Thursday, April 07, 2016

Suka Duka Bekerja di Multi National Company Part#1 of 9 : Kenapa Bekerja di MNC ?


Kebanyakan orang, jika ukurannya adalah sebagai karyawan, puncak karirnya adalah bekerja di multi national company (MNC).  Jika suatu perusahaan sudah bisa dikategorikan sebagai MNC, maka umumnya sudah menggunakan standar internasional. Semakin banyak lokasi atau negara dimana perusahaan tersebut berkantor maka akan semakin berkelas. Berkelas di sini,  dari sudut pandang karyawan tentu saja berbanding lurus dengan kompensasi yang diberikan, baku atau tidaknya prosedur, kejelasan spesifikasi pekerjaan, kelengkapan perangkat kerja yang diperlukan, fasilitas dll.  Saya tidak akan berpanjang lebar cerita soal fase interview, bisa cek di link


Bagi saya bekerja di perusahaan sekarang sebenarnya bukan pekerjaan pertama saya dengan MNC, pada tahun 2008 saya sempat bekerja bagi British Telecom yang memerlukan sosok yang dapat memonitor proyek mereka di Indosat. Saat itu selama setahun saya sempat mencicipi suasana internasional. Salah satu nama yang saya ingat antara lain Kevin Mc Cormick yang menjabat sebagai GM South East Asia Operations, saat itu saya harus memberikan laporan rutin kepada beliau.

Bicara soal "berkelas” dalam hal ini tentu saja masih bisa diperdebatkan, karena secara “kasta”, menurut Kiyosaki, kasta enterpreneur dan lalu kasta investor adalah tingkatan yang lebih tinggi dibanding kasta karyawan yang kalau dimaksimalkan mungkin bisa sampai ke kasta profesional. Jadi jangan terlalu berbangga menjadi karyawan meski sekelas MNC, karena berbeda dengan enterpreneur atau investor yang sudah berada di level kebebasan finansial, maka karyawan masih harus bekerja keras untuk mendapatkan kompensasi.

Secara pribadi, hal yang saya rasakan saat 2 tahun terakhir bekerja di MNC yang bergerak di bidang IT, meski gaji naik 30% dari perusahaan sebelumnya, ternyata secara bonus perusahaan lama setidaknya di tahun pertama sama sekali tidak kalah. Bisa jadi karena di perusahaan lama level saya saat itu sudah mencapai GM sementara di perusahaan skr selevel Country Manager.  Kenapa hal itu bisa terjadi ? secara umum biasanya perpindahan dari perusahaan lokal ke MNC adalah penurunan level secara jabatan, meski secara kompensasi yang berlaku justru sebaliknya.

Hal menarik lainnya adalah pada aplikasi Linkedin tawaran pekerjaan  yang datang pada saya malah melonjak lebih tinggi dibanding sebelumnya. Sepertinya head hunter memang memilih jebolan MNC tertentu dan secara otomatis, bekerja di MNC seakan akan membuka peluang yang lebih besar bagi kita untuk pindah ke MNC lainnya. Beberapa tawaran cukup menarik saya terima seperti bekerja di Inggris atau dari perusahaan MNC lainnya seperti Sa*sung, Del*itte Consulting ataupun Len*vo, namun bagi saya pekerjaan saat ini sudah cukup menantang sebagai aktualisasi diri, jadi memang tidak semata mata demi penghasilan.

Kesimpulan

Jika anda menyukai suasana internasional, ya bekerja di lingkungan MNC adalah kuncinya. Bepergian ke banyak negara sangat lumrah dalam perusahaan seperti ini. Bahkan sekalipun cuma sebentar, tetap akan sangat positif bagi karir anda. 

Ke Part 2 : http://hipohan.blogspot.co.id/2016/04/suka-duka-bekerja-di-multi-national_84.html

Suka Duka Bekerja di Multi National Company Part#2 of 9 : Pentingnya Bahasa Asing


Bekerja di MNC otomatis anda harus menguasai Bahasa Inggris, namun masih tanda tanya bagi saya jika MNC nya dari negeri-negeri Asia sepertinya halnya Samsung, atau misalnya Huawei. Dalam gedung dimana saya bekerja saat ini setiap hari bertemu saat di lift dengan karyawan Huawei yang sehari-hari menggunakan Bahasa Mandarin.

Pada perusahaan saya saat ini, meski sudah sama-sama menggunakan Bahasa Inggris tidak berarti situasi menjadi lebih mudah, kadang kita harus berpikir keras saat lawan bicara menggunakan aksen Amerika, Inggris,  Irlandia, Jepang, Australia, Thailand, China, Malaysia atau Singapore. Salah satu yang tersulit adalah aksen India yang “T” dan “D” nya sangat kental, atau aksen Singapore yang terdengar lucu karena banyak menggunakan misalnya “Lah” diujung kalimat.

Hal-hal yang bisa memudahkan dalam berkomunikasi dan saya praktekkan sehari hari adalah membuat materi tertulisnya lebih dahulu, dan akan lebih baik jika disertai gambar. Hal yang sama bisa kita minta pada lawan diskusi agar jelas apa yang dia maksud. Lalu kalau masih belum cukup jelas, kita bisa menggunakan Office Communicator, yang sangat mirip fungsinya dengan chatting dan bisa melibatkan banyak orang sekaligus.  Setelah meeting jangan lupa buat MoM atau minta presenternya yang membuatkan untuk menghindari situasi ambigu.

Hal lain yang diperlukan adalah keberanian menyatakan pendapat yang memang sangat diperlukan dalam budaya internasional, kebanyakan orang asing akan tanpa tendeng aling-aling menyerang saat diskusi, sementara kebanyakan orang Indonesia terlalu kuatir menyakiti perasaan lawan bicara.  Sering-sering kalau tidak siap, kita bisa jadi bulan-bulanan. Kuncinya adalah kuasai masalah, pahami prosedur dan miliki data yang cukup, dalam hal ini data akan membantu bobot pernyataan anda. Pastikan anda cukup mengerti sampai ke level micro bahkan kadang sampai ke level rumus, kejutan bagi saya selevel Country President Director atau Regional Manager pun ternyata paham sampai ke level micro.

Saat masih bekerja untuk British Telecom, salah satu PIC yang sering harus saya jumpai adalah seorang keturunan Irlandia bernama Kevin Russel, sedihnya saat dia berbicara, saya kesulitan memahami maksudnya. Akhirnya saya malah senyum sendiri, karena salah satu Direktur saya yang bahkan pernah mengambil program master IT di Inggris pun mengalami hal yang sama. Sambil tersenyum simpul beliau mengatakan salah satu aksen Inggris paling sulit adalah aksen Irlandia.

Kesimpulan

Jangan kuatir mengenai grammar dan tenses, selama lawan bicara anda mengerti, lanjut saja, kebanyakan problem orang Indonesia memang lebih pada keberanian. Sebaliknya Philippina atau India sangat percaya diri, namun yang paling tinggi kepercayaan dirinya adalah China, bahkan dalam lingkungan MNC kadang perwakilan dari China dengan santainya tetap berbahasa China *.

* Saya jadi ingat perjalanan ke Shenzhen, dimana saya tersesat, karena nyaris tak ada yang bisa berbahasa Inggris, dan semua petunjuk jalan menggunakan huruf Mandarin. Perjalanan ke Shenzhen dapat dilihat di

http://hipohan.blogspot.co.id/2013/05/inspirasi-dari-hongkong-shenzen-dan_9783.html

Ke Part 3 : http://hipohan.blogspot.co.id/2016/04/suka-duka-bekerja-di-multi-national_54.html

Suka Duka Bekerja di Multi National Company Part#3 of 9 : Meeting, meeting dan meeting


Saat di kantor lama, meeting paling-paling 3x dalam sehari dan itu pun sudah terhitung diatas normal, namun di MNC tempat saya bekerja, bukan hal yang aneh jika kita meeting 7x sehari. Rata-rata per bulan di posisi saya harus menghadiri 80 sd 100 meeting. Meski secara standar kerja, meeting seharusnya tidak melebihi 15% dari alokasi waktu per minggu. Kita perlu waktu-waktu diluar meeting untuk mengeksekusi keputusan yang dihasilkan saat meeting.

Karena jam yang digunakan jam internasional, kadang jam meeting terasa aneh misalnya saat kita makan siang atau istirahat, dibawah jam 08:00 atau malah diatas jam 18:00. Bahkan beberapa kali meeting dilakukan saat di Indonesia melaksanakan Shalat Jumat, yang akhirnya saya tolak. Sering sering saya baru bisa makan jam 14:30 atau malah jam 15:00. Buat yang punya penyakit maag sebaiknya siapkan camilan, dan kalau kantor anda tidak mengizinkan makan di ruangan (sebagaimana halnya kantor saya), ya harus curi-curi waktu untuk menggerogoti sepotong dua potong camilan di ruang makan saat jeda antara meeting, atau kalau ada kelebihan waktu sedikit makan do*er kebab di lantai bawah. 

Jangan kuatir tidak ada ruangan saat meeting, dengan menggunakan perangkat seperti Ms Lync tidak ada alasan anda tidak bisa ikut meeting karena kita seakan-akan menggunakan virtual room. Setiap orang hanya duduk di tempatnya masing-masing dan meeting tetap berjalan dengan baik, termasuk melihat presentasi yang disajikan oleh pembicara. Setiap orang juga dapat melihat skedul anda dan akan dengan cepatnya mengisi setiap slot kosong yang ada bagi rencana meeting berikutnya.

Selain meeting, ada cukup banyak email yang saya terima perhari, jika hanya yang berhubungan langsung dengan saya rata-rata perhari sekitar 150 sd 250 email. Jika komunikasi operasional dengan pelanggan dimasukkan, jumlahnya bahkan bisa mencapai 400 sd 500 email perhari.

Kesimpulan

Dalam MNC koordinasi sangat penting, jangan heran kalau meeting bisa begitu banyak.  Kadang di level regional bisa melakukan meeting yang sama, dalam situasi saya, per minggu ada paling tidak 3x meeting yang topiknya persis sama tetapi dilakukan 2 level regional yang berbeda. 

Ke Part 4 : http://hipohan.blogspot.co.id/2016/04/suka-duka-bekerja-di-multi-national_60.html

Suka Duka Bekerja di Multi National Company Part#4 of 9 : Perlunya Kemandirian


Saat-saat awal adalah masa-masa yang berat, berbeda dengan lingkungan perusahaan lokal yang kebanyakan orang senang membantu yang lain, di MNC sepertinya setiap orang sibuk dengan urusan masing-masing. Karena itu diperlukan kemandirian untuk bisa menguasai segala sesuatunya. Tak aneh pemusik progressive rock Steven Wilson menjadikan fenomena budaya tidak perduli ini sebagai inspirasi dalam albumnya Hand.Cannot.Erase, dimana seseorang bisa meninggal selama bertahun tahun dalam kamarnya sementara tetangganya sendiri tidak tahu. Soal Steven Wilson bisa lihat di


Dalam satu minggu pertama, saya harus langsung terbiasa menggunakan Office Communication, Active Key, Ms Lync, Virtual Room, Sharepoint, VPN (remote access server) serta Jabra. Untungnya ada teman yang sudah lebih dahulu masuk dan pernah bekerja di perusahaan yang sama, dan saya sangat terbantu olehnya.

Itu baru dari sisi perangkat kerja, dari sisi lainnya kita harus belajar banyak hal lain, mulai dari standard business conduct, konsep bisnis yang kita kerjakan sampai dengan financial review dan pernik-perniknya. Jika sudah berurusan dengan bisnis, maka kita harus tahu soal Profit and Loss juga Forecast. Dan kita dituntut bukan cuma mengerti tapi juga bisa membuat dan harus mampu pula memresentasikan.
  
Kesimpulan

Anda harus seorang self learner, sekaligus  fast learner, kebanyakan lingkungan di MNC tidak menerima sosok yang lambat dalam beradaptasi, setiap posisi memiliki perangkat  yang wajib dikuasai. Namun sebagai kompensasinya ada banyak sekali pelatihan yang bisa diikuti, dan setiap pelatihan diulang ulang untuk memberi anda kesempatan memilih slot waktu yang pas. 

Ke Part 5 : http://hipohan.blogspot.co.id/2016/04/suka-duka-bekerja-di-multi-national_69.html

Suka Duka Bekerja di Multi National Company Part#5 of 9 : Organisasi


Salah satu kultur MNC lainnya adalah semua harus dikerjakan dengan syarat tiga hal, yakni pertama : cepat, kedua : cepat dan ketiga : cepat. Jadi poin penting yang harus anda kuasai segera adalah, penguasaan tools, mampu berkomunikasi, mengerti job desc anda, dan semuanya dipelajari dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Saat kita terbentur, karena berhadapan dengan virtual organization, kadang kita tidak tahu siapa yang membantu kita di ujung dunia sana. Namun saat segala sesuatu berjalan dengan lambat, maka kita harus eskalasi ke level yang lebih tinggi, demikian seterusnya. Jadi jangan harap akan ada seseorang yang berbaik hati membantu anda, kebanyakan kita berhubungan dengan seseorang yang tidak kita ketahui ada dimana dan bahkan siapa nama dan departemennya.

Di posisi saya saat ini, atasan paling tidak terdiri dari dua orang, pertama adalah Country President Director dan kedua adalah Regional Manager. Country President Director biasanya lebih fokus ke bisnis sedangkan Regional Manager lebih fokus ke Profit and Loss dari sisi produk. Kadang antara kedua atasan ini bisa berbeda pendapat, maka dalam hal ini kita harus pandai-pandai menempatkan diri.

Mirip dengan atasan saya dulu di Metrodata, Country President Director saya yang kebetulan berasal dari India relatif kurang sabar, dia ingin segala sesuatunya dikerjakan secepatnya, istilah yang paling sering keluar dari mulutnya salah satunya “I need this, done by today !”. Kadang kalau sudah seperti ini, maka kita harus pintar-pintar mengubah prioritas.

Kesimpulan

Dalam MNC, organisasi relatif kompleks, ada banyak orang yang memiliki atasan nun jauh disana, 2 diantara team saya meski dotted line report nya tetapi direct line report nya ke Malaysia , sementara sisanya ke saya. Saya sendiri direct line report ke Singapore. 

Ke Part 6 : http://hipohan.blogspot.co.id/2016/04/suka-duka-bekerja-di-multi-national_47.html

Suka Duka Bekerja di Multi National Company Part#6 of 9 : Monitoring ketat


MNC menjalankan monitoring secara ketat dari waktu ke waktu, di perusahaan saya yang lama, saya hanya melakukan F2F meeting dengan Presiden Direktur 2x dalam sebulan. Sementara saat ini saya dipantau untuk sangat banyak KPI dan masing-masing dimonitor oleh orang-orang yang berbeda, misalnya

  • End of Term (monitoring kontrak-kontrak yang akan berakhir)
  • Profit and Loss (monitoring performansi keuangan)
  • Business Review (monitoring performansi secara keseluruhan)
  • Forecast (prediksi revenue kedepan)
  • Total Customer Expectation (kepuasan pelanggan )
  • Gap Analysis (monitoring PNL account per account, khususnya gap antara supplies dan revenue)
  • Devices Performance (monitoring efektivitas devices yang terpasang di customer premise)
  • Account at Risk (monitoring pembayaran pelanggan )
  • Staff Management Meeting (monitoring semua issue departemen yang belum selesai)
  • Funnel (monitoring kandidat new account)
  • Supplies (monitoring supplies)
  • Escalation (monitoring problem-problem yang dieskalasi)
  • Shipment (monitoring proses pengiriman sw/hw ke pelanggan )
  • Deployment (monitoring project baru)
  • Quarterly Performance (monitoring performance per kuartal)
  • Embedded Lease Variance (monitoring gap antara revenue collection dan kewajiban yang harus diselesaikan dengan leasing company)

Dengan begitu banyak monitoring, tidak perduli anda sedang berada dimana, maka hidup kita serasa terus menerus diawasi, ada pihak-pihak yang secara berkesinambungan membuat rapot kita dari hari ke hari serta dilaporkan secara rutin. Manakala kita abai melakukan update berkala, maka hal ini akan dieskalasi ke level yang lebih tinggi.

Jika diibaratkan grafik, salah satu cara paling penting untuk memahami fluktuasi performansi adalah tahu kenapa terjadi spike (titik balik dalam grafik). Ada dua jenis spike disini, yakni spike saat puncak dan spike saat di lembah. Anda harus tahu alasan terjadinya kedua jenis spike tersebut, dan memahami dampaknya kedepan. 

Untuk periode, berbeda dengan kebanyakan perusahaan Indonesia yang mengikuti kalender, pada tempat saya bekerja, maka tahun berjalan dimulai dari November tahun lalu sd Oktober di tahun berikutnya. Teman yang bekerja di salah satu perusahaan asing dalam bidang aplikasi IT malah mengatakan akhir tahunnya adalah di pertengahan tahun. 

Kesimpulan

Tidak aneh perusahaan bisa menjadi begitu besar, mirip dengan dokumen check list yang sering kita temukan di toilet mall, sekaligus menjadi rahasia kenapa toilet mall selalu terlihat “kinclong” maka rapot kita seakan akan transparan dimata atasan, setiap minggu dia mendapatkan last update terhadap performance kita, dan menjadi bahan evaluasi. 

Ke Part 7 : http://hipohan.blogspot.co.id/2016/04/suka-duka-bekerja-di-multi-national_52.html

Suka Duka Bekerja di Multi National Company Part#7 of 9 : Perangkat Kerja


Pada posisi saya, sehari hari saya harus cukup akrab dengan berbagai aplikasi seperti

  • Smartbuy (untuk proses procurement approval)
  • SAP (untuk proses invoice approval)
  • Costing Tools (untuk menghitung kelayakan proyek dan proses approval)
  • Sharepoint (dimodifikasi untuk proses internal seperti pengelolaan dokumen, dan approval)
  • Expense Tools (untuk proses pengeluaran karyawan seperti transport, parkir, dll)
  • Leave Tools (untuk mengajukan cuti)
  • Workday / HR Tools (untuk pembuatan target, evaluasi kinerja, penyesuaian salary, dll)
  • Taleo (untuk proses rekruitmen)

Namun ajaibnya,  yang akhirnya paling banyak digunakan justru  Excel, kenapa ? karena kebanyakan report yang dihasilkan dari berbagai perangkat tsb ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan setiap proses monitoring. Saya jadi teringat sebuah kartun IT, yang mengisahkan seorang pemuda saat kuliah menggunakan Assembler,  saat mengawali karir menggunakan Basic, dipertengahan karir menggunakan Java dan menjelang akhir karir malah menggunakan Excel.

Rata-rata karyawan di MNC sepertinya sangat ahli menggunakan Excel, dengan kebutuhan yang juga relatif diatas rata-rata pemakai Excel pada umumnya, mulai dari conditional scripting, query by color , freeze panel, atau sekelas pivot dan semua diintegrasikan secara multi sheet yang kompleks.

Kesimpulan

Kejutan bagi saya meski untuk perusahaan sekelas MNC ujung-ujungnya yang paling banyak digunakan justru Ms. Excel. Tadinya saya kira ada semacam implementasi Qlick View di level ini, namun sepertinya Qlick View lebih untuk menggenerate laporan ke pelanggan . 

Suka Duka Bekerja di Multi National Company Part#8 of 9 : Jam Kerja


Selama bekerja 2 tahun terakhir, tidak ada yang menegur karena datang siang, pulang cepat, namun akan jadi masalah serius saat meeting penting kita tidak bisa hadir. Meski terlihat “bebas” faktanya dengan begitu banyak meeting dan monitor ketat, ujung-ujungnya maka kembali ke result seperti KPI yang saya bahas di artikel sebelumnya.

Kadang saya harus bekerja saat week end, untuk menyelesaikan pekerjaan yang tidak keburu diselesaikan pada minggu tersebut, atau ada deadline di hari Senin. Akan menjadi lebih serius khususnya kalau ada email mendadak dari Presiden Direktur yang biasanya berhubungan dengan keputusan bisnis.

Jangankan soal jam kerja, sebagian dari team saya bahkan tidak memiliki meja kerja, seperti Account Delivery Manager, Transition Manager dan Delivery Technical Consultant. Mereka bekerja dari mana saja, kadang di lokasi pelanggan  sd tengah malam, kadang di rumah karena meetingnya terlalu pagi atau setelah meeting perlu berkunjung ke pelanggan. Demikian juga beberapa team dari luar negeri, kadang kita bahkan mendengar suara bayi sebagai back sound meeting, versi lokal biasanya theme song Sari R*ti kadang terdengar samar atau bahkan kokok ayam.  

Untuk menekan issue yang mungkin muncul akibat jarang bertemu saya membuat meeting tambahan setiap senin sore khusus membahas semua issue yang belum terpecahkan dan melibatkan banyak fungsi. Diluar itu saya melakukan Friday Sharing dimana kita membahas banyak hal seperti perjalanan hidup, motivasi, kreatifitas, dan lain lain melalui contoh nyata disekeliling kita.

Kesimpulan

Secara jam kerja sebenarnya, MNC menawarkan model yang lebih fleksibel, saya bahkan kenal beberapa karyawan kantor yang belum tentu ke kantor meski cuma 1x dalam enam bulan. Ini salah satunya kenapa kebanyakan orang yang pernah bekerja di MNC tidak tertarik dengan perusahaan lokal yang lebih ketat soal absensi, namun malah abai soal monitoring performansi. 

Ke Part 9 http://hipohan.blogspot.co.id/2016/04/suka-duka-bekerja-di-multi-national.html

Suka Duka Bekerja di Multi National Company Part#9 of 9 : Compliance


Etika bisnis sangat dijunjung tinggi di MNC, mereka sangat menjaga hal ini, khususnya demi keberlangsungan operasi di suatu negara. Sebagai karyawan setiap tahun ada Standard Business Conduct lalu Anti Corruption Control.  Mulai dari hal-hal sederhana seperti pembatasan jamuan pada pelanggan , seseorang karyawan tidak boleh menggunakan office budget untuk menjamu atasannya, lalu misalnya tanggal pembelian tidak boleh mundur dari realisasi penggunaan obyek yang dibeli atau biasa disebut After The Fact.

Pelanggaran serius lainnya misalnya temasuk mengubah dokumen standar tanpa konfirmasi, misal mengubah standard contract. Atau mengirim surat ke pelanggan tanpa review sebelumnya oleh legal. Hal-hal lain termasuk yang berbau SARA sangat dihindari misal warna kulit, atau bahkan sampai ke orientasi seksual.

Namun sebaliknya, cukup kaget melihat fasilitas mushalla kantor yang disediakan mengingat gedung yang digunakan sebagai kantor memiliki Masjid yang lumayan bagus di lantai dasar. Mushalla kantor saat ini bahkan lebih baik dibanding mushalla kantor saya sebelumnya yang justru merupakan perusahaan lokal. Perusahaan juga memiliki buka bersama sebagai penghormatan pada agama lokal, disamping acara-acara agama lainnya.

Situasi ini mengingatkan saya saat berkunjung ke lingkungan Caltex (skr Chevron) di Riau, dimana karyawan dilarang keras dijamu oleh vendor, atau rambu-rambu lalu lintas di kawasan Caltex yang membatasi kecepatan di jalan-jalan tertentu dan diikuti secara disiplin oleh semua penghuni kawasan.

Kesimpulan

Suasana tertib dan disiplin sepertinya merupakan implementasi dari budaya dimana perusahaan tersebut dilahirkan, dengan demikian semua perusahaan cabang di berbagai negara cenderung mengikuti kebijakan yang sama. 

Penutup

Sebagai artikel terakhir, demikian kiranya sedikit cerita soal suka dan duka bekerja di MNC, pada akhirnya kenyamanan kerja kembali berpulang pada diri kita sendiri, bukan ditentukan dimana kita bekerja, ataupun berapa kompensasi yang kita dapat.