Monday, February 24, 2014

The Secret Letters of The Monk Who Sold His Ferrari - Robin Sharma


Tadinya saya pikir buku ini cerita fiksi biasa, namun ternyata merupakan motivation story, yang dikemas dengan petulangan mengumpulkan 9 azimat (talisman) dari satu lokasi ke lokasi lain, mulai dari katakomb di Paris, saat kita mencoba melawan ketakutan kita sendiri, Jepang, saat kita menghargai sebuah persahabatan, Barcelona saat kita terinspirasi untuk memilih pekerjaan yang kita cintai dan lain-lain.

Diperankan tokoh utama Jonathan Landry yang pernikahannya dengan Annisha, serta buah pernikahan mereka, si bocah bernama Adam hancur lebur dan kehilangan makna hidup. Lantas ibunya meminta Jonathan yang hidupnya penuh dengan masalah, untuk bertemu salah satu sepupunya Julian Mantle. Bagi Ibu Jonathan, Julian yang sudah berhasil menemukan arti kehidupan dan memilih meninggalkan karir sebagai pengacara sukses untuk menjadi biksu layak menjadi mentor bagi Jonathan. Julian akhirnya memberi tugas, sedemikan rupa sehingga Jonathan mengira tugas itu adalah untuk Julian, padahal semua tugas itu dirancang Julian untuk Landry semata.

Situasi yang dialami Jonathan, pernikahan yang kandas, hubungan dengan anak semata wayang yang kering, kesibukan yang tiada habis2nya, persaingan di kantor, mengingatkan saya akan akting Robin Williams di film Hook yang terjebak dalam dunia kerja dan melupakan keluarga. Lewat perjalanan ini Jonathan berusaha mengumpulkan kepingan-kepingan untuk membentuk kembali hidupnya.



Setiap azimat yang berhasil dikumpulkan dari para penjaganya di berbagai negara membukakan wawasan Jonathan mengenai hidup, dan pelan-pelan Jonathan kembali menemukan apa yang selama ini hilang dari hidupnya. Setiap penjaga azimat dipilih bukan melulu karena mereka dipercaya oleh Julian Mantle, namun mereka juga representasi karakteristik setiap azimat yang mereka jaga.

Inilah buku 264 halaman, yang membuka mata kita untuk hidup dengan sebenar-benarnya hidup.kenapa Jonathan dipilih oleh Julian Mantle, sepertinya karena, sosok Jonathan mewakil kebanyakan dri kita yang sibuk secara fisik namun kosong secara jiwa. Pesan dari Robin Sharma yang terkenal dengan semboyan "Lead Without Titles" adalah, temukanlah hal-hal berikut

1. Kekuatan autensitas (Ahmet Demir, Istanbul),
2. Rangkullah ketakutanmu (Antoine, Paris),
3. Hiduplah dengan kebaikan hati (Ayame, Kyoto),
4. Buatlah kemajuan kecil setiap hari (Chava dan Sikina Uchan, Meksiko),
5. Lakukan usaha terbaikmu (Lluis, Barcelona),
6. Pilihlah pengaruhmu baik-baik (Mary dan Angus, Sydney),
7. Kebahagiaan hidup paling sederhana (Gao, Shanghai),
8. Tujuan hidup adalah mencintai (Ronnie, Phoenix, Arizona), dan
9. Dukunglah sesuatu yang lebih besar dari dirimu sendiri (Julian, Taj Mahal, India).


Lalu jadilah diri anda yang sejati, serta jangan pernah takut bermimpi. Demikian lah Robin Sharma pendiri Sharma Leadership International yang karakternya dalam buku ini bagaikan Julian yang membimbing setiap pembaca menemukan dirinya sendiri melalui 9 azimat.    

Saturday, February 15, 2014

The Rockefeller's File - Gary Allen


Karya Gary Allen ini terasa tidak sistematis, Allen juga tidak menguraikan secara jelas hubungan antara Rockefeller dengan pentolan gerakan New World Order, seperti misalnya Rothschild. Sumber-sumber yang digunakan juga terasa kurang up to date karena tidak menggunakan temuan-temuan terbaru. Namun beberapa hal yang terungkap yakni bagaimana hubungan keluarga Rockefeller dengan lembaga kepresidenan melalui perpanjangan tangan Rockefeller seperti Henry Kissinger ditulis cukup detail.

Buku ini juga kekurangan tabel atau diagram yang membantu kita membayangkan seberapa besar tentakel gurita kekayaan Rockefeller. Namun demikian foto foto yang ditampilkan cukup membantu kita memberikan pemahaman akan silsilah salah satu klan super kaya dunia ini. Salah satu pilar kekayaan mereka adalah Chase Manhattan, merupakan satu dari sedikit jajaran institusi keuangan terkemuka di dunia.



Cara yang digunakan keluarga ini untuk memanipulasi kontrol dan pajak terhadap kekayaan mereka juga diungkap Allen, yakni melalui pendirian begitu banyak yayasan, yang dengan demikian "melenyapkan" asset mereka dari pengawasan otoritas terkait. Sepertinya cara ini juga yang pernah dilakukan klan Soeharto saat memimpin Indonesia.

Allen juga memiliki dugaan kuat mengenai keterliabatan keluarga ini dalam WWI, WWII, Perang Korea dan Perang Vietnam. Meski dimata orang kebanyakan perang adalah bencana, namun di mata pebisinis perang adalah bisnis jual beli uang, bisnis peralatan militer,  dan juga bisnis konstruksi setelah era perang yang sangat menggiurkan.

Dimata Allen, keluarga super kaya Amerika ini memiliki kekuasaan yang tak kalah dengan kekayaan yang mereka miliki. Tentakel Rockefeller merambah kemana mana, dengan hak prerogatif yang sulit dibayangkan kebanyakan orang. Buku bukanlah cerita fiksi, namun penyajian ringkas bagaimana kekayaan membutakan dan menggiring keluarga ini menyatukan kapitalisme sekaligus komunisme dalam satu kendali.

Meski sangat berhasrat untuk masuk dalam jajaran pemerintahan, namun cuma Nelson Rockefeller yang akhirnya tembus sebagai Gubernur New York. Dan bagi Allen cara yang dilakukan Rockefeller mengendalikan pemerintahan dianalogikan dengan ketika kita ingin mengendalikan gergaji listrik yang lepas dari genggaman dan membabat kesana kemari, apakah yang harus kita lakukan ? tentu saja dengan mencabut kontaknya dengan listrik. Begitulah yang terjadi dengan kontrol Rockefeller terhadap Dewan Perwakilan Rakyat.

Siapa Garry Allen, beliau adalah wartawan investigasi terkemuka asal Amerika. Ia menulis investigasi tentang kekayaan dan keuangan  dengan lebih dari 200 artikel di surat kabar. Beliau meninggal sesaat setelah  menyelesaikan bukunya yang berjudul "Say No To The New World Order" pada tahun 1986.

Rumah Masa Depan Part #1 of 3 : Mengunjungi Firdaus Memorial Park


Setelah beberapa kali tidak bisa ikut, hari ini setelah mereskedul meeting dengan project manager pembangunan klinik baru, lalu mereskedul kursus musik di Yamaha, saya sekeluarga bersama ibu saya (yang sudah berusia 78 tahun) pergi ke Firdaus Memorial Park (FMP) di Perkebunan Panglejar Bagian Maswati PTPN VIII, CIkalong Wetan, Bandung Barat. Untuk pergi ke sini tinggal masuk tol menuju Jakarta, dan keluar di pintu tol Cikamuning, kemudian masuk ke jalur menuju Purwakarta, sekitar 12 kilometer dari pintu keluar tol, maka kita akan menemukan gerbang masuk ke areal perkebunan.

Acara yang kita lakukan antara lain mendengarkan penjelasan progres pembangunan Taman Wakaf Pemakaman Muslim, Tea Walk, kemudian Tausiyah bersama Ustadz Budi Prayitno. Kenapa saya tertarik mengikuti program ini, pada dasarnya sih berusaha untuk meringankan keluarga sekiranya saya dan istri kelak dipanggil Yang Maha Kuasa. Program ini juga sudah termasuk, memandikan jenazah, mengkafani, menyholatkan, mengantar dengan ambulans dan memakamkan. Dengan mengikuti program ini selain mendapatkan dua kavling  makam, namun
juga dua kavling tambahan sebagai wakaf bagi kaum tak mampu. Satu Kavling dapat menampung tiga jenazah yang disusun dengan perbedaan ketinggian (misal paling bawah 2 meter dari permukaan tanah, lalu 1,5 meter dan 1 meter). Model ini merujuk ke makam Baqi, pemakaman para sahabat Nabi, yang sampai saat ini merupakan satu dari dua makam tertua didunia yang masih mampu menampung jenazah. Makam tertua lainnya adalah makam Mala.



Dua tahun yang lalu, saya sempat tertarik dengan kompleks pemakaman dengan kosep taman yang mirip, namun seorang teman sempat mengeritik niat saya, karena memang beberapa tokoh bermasalah juga dimakamkan juga disana, dan mendapatkan tempat sangat khusus nan mewah di bukit. Sehingga sangat terasa kesenjangan antara makam, dan meski memiliki area masing2, situasi disini kurang terasa keislaman-nya. Teman mengingatkan bahwa tidak cuma di dunia, bahkan di alam kubur pun dianjurkan untuk berdekatan dengan makam orang yang
berusaha mendekatkan diri dengan Allah.

Saat ini di Bandung (dan kebanyakan kota besar lainnya), lahan makam semakin sulit, selain itu juga model pemakaman yang ada sering sekali kurang islami. Misalnya untuk berziarah kita harus menginjak makam2 lain, selain itu makam yang tidak seragam memberi kesan kesenjangan, bahkan beberapa makam terlihat seram. Dengan konsep taman yang asri, makam ini diharapkan dapat menjawab sebagian kebutuhan umat, dan bukan cuma makam tetapi disini juga menyediakan Pesantren, Masjid, dan nantinya juga semacam Mini Mart yang dapat digunakan oleh peziarah. Pesantren ini juga bahkan memiliki lahan yang nantinya akan dikelola sendiri untuk biaya operasional sehari hari.

Setelah penjelasan, kami dan rombongan berjalan sekitar 25 menit diantara perkebunan teh, menuju lokasi Masjid dan Pesantren yang akan dibuat, persis di ujung lahan di pinggir tol Bandung-Jakarta. Meskipun berada di sekitar perkebunan teh, lahan yang rencananya seluas 21 Hektar ini (namun baru dibebaskan 5 Hektar) ternyata milik pribadi masyarakat sekitar perkebunan yang dibeli oleh Lembaga Wakaf. Karena tidak ada akses khusus, jalan akses di beberapa lokasi memang menggunakan jalan dengan seizin perkebunan.

Kapasitas total jenazah yang  bisa dimakamkan disini nantinya adalah maks 5.000 wakif (pihak yang mewakafkan) atau 10.000 kavling yang berarti 30.000 jenazah. Sedangkan untuk penerima wakaf juga berjumlah 10.000 kavling dan dengan demikian total kapasitas adalah 60.000 jenazah. Saat ini sudah ada dua wakif yang dikuburkan dan satu seorang nenek sebatang kara yang mewakili kaum duafa. Disamping menerima wakaf kavling jenazah, Lembaga Wakaf juga menerima wakaf untuk pembangunan Masjid dan Pesantren. Hemm ya inilah rumah masa depan, meski kapan kita akan meninggal dan dimana kita meninggal tak seorang pun yang tahu, namun InShaAllah, wakaf kita berguna bagi yang membutuhkan.

Link berikutnya http://hipohan.blogspot.co.id/2014/02/rumah-masa-depan-2-of-3-tausiyah-ustadz.html

Rumah Masa Depan Part #2 of 3 : Tausiyah Ustadz Budi Prayitno


Senang sekali rasanya bertemu dengan beliau, masih seperti dulu, sederhana, senantiasa hemat dalam berkata-kata, namun sejuk didengar hati dan telinga. Mengawali tausiyah, Ustadz Budi langsung menanyakan beda pemakaman dan pemukiman. Pemukiman senantiasa ramai dengan aktifitas, kita senantiasa bersemangat mengunjunginya sejak dalam proses pembangunan, mulai dari warna keramik yang digunakan, serasi tidaknya cat tembok, model kloset, dan selalu ada keinginan untuk segera tinggal didalamnya. Namun sebaliknya dengan pemakaman, tidak semua orang ingin menyiapkannya, apalagi segera mencobanya. Rasanya aneh membayangkan orang berjalan jalan ke makam dan berusaha membeli tipe sudut misalnya agar mendapatkan lokasi yang strategis.

Kehidupan seharusnya selalu menjadi hal yang kita syukuri, bahkan seandainya kita mengucapkan terimakasih atas setiap denyut jantung yang kita miliki, kita tidak akan kuasa menyebutkannya. Karena jantung dalam sehari semalam berdenyut lebih dari 100.000 kali. Namun bersyukur atau tidak kita tetap akan menemui mati. Jutaan tahun yang lalu, mungkin ribuan milyar mahluk hidup yang pernah muncul di bumi ini, dan kini ada sekitar 6 sd 7 milyar manusia di dunia, dan sebagai mana ribuan milyar yang telah mati, maka 7 milyar ini akan menemui ajal yang sama.

Ustadz Budi mengingatkan sebuah cerita sufi mengenai seorang tamu Nabi Sulaiman yang merasa tidak nyaman dengan kedatangan sosok seram yang selalu memandanginya namun tidak melakukan apa-apa. Merasa tidak nyaman tamu Nabi memohon Nabi Sulaiman untuk membantunya menyingkir dari sosok seram tersebut. Dengan izin Allah, maka Nabi Sulaiman memindahkan tamu tersebut jauh ke India. Melihat sosok tamu tersebut menghilang, sosok seram bertanya

Sosok Seram : "Kemana tamumu tadi wahai Nabi Sulaiman ?"
Nabi Sulaiman : "Kupindahkan dia ke India, siapa kamu dan kenapa kamu membuat takut tamuku ?",
Sosok Seram : "Sesungguhnya aku malaikat pencabut nyawa yang diutus untuk mencabut nyawa tamumu tadi".

Nabi Sulaiman : "Kalau begitu kenapa tidak kau lakukan ?".
Sosok Seram : "Aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di India, itu sebabnya aku hanya memandanginya tadi".


Namun apakah selalu kematian membawa kesedihan ? Ustadz Budi bercerita tentang seseorang yang bernama "M" dimana beliau bekerja di sebuah perusahaan Telekomunikasi ternama. Suatu saat beliau bertemu seorang gadis bernama "A", dan akhirnya jatuh cinta. Karena "A" beragama berbeda, maka "M" emutuskan pindah agama sebagai seorang murtad, dan lalu ikut dan  bahkan sangat aktif dalam lokasi Ibadah mereka di Suryalaya, Bandung bersama istrinya "A". Tahun demi tahun berlalu mereka dikarunia tiga orang anak, dengan si bungsu bernama "R" yang sangat mereka sayangi. "R" memiliki karakter penyayang dan sering sekali meminta ibunya menyiapkan berbagai penganan yang sering dia bagi-bagi pada kaum duafa di sepanjang jalan. Dia juga menganggap pembantu yang bekerja di rumah mereka sebagai bibi-nya sendiri dan seringkali bercerita bahwa betapa dia ingin membelikan "bibi" nya rumah dan kendaraan. Namun saat berusia delapan tahun "R" menderita demam yang sangat tinggi. "M" menemani si bungsu setiap malam di saat2 kritis, ketika akhirnya ajal menjelang, "R" dalam keadaan panas tinggi meminta ayahnya membimbingnya mengucapkan syahadat. "R" juga menyatakan keinginannya untuk bertemu kembali dengan "M" di tempat terindah di surga.

Terkejut dengan permintaan sang anak, maka "M" memakamkan "R" secara islam, meski mendapatkan tentangan keras dari komunitas Suryalaya. "A" yang tidak dapat menerima kematian si Bungsu lalu menderita depresi yang parah dan sempat kehilangan kepercayaan pada Tuhan , sehingga suatu hari dia mendengar bisikan bahwa semua jawaban dari peristiwa yang dia alami bisa dia temukan di Surat Yunus. Bertanya pada rekan2 nya yang beragama islam, ternyata masih tidak mendapatkan jawaban, dan akhirnya "A" meminjam Quran dan mencoba membacanya sendiri. Dalam surat Yunus dia menemukan jawaban bahwa azal tidak bisa dipercepat dan juga tidak bisa ditunda, dan Allah lah yang menentukan siapa yang berhak tinggal di tempat terbaik di dalam surga. Akhirnya "A" mengucapkan syahadat dan menemukan kedamaian dalam islam, tak lama kemudian "M" juga menyusul dan meski kedua kakak dan abang "R" diberi kebebasan untuk memilih, mereka juga akhirnya mengucapkan syahadat.



Lalu mereka bertanya pada sang "bibi" apakah "R" pernah berjanji akan membelikan rumah dan kendaraan ? wanita baik itu mengatakan tidak, namun "R" pernah mengatakan ingin memberikan hadiah naik haji bagi sang "bibi". Maka untuk mewujudkan janji "R", suami istri tersebut mengumpulkan semua uang duka yang pernah mereka terima, dan maha suci Allah, jumlah-nya ternyata sama persis dengan biaya haji lengkap dengan dengan semua kebutuhan selama pelaksanaan di tanah suci.

Tahun demi tahun berlalu, akhirnya kini giliran kakak wanita "R" yang sudah menyelesaikan pendidikan dan bekerja sebagai dokter yang harus kembali menghadap Yang Maha Kuasa.  Namun "A" yang kini lebih tegar dapat menerimanya dan malah berdoa untuk diberikan kembali seorang anak pengganti anak-anak-nya yang sudah "pergi", meski semua orang menyangsikan hal itu dapat terjadi karena usianya yang sudah menjelang pertengahan. Namun keajaiban tiba, "A" dan "M" diberikan Allah karunia seorang anak perempuan. Ustadz Budi kembali mengingatkan, bahwa kisah nyata  dari jamaah yang dia bombing saat ibadah di Mekkah dan Madinah ini salah satu bukti yang menunjukkan tidak setiap kematian berarti kesedihan, karena "kembali"nya "R" si bungsu justru membantu keluarga mereka menemukan "jalan yang lurus".

Link berikutnya http://hipohan.blogspot.co.id/2014/02/rumah-masa-depan-3-of-3-tausiyah-ustadz_15.html

Rumah Masa Depan Part #3 of 3 : Tausiyah Ustadz Budi Prayitno

Ustadz Budi juga mengingatkan bahwa kematian adalah misteri, sebagaimana seorang asal Aceh yang merantau bertahun tahun di Jawa, sampai tak seorangpun sanak saudaranya yang mengira dia akan kembali. Suatu saat entah kenapa dia merasa sangat rindu dengan keluarga besarnya di Aceh. Namun ketika dia mudik, terjadi tsunami, dan akhirnya tanpa diduga bersama keluarga besarnya justru dia meninggal di Aceh. Sebaliknya dengan kisah lain seorang lelaki Jawa yang suatu saat ditugaskan ke Medan dalam rangka tugas, namun ternyata gempa meruntuhkan hotel tempat dia menginap sehingga dikuburkan di Medan, jauh dari sanak saudaranya.

Sebagai bekal untuk menghadapi kematian, Ustadz Budi mengingatkan kita akan sebuah cerita dimana seorang lelaki saat perhitungan amal baik, selalu dibantu dan dibela seseorang pria yang berwajah mirip dengan dirinya. Sehingga akhirnya timbangan kebaikannya dapat mengantarnya ke Surga, Di Gerbang Surga si lelaki yang bingung dengan sosok mirip dirinya lalu bertanya, siapakah kiranya lelaki itu. Maka lelaki itu mengatakan bahwa dia adalah sosok amal baik lelaki itu yang menjelma menjadi pembelanya di akhirat.
 
Rockefeller yang nyaris memiliki apapun di dunia sangat menginginkan hidup sampai dengan 100 tahun, sayang pada usia 99 tahun dia harus kembali ke Sang Maha Pencipta, meski dia termasuk salah satu orang terkaya di dunia, tetapi hartanya tak bisa membeli satu tahun tambahan untuk menggenapi hidupnya hingga ke 100 tahun.

Alexander The Great, salah satu penguasa dunia, berpesan pada pengikutnya untuk mengeluarkan kedua tangan-nya dari lubang di sisi kiri dan kanan peti mati yang dia gunakan, agar semua orang melihat meski dia penguasa nyaris separuh dunia, namun dia tak kuasa membawa apapun untuk bekal di alam akhiratnya. 

Dengan cerita diatas Ustadz Budi mengingatkan bahwa statistik menyebutkan lebih dari 70% milik kita ternyata tidak pernah kita gunakan dimasa hidup, jadi pintar-pintar lah menggunakan harta yang kita miliki agar kelak menjadi harta abadi yang sebenarnya alias harta yang diwakafkan.

Mati bukanlah hal yang perlu ditakuti selama kita beriman, karena bagi orang beriman, mati layaknya pulang ke kampung halaman sendiri, karena itu siapkan bekal yang sebaik-baiknya bekal, seperti harta yang diwakafkan, doa anak yang sholeh dan shalihah serta ilmu yang bermanfaat bagi orang lain.

Memperkuat apa yang disampaikan Ustadz Budi saya kutip dua hadist dibawah ini, pertama;

Ada dua hal yang dibenci oleh manusia. Pertama, mati, padahal mati itu lebih baik dari pada rusaknya agama. Kedua sedikitnya harta, padahal orang yang sedikit hartanya itu sedikit hisabnya (HR Ahmad).

dan hadist kedua;

Kematian adalah hadiah indah untuk seorang mukmin (HR Thabrani)

Dengan hadist penutup ini, maka saya akhiri tausiyah mengharukan dibawah siraman debu halus letusan gunung Kelud sehari sebelumnya 14/2/2014, tepat di gerbang Firdaus Memorial Park.

Wednesday, February 05, 2014

Inspirasi Dari Arvan Pradiansyah Dengan 7 Law of Happiness @Work Part #1 of 6

Saat Kick Off Meeting dalam acara kantor di awal tahun, diundang seorang pembicara yang juga pengisi acara di salah satu stasiun radio Ibu Kota (smartfm 95,9) , sekaligus pengarang beberapa buku best seller bernama Arvan Pradiansyah (Selanjutnya kita sebut AP). Karena memang seorang pembicara yang populer, ternyata sebagian teman kantor sudah menyiapkan beberapa buku beliau untuk langsung di tanda tangani dalam acara tersebut. Berbeda dengan pembicara lain yang mengutamakan misalnya motivasi, otak kanan vs otak kiri, kreatifitas, dll fokus AP yang lulusan Ilmu Komunikasi UI ini justru pada Happines. Lalu AP memulai acara dengan bertanya sbb;

Mohon yang ingin sukses semuanya angkat tangan ! (ternyata nyaris semua angkat tangan)
Mohon yang ingin bahagia semuanya angkat tangan ! (ternyata nyaris semua angkat tangan)
Mohon bagi yang merasa sudah sukses angkat tangan (ternyata tidak ada satupun yg angkat tangan, namun sepertinya lebih karena malu)
Mohon bagi yang merasa sudah bahagia angkat tangan (ternyata tidak ada satupun yg angkat tangan)


Lalu AP melanjutkan, meskipun tidak ada yang mengangkat tangan, tidak mungkin di ruangan ini tidak ada yang sukses, apalagi sebagian sudah terbukti menjadi Direktur ataupun Presiden Direktur, nah jika ada yang sukses kenapa tidak ada yang mengangkat tangan menyatakan baha dia berbahagia ?, memang kita harus menyadari kebahagiaanlah ujung dari semuanya, lanjut AP. Dan bahagia tidak melulu di rumah saja atau tidak melulu di kantor saja, namun juga di kedua tempat tersebut seharusnya kita sanggup dan bisa untuk selalu berbahagia.

Apakah gaji membuat bahagia, tidak ! kata AP, karena banyak yang pindah kerja tidak selalu karena gaji. Lalu AP memberikan sebuah kuis menarik untuk mengukur tingkat stress karyawan dalam suatu perusahaan. Kuis ini dibuat Isamu Saito seorang peneliti ilmu di bidang Kokologi (koko = pikiran, logi = ilmu, jadi ilmu mengenai pikiran). Kuisnya sebagai berikut; Saat merencanakan untuk mencuci pakaian dan menggantungnya hingga kering, tiba-tiba mendadak muncul cuaca buruk tak terduga, apakah pilihan yang akan kita akan ambil ?

1.Waduh bagaimana mau menunggu besok, sedangkan pakaian yang mau dipakai besok harus dicuci sekarang ? 
2.Tunggu saja sebentar siapa tahu cuaca akan kembali cerah.
3.Hore tidak perlu mencuci hari ini !
4.Saya akan tetap mencuci, tidak perduli cuaca akan seburuk apa !


Lalu AP menghitung secara sampling jawaban yang diberikan peserta, dan ternyata cukup banyak yang memilih jawaban ke empat. Jawaban ke satu menunjukkan kadar stress 80%, sehingga dianjurkan untuk istirahat dari pekerjaan. Jawaban ke dua menunjukkan kadar stress 50%, yang menunjukkan ketenangan meski sesuatu tak berjalan sesuai rencana. Jawaban ke tiga menunjukkan kadar stress kurang dari 50%, karena hujan bukan tanggung jawab kita, jadi ya tak usah terlalu dipikrkan.

Pasti anda mengira jawaban ke empat sebagai indikator stress 0%, namun ternyata jawaban ini menunjukkan kadar stress mendekati 100% (hemm ternyata pertanyaan jebakan), karena jawaban ini menunjukkan karakter yang mengabaikan kenyataan, berusaha mencapai hal mustahil dalam pekerjaan, gagal dan lalu malah menambah kadar stress lagi. AP menjelaskan konsep 7 Happines melalui tiga lapisan seperti dibawah ini, dimana lapisan bawah dan tengah masing masing terdiri dari tiga hal sedangkan lapisan paling atas hanya satu.



Inspirasi Dari Arvan Pradiansyah Dengan 7 Law of Happiness @Work Part #2 of 6

AP mengatakan jangan pernah mengabaikan pentingnya rasa bahagia, karena bahagia dapat menular ke orang di sekeliling kita, dan menurut penelitian seorang konsultan, atau dokter yang berbahagia, kualitas pekerjaannya naik 15%. Dan jangan menganggap ilmu yang meneliti hal-hal semacam ini asal-asalan, karena ternyata Happines is Science, sampai-sampai ada program S2 nya di Universitas Pennsylvania, Amerika serta baru-baru ini sudah dibuka juga di Sydney, Australia. Begitu juga di Harvard, sekarang mata kuliah favorit mahasiswa bukan lagi International Business melainkan Happines dengan Tal Ben Sahar sebagai pengajarnya.

Secara keilmuan Happiness berhubungan dengan Human Resources Management, Psikologi, Agama, Filsafat, dan Neuroscience. Kenapa Agama masuk, karena sebagaimana yang kita ketahui nyaris semua tujuan Agama di dunia adalah kebahagiaan. Banyak orang sukses tidak bahagia, banyak orang kaya tidak bahagia, banyak yang mencari kemana mana tapi tidak ketemu, sekaligus berusaha mencari Happiness tapi yang ditemukan malah Pleasure. Lantas apa bedanya Happines dengan Pleasure ?, Pleasure lebih berorientasi ke jangka pendek, sementara Happiness berorientasi ke jangka panjang. Bagi AP mendahulukan Pleasure dr Happiness adalah dosa.  Ap memberikan contoh tindakan korupsi sebagai perbuatan yang memilih Pleasure sebagai prioritas di banding Happiness. 



Uniknya untuk mendapatkan sesuatu sering sekali kita membutuhkan hal-hal dari orang lain, sedangkan kebahagiaan sejatinya tidak memerlukan hal-hal tertentu dari orang lain. Misalnya Hormon kebahagiaan (serotonin) ternyata dapat diproduksi oleh diri sendiri, dengan berpikir positif. Tanpa sadar tidak bahagia sering sekali menjadi sesuatu yang memang kita kondisikan sendiri, misalnya istilah happy hour digunakan untuk jam 17:00 keatas, yang menunjukkan indikasi tidak bahagia di kantor.

Bukan cuma tidak memerlukan orang lain, Happiness bahkan tidak perlu menunggu kesuksesan, jika untuk sukses kita harus menunggu, untuk Happiness tidak diperlukan proses menunggu. Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa hari ini adalah berkat sbb;

Yesterday is history (atau her story)
Tomorrow is mystery,
Today is gift that's why we call it present.

Inspirasi Dari Arvan Pradiansyah Dengan 7 Law of Happiness @Work Part #3 of 6

Orang orang sering melupakan What We Think Leads What We Feel padahal sesuai penelitian 70 sd 75% orang yang ke dokter, masalah utama nya ternyata psikis dan bukan fisik, yang menjadi sumber utama penyakit, dan ini jauh lebih berbahaya. Makanan ke mulut sering kita seleksi, namun apa yang masuk ke  pikiran sering tidak kita saring. Penelitian juga menyebutkan setiap hari kita memikirkan 150 ribu hal, dan jika tidak kita saring 60% nya merupakan pikiran negatif.

Dalam sebuah riset, dua wanita kembar, di stimulasi dgn musik dan film berbeda, lalu bacaan berbeda, lalu diminta berbelanja. Yang satu belanja dengan gembira yang satu tak ingin membeli apapun dan menjadi melankolis. Yang satu bahkan membelikan kembaran yang lain hadiah, artinya memberikan kebahagiaan bagi orang lain yang membuktikan kebahagiaan bisa menular. Nah apa rumusan yang jabarkan oleh AP,

1. Intrapersonal relation, mulailah  dengan bahagia pada diri sendiri melaui tiga hal yakni

  • a. Patience (sabar)
  • b. Gratitude (syukur) dan
  • c. Simplicity (cara kita melihat dunia).

2. Interpersonal relation

  • a. Love (kasih, karena para Nabi mengatakan belum beriman seseorang sebelum mengasihi orang lain), *
  • b. Giving (memberi)
  • c. Forgiveness (memaafkan alias pemberian yang paling sulit dilakukan)

3. Relation with God

  • a. Surrender (semakin kuat iman semakin sedikit yang dikuatirkan dan sebaliknya)
Dan digambarkan dalam bentuk seperti ini



* Nampaknya Arvan Pradiansyah mengutip ini dari “Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, tidak dikatakan beriman seorang hamba hingga ia mencintai TETANGGA atau SAUDARANYA seperti mencintai dirinya sendiri.” (Hadist Riwayat Muslim)
 

Inspirasi Dari Arvan Pradiansyah Dengan 7 Law of Happiness @Work Part #4 of 6

Namun salah satu yang terpenting adalah Patience alias sabar yang merupakan jarak stimulus dan respon, dan video Central Beheer ini

http://www.youtube.com/watch?v=wpn7HUroqe8

bisa menunjukkan apa yang dimaksud dengan sabar, contoh lain adalah pengendara motor yang emosi pada pengendara mobil, dan meludahinya, padahal dia sedang mengenakan helm full-face. Dengan kata lain kita dapat sabar jika mampu mengkondisikan Body and Mind tetap berada dalam satu tempat.

Penelitian Daniel Goleman (kadang disebut juga sebagai marshmallow test dengan menggunakan kue), menunjukkan anak-anak yang lebih sabar ternyata menjadi anak anak yang lebih sukses dan bahagia ketika dewasa. Daniel Goleman melakukan penelitian pada 20 anak taman kanak kanak.  Setiap anak duduk menunggu didepan sebuah meja dengan satu permen lolypop untuk mereka. Jika mereka mau mau menunggu maka mereka akan mendapatkan tiga permen lolypop, namun kalau tidak, maka hanya satu-satunya permen itu saja yang mereka dapat.  Ternyata 66% anak tidak kuat menunggu, dan mereka setelah beberapa saat langsung menghabiskan satu-satunya permen tersebut. * Berikut link video salah satu test seperti ini

http://www.youtube.com/watch?v=x3S0xS2hdi4&list=PL8GRa03l4TBZSoCykwfNfejGsTnsAevGo 

AP mengatakan, bahwa untuk bahagia, maka kita perlu menempatkan Body, Mind and Soul dalam satu kesatuan karena jika kita kerja keras (struggle) maka hanya melibatkan Body, jika kita kerja cerdas maka hanya akan melibatkan Body and Mind (success), namun jika kita kerja ikhlas, maka kita melibatkan Body, Mind and Soul , dan dengannya kita akan meraih kebahagiaan (Happiness).

Kenapa sukses tidak memberikan kebahagiaan, karena kebahagiaan sering sekali tidak ada hubungannya dengan hasil. Itu sebabnya menonton secara langsung suatu pertandingan bola dibandingkan melihat hasilnya di pagi hari memberikan kebahagiaan dengan skala yang jauh berbeda. Atau ada orang yang menonton film yang sama berkali kali meski sudah tahu akhir ceritanya lebih karena menikmati prosesnya. Contoh lain meski makan untuk kenyang, namun orang akan memilih menikmati proses makannya dibanding  kenyang-nya saja, karena kalau yang diperlukan kenyang-nya saja, maka orang akan lebih memilih makanan dalam bentuk kapsul misalnya seperti yang digunakan para astronot.

* Saya jadi ingat kewajiban berpuasa pada sebagian agama

Inspirasi Dari Arvan Pradiansyah Dengan 7 Law of Happiness @Work Part #5 of 6

Bagaimana konsep Gratitude alias bersyukur diterapkan, mari kita amati cerita berikut;

Suatu hari seorang petani kehilangan kudanya, maka para tetangganya datang dengan mengucapkan duka cita, namun sang petani tenang-tenang saja menanggapinya dengan biasa biasa saja. Beberapa hari kemudian Sang Kuda Hilang kembali sambil membawa sekumpulan Kuda Liar, dan tetangganya lagi lagi datang mengucapkan selamat, lagi lagi Sang Petani menanggapinya dengan biasa saja.  Beberapa hari kemudian putra Sang Petani yang penasaran dengan Kuda Liar tersebut ternyata jatuh dengan kaki patah karena mencoba menunggangi-nya, tetangga pun kembali datang dengan mengucapkan duka cita, lagi lagi Sang Petani hanya menanggapinya dengan biasa-biasa saja. Beberapa hari kemudian,karena pada saat itu terjadi perang maka setiap anak muda yang sehat dipaksa mengikuti wajib militer. Ternyata putra Sang Petani lolos karena masih cedera, dan tak perlu mengikuti wajib militer, maka lagi lagi tetangga datang mengucapkan selamat, dan Sang Petani tetap tenang-tenang saja, karena baginya semua hal perlu disyukurkan dan diterima apa adanya. Sesungguhnya bagi Sang Petani apa yang baik dan apa yang tidak baik, manusia sering sekali tidak tahu.

Puisi yang dikirim seorang teman saya ini mungkin bisa menggambarkan, bahwa sesungguhnya manusaa tidak tahu apa yang baik baginya, namun rasa syukur dapat  membantu manusia menemukan kebahagiaan, sbb;



Apa Yang Kau Cari ?

Sudah di gunung, pantai kau rindukan
Tiba di pantai, gunung yang kau inginkan
Saat kemarau, kau tanya kapan hujan
Diberi hujan, kemarau kau tanyakan
Sudah tenang di rumah, pengin pergi
Begitu pergi, kau ingin ke rumah kembali
Sudah dapat ketenangan, keramaian kau cari
Keramaian kau temukan, ketenangan kau rindui
Apa yang sebenarnya yang kau cari?
Belum berkeluarga mencari istri/suami
Sudah berkeluarga, mengeluhkan anak yang belum diberi
Dapat anak, mengeluhkan lagi kurang rejeki
Ternyata sesuatu tampak indah karena belum kita miliki
Kapankah kebahagiaan akan didapatkan ?
Kalau yang belum ada selalu kita pikirkan..
Sedang Yang sudah diberi-Nya kita abaikan?
Bukankah telah banyak yang kau dapatkan?
Jadilah pribadi yang selalu bersyukur
Karena kesyukuran akan membuatmu subur
Mungkinkah selembar daun bisa menutup bumi
Sedang kau tak bisa menutup telapak tangan sendiri
Tetapi saat selembar daun kecil menempel di mata
Maka bumi yang luas tampak tertutup semua
Begitu juga bila hatimu ditutupi keburukan
Seolah-olah yang tak cocok denganmu selalu kejelekan
Seluruh bumi seolah tak ada kebaikan
Padahal hatimu lah yang ketutupan
Jangan tutup matamu dengan daun kecil
Jangan tutup hatimu dengan kotoran secuil
Syukuri nikmat-Nya , meski kelihatan mungil
Terus menempuh jalan yang lurus maka kelak kau berhasil
Bila buruk hatimu, buruk pula kelakuanmu
Bila tertutup hatimu, tertutuplah segala sesuatu
Syukurilah semua apa yang ada padamu
Dari situ engkau memuliakan dirimu
Belajarlah berterimakasih kepada-Nya
Sebagai modal untuk memuliakan-Nya.
Karena hidup adalah waktu yang dipinjamkan-Nya
Dan harta adalah anugerah yang dipercayakan-Nya

Untuk Simplicity alias kesederhanaan, AP menjelaskan ternyata banyak orang yang membuat rumit sesuatu yang sebenarnya bisa disederhanakan. Misalkan sebuah pernikahan, orang sering bingung memilih musik pengiring, lokasi pernikahan, fotografer yang akan dilibatkan, baju keluarga besar pengantin pria, baju keluarga besar pengantin wanita, baju mempelai, bunga-bunga yang harus dibeli, urut-urutan acara, catering dan menu yang akan dipilih, dst. Padahal pernikahan, cuma memerlukan sepasang calon, saksi, penghulu, wali.

Bagaimana dengan Love alias kasih ?,AP menyarankan  mulailah dengan Give baru kemudian Take yakni mengasihi di banding dikasihi, karena ini memberikan kebahagiaan dibanding sebaliknya. Persis ketika seseorang memilih untuk mengabadikan suatu momen lewat kamera meski dia sendiri tak bisa muncul dalam foto yang dimaksud.  Eric Fromm, dalam buka The Art of Loving, mengatakan ada dua jenis cinta yakni cinta anak2 dan cinta dewasa. Cinta anak-anak berprinsip “saya mengasihi krn saya dikasihi” sedangkan cinta dewasa, “saya dikasihi krn saya mengasihi”. Pilihlah cinta dewasa, karena anda dapat memulainya dan tidak perlu menunggu seseorang untuk mencintai anda terlebih dahulu.
 

Inspirasi Dari Arvan Pradiansyah Dengan 7 Law of Happiness @Work Part #6 of 6

Bagaimana dengan Giving alias memberi ? Semua orang sukses memiliki prinsip untuk memberi lebih banyak dari pada yang diminta. Ada tiga jenis prinsip memberi yakni;  

1. Gaji 100 kontribusi 50 (lalu mengira dirinya orang yang beruntung, padahal cepat atau lambat orang-orang seperti ini akan tersingkir),
2. Gaji 100 kontribusi 100, bekerja sesuai gaji (tidak ada yang salah namun hanya menjadi org kebanyakan dengan karir biasa biasa saja)
3. Gaji 100, kontribusi lebih dari 100 (inilah yang kebanyakan dimiliki orang sukses dalam karir dan kehidupan).

Sebagaimana pepatah give more expect more, give less expect less, give less expect more dan give more expect less, maka sudah hukum alamnya tak mungkin kita mendapatkan banyak jika kita tak mau memberi banyak. Dan pastikan setiap pemberian dilakukan dengan ikhlas, layaknya orang pergi ke toilet (maaf) buang sebanyaknya dan tak usah mengharapkan imbalan,  tidak  dihitung hitung dan tidak untuk dipamerkan.  Kenapa memberi lebih mudah dibanding memaafkan, karena memberi berangkat dari nilai 0  sedangkan memaafkan berangkat dari nilai negatif, sehingga jelas menjadi lebih sulit.

Saking hebatnya kemampuan Forgiveness alias maaf dalam memberikan kebahagiaan, dan berdampak pada kesehatan seseorang, maka seorang Dokter bernama Gerard yang mengajarkan Forgiveness, berhasil membuktikan kemampuan Forgiveness menghilangkan 14 jenis penyakit sehingga Forgiveness disebut juga sebagai Greatest Healer of All. Lagi pula jika memberi membutuhkan paling tidak dua orang, yakni yang memberikan dan yang diberikan, untuk memaafkan hanya dibutuhkan satu orang, namun bagi kebanyakan orang memberi maaf tetap merupakan hal yang sulit. Penyakit-penyakit yang diklaim bias sembuh dengan memaafkan sbb;
 
  • Pusing
  • Sakit Punggung
  • Sakit Leher
  • Sakit Perut
  • Borok
  • Depresi
  • Kurang Energi
  • Cemas
  • Lemah serta mudah sakit
  • Tegang
  • Tak bisa tidur
  • Ketakutan
  • Tidak bahagia
  • Tanpa arah

Akhir kata, jika semua sudah kita lakukan maka berserahlah, dan menerima apapun hasilnya. Namun jangan salah, berserah berbeda dengan pasrah, karena pasrah adalah belum usaha justru sudah menyerah sementara  berserah adalah berusaha sekerasnya lalu bisa menerima hasilnya apapun itu. Mirip dengan penerbangan dengan pesawat, jika tidak percaya pilot maka sepanjang jalan kita tak bisa beristirahat sedangkan jika percaya pilot, kita bisa tidur nyenyak selama dalam perjalanan.

Demikianlah sharing dari Arvan Pradiansyah dengan sdikit tambahan dari sana dan sini dari saya, semoga bermanfaat bagi pembaca, dan tentu saja meningkatkan kadar bahagia, di tempat kerja, di rumah dan dimana saja. Dan 7 komponen tersebut akhirnya membentuk bangunan seperti dibawah ini;

 

Sunday, February 02, 2014

Temanku Teroris ? - Noor Huda Ismail

Dengan buku ini saya berharap kejadian seperti Bom Bali ini tidak terulang lagi di seluruh dunia.
 Cukuplah kami yang merasakannya...
Alangkah indahnya hidup dengan penuh kedamaian dan mari kita jaga perdamaian ini.
Jangan lagi ternodai oleh para teroris yang bertabir jihad dan mengatasnamakan Islam.
Islam datang penuh rahmat bagi seluruh umat.
Eka Laksmi (Istri Imawan, korban Bom Bali I)

Setelah lama membeli buku karya Noor Huda Ismail (NHI) ini, dan bahkan sempat dibaca ibu saya duluan lalu istri, barulah saya memiliki kesempatan untuk membacanya, dan mengagetkan kalau ternyata buku ini sangat enak dibaca dan mengalir, sekaligus membuat kita sulit untuk berhenti. Disusun dengan gaya biografi, dan menceritakan bagaimana seorang Fadlullah Hasan "terjebak" melakukan jihad dalam arti sempit, dan membantu kita memahami lebih jelas hal2 di belakang layar.

NHI dan Fadlullah Hasan belajar pada waktu yang kurang lebih bersamaan di Ngruki pada usia dini. Saat itu mereka sempat menjadi teman sekamar, dengan Fadlullah Hasan sebagai senior-nya. Puluhan tahun berlalu sebelum Tuhan mempertemukan mereka kembali. NHI sebagai jurnalis dan lulusan program master dari Skotlandia sekaligus direktur eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian, sedangkan Fadlullah Hasan tersangka atas tuduhan terorisme. Apa sebenarnya yang terjadi ? bukankah mereka menggunakan ilmu agama yang semestinya sama pada jalan hidup masing-masing. Dalam buku ini NHI mengangkat kisah mereka dengan , lalu menyisakan renungan tentang sebuah persahabatan, terorisme, dan jihad.



Selain hal tersebut diatas dengan buku ini kita juga dibantu untuk memahami apa yang terjadi di balik dinding Ngruki, pesantren yang selama ini sudah mendapatkan cap dari institusi kepolisian, khususnya seksi yang berhubungan anti terorisme. Lantas kenapa sebagian ada yang memilih jalan kekerasan dan sebagian yang lain jalan perdamaian ? bagi Uztadz Mualif Rosyidi, perubahan tersebut terjadi bersentuhan dengan aroma luar (pesantren) yang multidimensi.

Kata pengantar Ahmad Syafii Maarif (ASM) yang bernas, juga mengangkat buku ini ke bobot yang lebih tinggi. ASM menyimpulkan bahwa para pemuda yang berjihad dalam buku ini, tak lain adalah korban perang dingin antara Amerika dan Rusia. Seperti-nya analisa ASM ini tidak sama sekali salah, mengingat Afghanistan yang menjadi "sekolah" Fadlullah Hasan memang menjadi korban kepentingan kedua negara. Amerika yang pada awalnya sangat seakan sangat terkesan dengan Mujahiddin dan mengundang mereka ke Amerika saat pemerintahan Reagan, namun Amerika jugalah yang justru kini menjadikan Afghanistan sebagai ladang eksperimen perang mereka setelah Rusia keluar.

Pemuda-pemuda yang kelebihan energi perang ini lah sesuai analisa ASM yang kemudian kembali ke negara asal mereka dan lupa bahwa perang tersebut tidak terjadi di sini, di Indonesia. Namun semangat inilah yang mereka gunakan sebagai bahan bakar kekerasan dengan jubah jihad yang diartikan secara sempit.

Dalam buku ini sebagaimana yang dirasakan ASM, saya juga merasakan batin NHI yang berkecamuk ketika harus menulis kedua jalan yang dipilih NHI dan Fadlullah Hasan. Mungkin itu sebabnya judul buku ini menggunakan tanda tanya besar.  Bagi NHI, keluarga Fadlullah Hasan ataupun keluarga Imawan, keduanya yang akhirnya sama-sama menjadi korban. 

Secara halus dalam buku ini NHI juga "mengingkari" peran pesantren Ngruki dalam mencetak teroris dengan dirinya sendiri sebagai bukti. Berbeda dengan Fadlulhah Hasan (aka Utomo Pamungkas)  yang menjadi tokoh utama dalam buku ini, NHI yang lahir di Yogya pada November 1972 justru melakukan jidah dengan cara yang berbeda, melanjutkan pendidikan dengan kuliah di IAIN Sunan Kalijaga (119-1997), lalu jurusan komunikasi Fisipol UGM (1994-1999), dan melanjutkan kuliah S2 di International Security St. Andrews University, Skotlandia (2005-2006). Pernah setahun di Paris sebagai asisten peneliti untuk The National Center for Scientific Research (2005-2006), juga asisten peneliti di Law School, Melbourne (2006), Australia. Kini NHI menjabat sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian dan juga mengelola konsultan komunikasi dan manajemen resiko di BostonPrice Asia. J

Hemm Jika tidak cukup dengan NHI sebagai contoh bahwa Ngruki tidak identik dengan teroris, kita bisa menggunakan sampel lain, yakni rekan seangkatan Fadlullah Hasan misalnya, DR. Muhammad Walidin yang kini mengajar di UIN Sunan Kalijaga. Muhammad Walidin juga menulis komentarnya terhadap buku karya NHI ini.