menjadi bagian dari birokrat kerajaan. Istilah bagi jabatan seperti ini dimasa itu dinamakan kuria (dari bahasa Yunani Churia).

Sebagai bangsawan, Amran Nasution memiliki keistimewaan dimasa itu untuk belajar ke Negeri Belanda dalam bidang teknik. Sekembalinya belajar dari Belanda beliau bekerja sebagai teknisi di perkebunan milik Belanda di Batang Toru (sekarang dikenal sebagai PTP III). Dengan gaji besar dalam mata uang gulden, maka Amran Nasution yang berkulit putih dan berperawakan relatif tinggi (sekitar 170 cm) akhirnya mampu memiliki sepeda motor besar Harley Davidson dan juga Java yang menjadi koleksinya ditahun 40 an. Dengan kacamata gelap sehingga leluasa memandang para gadis juga jaket kulit serta overcoat panjang maka lengkaplah gaya khas beliau dalam penampilan sehari-hari.

Terkait penampilan parlente ini, bahkan saat sudah berusia lanjut, beliau masih sempat minta dibelikan overcoat panjang ketika mengetahui paman akan berangkat ke Newcastle - Inggris ditahun 1985. Dimasa mudanya, Amran Nasution sedikit sulit menemukan pasangan karena selera dan status status sosialnya yang di atas rata-rata. Suatu hari datanglah seorang gadis bernama Salamah Lubis dari Roburan ke rumah orang tua Amran Nasution di Maga untuk membantu menumbuk padi. Sebenarnya tujuan orang tua Amran, adalah memperkenalkan Sang Gadis  dengan Amran namun tanpa diketahui Sang Gadis. Setelah mengamati Si Gadis dari ketinggian lewat jendela rumah orang tuanya yang berbentuk rumah panggung, ternyata Amran Nasution akhirnya jatuh hati pada gadis berkulit putih bersih ini.

Singkat cerita mereka pun menikah, dan setelah berhenti dari perusahaan perkebunan maka Amran Nasution muda pun membuka bengkel pertama di Tapanuli yang diberi nama Anas Atelier.  Keluarga ini pun menjadi kaya raya karena pelanggannya yang datang dari segala penjuru bahkan termasuk dari Medan dan bahkan Padang yang harus ditempuh belasan jam. Amran Nasution jelas sosok yang berkarakter "penemu", dimasa itu di rumahnya bahkan terdapat lemari pendingin, pemutar piringan hitam, mesin penggergajian kayu yang kemudian hari banyak terlihat di industri sawmill.




Saat bekerja dengan mesin ini lah, pernah terjadi kecelakaan karena mesinnya saat diperiksa tanpa sengaja dihidupkan seseorang dan nyaris membuat kepala Amran Nasution terbelah dua. Bekas luka ini secara permanen melintang dan menghias dibagian dahi Amran Nasution. Disamping koleksi motor gede, Amran Nasution juga memiliki mobil sedan mewah Plymouth buatan Amerika. Mobil ini amat berjasa saat Chairani Lubis, kakak paman sekaligus kakak ibu ku, meninggal dalam keadaan mengandung di Medan. Saat itu di tahun 1958 adalah awal perang saudara Permesta, dimana terjadi pengeboman pemancar radio RRI. Masa itu juga bagi paman, adalah momen kelahiran istri paman di Siantar, itu sebabnya nama bibiku diawali dengan Pristiwa yang berasal dari peristiwa dimaksud.

Saat kecil paman amat senang bila diajak nenek bertandang kerumah keluarga Amran Nasution. Apa yang membuat paman senanag ? disamping putri putrinya yang cantik, kecuali salah satu anaknya yang bernama Minah dan lahir dengan kebutuhan khusus, juga karena paman amat menyukai majalah majalah otomotif terbitan luar negeri dengan berbagai jenis mobil di masa itu yang semuanya terasa menarik bagi seorang pemuda cilik.

Amran Nasution juga suka berburu rusa, dan memiliki beberapa senapan laras panjang dan anjing khusus berburu dengan badan besar dan kuat. Kegiatan berburu ini sering dilakukan bersama suami dari kakak istrinya dan bernama Djapusuk Harahap. Abang iparnya ini seorang pendekar yang amat mahir ilmu silat, yang tentu amat berbeda dari Amran Nasution yang teknokrat.
Hobi Amran lainnya adalah menonton bioskop terutama film Barat semisal "Gone With The Wind". Saat itu di Kota Padang Sidempuan ada dua bioskop,  yang satu, bernama Tapanuli dan yang lainnya Angkola. Karena keistimewaannya sebagai pelanggan tetap, Amran Nasution memiliki kursi permanen di bagian balkon yang dinamai kelas "loge" yang dalam bahasa lokal disebut "lose". Artinya meski sedang tidak menonton, kursi itu tidak boleh digunakan orang lain.

Disamping mobil sedan,  Amran Nasution juga memiliki bus bermerek Dodge yang sering disebut mobil Kingkong, mobil ini kemudian hari dirampas Jepang untuk mengangkut serdadu, sehingga paman sekeluarga saat mengungsi terpaksa jalan kaki dan naik pedati. Sebelum kedatangan Jepang, mobil ini digunakan untuk melayani trayek ke Padang. 

Pengoperasian mobil ini akhirnya diserahkan pada adik ipar Amran, yakni Nuddin Lubis yang pernah tinggal dirumah kami, dimana lokasinya kebetulan tidak jauh dari bengkel yang sekaligus menjadi rumah Amran. Lelaki ini tinggal dirumah karena dia juga adik Ayah kami yang paling kecil, jadi istri Amran, kakek dan adik kakek memang saudara sekandung.

Dimasa itu sebutan untuk pengelola bis ini adalah "Toke" sementara pemungut bayaran disebut sebagai "Cincu". Saat itu pemeran cincu adalah Ali Sati Lubis yang berasal dari Kotanopan. Kedua Toke dan Cincu (Nuddin Lubis dan Ali Sati Lubis) ini akhirnya menjadi sahabat nan abadi dalam mengoperasikan cikal bakal ALS. Suatu saat sang Toke memanggil sang Cincu, dan menjelaskan bahwa telah tiba saat perpisahan bagi keduanya karena negara membutuhkannya untuk menjadi pegawai di pemerintahan di ibukota propinsi. Pendidikan Sang Toke yang lulus secara istimewa dan beberapa kali loncat kelas dari madrasah Purba Baru amat bermanfaat sebagai modal awal, disamping pengalamannya sebagai komandan tentara rakyat Hizbullah dan sebagai tokoh pioner NU yang membuat organisasi ini memimpin dan menyebar sempurna di Tapanuli Selatan.

Begitulah waktu, yang mempertemukan dan memisahkan kedua sahabat ini dalam nasib yang berbeda. Sang Cincu ini akhirnya dijebak seorang pengusaha etnis Batak, sehingga dipenjara sampai akhirnya namanya direhabilitasi oleh Presiden Soekarno dan atas desakan partai NU. Siapa tokoh partai NU yang mendesak Soekarno dan sempat menjadi anggota DPR sampai lebih dari 20 tahun bahkan meraih jabatan terakhir sebagai wakil ketua DPR/MPR RI ? ya ternyata Sang Toke. Sang Toke inilah yang juga merupakan tokoh yang menyuarakan pembubaran PKI dan dalam catatan sejarah sempat dinamakan petisi Nuddin Lubis sesuai nama asli Sang Toke.

Petisi inilah yang secara resmi menjadi dasar pembubaran PKI. Kembali ke kisah Ali Sati Lubis. Sang Cincu yang teramat sedih atas perpisahan dengan sahabatnya, ternyata selalu mengingat pesan Sang Toke. Pesan tersebut kira-kira berbunyi

"Adikku Sati, permintaanku jangan tinggalkan usaha transportasi ini, karena ini sangat diperlukan penduduk Mandailing bepergian ke dunia luar demi untuk kemajuan, dan ingat, ini adalah kebanggaan bagi Suku Mandailing".

Sejak perpisahan itu, sebenarnya Ali Sati Lubis juga sempat menjadi pegawai pemda saat era Gubernur Sutan Komala Pontas yang juga kerabatnya. Namun karena kesetiaannya terhadap sahabatnya dan kecintaannya terhadap Mandailing maka dia kembali ke Mandailing dan mendirikan perusahaan bus Antar lintas Sumatera yang disingkat ALS.

Saat ini armada ALS sudah terdiri dari ratusan bus Mercedes Benz. Bahkan konon kabarnya saking banyaknya melakukan pembelian bis, Presiden Mercedez Benz menyempatkan diri langsung dari Jerman menemui Sang Cincu yang tutur katanya tenang dan lembut ini secara langsung. Sang Cincu alias Ali Sati Lubis menyampaikan kisah ini pada paman, saat sama sama umrah di bulan ramadhan. Demi persahabatannya dengan Sang Toke, meskipun sudah udzur saat itu, beliau selalu menyempatkan diri membangunkan dan menemani paman untuk sahur baik di Mekkah maupun di Singapura saat transit. 

Sayang paman tidak lagi pernah jumpa sampai beliau berpulang tahun 2014, menyusul sahabatnya alias Sang Toke yang sudah kembali pada Sang Pencipta lebih dahulu pada tahun 2000. Bagi paman, Ali Sati Lubis adalah sosok yang mengesankan. Salah satu kata-kata beliau yang diingat paman adalah bagi beliau marga Lubis adalah takdir untuk menjadi ulama, pengajar ataupun profesi yang berhubungan dengan intelektual, namun bukan marga yang pas untuk menjadi pengusaha, meski beliau sendiri seorang pengusaha.

Nuddin Lubis dapat dilihat sejarah singkatnya di https://id.wikipedia.org/wiki/Nuddin_Lubis
Sejarah PO ALS versi wikipedia dapat dilihat di https://id.wikipedia.org/wiki/PO_ALS


Tuesday, January 17, 2017

Nasihat Ompung

Beberapa bulan lalu, adik ibuku paling kecil dari tujuh bersaudara, dan biasa aku panggil dengan sebutan Tulang Nawawiy Lubis, menceritakan beberapa nasihat yang berkesan bagi beliau, yang didapat dari almarhum kakek dan nenek ku. Tentu bukan sembarang nasihat, karena berbekal "Nasihat Ompung", paman sudah membuktikannya sendiri dan berhasil menjadi profesor di Fakultas Teknik USU setelah meraih S2 di Newcastle dan S3 di Malaysia. Bukan cuma itu, paman juga per hari ini, menjabat sebagai Komisaris Utama di di salah satu BUMN di bidang pelabuhan. Singkatnya akan saya jelaskan nasihat-nasihat tersebut, sebagai berikut;






Mata Guru Roha Siseon

Artinya jadikan pengalaman yang diperoleh melalui indera sebagai petunjuk, namun hati/nurani harus tetap digunakan sebagai alat kontrol dan penasihat yang bijak. Sekarang ini dikenal sebagai filsafat fenomenologi.

Ulang Kamu Songon Lapung

Lapung adalah buah padi yang kosong tidak ada padinya, biasanya dalam setangkai padi selalu ada yang kosong. Sesudah disabit tangkai tangkai padi ini diinjak injak yang dikenal dengan istilah "mardege" agar bulirnya terpisah dari tangkainya namun biji  kosong masih berbaur dengan yang berisi.

Untuk memisahkannya digunakan dua cara, pertama; menjatuhkannya dari ketinggian semampu tangan menjangkau saat angin sepoi berhembus, maka yang berisi akan langsung jatuh dan yang kosong akan diterbangkan angin. Kedua; dengan jalan melemparkan dan menampungnya berulang ulang setinggi 20- 30 cm dengan menggunakan "induri" yaitu wadah anyaman bambu berbentuk bulat atau persegi yang sisinya diikat dengan rotan. Maka, buah padi yang berisi akan terpisah dari yang kosong.

Artinya orang yang tidak berisi ilmu dan tidak bermanfaat bagi orang lain akan tersisih dan terbuang dari masyarakat. Hal ini sesuai dengan ajaran agama Islam yang sangat mengutamakan orang yang berilmu yang memanfaatkan ilmunya untuk kebaikan.

Ulang Songon Manuk Torinduri.

Ayam kampung yang habis bertelur selalu berkotek kotek ribut, tapi beberapa jenis Ayam sering berkotek kotek tapi tidak bertelur inilah manuk torinduri. Nenek melarang keturunannya berkotek kemana mana menyombongkan prestasi yang tidak kita lakukan. Menurut nenek, walau  kita melakukan saja kita tidak perlu bilang apalagi jika tidak kita lakukan.

Ulang Songon Pior Mompang.

Pior adalah sejenis kincir dari bambu yang memiliki tiang kecil dan  juga dibuat dari bambu. Selanjutnya bambu kecil ini dimasukkan dalam bambu yang lebih besar berupa galah sehingga bisa dibuat lebih tinggi. Saat angin datang propeller bambu ini akan berputar begitu juga sumbunya juga akan berotasi sesuai arah angin. Pior ini teramat perlu untuk mendeteksi angin yang digunakan untuk memisahkan padi yang berbulir beras dan yang kosong.

Mompang sendiri diduga adalah nama tempat kemungkinan asal dari pior ini. Nenek melarang turunannya meniru pior ini karena maknanya tidak punya pendirian dan terus terombang ambing kemana arah angin berhembus.  Nenek ingin kita harus tegak berdiri menantang topan sekalipun, demi untuk menegakkan agama dan kebenaran.

Ulang Songon Batu Ni Bulu

Artinya kira-kira, jangan seperti  biji bambu. Bambu memiliki bunga yang kemudian mengeras lalu gugur, ini mirip lapung, tidak memberi manfaat kepada makhluk lain, didarat tidak dimakan burung dan diair pun tidak dimakan ikan. ibarat kalau jenis manusia maka orang seperti ini tidak bermanfaat sama orang lain.


Dakka Dakka
Dupang Dupang
Hata Hata
Pambayar Hutang

Menurut paman, ini merupakan nasihat kakek, yang intinya jagan pernah meremehkan kekuatan kata-kata, bahkan hutang sekalipun bisa lunas dengan kekuatan kata.

Dakka = Dahan Pohon
Dupang = Kusen pintu
Hata = Kata-Kata.

Bahasa Menunjukkan Bangsa

Sebenarnya bukan hal yang benar-benar baru, dan sudah cukup sering kita dengar. Artinya kurang lebih adalah cara berbicara seseorang akan menunjukkan kualitas dan derajat seseorang. Dan jangan lupa, saat kita memahami bagaimana ilmu komunikasi digunakan, maka kita akan tahu betapa kata-kata memiliki kekuatan. Silahkan cek link tulisan saya, bagaimana Churchill membakar semangat perlawanan bangsa Inggris terhadap serangan Jerman di 

http://hipohan.blogspot.co.id/2013/03/we-shall-never-surrender.html

Cari Musuh Jangan Sekali Sekali, Kalau Datang Pantang Lari.

Artinya sudah jelas, jangan pernah cari masalah, namun kalau masalah datang, pantang mundur sebelum selesai.