Tuesday, May 10, 2022

Jalan-Jalan ke Pulau Tegal Mas dan Teluk Kiluan Part #1 dari 6 : Persiapan

Jenuh dengan rutinitas, dan ingin memanfaatkan waktu sebelum si bungsu co-ass di RS UKM dan RS Immanuel, kami sekeluarga memutuskan berangkat tengah malam Senin 14 Februari 2022 jalan2 ke Lampung, tepatnya Pulau Tegal Mas dan Teluk Kiluan. Sebelumnya tahun 2019 kami sudah pernah ke Pulau Pahawang dan sangat menikmati perjalanan saat itu. Jika anda tertarik dengan Pulau Pahawang silahkan cek di link http://hipohan.blogspot.com/2019/07/jalan-jalan-ke-bandar-lampung-dan_6.html

Agar tenang selama perjalanan, Senin pagi saya memutuskan ke bengkel Auto2000 memeriksakan kendaraan. Ketika saya coba call si bungsu, ternyata pada hari tsb dia mendadak ada banyak kegiatan yang harus dilakukan terkait persiapan wisuda, alhasil siang itu juga saya terpaksa batalkan kepergian tsb, dan uang pembelian tiket Ferry sebesar 588K (1 kendaraan dan 4 dewasa)  hangus sebagian alias 63% dan hanya dikembalikan senilai 220.5K.

Ajaibnya alhamdulillah segala urusan si bungsu ternyata beres pada sore itu juga, sehingga menjelang sore saya kembali memesan tiket untuk keberangkatan jam 06:00 (check in jam 04:00) dengan Ferry Executive Merak – Bakauheni.  Perlu diketahui saat ini Ferry Executive hanya melayani pembelian tiket secara online, dan saat pandemi syarat2nya cukup lengkap, misal menunjukkan e-KTP, bukti vaksinasi, lalu dibekali surat antigen (yang masih berlaku maks 1x24 jam) atau PCR (yang masih berlaku maks 3x24 jam), dan QR code tiket yang sudah dibeli via https://www.ferizy.com.

Bagaimana plan kami selama disana ? rencananya durasi liburan kami adalah 3 hari 2 malam, budget yang disepakati dengan travel lokal, sudah termasuk sewa perahu, guide, peralatan snorkling, dokumentasi, menginap di Pulau Tegal Mas 1 malam dan Teluk Kiluan 1 malam, 7x makan, air mineral, tiket destinasi wisata, parkir kendaraan di Pelabuhan Putra Mutun, juga sewa pickup ke destinasi Gigi Hiu. Tentu saja diluar biaya Ferry, jalan tol Bandung Lampung PP, dan BBM.



 Apa saja destinasi kali ini ?

 Hari#1

  • Pulau Tegal Mas
  • Pulau Pasir Timbul Sari Ringgung
  • Pulau Mahitam

 Hari #2

  • Pulau Tegal Mas – Snorkling Spot
  • Perjalanan ke Kiluan
  • Kelumbayan - Pantai Gigi Hiu
Hari #3
  • Kiluan - Tur Lumba Lumba
  • Kiluan - Pulau Kelapa
  • Kiluan - Laguna Gayau

Sementara destinasi kuliner, kami memutuskan untuk kembali mencoba 2 lokasi yang pada kunjungan ke Lampung sebelumnya sudah kami datangi, yaitu

  • Restoran Padang Begadang 2 (yang terkenal dengan Ayam Goreng Telurnya)
  • Baso Son Haji Sony


Jalan-Jalan ke Pulau Tegal Mas dan Teluk Kiluan Part #2 dari 6 : Pelabuhan Merak

Kami berangkat Senin tengah malam sekitar jam 22:00, perjalanan sangat lancar. Sempat beristirahat sebentar di KM 97 Tol Cipularang, untuk makan malam di Kedai Mandiri yang memang buka 24 jam, lalu menikmati berbagai penganan seperti Mie Baso, Batagor dan Roti Bakarnya yang memang juara. Kami kembali melanjutkan perjalanan dan Selasa 15/2/2022 sekitar jam 02:00 dini hari kami sudah berhasil sampai di Pelabuhan Merak. 

Begitu masuk gerbang pintu pelabuhan ternyata cukup ramai dan kami ditolak karena kami masuk 2 jam lebih awal dari waktu yang ditentukan. Alhasil kami terpaksa putar balik dengan susah payah, karena jalurnya cukup sempit serta melawan arus antrian. Sayangnya mall pelabuhan Merak yang dikenal dengan nama Sosoro Mall dan memiliki jembatan lsg ke Ferry Executive juga tutup, maka terpaksalah kami menunggu di parkiran mall, seraya minta izin ke petugas keamanan untuk numpang ke rest room. 

Setelah mobil diparkir saya dan si sulung, coba berdiskusi dengan petugas gate, bagaimana caranya bisa masuk lebih awal, beliau menyarankan untuk reskedul tiket dengan tambahan biaya yang cukup besar, namun tidak bisa menjamin apakah ferry jam 04:00 masih ada tempat kosong. Karena tidak ada jaminan, kami memilih tidur-tidur ayam, di parkiran Sosoro Mall, menjelang jam 04:00 kami masuk kembali, dan kali ini diperbolehkan menunggu di parkiran pelabuhan untuk Ferry jam 06:00. Eh tiba2 muncul petugas bermotor yang bertanya apakah kami mau menyebrang Jam 04:00, karuan saja langsung kami jawab ya, dan kamipun masuk sebagai mobil terakhir untuk penyeberangan jam 04:00. 

Masuk di ruang tunggu Full AC, semua seat di sisi jendela sudah habis, sehingga kami memilih duduk di tengah. Tak lama terdengar batuk diujung sana, lalu batuk diujung sini, bersahut-sahutan, kami saling menatap penuh kekhawatiran, maklum Omicron masih mewabah meski sudah relatif menurun. Akhirnya kami memilih naik ke lantai paling atas, dekat ruang mesin yang dindingnya panas dan cerobongnya memuntahkan asap tebal ke laut. Angin laut bertiup kencang, maklum lokasi ini adalah ruangan terbuka. Satu persatu istri dan anak tertidur sambal memeluk tas masing2 di meja kantin kapal. 


Setelah sempat shalat subuh di mushalla kapal, sekitar jam 06:00 akhirnya Ferry merapat, lalu kami langsung tancap gas menuju Bandar Lampung untuk menikmati Ayam Goreng Telur di Restoran Begadang 2 di Jalan Diponegoro 164. Hemm nikmatnya masih sama dengan saat terakhir kami ke sini. 




Tak lama guide mengirim informasi lokasi dimana kami akan bertemu, tepatnya di depan Masjid As Syuhada, Jalan Ikan Sebelah.  Thomas demikian nama guide kami mendahului di depan dengan sepeda motor menuju Dermaga Putra Mutun. Tak lama kemudian kami sampai, dan langsung parkir di bawah pohon, mengemas barang2 menuju dermaga. 


Link berikutnya http://hipohan.blogspot.com/2022/05/jalan-jalan-ke-pulau-tegal-mas-dan_91.html


Jalan-Jalan ke Pulau Tegal Mas dan Teluk Kiluan Part #3 dari 6 : Pulau Tegal Mas, Pulau Mahitam dan Pulau Pasir Timbul Sari Ringgung

Hari sangat cerah, lautpun terlihat tenang, perahu langsung menuju Pulau Tegal Mas, menempuh sekitar 6,5 km, akhirnya kami pun sampai di Pulau Tegal Mas. Agak kaget melihat ternyata ada  3 gugusan penginapan yang dibangun di atas laut, karena sejauh ini yang banyak di ekspos di Instagram cuma satu. Gugusan pertama yang terdekat dengan dermaga terlihat sedang direnovasi, lalu gugusan kedua yang rencananya kami gunakan dan dikenal dengan nama Villa Lombok Laut dan gugusan yang terakhir yang sayangnya menggunakan banyak bangunan beton sehingga kurang artistik. Disamping itu ada belasan villa di darat yang sepertinya kurang terawat dan lama tidak digunakan. 

Pulau ini merupakan pulau pribadi yang dimiliki oleh Thomas Aziz Riska (kebetulan mirip dengan nama guide kami) , dan mulai dijadikan destinasi wisata sejak 2017. Salah satu keunggulannya, pada salah satu sisi pantainya kita bisa langsung menikmati snorkling. Cukup mengagetkan di pulau kecil ini ternyata kami dijemput pickup, dan lebih kaget lagi melihat pulau ini memiliki truk, hemm kok bisa ya pulau kecil memiliki berbagai kendaraan, meski tidak ada jalan aspal sama sekali. 



Ternyata kami terlalu cepat datang, dan tidak bisa langsung istirahat karena skedul check in nya jam 12:00, alhasil kami cuma bisa duduk kepanasan sekitar 2 jam di front office, sayangnya freezer Ice Cream Campina yang ada di front office juga habis, untung si sulung inisiatif membeli beberapa kelapa, yang langsung kami teguk.  Karena memang tidak ada jaringan PLN, pulau ini menggunakan genset yang diletakkan diseberang front office, dan bersuara cukup bising, sehingga agak merusak ketenangan alami pulau. Di dinding belakang front office nampak foto pemilik pulau bersama KASAD TNI-AD, yang ternyata sempat singgah sebelum kedatangan kami.  

Villa Lombok Laut ini sepertinya kawasan penginapan kedua yang dibangun, setelah gugusan pertama yang sedang direnovasi. Meski di Instagram terlihat indah, sepertinya kualitas bangunannya kurang rapi sebagaimana villa Andreas di Pahawang. Dibagian tengah gugusan villa ada semacam kolam yang dikelilingi semacam jaring hitam yang menutupi sekumpulan hiu kecil dan kura-kura. Setelah check in lalu makan siang, yang mana menunya justru ayam goreng, lalu tidur sebentar, sekitar jam 15 kamipun berangkat menuju Pulau Mahitam. 

Pulau Mahitam ini bisa ditempuh dengan jarak sekitar 5 km dari Pulau Tegal Mas, pulaunya bersih, indah  dan memiliki keunikan yakni pantainya memanjang sampai ketengah laut, sehingga dari kejauhan wisatawan yang bermain di area ini, seakan akan berjalan di permukaan laut. Sayang saya dronemnya saya tinggalkan di villa Lombok Laut, padahal pulau ini sangat indah jika terlihat dari ketinggian.  

Dari sini kami kembali pulang dan singgah sebentar di Pulau Pasir Timbul Sari Ringgung yang unik karena dari kejauhan tidak terlihat pulaunya, namun justru terlihat jelas ada masjidnya. Disini kami istirahat sebentar dan menikmati minuman ringan. Kalau diperhatikan, pulau ini sebenarnya semacam gugusan pasir yang berada tengah laut, selain semacam warung kecil dan masjid, disini juga ada penginapan yang terdiri dari beberapa kamar.  Lokasi pulau ini tepat berada di tengah2 antara Pulau Mahitam dan Pulau Tegal Mas. 

Malam hari kami makan di resto Pulau Tegal Mas,  dan baru menyadari, kamilah satu2nya tamu yang menginap. Sepanjang makan malam, kucing pulau berdatangan dan berkeliaran mengeong di sekitar kami dan sebagian bahkan naik ke meja, alhasil makan malamnya benar2 rusuh. Setelah makan kami shalat di masjid terapung yang bersih, berkarpet tebal dan sangat sejuk karena dilengkapi beberapa AC. Suara kayu yang berderak serta lantai masjid yang berjarak sekitar 50 meter dari bibir pantai mengalun menjadikan shalat kali ini berkesan. 

Pagi harinya saya berjalan-jalan melihat gugusan villa ketiga, nampak dua buah speed boat dengan perlengkapan selam, ternyata pemilik pulau alias Pak Thomas dan teman2nya sedang berada di lokasi untuk menyelam. Pak Thomas menyapa saya dengan ramah, setelah basa basi sebentar saya kembali ke villa untuk mengajak keluarga sarapan.  

Setelah sarapan dan kembali diganggu gerombolan kucing agresif, kami snorkling di pantai. Tadinya saya pesimis dengan pemandangan bawah lautnya, karena begitu berenang ke tengah, ada berbagai macam sampah plastik di dasar pantai, mulai dari bekas kemasan minyak goreng, sampai bungkus mie instan. Sepertinya ini jadi pekerjaan rumah bagi pengelola pulau. Namun begitu sampai ketengah, pemandangan bawah lautnya lumayan bagus, termasuk “rumah” ikan badut alias Nemo dalam film Finding Nemo karya rumah produksi animasi Pixar. Setelah puas berenang, ada gentong besar berisi air dingin tawar yang sangat segar Ketika kami gunakan untuk berbilas. 


Link berikutnya http://hipohan.blogspot.com/2022/05/jalan-jalan-ke-pulau-tegal-mas-dan_95.html


Jalan-Jalan ke Pulau Tegal Mas dan Teluk Kiluan Part #4 dari 6 : Teluk Kiluan dan Gigi Hiu

Selesai makan siang, kami pun meninggalkan Pulau Tegal Mas, saya pribadi lebih suka Villa Andreas di Pahawang, karena turun tangga kayu villa kita bisa langsung berenang, sementara di Pulau Tegal Mas kita harus memutar kembali ke pantai untuk bisa berenang.  Secara kuliner, cita rasa makanannya lebih baik ketimbang Pulau Tegal Mas, dan begitu juga kualitas bangunannya.  Kelebihan Pulau Tegal Mas untuk ke lokasi snorkling tidak perlu menggunakan perahu. Sampai di Dermaga Putra Mutun, saya memanaskan mobil dan langsung menuju Teluk Kiluan yang berjarak sekitar 63 km dan bisa ditempuh dengan lama perjalanan sekitar 2 jam. 





Setelah melewati perkampungan Bali lengkap dengan berbagai macam pura, kami sampai menjelang siang di Penginapan Manik Ayu, dan langsung menyantap makan siang. Masakannya jauh lebih enak ketimbang Pulau Tegal Mas, ikan bakarnya benar2 sedap dan berukuran besar. Penginapan disini bersih, dan kamar kami satu2nya yang menggunakan AC. Di bagian depan bangunan ada semacam gazebo yang digunakan tamu penginapan untuk bersantap. Setelah makan, Thomas minta ketemu dan lalu minta maaf serta menyampaikan bahwa perjalanan ke Gigi Hiu sebaiknya tidak membawa mobil sendiri, karena kondisi jalannya cukup parah, kok ? hemm saya agak merasa heran. Separah apa sih, toh saya membawa Big SUV, namun setelah melihat jalannya yang terjal, berbatu-batu, sebagian dalam bentuk kubangan2 besar baru saya sadar kenapa Thomas melarang saya menggunakan kendaraan sendiri.



Alhasil kami pun naik pickup bak terbuka yang berdebu karena sehari2nya digunakan untuk membawa material bahan bangunan. Sepanjang jalan, Thomas dan supir pickup berkomunikasi dengan Bahasa Sunda, ternyata mereka merupakan komunitas keturunan Pandeglang. Kali ini kami menempuh jarak 13 km, namun dengan kondisi jalan yang benar2 rusak, sehingga memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk sampai. Kami sampai menjelang sore, di kejauhan nampak sebagian awan berbentuk mendung kehitaman menggantung di langit.



Setelah menempuh hutan dan sungai kecil sekitar 1 km, kami akhirnya sampai Pantai Gigi Hiu. Suasana pantai ini agak menyeramkan sekaligus indah, dan lokasi ini sama sekali bukan buat berenang, mengingat karang2 yang besar dan runcing serta arus air yang cukup deras. Kami sempat berpapasan dengan penjaga kawasan yang tadinya sempat hendak pulang, namun khawatir karena kami lama, lalu kembali datang untuk memastikan kami aman2 saja. Beliau berpesan , hati2 disini karena kawasan ini dikenal sebagai kediaman mahluk halus. Beliau sempat becerita mahluk kasat mata berwujud wanita dengan usus terburai yang sempat membuat kaget prajurit marinir yang sedang menenangkan diri di lokasi ini.  



Saya berhasil menerbangkan drone di sini, meski agak khawatir dengan sambaran elang dan kehilangan sinyal. Sempat terpleset jatuh juga karena licinnya bebatuan di sini.  Akhirnya kami kembali ke penginapan menjelang azan Isa, setelah sempat kehujanan di bak belakang pickup, dan supir mengeluarkan segala ilmunya karena berkali-kali mobil slip tak bisa menanjak. Ilmu apa yang dikeluarkan ? yakni teknik penggembosan keempat ban, agar dapat meningkatkan traksi

Link berikutnya http://hipohan.blogspot.com/2022/05/jalan-jalan-ke-pulau-tegal-mas-dan_10.html


Jalan-Jalan ke Pulau Tegal Mas dan Teluk Kiluan Part #5 dari 6 : Spot Lumba-Lumba, Pulau Kepala dan Laguna Gayau

Pagi-pagi setelah sarapan, kami langsung bersiap2 menuju spot lumba-lumba, namun cuacanya terlihat kurang baik, angin kencang, awan tebal, dan gelombang cukup tinggi. Thomas dan nelayan pemilik kapal nampak berbisik2 di pojokan dengan wajah serius. Ternyata mereka khawatir dengan cuaca, yang menyebabkan kami akan lebih kesulitan menemukan lumba-lumba. 

Perahu yang kami gunakan cuma berukuran setengah dari yang sebelumnya digunakan, terasa sangat kecil di lautan luas, ombak yang bahkan sering terlihat lebih tinggi dari kapal datang menghempas bergantian. Di sisi kiri terlihat anak Krakatau menjulang dengan congkak, Thomas bercerita saat terjadi tsunami Krakatau 22 Desember 2018 yang juga menyebabkan personel band Seventeen kehilangan seluruh membernya kecuali vokalis, rumah2 di Teluk Kiluan banyak yang diseret gelombang dan penduduk mengungsi di kawasan perbukitan menuju Laguna Gayau.

Setelah puluhan menit, kami akhirnya sempat menyaksikan kawanan lumba-lumba berloncatan meski masih berjarak puluhan meter dari kapal kami. Menjelang siang kami menuju ke Pulau Kelapa, melewati Gunung Tanggamus yang tegak berdiri diselimuti awan.




Sesampainya di Pulau Kelapa disambut seekor kucing yang merupakan penghuni pulau satu2nya. Kucing tsb terlihat rindu dengan manusia dan menyongsong kami begitu perahu kandas di pasir. Pulau ini terlihat tenang di satu sisi, namun berbahaya disisi yang menghadap ke laut luas. Menurut penduduk Kiluan, Pulau Kelapa ini lah salah satu pulau yang menjadi benteng pertahanan mereka terhadap tsunami.

Hanya sebentar di Pulau Kelapa, kami langsung menuju Laguna Gayau, yakni sebuah lokasi di perkampungan penduduk Kiluan dan bisa dicapai dengan menaiki bukit lalu menuruni bukit yang cukup terjal.


Link berikutnya http://hipohan.blogspot.com/2022/05/jalan-jalan-ke-pulau-tegal-mas-dan.html

 

Jalan-Jalan ke Pulau Tegal Mas dan Teluk Kiluan Part #6 dari 6 : Kembali ke Bandung dan Rincian Biaya.

Setelah makan siang, kami langsung kembali menuju Bandar Lampung untuk menikmati Baso Son Haji Sony di jalan Ikan Sebelah. Buat saya baso disini nikmat sekali apalagi kalau dinikmati dengan Es Campurnya sekalian. Namun istri tidak sependapat, bagi dia Baso Miskam di Bandung sepertinya lebih pas. 

Biaya yang diperlukan total per orang sekitar 3,1 Jt, sudah termasuk sewa perahu, guide, peralatan snorkling, dokumentasi, menginap di Villa Lombok - Pulau Tegal Mas dan Penginapan Manik Ayu - Teluk Kiluan, 7x makan, air mineral, tiket destinasi wisata, parkir kendaraan di Pelabuhan Putra Mutun, juga sewa pickup ke destinasi Gigi Hiu.

Dalam perjalanan ini kami memerlukan BBM sekitar 600K PP dan tiket jalan tol sekitar 350K PP. Jika ada yang bertanya, destinasi di Lampung sebaiknya apa ? Kami akan menyarankan kombinasi antara Pulau Pahawang dan Teluk Kiluan, plus kuliner khas Lampung seperti Resto Begadang 2 dan Baso Son Haji Sony. Lebih baik lagi jika datang saat musim durian, anda akan mendapatkan durian dengan harga lebih murah ketimbang di Jawa. 

Namun destinasi di Teluk Kiluan sebaiknnya hanya bagi yang bernyali dan memiliki fisik yang cukup prima, spot lumba2 saat cuaca jelek cukup membuat hati gentar, sementara Pantai Gigi Hiu dan Kiluan memilki sejarah dimana pengunjung kehilangan nyawa. Insiden di Laguna Gayau dapat dilihat di link https://www.jpnn.com/news/asyik-wefie-8-wisatawan-terseret-ombak-3-tewas. Sedangkan insiden di Pulau Kelapa dapat dilihat di https://wow.tribunnews.com/2021/05/30/kronologi-polisi-tewas-setelah-menolong-dua-anaknya-yang-terseret-ombak-di-pantai-teluk-kiluan