Wednesday, November 27, 2013

Finish What You Started

Memulai sesuatu adalah hal yang sangat penting namun nilai anda ditentukan apakah akhirnya anda berhasil menyelesaikannya atau tidak. Istilah yang umum digunakan untuk hal ini adalah Finish What You Started. Kalau dalam lagu Indonesia agak mirip dengan potongan syair Rhoma Irama dalam lagu "Kegagalan Cinta" yakni "Kau Yang Memulai Kau Yang Mengakhiri".

Baru2 ini kakak saya mencurahkan isi hatinya karena anak sulung-nya alias keponakan saya  di tingkat akhir mendadak merasa salah jurusan dan diserang demotivasi dalam menyelesaikan kuliahnya. Lalu saya menyempatkan diri untuk berbicara dari hati ke hati dengan keponakan, maklum saat dia lahir sayalah sebagai paman-nya yang mengantar ibu-nya ke RSIA Limijati Bandung, sehingga boleh dibilang dia termasuk keponakan yang cukup dekat dengan saya. Begitu juga saat dia masih bayi sampai berusia satu tahun, dia tinggal bersama kami karena abang ipar saya bekerja di Dusseldorf, Jerman. Kata2 inilah yang saya ucapkan, sambil mengingatkan keponakan bahwa saya sebagai paman-nya bahkan harus mengerjakan tugas akhir 3x, jadi saya katakan padanya "Tolong hargai keringat dan kerja keras orang tuamu". 

Minggu lalu, istri sengaja membuat resep khusus bagi kami sekeluarga, yakni bubur ayam komplit dengan ati, ampela, ca kue, kacang, sambal, kerupuk (termasuk emping), plus ayam suir. Karena memang suka bubur ayam salah satu kuliner kesukaan saya, maka, saya seperti biasa tambah porsi.

Ketika saya sudah berhenti karena kekenyangan, Si Bungsu malah terlihat kewalahan dengan seporsi bubur di hadapannya dan lalu menawarkan sisa buburnya pada saya. Tentu saja saya menolak karena memang sudah kenyang. Tak putus asa dia lalu berkata pada Si Sulung.

Bungsu : "Bang, bantuin dong, adek gak habis nih".
Sulung : "Boleh, tapi tadi adek ambil sendiri atau diambilin Mama ?".
Bungsu : "Emang kenapa bang ?"
Sulung : "Kalau diambilin Mama abang bersedia bantu karena bukan salahmu, tp kalau ade ambil sendiri, habiskan sebagai tanda kamu bertanggung jawab atas pilihanmu".
Bungsu * Dengan wajah cemberut akhirnya pelan2 dia berhasil menyantap bubur tsb.


Hemm saya mencolek istri mendengar perkataan Si Sulung ternyata dia juga belajar menerapkan Finish What You Started. Sikap ini lah yang saat ini sering sekali hilang dari anak2 sekarang. TV menciptakan karakter pembosan2 yang bisa menonton lebih dari satu acara di saat yang sama sambil terus menerus mengganti ganti saluran. Kebiasaan berpindah pindah dari satu komunitas ke komunitas lain dengan menggunakan berbagai social media di smartphone, membuat anak2 sekarang sulit konsentrasi dan menjadi lebih suka menghindar daripada menyelesaikan  dengan baik segala sesuatu yang dia mulai. Mari kita biasakan menjadi karakter yang selalu menyelesaikan apa yang kita mulai, dan saya tutup blog kali ini dengan quotes

Menabur pikiran, akan menuai tindakan
Menabur tindakan, akan menuai kebiasaan
Menabur kebiasaan, akan menuai karakter
Menabur karakter, akan menuai nasib

 

Thursday, November 21, 2013

Perampok Bangsa Bangsa - AK Mydin Meera

1400 tahun yang lalu pada sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, Nabi Muhammad SAW pernah memberikan satu dinar untuk membeli kambing pada seorang pria bernama Urwah. Lalu Urwah karena kecerdasannya dalam jual-beli, ternyata bisa mendapatkan dua ekor kambing, dimana  salah satunya di jual Urwah kembali dengan harga satu dinar. November 2009, yakni saat dimana kata pengantar buku ini ditulis oleh Zaim Saidi, satu dinar adalah Rp 1,45 Juta, dan ternyata harga kambing di tahun 2009 tersebut masih tetap satu dinar. Sebagaimana dimasa lalu kalau beruntung nilai tersebut juga dapat dibelikan sekitar dua ekor kambing.

Bayangkan bagaimana stabilnya mata uang dinar/emas (dan juga dirham/perak) dalam 1400 tahun, dimana inflasinya nyaris 0%. Sebaliknya dengan uang kertas (Fiat Money), jika kita ambil sebagai sampel adalah uang rupiah.  Saat rupiah diciptakan tahun 1946, ternyata satu gram emas dapat kita beli dengan Rp 2 saja. Namun di tahun 2009 rupiah kehilangan daya beli sekitar 170 ribu kali untuk membeli satu gram emas yang sama.

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi ? buku ini menganalisa sistem bunga yang bersinergi dengan uang kertas lah yang menjadi penyebab utama-nya. Sebenarnya hal ini sudah pernah saya baca dalam buku Satanic Finance karya Riawan Amin, namun Mydin Meera membahasnya secara lebih teknis dan mengacu pada teori2 di seputar dunia keuangan yang disajikan dengan penyederhanaan.

Apakah kita bisa menghindar dari system bunga ini ?, sebagaimana hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad Bin Hambal "Akan tiba masa ketika kalian tidak akan dpat menemukan seorang pun di dunia ini yang tidak makan riba. Dan bahkan ketika seseorang menyatakan bahwa dia tidak memakan riba, maka pastilah debu riba sampai kepadanya".

Mari kita lihat disekeliling kita, saat melewati jalan tol, apakah kita sadar bahwa jalan tersebut dibangun dengan bunga, yang tanpa sadar juga ikut kita bayar dengan menggunakan jalan tol. Bahkan nyaris semua layanan pemerintah yang kita gunakan berasal dari pinjaman
pemerintah dari pihak asing dan tentu saja mengenakan bunga. Sebagian dari kita membeli rumah, kendaraan semua dari sistem perbankan yang menghalalkan bunga. Demikian juga gaji yang kita dapat ditransfer dari bank perusahaan ke akun pribadi.



Juga banyak orang yang tidak sadar bahwa tiga agama besar mulai dari Yahudi, Kristen dan Islam sebenarnya mengharamkan bunga. Dimana kita suci melarang riba ? alkitab melarang riba di Keluaran 22:25, Imamat 25:35-37, Mazmur 15:1-5, Yehezkiel 18:5-9, serta Lukas 6:32-36. Sementara dalam Qur'an kita menemukan larangan ini dalam Al Baqarah 2, Ali Imran 3, An Nisa 4, Ar Rum 30, Penulis juga mensinyalir dampak bunga ini menyebabkan fenomena kelaparan, tingginya kriminalitas, naiknya pengangguran, segregasi sosial, dan lain sebagainya. Buku ini menawarkan pemikiran ulang terkait penggunaan uang kertas, sekaligus menawarkan sistem baru dimana kestabilan mata uang diyakini dapat membantu terciptanya keadilan.

Ini juga lah yang menyebabkan meski ada banyak Negara kaya di dunia ini, namun pada prakteknya mereka terjerat hutang luar biasa besar, yang pendapatan mereka bahkan hanya sanggup membayar bunga-nya saja. Rasanya baru saja kita mendengar bagaimana pemerintahan AS sempat lumpuh karena permintaan tambahan hutang mereka di tolak oleh kongres. 

Lantas apa solusi-nya ? Mydin Meera menyarankan kembali ke emas, karena kelebihan emas adalah menjadi mata uang yang nyaris eksis disemua peradaban, ras dan keyakinan. Emas yang tersebar namun terbatas di berbagai wilayah dunia mengalahkan kerang, kulit dan garam, yang pada satu masa langka di tempat lain namun nyaris tak terbatas di tempat lain-nya. Tak banyak masyarakat yang tahu bahwa kata dinar sendiri berasal dari denarius, yakni bahasa latin, saat dimana Arab menerima budaya ini dari Kekaisaran Byzantium.

Keunggulan emas antara lain adalah memiliki nilai intrinsik, terbatas, sedikit namun bernilai, stabil sekaligus tahan lama (harta karun emas yang terkubur ratusan tahun di bawah lautan asin bahkan tetap terjaga secara murni), homogen meski dibagi2 (warna emas yang berbeda lebih karena proses pencampuran dengan bahan lain, namun tetap dapat dimurnikan kembali), dapat disimpan dan tetap bernilai, mudah dibawa, tidak habis karena dikonsumsi, tidak bisa dibuat dan dimusnahkan.

Lantas siapa dibalik semua ini yang menjadi dalang ? bagi AK Mydin Meera semua ini dikendalikan konspirasi dimana IMF, World Bank juga turut serta berperan di dalamnya. Dengan mata uang kertas yang mereka cetak dengan harga murah mereka berhasil "memaksa" semua Negara untuk menggunakan-nya, maka tidak ada benda apapun di dunia ini yang tak bisa mereka beli dan dikombinasikan dengan jeratan hutang yang terus menerus berbunga, maka ini akan menghisap si peminjam sampai benar-benar habis. Orang mungkin lupa nyaris tidak ada Negara yang mengikuti resep IMF selamat, yang ada justru ketergantungan yang semakin tinggi.

Siapa Ahamed Kameel Mydin Meera ? beliau adalah seorang professor di Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen di International Islamic University Malaysia (IIUM) yang meraih gelar Doktor-nya dari University of North Texas dalam bidang finansial.

Tuesday, November 12, 2013

Gus Dur - Heru Prasetia dan Edi Jatmiko

Buku ini mengungkapkan banyak hal "ajaib dan unik"  mengenai Gus Dur, disajikan dengan gaya komik menyebabkan buku ini enak dibaca. Saya pribadi tidak menyangka cukup banyak hal2 menarik terkait sosok beliau yang diungkapkan dalam buku ini. Rasanya komik ini jadi lebih menarik setelah saya baru2 saja memang menammatkan biografi KH Hasyim Asy'ari.

Hal2 yang tak banyak orang tahu misalnya, saat beliau 12 tahun harus menunggui ayah-nya di pinggir jalan ketika menjadi korban kecelakaan lalu lintas tanggal 18/4/1953 di jalan raya antara Cimahi dan Bandung jam 13:00.  Sampai dengan ambulans datang tiga jam kemudian, sebagai bocah kecil Gus Dur harus melihat ayah-nya berjuang melawan sakaratul maut. KH Wahid Hasyim akhirnya meninggal keesokan pagi-nya jam 10:30.

KH Wahid Hasyim sendiri saat itu berencana akan menghadiri pertemuan NU di Sumedang, namun takdir menentukan lain. Saat di makam, Gus Dur bertanya tanya  dalam hati kenapa almarhum Ayah-nya di datangi begitu banyak pelayat, sekaligus menunjukkan bagaimana KH Wahid Hasyim begitu dicintai umat. Namun beliau akhirnya mengikuti jejak ayah-nya menjadi tokoh yang juga dicintai umat, bahkan juga dari kelompok yang jelas2 berbeda keyakinan dan suku.

Gus Dur saat kecil juga seorang anak yang sangat suka membaca buku, yang terlihat terus sampai dengan beliau dewasa. Selain membaca, maka sepak bola dan menonton film adalah hobi beliau yang lain. Tak aneh saat saya remaja, cukup banyak membaca ulasan beliau mengenai sepak bola di media nasional, khusus-nya pada momen piala dunia. Karena kedua hobi inilah, Gus Dur bahkan sempat tidak naik kelas.

Unik juga bahwa Gus Dur sempat belajar pada Haji Junaidi di tahun 1954 yang merupakan anggota majelis Tarjih Muhammadiyah. Dengan sendirinya Haji Junaidi mencekoki Gus Dur dengan ajaran2 yang menghindari bid'ah. Tak aneh kalau kemudian Gus Dur menjadi tokoh pluralisme.



Saat di Yogya, beliau juga melalap karya Plato, Aristoteles, dan bahkan buku2 seperti Das Kapital nya Karl Marx, What Is To Be Done nya Lenin dan juga Little Red Book nya Mao Tse Tung. Di kota ini Gus Dur menambah hobi baru yakni menonton wayang 2 sd 3 minggu sekali dan juga cerita silat/kungfu. Beliau juga rajin ziarah ke makam2 ulama, dan lebih suka jalan kaki meski harus menempuh ratusan kilo meter, mulai dari selatan Jombang sampai bukit2 di pantai selatan.

Hobi membaca dan menulis ini mengantarkan beliau menjadi guru sekaligus Kepala Sekolah di Tambakberas dan juga mengasah kemampuan menulis di majalah sastra "Horison" serta majalah "Budaya Jawa". Pada tahun2 ini Gus Dur juga mulai membaca Sayyid Quthb dan Hasan Al Banna.

Lagi2 buku ini mengingatkan kita akan nyeleneh-nya Gus Dur, mengusulkan penggantian "assalamualaykum" menjadi "Selamat Pagi" atau "Selamat Siang", merelakan kaum Syiah menggunakan masjid-nya di Ciganjur, tidak ikut2an mengutuk Salman Rushdie, ikrar toleransi beragama dengan umat lain. Pola pikir Gus Dur jauh kedepan dan membuat sebagian umat bingung. Meski sebenarnya hal ini disebabkan keberpihakannya pada pluralisme.

Bukan cuma itu, saat orang mengutuk Tabloid Monitor yang membuat rangking dan menempatkan Nabi Muhammad di urutan 11, dengan santainya Gus Dur mengatakan kalau hal itu keliru, tapi tidak perlu membreidel tabloid-nya, cukup tidak perlu beli koran-nya, dan lalu menambahkan "Gitu aja kok repot". Di lain kesempatan alih2 mengharamkan bunga, Gus Dur bahkan membuat BPR untuk warga NU. 

Perseteruan-nya dengan Soeharto juga diungkap, bagaimana Gus Dur diminta mundur, intel mengawasi ceramah-nya, ruang gerak Forum Demokrasi dimana Gus Dur aktif dikontrol habis, namun Gus Dur jalan terus dan tetap kritis. Saat muktamar NU yang dibuka presiden, Gus Dur meski sebagai tuan rumah bahkan dilarang duduk di deretan depan.  Namun Gus Dur sukses melewati semua itu dan mencatat sejarah sebagai salah satu Presiden Indonesia.

Komik yang menarik dan memberikan gambaran lebih jelas mengenai sosok tokoh eksentrik ini. Meski secara ilustrasi terbilang biasa saja, namun akhir kata justru dengan-nya buku ini menjadi buku yang cocok bagi segala usia.

Wednesday, November 06, 2013

Person In Charge

Beberapa hari lalu saya mengikuti training 1st Aid. Saat training banyak sekali dilakukan simulasi termasuk step2 ketika melakukan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation). Tanpa sadar salah satu teknik simulasi ternyata sangat menarik dan menyadarkan saya kenapa sering sekali suatu penugasan dalam organisasi tidak berjalan dengan semestinya.

Ternyata sebelum masuk ke fase CPR, selain melihat situasi-nya berbahaya bagi sang penyelamat atau tidak, maka yang termasuk tindakan awal yang perlu dilakukan adalah menunjuk salah satu dari kerumunan orang (yang umum terjadi jika ada incident). Apakah ada yang aneh dengan petunjuk diatas ? sementara pada kebanyakan kejadian, penolong akan berteriak begitu saja dan lalu memberikan perhatian penuh pada korban.

Oke amati baik2 instruksi diatas, dan ingat ! hanya salah satu saja, dan bukan cuma berteriak "Tolong kontak rumah sakit atau paramedis terdekat !" ke arah kerumunan orang. Hemm model seperti ini tujuan-nya adalah agar kerumunan orang yang ditunjuk tidak saling mengandalkan sehingga tidak ada yang merasa bertanggung jawab untuk memanggil paramedis terdekat.

Paralel barulah kita melakukan CPR dengan teknik DRCAB * (Danger, Respond, Compression, Airway, Breathing). Dimana artinya adalah amati apakah situasi-nya berbahaya, cek tanda2 kehidupan dari korban, lakukan gerakan kompresi ke titik tertentudi  tubuh korban, pastikan jalan napas terbuka, lalu hembuskan udara dari mulut ke mulut).

Hal ini mengingatkan saya akan akan kebiasaan dalam project management. Sering sekali diskusi untuk mencari solusi berakhir begitu saja tanpa menetapkan dead line dan siapa PIC yang ditunjuk. Lalu saat diskusi berikutnya pun tiba, tanpa benar2 ada progres yang selesai secara signifikan, karena ya itu tadi, setiap orang saling mengandalkan dan mengira sudah diselesaikan oleh yang lain-nya. Disinilah penting-nya proses penunjukan, dan dengan demikian jelas siapa penanggung jawab-nya.

Itu juga sebab-nya email yang "To"-nya menunjuk terlalu banyak orang biasanya jarang direspon. Pengalaman saya saat menjadi Project Manager di salah satu proyek British Telecom (selanjutnya kita sebut BT) menunjukkan hal yang sama. Salah seorang petinggi BT mengomentari kebanyakan proyek gagal karena tidak jelas siapa "owner" dari suatu aktifitas yang direncanakan untuk jalan.

* Pada masa lalu urutan yang digunakan adalah DRABC, namun karena detik2 kehidupan sangat berharga (golden period), maka saat ini sudah dilakukan perubahan yakni memaksa organ bekerja dengan Compression terlebih dahulu.