Tuesday, July 23, 2019

Jalan-Jalan ke Bandar Lampung dan Pahawang Part #1 dari 7 : Tak Perlu Ke Maldives



Pernah lihat pariwisata di Maldives ? cottage kayu diatas laut hijau tosca, langit biru dengan udara tropis yang cerah, lautan dibawah cottage layaknya kolam raksasa dengan ikan ikan kecil berenang kian kemari, bentangan karang berwarna cerah nan indah  . Nyatanya tak perlu ke Maldives dan keluar biaya paling tidak 10 sd 12 juta per orang untuk menikmati suasana seperti itu. Ya betul Lampung ternyata memiliki suasana yang kurang lebih sama, bahkan lebih indah karena dikelilingi pegunungan yang berlapis-lapis dan dengan biaya jauh lebih murah alias seperdelapannya.

Pernah ke Lampung ? kalau cuma lewat saya sih iya, contoh saat perjalanan lintas Sumatera tahun 2015 yang dapat dilihat disini http://hipohan.blogspot.com/2015/12/jelajah-sumatera-part-1-dari-10.html , tapi tak pernah benar-benar  eksplorasi kawasan Lampung. Saat itu sangat ingin mencoba salah satu kuliner terkenal di Lampung yakni Baso Son Haji Sonny, cuma kuatir kemalaman saat melintas jalur timur mengingat cerita rawan di perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan, sehingga terpaksa keinginan tersebut dibatalkan. 

Setelah Lebaran seorang teman zaman kuliah yang kebetulan tetangga istri saat masih bocah di kawasan Buah Batu share foto hidangan utama di Resto Begadang, Bandar Lampung,  yakni Ayam Telur dan Udang, saat perjalanan ybs kembali mudik dari Palembang ke Bandung. Sebelumnya abang ipar menceritakan keindahan Pahawang, akhirnya istri tertarik, dan langsung kontak adik kandungnya sekeluarga di Depok, yang selama ini cukup sering bersama kami berpetualang seperti ke Bali, Batu, Macau, Hongkong, Shenzhen, Singapore, Pangandaran, Keliling Jawa, Keliling Sumatera dan Cirebon.




Hemm baiklah, jadi kata kuncinya adalah Maldives, lantas istri surfing dan menemukan sementara ini di Pahawang hanya ada satu resort yang sesuai dengan suasana Maldives, yakni Andreas Resort, setelah didiskusikan dengan travel, Mas Eko mengatakan bahwa harus pesan 3 bulan sebelumnya kalau buat week end, akhirnya kami mengalah untuk menggunakan week day, keputusan yang tak kami sesali karena spot snorkling saat di hari Senin layaknya spot pribadi saking sepinya. Demikian juga Andreas resort di malam Senin suasananya lebih tenang ketimbang week end. Bagaimana dengan lokasi lain ?, ada Tegal Mas misalnya yang juga berkonsep sama dengan Maldives, namun berada di pulau lain.  

Ada 2 jenis cottage di Andreas, yang pertama di darat dengan harga sewa lebih murah, dan yang kedua di atas laut, dengan harga sewa lebih mahal alias sekitar 2 Jutaan per malam saat week end. Satu cottage ini bisa diisi sekitar 8 sd 10 orang. Berapa harga persisnya, kami tidak tahu, karena sudah satu paket dengan travel yang dikelola Mas Eko. 

Setelah kami pelajari, kok sayang rasanya kalau kami cuma eksplorasi Pahawang, sehingga akhirnya kami memutuskan untuk menginap 1 malam di Bandar Lampung yang kebetulan memiliki cukup banyak destinasi kuliner dengan agenda sbb.

Jumat 12/7/2019
  • 22:00 Menuju Depok dari Bandung (173 km)
  • Sabtu 13/7/2019
  • 05:00 Menuju Merak da ri Depok (140 km)
  • 08:00 Naik Ferry (Ferry Executive hanya ada pada jam-jam genap, 33 km)
  • 09:30 Sampai di Bakauheni dan lsg menuju Bandar Lampung (Via Tol Bakauheni – Terbanggi Besar, 92 km)
  • 11:20 Sampai di RM Begadang II
  • 12:10 Sampai di Yen Yen (outlet oleh2 Khas Lampung)
  • 12:49 Menikmati Durian Bengkulu di kawasan Jln Kakap
  • 13:30 Menuju Hotel Pop! Jln Walter Monginsidi
  • 16:00 Menuju Muncak Tirtayasa, Pesawaran (13 km)
  • 19:10 Makan malam di Son Haji Sonny 
  • 20:00 Melihat lihat mall Bandar Lampung di Mall Kartini.
  • 20:39 Menikmati Teh Talua (dan martabak kentang khas Lampung) di Kopi Oey
Minggu 14/7/2019
  • 07:00 Menuju Dermaga Ketapang (24 km)
  • 08:16 Siap2 berlayar
  • 09:37 Snorkling di Cukuh Bedil Pulau Pahawang Besar
  • 11:33 Eksplorasi pantai pasir timbul Pulau Pahawang Kecil
  • 12:00 Makan siang di Pahawang Besar
  • 13:02 Sampai di Andreas Resort Pulau Pahawang Besar
  • 16:00 Snorkling spot lain di sekitar Pulau Pahawang Besar
  • 17:00 Menikmati sunset di Pulau Pahawang Besar
  • 19:00 Makan malam
  • 20:00 Barbeque berbagai macam ikan
Senin 15/7/2019
  • 07:00 Hiking dan eksplorasi perkampungan sekitar Pulau Pahawang Besar
  • 08:00 Berenang di depan resort sambal menikmati sunrise.
  • 09:00 Check out dan snorkling spot lain di Pulau Pahawang Besar.
  • 11:20 Eksplorasi pantai Pulau Kelagian
  • 14:09 Makan Siang di Kakap Jumbo Seafood Jalan Ikan Sepat
  • 15:41 Makan Pempek di Pempek 123 Jalan Jend. Sudirman
  • 17:42 Sampai di Bakauheni
  • 17:47 Eksplorasi Mall Ferry Excutive
  • 19:00 Naik Ferry kembali ke Merak




Link berikutnya https://hipohan.blogspot.com/2019/07/jalan-jalan-ke-bandar-lampung-dan_52.html



Jalan-Jalan ke Bandar Lampung dan Pahawang Part #2 dari 7 : Ferry Executive dan Tol Terbanggi Besar



Agar dapat menghemat waktu, kami memutuskan menaiki Ferry Executive yang baru saja dibuka ASDP setahun ini, karena tiketnya bisa dipesan secara online, maka adik langung beli untuk keberangkatan tanggal 13/7/2019 dan kepulangan tanggal 15/7/2019.  Harga tiket IDR 579.000 per mobil. Berangkat setiap jam genap dari Merak dan setiap jam ganjil dari Bakauheni. Harga tsb sudah termasuk biaya penyeberangan seluruh penumpang dalam satu mobil yang sama.
Adik juga booking 2 kamar di Hotel Pop ! kawasan Walter Monginsidi dengan diskon Traveloka seharga @ IDR 295.000, sementara istri memesan 1 cottage untuk keluarga dengan jumlah anggota maksimal 8 orang, juga sewa perahu (private boat) dan 4x makan, termasuk perlengkapan snorkling, parker mobil di dermaga Ketapang, dokumentasi (juga foto bawah air) dan nelayan setempat yang akan menemani kami selama perjalanan dengan total biaya IDR 6.000.000. 




Kejutan juga melihat bahwa konsep terminal Ferry saat ini sudah jauh berubah, karena ASDP bahkan memfasilitasi terminal ini dengan garbarata, mall dan tentu saja berbagai restoran/coffee shop. Hanya saja kami tidak sempat eksplorasi, karena sudah keburu masuk kapal. Karena belum sarapan, kami memutuskan sarapan ala kadarnya dengan aneka roti dan mie instan.




Suasana kapal lebih baik ketimbang ferry biasa, namun masih kalah jauh mentereng ketimbang terminal dan mallnya. Begitu kapal berlabuh, kami segera masuk mobil dan langsung tancap gas menuju Bandar Lampung. Tolnya sangat sepi, suasana di tol agak-agak mirip tol Soreang – Pasir Koja di Bandung.  Nampak dikejauhan alam Lampung  dengan ciri khas bukit dan pegunungan yang berlapis-lapis.  Ada spot menarik di sisi kiri jalan tol, sayang saya tidak sempat mengabadikannya krn istri kuatir kalau harus berhenti di bahu jalan meski jalan tolnya cukup lengang.

Googlemaps mengarahkan kami keluar di penunjuk jalan dengan tulisan Kawasan Industri, merasa ganjil dengan penunjuk jalan tersebut kami memutuskan keluar di gerbang tol berikutnya, ternyata jalan menuju Bandar Lampungnya sangat jelek jadi agak menyesal tidak mengikuti saran Googlemaps. Pikir-pikir, ironis juga jalan tol yang sudah baik, malah diakhiri dengan jalan hancur menuju Bandar Lampung. Biaya tol Bakauheni – Kotabaru sekitar 63.000.




Akhirnya sampailah kami di Kota Bandar Lampung, kota ini merupakan 1 dari 2 kota besar lainnya yang ada di propinsi Lampung, kota satunya dikenal dengan nama Metro, diluar kedua kota ini ada 13 kabupaten.  Kesan sepintas, kota ini bersih, dan  cukup menarik, jalan-jalannya lebar, turun naik dan mulus, di beberapa spot terlihat pemandangan ke teluk Lampung yang indah. Namun terlihat cukup banyak pengemis berkeliaran, sepertinya harus jadi masukan bagi pemerintah setempat.

Link berikutnya https://hipohan.blogspot.com/2019/07/jalan-jalan-ke-bandar-lampung-dan_58.html

Jalan-Jalan ke Bandar Lampung dan Pahawang Part #3 dari 7 : RM Begadang, Yen Yen, Durian Bengkulu dan Hotel Pop !



Akhirmya kami sampai di RM Begadang II Jalan Diponegoro, dan langsung memesan berbagai makanan, untung kami sampai sebelum jam 12:00, karena saat kami makan nampak antrian pengunjung yang mengular demi Ayam Goreng Telur. Sayangnya tak terlihat adanya Udang Besar seperti postingan sahabat saya, ternyata adanya di RM Begadang I saja, sementara ada 6 RM Begadang di Bandar Lampung.  Waduh salah alamat nih, namun karena Ayam Telurnya memang enak, bahkan Si Bungsu langsung menyantap 2 potong, ya sudahlah tak apa tidak ketemu udang. total makan disini untuk 7 orang dengan 7 porsi nasi, 8 potong ayam, 2 kikil, 1 perkedel, 1 dendeng batokok, dan berbagai jenis minuman sekitar IDR 364.000.




Dari sini kami langsung menuju kawasan jalan Kakap, dimana banyak terdapat pusat oleh2 khas Lampung. Kami langsung menuju Toko Yen Yen, membeli berbagai macam oleh2 khas, mulai dari sale pisang, keripik pisang (berbagai rasa), kerupuk ikan, dan lain2. Jika menginginkan souvenir seperti kain Lampung, beberapa toko seperti Singgah Pay juga memilki cabang disini.











Di kawasan jalan ini banyak penjual durian asal Bengkulu, IDR 100.000 cukup untuk 3 durian berukuran lumayan besar yang bisa disantap 6 orang (karena istri kebetulan bukan penyuka durian). Uang segitu sudah termasuk air mineral dan tissue yang disiapkan penjual. Rasa duriannya juga mantap, dan ada ciri khas pahit nan samar.

Dari sini kami langsung menuju Hotel Pop ! untuk beristirahat sejenak, shalat dan juga mandi, maklum saat berangkat dini hari tadi tidak semua sempat mandi. Hotel Pop ! sepertinya satu manajemen dengan Harris, tampilannya ceria dan penuh warna warni, kami sengaja minta tidak disediakan sarapan, agar lebih hemat dan bisa mencoba kuliner khas Lampung lainnya. Sekitar jam 16:00 kami meninggalkan hotel untuk menuju Muncak Pesawaran, yang sebenarnya satu jalan dengan Dermaga Ketapang yang menjadi tujuan kami keesokan harinya.

Saat keluar hotel, Alhamdulillah ternyata lokasinya sangat strategis, dekat dengan mall, berbagai restoran termasuk Son Haji Sonny dan juga toko souvenir.

Link berikutnya https://hipohan.blogspot.com/2019/07/jalan-jalan-ke-bandar-lampung-dan_4.html

Jalan-Jalan ke Bandar Lampung dan Pahawang Part #4 dari 7 : Muncak Pesawaran, Son Haji Sonny, Martabak Lampung dan Kopi Oey.



Kami lalu menuju Muncak Pesawaran, yang belokannya ada disekitar Kuburan China tua yang berada di perbukitan, sayang sempat terlewat krn baik XL maupun Telkomsel kehilangan sinyal googlemaps. Setelah bertanya sana sini, kami akhirnya masuk ke ke jalur sebenarnya menuju Muncak Pesawaran. Lokasi ini merupakan tempat yang akhir-akhir ini merupakan favorit warga Bandar Lampung khususnya yang senang mengekpresikan diri di Instagram.




Jalannya cukup sempit, rusak dan mendaki, setelah berguncang-guncang dihajar jalanan dan sempat ragu apakah ini lokasinya, akhirnya kami sampai ke jalan 2 arah, yang satu Muncak Pass dan yang lain Muncak Teropong Laut, lalu kami memilih yang kedua, dan akhirnya perjalanan terhenti di sebuah puncak terjal dengan pemandangan indah ke Teluk Lampung.  Di lokasi ini sudah disiapkan berbagi foto spot, dengan membayar tiket masuk seharga total IDR 75.000 untuk 7 orang dan satu mobil.  Lokasi yang aneh dan sepi ini mengingatkan kami akan petualangan ke Jawa Timur melewati Cangar beberapa tahun lalu.







Dari sini kami langsung kembali ke Bandar Lampung, rencana semula yang ingin mencoba Pempek 123 diurungkan karena sudah tutup pada jam 18:00, jadi kami langsung  menuju Son Haji Sonny yang berlokasi di jalan yang sama dengan Hotel Pop. Disini kami langsung menikmati 7 porsi Mie Baso dengan daging kenyal dan kejutan, ternyata outlet disini juga menjual daging mentah. Sayang pempek Son Haji Sonny sebagaimana cabang Bandung di Antapani ternyata juga tak menyediakan menu pempek untuk dimakan di tempat. Total makan disini untuk 7 orang yakni IDR 143.000.

Lalu kami menuju Mall Kartini, yang konon kabarnya Mall terbesar di Bandar Lampung. Tak ada yang khusus dan istimewa di mall ini, begitu masuk ke dalam, penampilannya mirip dengan mall menengah kebanyakan di kota2 lain. Dari sini, saya dan istri memutuskan berjalan kaki saja menuju hotel, dan mampir untuk membeli martabak telur yang ukurannya ¼ martabak Bandung namun 3x lipat lebih tebal, Uniknya ada banyak potongan kentang di dalamnya, yang langsung saya santap bersama istri di Outlet Kopi Oey disamping Hotel Pop ! sambil menikmati Teh Talua khas Bukit Tinggi, dan membuat saya ingat perjalanan kami saat ke Bukit Tinggi.




Link berikutnya https://hipohan.blogspot.com/2019/07/jalan-jalan-ke-bandar-lampung-dan_16.html

Jalan-Jalan ke Bandar Lampung dan Pahawang Part #5 dari 7 : Sarapan Bubur Ayam, Lontong Sayur Khas Lampung, Dermaga Ketapang dan Snorkling di Cukuh Bedil.



Keesokan paginya, kami check out dan sarapan di depan Hotel Pop !, sebuah warung tenda bertuliskan Bubur Ayam dan Lontong Sayur Mang Uut. Menunya agak sedikit unik, untuk setiap porsi Bubur Ayam dan sebutir telur rebus, maka kita juga mendapatkan semangkok kuah, lalu sepiring kerupuk dengan 1 bakwan dan 1 tempe.  Untuk Bubur Ayam harganya @ 15.000, sedangkan Lontong Sayur @ 12.000, total kami menghabiskan IDR 85.000 untuk sarapan disini.
Jam 07:15 kami langsung tancap gas menuju Dermaga Ketapang melewati Pesawaran untuk kedua kalinya. Nampak teluk Lampung yang indah dari salah satu bukit di Bandar Lampung seakan-akan siap menyambut kedatangan kami.












Perjalanan berlangsung cukup lancar tidak seperti saat kami ke Muncak Pesawaran sehari sebelumnya yang sempat kehilangan sinyal GPS. Sekitar 47 menit kemudian setelah menempuh sekitar 25 km, kamipun sampai di Dermaga Ketapang. Mobil langsung diparkir di kawasan parkir milik travel yang dioperasikan oleh Mas Eko keturunan Jawa yang sejak lahir sudah berdomisili di Lampung. Lalu barang-barang kami diangkut satu persatu ke perahu kayu dengan atap terpal, yang dipandu oleh Bang Kosim seorang pria pendiam, yang nantinya bertugas mulai dari penunjuk jalan, nahkoda, instruktur renang, fotografer, videografer dan bahkan tukang masak.




Udara cukup cerah, dan perahu langsung bergerak melewati selat diantara Pulau Kelagian dan Lampung melewati Teluk Ratai. Lautan disini terlihat sangat tenang, bisa jadi karena dilindungi oleh banyak pulau, meski diujung selatan sana ada Anak Krakatau yang baru-baru ini menyebabkan tsunami di Anyer dan Lampung, namun ada Pulau Legundi, Pulau Siuncal, dan gugus pulau paling dekat dengan Karakatau yakni Pulau Sertung, yang membatasi dampak langsung dari  tsunami ke Pahawang.




Tak lama kami sampai di Cukuh Bedil, nampak sekitar 2 sd 3 perahu lainnya sudah merapat di sebuah rumah apung yang berlokasi di pinggir area snorkling. Bang Kosim langsung menambatkan perahunya pada warung apung tsb. Bagus juga, sebagaimana di Kanawa, NTT yang melarang perahu melempar jangkar melainkan cukup menambatkan tali kapal di dernaga, maka di Lampung nelayan juga tidak membuang jangkar di daerah terumbu karang. Tidak buang-buang waktu sambil membawa roti, kami menceburkan diri ke air yang bening. Ikan-ikan segala warna lsg menyambut dengan hangat. Lokasi perairan di sini sangat menarik, terutama tumbuhan laut yang sering menajdi habitat ikan Nemo.






Dari sini kami langsung menuju Pahawang Kecil, pulau yang cuma 1/100 Pulau Pahawang Besar alias sekitar 11 hektar yang terkenal dengan pasir timbulnya, alias hanya muncul saat surut dan hilang saat pasang.  Bintang laut yang terperangkap saat surut dapat kita lihat disini, juga ikan ikan kecil dalam genangan air. Puas bermain di pasir pantai, dan foto2 dengan latar hutan bakau, karena udara yang terik kami lanjut minum Kelapa Muda. Terlihat keluarga pasangan setengah baya dengan tiga anak dimana salah  satu anaknya yang berteriak-teriak histeris karena tidak suka pasir menempel kakinya. Sempat berbincang-bincang keluarga yang datang dari Jakarta tsb dan mereka sempat bertanya dimana kami menginap malam ini, dan saya jelaskan bahwa kami menginap di Andreas Resort, Pahawang Besar. Entah sudah petunjukNya, kelak saya baru sadar bahwa jawaban saya tersebut akhirnya menghindarkan rombongan kami dari kesulitan.




Kami lalu berlayar kembali dan berlabuh di sebuah pantai private, milik orang asing, dan memutuskan membuka perbekalan kami yang disediakan travel Mas Eko yakni Nasi Padang dengan Ayam Telur dan Gulai Nangka. Selesai makan, lalu perahu kembali berlayar ke sisi lain Pahawang Besar.




Link berikutnya https://hipohan.blogspot.com/2019/07/jalan-jalan-ke-bandar-lampung-dan_23.html

Jalan-Jalan ke Bandar Lampung dan Pahawang Part #6 dari 7 : Andreas Resort, Pahawang Sunset dan Pesta Ikan Bakar.



Di Pulau Pahawang Besar terdapat sekitar 15 homestay dan 10 cottage, tadinya saya membayangkan akan mengelilingi pulau ini dengan berjalan kaki, sebagaimana yang saya lakukan dahulu di Gili Trawangan, namun tak jadi karena ternyata cukup luas dan terdiri dari 6 desa. Total luas pulau ini sekitar 1084 hektar.




Tak lama berlayar terlihatlah, kumpulan cottage yang saling berhubungan dengan dermaga kayu satu sama lain, layaknya landscape Maldives, namun cottage di sini terinspirasi dari bangunan kayu Suku Sasak di Lombok. Setiap rumah memiliki tangga dibagian teras depan yang langsung bersentuhan dengan laut yang sangat jernih. Terpikir oleh saya bagaimana jika kita beranag terjadi proses pembuangan dari setiap kamar, ternyata ada jaringan pipa yang membuat berenang disini tetap aman. Kami langsung beristirahat dan meluruskan kaki yang pegal selama perjalanan.




Karena cuaca yang cukup terik, AC di kamar sepertinya tidak kuasa membuat ruangan menjadi sejuk, maka kedua pintu baik yang menghadap laut maupun pulau, kami buka selebar mungkin. Saya memilih duduk2 di teras, sampai mendadak petugas cottage mengatakan pada saya ada seseorang tamu bernama Abdul Hamid ingin bertemu saya. Wah aneh juga ? bagaimana mungkin ada seseorang di lokasi ini mengenal saya, demikian terbersit dalam pikiran saya. Ternyata pak Abdul Hamid adalah penjual kelapa muda di Pahawang Keciil, beliau menutup warungnya lebih awal, karena menemukan kunci mobil saya  yang terjatuh saat minum kelapa. Untung saja. Pak Abdul mendengar percakapan saya dengan salah satu pengunjung, jadi dia tahu dimana saya menginap. Lalu beliau segera berlayar dari Pahawang Kecil ke ujung Pahawang Besar, dan menaiki motor melintasi jalan setapak yang cukup jauh dr ujung pulau untuk mengembalikan kunci pada saya. Ajaibnya beliau menolak uang sebagai tanda apresiasi kejujuran beliau. Benar2 salut, dengan kejujuran dan semangat beliau membantu orang lain, teringat office boy yang menemukan HP istri disalah satu lokasi kuliner di Kliningan, Bandung.

Menjelang sore, semua berangkat ke lokasi snorkling berikutnya bersama Bang Kosim, yakni lokasi yang jauh lebih dalam, ketimbang lokasi pertama, sementara saya memutuskan untuk tetap di teras kamar untuk menikmati sunset. Waktu serasa berhenti berputar melihat kapal nelayan melintas perlahan di cakrawala, dibelakangnya lapisan gunung demi gunung yang saling menumpuk, matahari yang memancarkan sinar kemerahan dan  memantul di laut, awan tipis berarak di kejauhan tiupan angin pantai nan segar.













Menjelang malam, kami makan disalah satu cottage yang didesain seperti restoran / bar kecil, dilengkapi kursi2 kayu dengan payung kain lebar dengan pemandangan laut lepas. Anehnya menunya ayam goreng he he. 




Sekitar jam 21:00 Bang Kosim mampir ke cottage kami membawa berbagai ikan2 segar yang sudah dibakar dengan bumbu buatannya sendiri yang ternyata sangat lezat. Ah benar-bena rliburan yang mengasikkan. Kami makan ikan bakar ditemani sinar rembulan dr belakang pulau, sambil menikmati pemandangan malam ke pegunungan Lampung, dengan lampu samar2 dan suara genset  






Keesokan paginya setelah menikmati sunrise yang mucul dari sisi kanan pulau, kami berjalan-jalan di perkampungan Pahawang Besar, lalu kembali ke cottage dan berenang disekitar cottage bersama ikan-ikan kecil. Tak lama pelayan restoran mengantar sarapan nasi goreng kami yang terasa nikmat setelah lelah berenang. Sekitar jam 08:00 kami check out dan kembali snorkling di lokasi ke tiga. 








Lokasi ketiga memiliki topografi laut yang unik, karena ada banyak tonjolan karang yang bisa menjadi lokasi istirahat sebelum aksi snorkling berikutnya. Perasaan kami layaknya burung yang terbang dari satu pucuk pohon ke pucuk lainnya melewati lembah yang dipenuhi berbagai karang laut warna warni dan ikan-ikan yang indah. Namun di lokasi ini ada banyak sekali hewan semacam ubur-ubur yang saat menyentuh kulit terasa seperti digigit semut2 kecil. Tak urung keponakan kami terkecil sempat meraung dan menangis tak henti2 saat merasakan sengatan ubur2 tsb.







Link berikutnya https://hipohan.blogspot.com/2019/07/jalan-jalan-ke-bandar-lampung-dan.html

Jalan-Jalan ke Bandar Lampung dan Pahawang Part #7 dari 7 : Pantai Kelagian, Jumbo Kakap Seafood dan Pempek 123, kembali ke Bakauheni.


Setelah snorkling, kali ini Bang Kosim membawa kami ke sisi Pulau Kelagian yang satunya, dan menikmati pantai Pulau Kelagian yang memiliki luas ½ Pahawang Besar alias 434 hektar. Pantainya sangat bersih dan indah, lautnya berawarna hijau tosca da sebagian biru, pasirnya sangat halus dan bersih. Karena sudah menjelang siang, kami menikmati mie rebus dan goreng instan telur bersama pisang goreng dan bakwan serta kelapa muda.  Selesai dari sini kami berlayar kembali ke Dermaga Ketapang dan sampai di dernaga saat laut sedang surut. Terpaksa kami semua turun dari kapal dan melintasi laut dangkal. 





Setelah mandi dan bersih2, maka proses pembayaran sisa perjalanan kami lakukan, dan langsung menuju Bandar Lampung kembali. Mas Eko kembali membelikan kami nasi padang dengan lauk rendang untuk kami santap di Ferry Executive menuju Merak. Sesampainya di Bandar Lampung kami langsung menuju Jumbo Kakap Seafood untuk menuntaskan makan siang. Restorannya cukup besar, namun buat lidah saya masakannya terlalu manis, dan kejutan porsinya relatif sedikit namun harganya cukup mahal.  Disini kami memesan 1 porsi Kerapu 7 Ons, Kepiting Saus Padang 8 Ons, 1 porsi Cumi Goreng Tepung, Sambal, 2 porsi Kangkung Bawang Putih dan  Jus, dengan total IDR 506.000.




Dari sini kami menuju Pempek 123, untuk hidangan penutup serta membeli oleh2 Pempek untuk dibawa pulang. Kuahnya ada  2 macam, yang kental dan encer, bisa beli dengan cara paket berukuran kecil sebanyak 17 potong atau yang berukuran besar. Rasanya enak dan ikannya benar-benar terasa, sepertinya tidak kalah dengan Pempek Palembang asli yang merupakan propinsi tetangga. Selesai makan, kami langsung menuju Bakauheni untuk mengejar Ferry Executive jam 19:00.  






Perjalanan menempuh jalan tol relatif lancar dengan membayar sekitar IDR 59.500, dikarenakan kami menggunakan pintu masuk tol yang berbeda dibanding saat berangkat. Ada pemandangan menarik saat menjelang tiba di pelabuhan, karena posisi jalan yang lebih tinggi kita bisa menyaksikan pelabuhan teluk dan kapal2 sesaat sebelum tol berakhir. 







Karena kami sampai cukup awal setelah mobil diparkir di kapal, kami pun berjalan-jalan di mall Terminal yang cukup megah. Ada beberapa outlet menarik disini, seperti outlet Gade, Coffee Shop milik PT Pegadaian yang memajang karya seni keren karya Yudi Sulistyo yang berjudul “Sailing Toward the Future”, yang menggambarkan situasi bumi setelah pemanasan global. 






Akhirnya kami sampai di Merak sekitar jam 20:00, lalu lanjut dengan melewati tol Merak dan akhirnya sampai di Jakarta Barat sekitar jam 22:00. Berapa kira2 biaya per orang, secara hitung2an kasar perjalanan ini menghabiskan sekitar IDR 1,6 juta per orang, namun sekiranya kami tidak mampir di Bandar Lampung kemungkinan besar sekitar 1,4 juta per orang. Demikian lah perjalan berkesan kami ke Bandar Lampung dan Pahawang yang meninggalkan kenangan manis, meski belum sempat ke Teluk Kiluan dan Way Kambas.   Semoga kelak ada waktu untuk eksplorasi kedua tempat ini.