Tuesday, July 30, 2013

Abu Bakar As Shiddiq - DR.Musthafa Murad

Beberapa tahun yang lalu, saya membaca sekumpulan pidato terpilih dari pemimpin2 hebat yang pernah dilahirkan dunia, dan pidato Abu Bakar adalah salah satu-nya. Saat Muhammad SAW wafat, Abu Bakar yang ditunjuk sebagai penggantinya mengatakan "Barang siapa menyembah Muhammad, sesungguh-nya Muhammad telah mati. Barang siapa menyembah Allah, sesungguh-nya Allah Mahahidup tidak akan mati". Lalu Abu Bakar RA mengutip QS Al Imran:144 "Dan Muhammad tidak lain hanyalah seorang rasul. Telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Apakah jika ia wafat atau dibunuh kalian akan berbalik ke belakang (murtad) ? Barang siapa yang berbalik maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat pada Allah sedikit juga, dan Allah akan memberi balasan pada orang-orang yang bersyukur".



Ketika Muhammad SAW mendapatkan petunjuk maka Abu Bakar lah termasuk kumpulan orang2 yang pertama-tama meyakini-nya. Itu sebab-nya Abu Bakar dijuluki As Shiddiq yang artinya "yang jujur dan membenarkan". Abu Bakar jugalah yang bersedia menunggu Muhammad SAW memutuskan untuk hijrah saat situasi di Mekkah tambah panas. Menyiapkan unta dan menemani Muhammad SAW dalam perjalanan sangat berbahaya itu. Beliau juga disebut dalam beberapa ayat sebagai sahabat Nabi, dan perilaku terpuji lain-nya.

Ketika Abu Bakar konflik dengan Umar, maka Muhammad SAW menegur Umar, dan mengatakan Abu Bakar lah yang sejak awal selalu membenarkan Muhammad SAW namun sebalik-nya dengan Umar yang di masa2 awal  sempat menjadi penentang Muhammad SAW.

Soal harta, juga sulit mencari orang yang mau menyedekahkan seluruh yang dia miliki di jalan-Nya. Umar yang ternyata "hanya" sanggup memberi sedekah dengan separuh harta yang dia miliki, harus mengakui "kekalahan" karena Abu Bakar bahkan menyerahkan seluruh hartanya dan hanya menyisakan "Allah dan Rasul-Nya" bagi keluarga-nya sendiri.

Petunjuk akan pengganti Muhammad SAW telah dapat dibaca, ketika Abu Bakar menggantikan beliau menjadi imam shalat karena sakit . Bahkan menjelang berpulang-nya beliau, justru Abu Bakar yang sempat menjadi imam-nya Nabi, sedangkan Nabi duduk di samping-nya. Meski hanya memerintah secara sangat singkat, namun Abu Bakar berhasil menjaga kemurnian Islam dari kelompok pembangkang dan pemberontak. Beliau juga membersihkan nabi2 palsu dan yang enggan membayar zakat.

Walaupun terlihat lembut dan sering menangis, Abu Bakar sangat tegas dalam bersikap, termasuk saat tetap memerintahkan pasukan Usamah untuk tetap bergerak maju berperang dengan Romawi yang dipimpin Heraklius di Syria, meski pasukan sempat ragu karena wafat-nya Muhammad SAW dan ancaman dari pemberontak di sekitar Madinah. Namun bagi beliau perintah Nabi tetap harus dijalankan meski Nabi telah berpulang. Beliau berkata "Demi Allah aku tidak akan mengurai ikatan yang telah dijalin Rasulullah SAW. Bahkan seandainya hanya burung2 yang melindungi kami, sementara Madinah dikepung hewan hewan buas, dan meski anjing2 menyeret kaki para ummul mukminin, aku tetap akan meneruskan misi pasukan Usamah". 

Abu Bakar juga sosok yang sangat takut berbuat dosa, sehingga sering mengatakan seandainya dia jadi pohon saja, tumbuh lalu ditebang. Kali lain beliau mengatakan seandainya dia menjadi rumput yang menjadi makanan hewan ternak, atau saat dia mengatakan seandainya dia cuma sehelai rambut di tubuh seorang mukmin atau bahkan kadang burung. Sayang tak lama beliau menjadi Khalifah, yakni hanya 2 tahun 3 bulan, namun beliau meletakkan banyak pondasi bagi umat setelahnya seperti

1.Pembentukan Baitul Mal untuk menghimpun sumbangan, harta pampasan, dll untuk digunakan sesuai aturan termasuk bagi kaum miskin.
2.Penetapan gaji bagi khalifah yang terpaksa menghabiskan waktunya demi umat, tanpa sempat mencari nafkah sendiri.
3. Pembentukan Dewan Syura (legislatif) untuk mengontrol pemerintahan khalifah (ekesekutif).
4. Pembentukan Dewan Syariah (yudikatif) untuk memutuskan perkara dan diikuti pemilhan Qadi (hakim) di seluruh negeri.
5. Penunjukan gubernur di seluruh daerah.
6. Pembentukan angkatan  bersenjata untuk menjaga ummat, memerangi nabi palsu sekaligus kaum yang menolak membayar zakat, dimana angkatan bersenjata ini dibiayai dari Baitul Mal.

Saat meninggal, beliau yang pengikut-nya menguasai daerah yang begitu luas ternyata hanya meninggalkan seekor unta tua, seorang budak (yang belum sempat dibebaskan) dan sebuah tikar seharga 5 dirham. Melihat warisan Abu Bakar begitu sedikit dan hendak disumbangkan pula bagi Baitul Mal tanpa menyisakan harta bagi keluarga-nya, Umar khalifah berikutnya menangis sambil mengungkapkan pujian bagi Abu Bakar.

Karya ini sangat layak diapresiasi, karena Musthafa Murad yang juga seorang Doktor berusaha dengan hati2 memilah-milah kisah mengenai Abu Bakar, sehingga mendekati orisinalitas dan jauh dari fitnah. Dan upaya ini adalah sesuatu yang luar biasa agar kita dapat belajar dari kepemimpinan Abu Bakar. Meski demikian ada beberapa bagian yang berulang ulang di beberapa halaman yang semestinya dapat dihindari serta sosok Khalid bin Walid yang juga cukup panjang lebar dijelaskan dalam buku ini.

Review ini kita tutup dengan pidato beliau di hari kedua pengangkatan-nya sebagai khalifah sbb;


"Wahai manusia aku dipilih sebagai pemimpin kalian dan aku bukanlah yang terbaik di antara kalian. Jika aku berbuat baik, ikutilah aku. Jika aku berbuat buruk luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanat dan kebohongan adalah khianat. Seorang yang lemah di antara kalian adalah orang kuat di sisiku hingga aku sampaikan apa yang menjadi hak-nya, insya Allah. Dan orang2 yang kuat di antara kalian adalah orang2 yang lemah di sisiku hingga kuambil hak2nya (untuk yang lemah), insya Allah. Tidaklah suatu kaum meninggalkan perjuangan di jalan Allah kecuali Dia akan menghinakan mereka. Dan tidaklah kejahatan menyebar di tengah2 suatu kaum kecuali Allah menyamaratakan bencana kepada mereka. Taatilah aku selama aku menaati Allah dan Rasul-Nya berkenaan dengan semua urusan kalian. Jika aku bermaksiat pada Allah dan Rasul-Nya, kalian tidak boleh menaatiku. Berdirilah untuk shalat, niscaya Allah akan mengasihi kalian".


Sunday, July 28, 2013

Kuantar ke Gerbang - Ramadhan KH

Saat keluar dari Sukamiskin, menjawab pertanyaan Direktur Penjara mengenai apakah Soekarno akan memulai hidup baru, Soekarno menjawab "Seorang pemimpin tidak berubah karena hukuman. Saya masuk penjara untuk memperjuangkan kemerdekaan dan saya meninggalkan penjara dengan pikiran yang tetap sama".

Ibu-nya yang berasal dari Bali, Ayah-nya dari Jawa, istrinya yang berasal dari Sunda, kuliahnya di Bandung sampai meraih gelar Insinyur, pergaulan-nya yang luas dengan berbagai suku dan bahkan bangsa lain, kemampuan-nya dalam berbahasa asing serta kehebatan-nya dalam berorasi membuat Soekarno menjadi bintang-nya perlawanan terhadap imperialisme.

Meski sejak usia 15 tahun sudah menumpang tinggal di rumah tokoh PSI Tjokroaminoto, namun menurut Inggit perkenalan Soekarno dengan Islam terjadi di penjara Banceuy karena saat itu kombinasi kesendirian dalam penjara 1,5 x 2 meter, dan tanpa jendela dengan hanya berteman Al Quran, menyebabkan-nya lebih tekun mempelajari Islam. Beberapa tahun yang lalu saya masih melihat sel ini di Banceuy, namun tidak tahu sekarang apakah sel tersebut masih ada atau tidak.

Beranjak dewasa, Tjokroaminoto meminta tolong pada aktivis PSI di Bandung untuk mencari pondokan bagi Soekarno yang saat itu sudah menjadi menantu putri baliau yakni Utari untuk kuliah sebagai salah satu murid Teknik Sipil di THS Dago (skr ITB). Aktivis PSI tsb alias Haji Sanusi, merupakan suami dari Inggit Ganarsih. Selisih usia antara Inggit dan suami-nya serta Soekarno yang sering curhat, menyebabkan diantara mereka tumbuh benih2 cinta. Dilain pihak hubungan Soekarno dan Utari yang lebih seperti kakak adik tidak pernah berakhir serius.  Atas seizin Haji Sanusi yang akhirnya menceraikan Inggit dan Tjokroaminoto yang menerima permintaan cerai Soekarno dari Utari, maka Soekarno dan Inggit pun akhirnya menikah.

Ketika PNI yang di lahirkan Soekarno pecah saat dia berada dalam penjara, menjadi Partindo dan PNI Baru, Soekarno selepas keluar dari penjara diminta mendukung Partindo, namun apa jawab-nya ? Soekarno memilih tidak kemana-mana, namun ada dimana-mana, karena bagi beliau perpecahan inilah salah satu kelemahan yang terus menerus menyebabkan kesulitan bangsa Indonesia untuk maju. Sepertinya sikap ini  juga yang terus dipertahankan Soekarno saat era kejatuhan-nya, karena memberikan ruang gerak yang terlalu besar bagi sayap kiri.

Buku ini juga mengisahkan konflik yang terjadi antara Hatta dan Soekarno. Hatta bahkan sempat menyerang Soekarno lewat tulisan2nya. Jika Soekarno melakukan perlawanan dengan orasi disana sini serta memobilisasi massa, Hatta lebih suka melawan dengan pendidikan bagi pemuda bangsa.

Aktivitas Soekarno yang tak berkurang setelah keluar dari penjara membuat pemerintah Belanda tidak nyaman. Lalu Soekarno dibuang ke Ende selama 5 tahun. Soekarno berkebun dan lebih mendalami lagi Al Quran, serta bahkan sempat membuat kelompok sandiwara, dimana Soekarno memimpin-nya sekaligus sebagai sutradara. Pada masa2 sulit itu Inggit selalu menemani Soekarno. Pada saat Soekarno sakit malaria, Belanda mendapat tekanan dari mana2, sehingga Soekarno diasingkan ke Bengkulu.Ende cukup berkesan di hati Soekarno dan Inggit, apalagi karena Ibu Inggit dimakamkankan di sini.
 

Di Bengkulu Soekarno bahkan sempat merancang masjid. Tapi tidak dijelaskan apakah masjid tsb jadi berdiri. Lalu Soekarno bergabung dengan Muhammadiyah dan menjadi pengajar. Dia juga menjadi penulis lepas di beberapa majalah Islam.



Selain Ratna Djuami mereka memiliki dua anak angkat lain, yakni Kartika titipan seorang keturunan Jawa di Ende dan Fatma titipan petinggi Muhammadiyah di Bengkulu. Sewaktu Ratna Djuami sekolah di kota lain dengan diantar Inggit. Ketika kembali pulang Inggit merasa ada hal yang aneh dengan rumah mereka. Misalnya susunan kursi yang berubah demikian juga dengan tanaman.  Akhirnya misteri tersebut terbuka saat suatu malam Soekarno menyampaikan keinginan-nya memiliki anak kandung dan menikahi Fatma, sedangkan Inggit setelah pernikahan ke tiga mulai menyadari bahwa dirinya memang tak bisa memiliki keturunan.

Hubungan yang semakin dingin ini akhirnya memuncak saat 20 tahun usia pernikahan mereka. Sementara Soekarno masih terus menerus menjalin hubungan dengan Fatma di belakang Inggit. Sebagai orang Banjaran, pantang bagi Inggit dimadu, baginya perceraian adalah solusi yang lebih bisa diterima.

Ketika akhirnya Soekarno tetap memilih Fatma, maka Inggit pun mengibaratkan dirinya sebagai seseorang yang tak memilih jalan berbunga menuju istana, melainkan hanya mengantar Soekarno ke gerbang-nya saja. Rasanya ironi, buku ini dibuka dengan surat pernikahan mereka berdua dan ditutup dengan surat perceraian mereka berdua. Namun tanggal 7/2/1980 Ali Sadikin memrakarsai silaturahhmi antara keluarga Fatmawati dengan keluarga Inggit. Pada tanggal 12/4/1984, Inggit menghembuskan nafas terakhir dan kembali ke pangkuan Allah SWT.

Thursday, July 25, 2013

The Year of Living Dangerously - Christopher Koch


Setelah The Forgotten Massacre, aneh-nya target saya berikut-nya entah kenapa mengarah ke karya Christopher Koch ini, mungkin intuisi bawah sadar saya untuk melacak second opinion, khususnya mengenai peristiwa di 1965 yang tidak tergambarkan secara baik dalam karya Jorgensen tsb. Dan kali ini lebih dalam, dan tidak sekedar dari sudut pandang ABK, maka tokoh dalam buku ini justru berprofesi sebagai wartawan. Dengan demikian catatan yang ditulis seharusnya lebih kaya dengan data. Judul buku ini sebenar-nya mengacu pada istilah yang sering digunakan Soekarno pada masa itu yakni Vivere Pericoloso, bahasa Italia yang artinya "Hidup yang berbahaya".

Siapa Koch ? dia lahir dan besar di Tasmania, Australia. Bekerja sebagai produser siaran di ABC. Pernah tinggal dan bekerja di London serta beberapa negara lain. Sejak 1972 dia menjadi penulis dan mendapatkan banyak pujian internasional dan karya-nya diterjemahkan dalam beberapa bahasa. Selain penghargaan Officer of The Order of Australia, Koch juga menerima beberapa penghargaan lain-nya.  Buku ini merupakan novel terbaik tentang Indonesia versi Amazon.com, dan sempat dilarang terbit pada zaman orde baru. Pada 1982 sempat difilmkan dengan dibintang Mel Gibson, Linda Hunt dan Sigourney Weaver. Film ini mengalami nasib sama, yakni dilarang diputar di Indonesia.




Hal yang unik dalam buku ini antara lain, dari kacamata Koch penggambaran Jakarta, ditulis justru dengan penekanan pada bau, mungkin seperti kebanyakan orang yang pergi ke pecinan dan mencium bau dupa, maka Jakarta, bagi orang asing adalah bau asap tembakau dan bau asap sate. Untuk lalu lintas Koch menyebutkan dominasi klakson disertai jeritan/teriakan dan bel sepeda. Dua ciri lalu lintas yang pertama masih eksis hingga kini.

Soekarno dalam buku ini, digambarkan dengan sangat menarik, selain mengangkat kembali ungkapan Duta Besar Amerika yang menyerupakan Soekarno sebagai Clark Gable Asia, beliau juga dianggap sebagai sosok yang susah ditebak dengan senyuman khas anak2 yang mampu meluluhkan wanita. Selain itu tentu saja soal "kegilaan" Soekarno pada berbagai monumen untuk menjadikan Jakarta sebagai pusat dunia baru dan mengalahkan Paris namun aneh-nya beliau lebih suka menghabiskan week end di Bogor dan mengakui Bandung adalah kota yang lebih baik.

Kehidupan wartawan asing, dalam buku ini juga dikisahkan, dan sedikit membuat risih, ada yang suka memotret aurat perempuan pribumi yang mandi disungai, ada pengguna pekerja seks lokal yang sering ke kuburan untuk memuaskan hasrat-nya dan bahkan ada pedofili sekaligus homoseksual. Bahkan buku ini menguingkapkan Asia Tenggara ditahbiskan sebagai timur tengah-nya kaum gay Australia. Untung-nya tidak semuanya seperti itu misalnya pemeran tokoh utama seperti Billy Kwan, Guy Hamilton maupun tokoh aku yang sering di panggil dengan Cookie (apakah ini representasi dari Koch sendiri ?).

Buku ini sangat enak dibaca, khususnya karakter Billy Kwan, pengagum Soekarno (meski akhirnya berbalik menjadi sosok yang sangat kecewa pada Soekarno) keturunan China berkewarganegaraan Australia ini memiliki pengetahuan layak-nya ensiklopedi yang mengkompensasi kekurangan fisik-nya yang cuma bertinggi 135 cm. Hubungan persahabatan-nya dengan Hamilton sekaligus cinta segitiga yang melibatkan Jill Bryant, menarik sekali diikuti.


Meski seorang wartawan, namun keterampilan-nya “memotret” suasana dengan gaya sastra sangat menarik, perhatikan kalimat Koch ini “Ketika kami melangkah menembus rumput tinggi ke pintu-nya, matahari sedang terbenam. Burung2 kecil dan kelelawar berkelebatan di  langit kehijauan. Cabang cabang tinggi pohon Beringin membuat pola seperti urat nadi. Di kejauhan, di seberang dinding taman, awan awan merah muda menggumpal disentuh lava kekemasan menyala di pinggiran-nya”. Penggambaran model ini bukan cuma digunakan Koch dalam menggambarkan suasana, namun juga penampilan seseorang seperti penggambaran-nya akan fisik Vera Chostiakov, staf kedubes Rusia di Jakarta yang dicurigai handak memeras informasi dari Hamilton.

Koch mengingatkan saya akan Ketut Tantri, dalam buku-nya Revolt in Paradise, saat mobil Ford Hamilton dan Kumar melintasi pedesaan, gunung2 api yang tinggi, besar dan angkuh di kejauhan, lembah dan bukit  dimana mana, sawah hijau membentang, wanita2 desa yang menaiki sepeda dengan anggun, saat menuju Puncak untuk berlibur.

Kenapa Cookie dapat menulis tentang cerita Hamilton, dan membandingkan-nya dengan ensiklopedi Billy Kwan, akhirnya terbuka menjelang cerita berakhir, dengan kematian Billy Kwan yang tragis sekaligus misterius. Tindakan Cookie dengan segera untuk mengamankan arsip Kwan, mendahului badan intelejen lah yang akhirnya membantu Cookie menyusun puzzle dari semua cerita ini,khususnya menyangkut Billy Kwan, Jilly Bryant dan Guy Hamilton.

Kita bisa turut membayangkan situasi apa yang dirasakan Hamilton. Saat ikut menyaksikan pidato Soekarno, kamis malam 30 September 1965, Kumar asisten lokal Hamilton yang selama ini terlihat sopan mendadak bicara "Ada sesuatu yang ingin kukatakan pada anda,  bos. Jika Presiden meninggal dunia, Anda harus kembali ke Australia. Jangan buang waktu, segera tinggalkan negara ini. Jika tidak Anda akan dibunuh. Anda ada pada daftar kematian kami". Kalimat itu sekaligus memperjelas isu yang selama ini didengar Hamilton, bahwa Kumar adalah bagian dari PKI.Saya jadi ingat cerita Ibu, dimasa itu setiap orang saling memata-mata-i, dan kita tidak tahu siapa lawan dan siapa kawan.

Koch juga ahli dalam menulis dialog2 cerdas, berbau psikologis dan disertai catatan kaki keterangan tambahan yang membantu pembaca memahami-nya dengan lebih lengkap. Membaca buku ini rasa-nya seakan akan menggambarkan realitas sebenarnya (atau memang jangan2 iya ?). Karakter tokoh yang detail, deskripsi  yang cermat dan analitis menyebabkan buku setebal nyaris 500 halaman ini sangat enak dibaca. Review ini saya tutup dengan puisi kesukaan Billy Kwan, yang dia kutip dari Po Chu I sbb;

Mereka membawa kita ke tanah terlantar di luar kota.
Dimana kabut sungai jatuh lebih deras daripada hujan.
Dan api di bukit menjulang lebih tinggi daripada bintang2.
Seketika aku terkenang bendungan tua di Istana.
Ketika aku dan kau berderap menuju Taman Ungu.
Saat kita menggiring kuda2 kita mendaki jalan Ekor Naga.
Kita berpaling dan memandang kehijauan Bukit-bukit Selatan.
Semenjak kita berpisah, kita telah sama sama menua; Dan pikiran kita direcoki banyak kecemasan; Namun bahkan sekarang aku membayangkan telingaku penuh dengan suara giok bergemerincing di tali kekangmu.


Tuesday, July 23, 2013

Steve Vai Concert - Jakarta 22/7/2013

Saya mulai suka Steve Vai, saat mengeksplorasi album Zappa yakni Ship Arriving Too Late To Save  a Drowning Witch dimana Vai diberi wewenang untuk menjaga sector Fantasy Guitar Section. Tidak berhenti disana, lalu saya ketemu lagi dengan karya Vai di Alcatrazz membantu rocker ex Rainbow berpenampilan eksekutif, yakni Graham Bonnet membuat album Disturbing The Peace sekaligus menggantikan Yngwie Malmsteen.

Pada saat di Alcatrazz itulah Vai mulai dibanding2kan dengan Malmsteen. Tak lama setelahnya, lagi2 Vai terlibat proyek dengan  David Lee Roth selepas hengkang dari Van Halen dalam album Eat ‘Em and Smile dimana dia mengagetkan orang karena membuat gitar “tertawa” dan melakukan percakapan musikal dengan David Lee Roth. Lalu menggantikan posisi Vivian Campbell sekaligus memainkan porsi Adrian Vandenberg di Whitesnake yang saat itu cedera karena memainkan gitar dengan posisi yang salah dalam waktu lama.  Tak puas dengan semua pencapaian itu, Vai memulai proyek solo, sampai kolaborasi dengan Joe Satriani dan sesama dewa gitar dalam G3.  

Begitu juga dunia akting, Vai terjun sebagai salah satu bintang, tepatnya dalam film Crossroad dimana Vai berperan sebagai setan yang bertarung dengan Ry Cooder pakar-nya blues dengan teknik slide guitar (namun diperankan oleh Ralph Macchio).  Film ini sendiri terinspirasi dari salah satu pesohor musik blues, yakni  Robert Johnson. Karena semua itulah akhirnya saya memutuskan untuk menonton show performance gitaris berusia 53 tahun ini.



Meski sempat nyasar, ke Badminton Stadium Indoor karena supir taxi yang keras kepala bahwa di situlah tempat-nya, setelah sempat debat dengan supir, akhirnya saya sampai juga berkat ojek yang dengan sigap mengantar ke lokasi sebenar-nya. Di gerbang masuk sudah banyak calo berkeliaran, namun saya langsung saja menuju ticket box, dan alhamdulillah masih tersedia tiket untuk tribun. Belakangan saya penasaran juga nasib calo didepan, karena kapasitas venue sepertinya tidak penuh2 amat, perkiraan kasar sekitar 3000 penonton. Masih jumlah yang wajar mengingat Vai bukan sekedar group rock, namun lebih ke instrumental rock.

Saat memutuskan untuk berangkat untuk menonton konser pertama sejak Vai terakhir mengunjungi Jakarta tahun 1996 ini, memang saya belum punya tiket, meski sudah ke Panorama Travel di Central Park yang memang kerjasama dengan RajaKarcis.com. Menurut petugas disana, pada hari H-1, tiket tidak diperbolehkan dijual lagi, kecuali langsung ke RajaKarcis.com. Trik menggandeng Panorama travel yang tersebar diman-mana, cukup menarik untuk memudahkan penjualan tiket ini. Namun para pembeli di Panorama tetap harus ke ticket box, karena tiket ini harus ditukar dengan tiker yang sebenarnya.

Nampak wajah2 terkenal seperti Baron ex Gigi, Ivan Boomerang, dan juga Adri Subono yang dengan ramah-nya foto2 dengan sebagian penonton. Seperti biasa crowd penuh dengan laki2 berambut sunsilk dengan baju hitam. Terlihat juga Alphard-nya Ahmad Dani, namun saya tak melihat kehadiran-nya.
Di tengah2 antrian nampak kerumunan sekitar 30 orangan, menyaksikan kompetisi main gitar ala Vai – Ibanez yang diset di ruang terbuka tempat para penonton antri. Jika tidak melihat siapa yang main saya kira diputar langsung dari album Vai, saking mirip-nya, dan seperti biasa lagu favorit yang dimainkan adalah For The Love of God.


Akhirnya saya lolos sampai ke tribun tengah belakang dengan kamera DSLR yang sukses melewati dua pos pemeriksaan. Sayang karena tidak direncanakan untuk membawa kamera, batere hanya terisi setengah, waduh harus pilih2 obyek nih. Ternyata disebelah kiri saya ada operator lampu utama yang peralatan-nya lebih mirip bazooka yang bisa diarahkan ke lokasi pemain yang harus disorot, wah mesti hati2 nih kalau kepala gak mau kepentung.

Panggung dihiasi dua layar kecil di samping kiri dan kanan, sedangkan dibagian tengah nampak layar besar kemerahan dengan wajah Vai serta logo khas Vai dibagian kanan.  Sepertinya ini modifikasi dari album Steve Vai terakhir alias Story of Light.

Sekitar jam 21:00 Lalu Vai langsung menggebrak dengan Racing The World, dan sempat membuat bingung penonton yang lebih akrab dengan lagu2 lama Steve Vai.  Mengenakan topi cowboy, kacamata hitam, baju terusan berwarna hitam dan celana bermotif layak-nya batik.
 
Nyaris pada setiap lagu Vai gonta ganti gitar seperti misalnya pada lagu ketiga, setelah mengenalkan member, Vai menggunakan gitar Mojo dengan fret berlampu biru meski gitar utama-nya tetap Ibanez JEM7V putih dengan pegangan ala koper di bodi-nya.  Gaya Vai yang kerap gonta ganti gitar-nya sekaligus mengingatkan saya akan gaya Steve Howe gitaris Yes, pada konser sebelumnya yang saya tonton. Bukan Steve Vai kalau tidak bergaya,  bahkan pada lagu kedua dia menirukan gerakan2 kungfu. Kali lain Vai berlari lari seakan menaiki kuda, atau sambil mengeluarkan efek Vai tiba2 memendekkan tubuh-nya sambil bergoyang ngebor. Sepertinya PSY artis Korea yang populer dengan Gangnam Style-nya juga akan takjub melihat Vai bergaya menunggang kuda lengkap dengan gaya mencambuk-nya dengan menggunakan kabel amply gitar. Puncak penampilan ajaib-nya adalah saat tampil sebagai  gitaris dengan jubah penuh led warna warni serta lampu sorot kecil di bagian kepala saat membawakan The Ultra Zone.

Sayang  konser tanpa band pembuka ini sound-nya kadang terdengar agak pecah. Tidak lupa Vai juga menunjukkan-nya minatnya pada aliran musik lain menirukan scating ala George Benson dengan nada2 Jazz, lalu disusul main akustik ala latin dengan sedikit nuansa gendang afrika.
Musisi yang dibawa Vai secara umum tidak ada yang menonjol kecuali permainan akustik gitaris pendamping Dave Weiner. Pemain bass Philip Bynoe dan keyboard Michael Arrom bermain ala kadarnya, sedangkan drummer penuh tatto Jeremy Colson menunjukkan kebolehan-nya, hanya saja dari cara-nya bermain sepertinya dia lebih cocok untuk main di band metal yang lebih perlu power di banding kreativitas. Jadi jangan harapkan kelas Tony Macalpine atau Billy Sheehan dalam show kali ini.

Vai memainkan nyaris semua teknik gitar yang pernah diciptakan, mulai dari memainkan whammy bar dengan teknik pukulan, tapping, bending gila2an, sliding, sweeping, trill, memetik di belakang punggung, bahkan menggunakan lidah.  Sepertinya kata yang lebih tepat adalah Vai menyiksa gitar-nya, ditunggangi, dipukul, ditampar, diputar-putar, digerayangi, diangkat seakan-akan hendak dibanting dan segala macam bentuk pelecehan lain-nya.

Setiap Vai istirahat, band tetap bermain dengan bergantian memamerkan permainan solo mereka, dimulai dengan Dave Weiner dan lalu diusul rekan2nya. Track2 lain adalah Velorum, Building The Church, Tender Surrender, Weeping China Doll, dan satu track kocak dari album lama-nya The Audience is Listening, dll. Vai juga sempat memainkan dua track akustik, yakni Rescue Me or Bury Me dan Sisters.

Memasuki masa2 akhir pertunjukan, Vai mengundang sepasang  penonton untuk dikerjain membuat lagu, namun ada adegan lucu saat Dave Weiner memainkan part Joe Satriani dari track Always album Surfing with The Alien, yang langsung di becandain oleh Steve Vai dan sepertinya memang disengaja untuk membangun suasana humor di lokasi. Alif dan Rizky kedua penonton yang beruntung pun unjuk kebolehan dengan dibantu oleh Vai, penonton tergelak menyadari Rizky juga mampu melakukan scating bareng tanpa alat musik, dan langsung ditirukan oleh Ibanez Vai dengan persis.
Lalu sepasang  penonton tersebut boleh ikut nangkring di panggung sampai acara selesai.  Vai bahkan sambil bercanda mengatakan kalau mau boleh duduk di ampli, sambil Vai memainkan efek bad horses. Steve Vai mengajarkan kita bahwa show performance tidak melulu skill namun juga kemampuan entertainer. Akhir konser ditutup dengan memainkan  Taurus Bulba setelah sebelumnya memainkan For The Love of God yang sukses membuat gitar-nya menangis dan menjerit. Saat berpisah, Steve Vai  dengan simpatik tak lupa mengucapkan Assalamualaikum.

Berikut track list yang dimainkan dimana sebagian besar berasal dari album Story of Light;

Racing The World
Velodrum
Building The Church
Tender Surrender
Gravity Storm
--- Solo Dave Weiner 
Weiping China Doll
The Animal Whispering a Prayer
The Audience is Listening
Rescue Me or Bury Me
--- Solo Michael Arrom Sisters
Treasure Island
Pusa Road
--- Solo Jeremy Colson The Ultra Zone
For The Love of God
Taurus Bulba


Bagi yang masih penasaran dapat mengakses upload salah seorang teman milis di youtube sbb;

Whispering A Prayer= http://www.youtube.com/watch?v=QAv-ZXVJd8k
Build Me A Song = http://www.youtube.com/watch?v=w_70ZEcuJyI
The Ultra Zone = http://www.youtube.com/watch?v=hlqAaDDvzsY
Weeping China Doll = http://www.youtube.com/watch?v=rCBiTIkWuuA
The Audience is Listening = http://www.youtube.com/watch?v=jNE4Vq-lQrY
Taurus Bulba = http://www.youtube.com/watch?v=hNBe8jFqL5Q
For The Love of God = http://www.youtube.com/watch?v=3l27Mo_k8Wk

Monday, July 22, 2013

The Forgotten Massacre - Peer Holm Jorgensen

Buku ini serba tanggung, mau cerita suka duka ABK asal Denmark bernama Kasper atau mau lebih ke fokus ke peristiwa G30S ? Sebenarnya kalau saja Peer Holm Jorgensen lebih fokus ke analisa-nya tentang keterlibatan CIA dalam peristiwa tsb, bisa jadi cerita-nya akan lebih menarik.

Paralelisme antara petualangan cinta Kasper serta petualangan dari pelabuhan ke pelabuhan rasanya tidak sebanding dengan bab2 tentang rencana CIA. Belum lagi beberapa fakta yang kurang pas, misalnya eksekusi Letkol Untung. Jorgensen juga tidak menulis tentang apa yang terjadi di kota, namun lebih di lokasi sekitar pelabuhan, seperti Tanjung Priok, Makassar, Padang, Tanjung Perak, dll.




Mengenai keterlibatan CIA, Jorgensen menulis, bahwa provokasi massa ala Marshall Green memang telah terjadi disini. Namun kalau kita melihat pola2 yang terjadi sampai saat ini, seperti kasus Suriah, atau Mesir kuat dugaan sepertinya CIA masih belum berhenti dan terus melakukan hal yang sama, dalam rangka membentuk pemerintahan yang kooperatif terhadap Amerika.

Namun hal yang menarik, Jorgensen cukup fair mengenai perilaku bangsa kulit putih. Dimata Jorgensen perilaku tsb digambarkan sbb "Apakah ujian kedewasaan kulit putih adalah kepergian mereka untuk membunuh orang lain ? Semakin banyak yang kau bunuh, semakin banyak tanah yang kau curi, semakin banyak orang yang kau tindas, dan semakin banyak orang yang kau paksa menerima standar2 mu, maka akan semakin dewasalah dirimu ?".
Perasaan simpati Jorgensen, bisa jadi karena saat WWII, Denmark juga merupakan sasaran pendudukan Jerman. Sejarah menunjukkan kepunahan bangsa Aztec, Indian, Aborigin, dan penjajahan terhadap India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Afrika semua merupakan "prestasi" kulit putih yang peninggalan-nya masih dapat kita lihat hingga kini.

Selain suasana pelabuhan, Jorgensen cerita tentang betapa petugas imigrasi dan pabean saat itu (dan mungkin saat ini juga) begitu mudah dilewati dengan suap benda tertentu seperti rokok, ataupun uang. Hemm sepertinya sejak dulu korupsi memang sudah mengakar di negara ini. Tidak tanggung2, jika orang yang lewat mengaku tidak membawa apapun, maka selain alas sepatu, petugas2 ini juga kadang memeriksa sampai ke anus (maaf) dengan menggunakan kondom.

Siapa Kasper ?, sebenarnya tidak jelas juga apakah ini tokoh nyata atau fiktif, namun sejarah hidupnya nyaris sama dengan Jorgensen sendiri. Bagi saya buku ini memberikan gambaran mengenai peristiwa G30S dari kaca mata seorang asing yang relatif netral. Mengenai keterlibatan CIA, Direktur CIA 1962-1967 di Asia Tenggara, saat diwawancarai tahun 1990  cuma mengatakan "Mungkin kami memang terlibat dalam peristiwa itu. Saya sudah lupa...".

Namun yang jelas dalam buku nan klimaksnya kurang terbangun ini, setelah jatuhnya Soekarno, maka investasi (atau lebih tepat "kolonialisme" gaya baru) Amerika dan sekutu-nya pun masuk kembali. Dalam hal ini Soeharto dan para pembantu-nya memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya terhadap eksploitasi kekayaan bangsa sampai saat ini, dan lalu tanah air yang kaya (meminjam istilah Koes Plus) ini melibatkan diri dalam hutang luar biasa besar dan menjadi beban bagi beberapa generasi berikutnya.

Thursday, July 18, 2013

Hasyim Asy'ari - Zuhairi Misrawi

Jika anda membaca karya Zuhairi Misrawi ini dengan harapan anda membaca biografi beliau, saya rasa anda akan kecewa, karena fokus buku ini adalah pembahasan karya2 beliau. Memang label kecil di cover depan buku-nya sedikit mengecoh sehingga terkesan bisa melengkapi sejarah hidup yang disajikan dalam film-nya. Saya sendiri tertarik membaca buku ini memang karena menonton film-nya yang mengingatkan saya akan betapa banyak-nya hal positif yang belum saya lakukan bagi sesama.

Namun meski sedikit menyinggung sejarah hidup beliau, banyak hal menarik yang bisa kita temukan khususnya pemikiran beliau seperti "Bagaimana bisa kaum muslimin berpecah belah, sedang kitab mereka Al Quran adalah satu, nabi mereka Nabi Muhammad adalah satu, kib'lat mereka Kab'ah adalah satu. Tidak ada sesuatu yang patut alasan mereka berpecah belah, apalagi sampai saling mengkafirkan satu sama lain. Perpecahan ini hanyalah menguntungkan musuh-musuh kaum muslimin."


Begitu pula bagaimana ilmu dalam pandangan beliau dan sikap hidup beliau, sepertinya sangat sesuai sebagaimana perkataan Muadz Bin Jabal

Hendaklah kalian mencari ilmu.
Mempelajarinya adalah kebaikan.
Mencarinya adalah ibadah.
Memperdalam-nya adalah tasbih.
Membahas-nya secara detail adalah jihad.
Mencari-nya dengan sungguh2 adalah mendekatkan diri pada Allah SWT.
Sedang mengajarkan-nya bagi orang yang tidak dikenalinya adalah sedekah.


Pendiri Nadhatul Ulama tanggal 31/1/1926 ini juga konsisten dengan sikapnya pada penjajah, saat kebebasan berkeyakinan diperbolehkan maka beliau mendukung prinsip2 negara meski dijajah Belanda atau Jepang, namun saat dilanggar beliau akan melawan mati2an, seperti saat dipaksa untuk melakukan ritual Sekerei untuk menghormati matahari, meski beliau dipenjara dan jari tangan-nya dipatahkan. Kini Nadhatul Ulama dengan sekitar 40 jutaan anggota-nya adalah organisasi islam terbesar di dunia.

Sikap moderat-nya terbawa hingga ke anak cucu, sebagaimana Gus Dur memberi kesempatan yang luas untuk berbagai keyakinan menjalankan-nya. Masih segar dalam ingatan kita saat  seperti dijadikan-nya Imlek sebagai hari libur, dan kebebasan untuk merayakan-nya yang membuat nama Gus Dur sangat harum dimata keturunan Tionghoa.

Moderat-nya beliau juga terlihat saat harus belajar lama di Mekkah, tidak membuat beliau terseret ke paham Wahabi, yang merupakan aliran "keras" dan sangat gampang menuduh selain mereka sebagai sesat.

Namun saya baru menyadari sebenarnya Hasyim Asy'ari tidak setuju ada-nya partai lain selain Masyumi, karena beliau ingin hanya ada satu partai islam yang menjadi wadah bagi semua. Artinya PKB, PKNU saat ini adalah hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan beliau.

Keinginan beliau agar umat bersatu dia tulis dalam salah satu karya-nya dalam mukaddimah qanun asasi Nadhatul Ulama yang menjadi lampiran buku setebal 374 halaman, sbb "Umat manusia bagaikan jasad dan orang-orang bagaikan anggota tubuh. Setiap anggota tubuh mempunyai fungsi. Tidak ada anggota tubuh yang tidak membutuhkan yang lain-nya."

Sayang buku ini tidak dilengkapi koleksi foto yang cukup dan berasal dari masa itu, namun demikian buku ini bagus untuk memahami jalan pikiran tokoh islam sekaligus pahlawan nasional ini.

Wednesday, July 17, 2013

Tha Last Window Giraffe - Peter Zilahy

Tito lahir 7 Mei 1892, di Varazdin County, sebagai anak ke 7. Sejak usia 7 bekerja di tanah ayah-nya, dan pada usia 2x7 menjadi mekanik pemula. Lalu pada usia 3x7 dia dipanggil menjadi tentara Kakania. Total dia menjadi serdadu selama 7 tahun, dan lalu menghabiskan waktu selama 7 tahun di penjara. Pada usia 7x7 dia menjadi tokoh Partisan, lalu 7 tahun kemudian Yugoslavia putus dengan Uni Soviet, dan dia berusia 11X7 ketika aku lahir.

Demikianlah buku "The Last Window Giraffe" selanjutnya kita sebut TLWG dalam salah satu halaman-nya. Berusaha mengait ngaitkan semua peristiwa di dunia, dengan diri penulis. Kadang melompat ke masa lalu termasuk membahas prajurit pilihan di masa pendudukan Turki yang sebagian ternyata berdarah Balkan, atau mendadak membahas meriam Orban dan hancurnya Konstantinopel, lalu tiba2 membahas budaya penduduk Amerika atau bahkan Meksiko.



Masih mau contoh lain ? Fragmen berikut akan lebih memberikan gambaran; Pada hari yang sama dengan kematian Mao  Zedong, aku digigit oleh gadis bernama Diana di taman kanak2.
Jujur buku ini bukan buku yang tak mudah dibaca, bagaikan kumpulan puzzle yang disajikan dalam fragmen2 singkat, dan berganti ganti dengan cepat, serta tanpa benang merah yang jelas. Peter Zilahy seakan akan mencoba menulis kilasan pikiran-nya tentang sesuatu.

Salah satu yang menarik adalah sudut pandang penulis mengenai negara yang seakan akan dikelola layak-nya perusahaan. Di Balkan, negara2 pecah dan berdiri, menjadi bagian negara lain, dan lalu menjadi bagian negara yang lain lagi. Memisahkan diri lagi dan seterusnya, bahkan suatu masa 5 juta penduduk Hongaria, mendadak menjadi warga negara lain-nya lagi.

Mulai dari sejarah Balkan, kisah bangsa Magyar, pertempuran Ladang Burung2 Hitam, demonstrasi di era Slobodan Milosevic, memenuhi buku ini selain biografi Zilahy, pendudukan Turki dan biografi Tito. Namun yang paling banyak disorot adalah kekacauan di Balkan, sepeninggal-nya Tito.

Buku yang dipublikasikan dalam bahasa Inggris pada tahun 2004 ini menarik bagi yang suka eksperimen. Bukan cuma keanehan cara bercerita, buku ini juga membagi bab layak-nya kamus dari A sd Z (itu sebab-nya novel ini dijuluki juga sebagai "novel-kamus") serta dipenuhi foto2 dan lukisan yang dicomot dari sana sini. Selain diterjemahkan ke 19 bahasa buku ini juga meraih Book of The Year Ukraina 2003.

Siapa Peter Zilahy ? Dia lahir di Budapest, Hongaria di tahun 1970. Selain sebagai penulis dia juga penyair yang aktif membuat puisi dan prosa. Tak hanya itu dia dikenal juga sebagai fotografer dan peminat multimedia bahkan juga aktivis teater.

Tuesday, July 16, 2013

Marketing is Bullshit - Ippho Santosa

Membaca judul buku ini cukup geleng2 kepala, kok vulgar  benar judul-nya ?. Itu juga yang disampaikan istri saat melihat buku ini tergeletak di meja kamar. Namun memang harus dipahami inilah gaya Ippho, alih2 menggunakan judul formil, dia lebih senang judul menarik.

Sebenarnya sih isi-nya oke, dan judul ini merupakan potongan dari kalimat lengkap-nya yakni "Marketing is Bullshit without Creativity". Sama seperti "10 Jurus Terlarang" atau "13 Wasiat Terlarang", penggunaan kata "terlarang", font dengan model yang biasa digunakan dalam poster film misteri ataupun angka 13, semuanya tak lain penerapan gaya marketing nyleneh-nya Ippho untuk memancing rasa penasaran pembaca. 



Pada buku ini pembatas yang biasanya menggunakan potongan karton kecil bertali, oleh Ippho diganti jadi stiker, harga kurang lebih sama dan dapat ditempel sekaligus promosi kembali buku ini, hemm menarik juga. Jadi buku ini sekaligus merepresentasikan tips marketing yang dimaksud oleh Ippho.

Buku ini juga sekaligus menjelaskan positioning ketiga buku yang dibuat Ippho, yakni "MB" lebih ke pemasaran, "10JT" lebih ke persaingan dan "13WT" lebih ke penggunaan otak kanan dalam kehidupan. Dengan positioning ini pembaca jadi lebih jelas memilih buku yang sesuai atau malah jika ingin membaca dan memahami semuanya sekaligus.

Selain ide yang melimpah ruah, studi kasus dalam dan luar negeri, juga jangan lupa humor yang sangat kental dengan mudah kita temukan dalam buku ini. Buku ini terbagi menjadi 8 Bullshit, ehh maksud-nya 8 Bab, masalahnya Ippho memang tidak menggunakan istilah Bab, jadi deh saya ikut2an dengan istilah vulgar ini.

Bullshit #1 "Hoki itu kebetulan", dibantah oleh Ippho, yang penting adalah siap saat ada kesempatan, komunikasi berlapis, gunakan ide dari mana saja, hemat, hebat dan cepat serta pastikan tetap kratif.

Bullshit #2 "Terobosan adalah pemborosan", dibantah Ippho dengan cek ulang mana yang benar2 diperlukan, daur ulang jika perlu, pakai teknik barter, libatkan konsumen sebagai co-produser, harga pasti dan wajar, komunikasi dengan cara murah (misal internet).

Bullshit #3 "Terobosan bukan keharusan" dibantah Ippho dengan, penamaan yang memancing rasa ingin tahu, penyajian dengan cara berbeda, promosi dengan cara berbeda, eksploitasi internet, eksploitasi fad (turun-nya tren disambut tren baru seperti yang pernah dilakukan Nokia) serta eksploitasi budaya pop.

Bullshit #4 "Diferensiasi sukar untuk dikreasi" dibantah Ippho dengan superiority vs inferiority, software vs hardware, product vs experience serta place vs promo.

Bullshit #5 "Kegigihan adalah segala-galanya" dibantah Ippho dengan keyakinan dan bukan sekedar keinginan, kecerdikan dan bukan sekedar kegigihan, kenekatan dan bukan sekedar keberanian, persiapan dan bukan sekedar pelayanan, penghasilan dan bukan sekedar penemuan, serta sisi laba dan bukan sekedar sisi liar.

Bullshit #6 "Perlu metode untuk hasilkan ide" dibantah Ippho dengan menghasilkan ide saat kepepet, saat santai (mirip sharpen the saw-nya Stephen Covey), spesialis, generalis, krisis, merantau dan saat muda.

Bullshit #7 "Segala sesuatu serba terbatas" dibantah Ippho dengan intuitif jadi infinitif, thoughts jadi things, sakit jadi duit, konvensional jadi kontroversial, serta sosial jadi komersial.

Bullshit #8 "Laba adalah raja" dibantah Ippho dengan build integrity, build the self esteem, build the network, build the relationship dan build the benefits.

Review ini saya tutup dengan salah satu humor ala Ippho soal sikap hemat, dengan cerita sbb; Suatu hari seorang pria lari2 disamping bis, teman-nya yang ada dalam bis bertanya "Hei kenapa lu lari2 disamping Bis ?", jawab si pelari "Biar bisa hemat 1000 perak !", mendengar jawaban si pelari, teman-nya menyarankan "kalau begitu mending lari di samping taksi, bisa hemat 20.000 perak".

Friday, July 12, 2013

Rectoverso - Dee


Tidak ada yang luar biasa dengan 11 lagu dalam sebuah album, atau 11 cerpen dalam sebuah buku, namun menjadi luar biasa saat 11 lagu tersebut memiliki “belahan jiwa” dalam bentuk 11 cerpen, dan lebih luar biasa lagi saat mengetahui kedua kembaran tersebut dibuat oleh orang yang sama. Dee yang dulu membuat saya kagum dengan novel-nya “Supernova” yang berbicara mengenai banyak hal dan didominasi pengetahuan-nya diatas rata2 mengenai  ilmu alam meski lulusan Hubungan Internasional lagi2 membuat saya kagum dengan karya yang ini.

Pada awalnya buku ini sekaligus CD-nya saya berikan kepada istri sebagai hadiah ulang tahun, namun setelah itu buku ini menghilang cukup lama, dan ketemu di punggung kursi depan mobil yang biasa digunakan anak saya sekolah. Karena memang film-nya sedang dibuat, dan mulai sering dibicarakan, hal ini membuat saya tergerak untuk menyantap buku ini. Maklum sebenarnya setelah Supernova yang memang berkualitas, saya sebenarnya agak kecewa dengan “Perahu Kertas” yang super ngepop.





Dua dari dua cerpen di buku ini menggunakan bahasa inggris, sesuatu yang sepertinya juga merupakan kelebihan yang dimiliki Dee. Buku ini juga mencantumkan rekomendasi tokoh dunia tulis menulis, antara lain seperti Seno Gumira Ajidarma, dan Goenawan Muhammad (atau biasa disingkat GM) . Namun yang menarik komentar GM "matang tapi tetap dengan rasa yang murni, sederhana tapi menampilkan apa yang luar biasa dari permukaan yang biasa". Hemm kenapa ada kata “sederhana” dalam komentar GM ? Sepertinya penggunaan kata yang dipakai Dee, meski cantik secara metafora misalnya tp memang kosa kata yang digunakan adalah kosa kata harian yang biasa kita temukan di koran.

Daripada berlama-lama, mari kita lihat satu persatu karya Dee yang juga dihias dengan gambar2 indah ini dengan penilaiaian bintang “*” sampai dengan maksimal bintang  “*****”, sbb;

Cerita pertama “Curhat Buat Sahabat” (***) percakapan cerdas antar dua orang, mengingatkan kita bahwa sahabat yang sebenarnya ada, saat kita kesulitan. Dialog2nya mengingatkan saya akan gaya Paulo Coelho.

Cerita kedua “Malaikat Juga Tahu” (*****) ini mungkin salah satu yang terbaik, seorang pria dengan keterbelakangan mental, yang terpaksa dipisahkan dengan saudara-nya karena mencintai wanita yang sama disebuah rumah kos. Tak disebutkan apakah ini cerita nyata namun plot-nya benar2 menyentuh. Dalam cerita ini, Dee menulis "...menyebutkan daftar album Genesis dan tahun berapa saja terjadi pergantian anggota". Hemm saya jadi senyum sendiri, ingat bagaimana saya sendiri saat sekolah menengah dulu. Sayang-nya tokoh yang digambarkan mengingat itu justru memiliki gangguan mental.  Entah kenapa membaca ini saya jadi teringat satu film karya Hitchcock yang menggambarkan hubungan seorang Ibu dan anak lelaki-nya yang bermasalah secara mental, apakah anda ingat ?, film-nya berjudul Psycho.

Cerita ke tiga "Selamat Ulang Tahun" (*) adalah yang terpendek dan cuma dua halaman plus satu kalimat serta tidak menyisakan kesan2 apa2.

Cerita ke empat "Aku Ada" (**) lebih seperti puisi yang bermain dengan kata2.

Cerita ke lima "Hanya isyarat" (***) menarik, menggambarkan suasana emosi "secret admirer”, mirip dengan lagu Mocca, band yang digawangi adik-nya Dee sebagai vokalis merangkap flute Arina Ephipania. Cerita mengenai seseorang yang tak pernah tahu kalau ayam memiliki bagian2 lain selain punggung membuat saya terharu dan menjadi bahasa simbolis yang indah.

Cerita ke enam "Peluk" (**) menggambarkan perasaan seorang wanita yang sulit untuk diungkapkan, namun dia bertahan untuk menggenggam cinta-nya dengan pelukan. Meski tidak dijelaskan kok saya merasa ini adalah bagian dari kisah cinta Dee dengan Marcell. Entah kenapa sejak awal saya memang merasa mereka bukanlah pasangan yang cocok, Dee yang terkesan romantis dan pelamun dengan Marcell yang jauh dari kesan romantis dan anak gaul, laahhh kok jadi melantur review-nya.


Cerita ke tujuh "Grow a Day Older" (**)  juga tidak memberikan kesan apa2.

Cerita ke delapan, "Cicak" (*****) sangat menarik sekelas dengan cerita kedua, dan cara Dee menggambarkan percintaan sangat halus, penuh perasaan serta sangat berbau feminisme, berbeda jauh dengan Ayu Utami yang terasa vulgar. Dee juga menyimpan akhir yang kocak, dan mengingatkan kita akan lagu anak2.

Cerita ke sembilan "Firasat" (***) mengingatkan saya akan kata "Cepat pulang cepat kembali  jangan pergi lagi" yang digunakan Marcell mantan suami Dee. Ini salah satu yang terpanjang dan menarik, meski ending-nya tidak begitu sesuai, atau memang Dee memilih untuk selesai begitu saja.

Cerita kesepuluh "Tidur" (****) tentang seorang wanita yang lama meninggalkan keluarga untuk berkarir di negeri orang, namun menyadari hal itu tidak membahagiakan-nya, lalu memutuskan kembali untuk membayar semua penyesalan-nya. Saya sebenarnya berharap saat dia dengan diam2 masuk kerumah, menemukan wanita lain sebagai pengganti-nya, namun Dee sepertinya tidak tega membuat cerpen ini menjadi sad ending.

Cerita sebelas "Heaven's Light" (**) saya  tertarik sebuah  paragraph menarik tentang mimpi dengan akhir yang tak terduga, dan digambarkan dengan indah.

Akhir kata, di buku ini saya menemukan Dee yang berbeda dengan “Perahu Kertas” namun juga berbeda dengan Dee yang membuat “Supernova”. Dalam buku ini ada pergulatan personal yang menarik untuk disimak, buku yang sangat layak dibaca, menjadi masukan bagi kita untuk melihat diri kita sendiri dalam cermin pikiran, sekaligus direkomendasikan untuk dikoleksi. Lalu review ini saya tutup dengan kalimat puitis Dee dalam cerita kelima


Aku sampai di bagian
bahwa aku telah jatuh cinta
namun orang itu hanya dapat kugapai
sebatas punggungnya saja
seseorang yang hadir sekelebat
bagai bintang jatuh
yang lenyap keluar dari bingkai masa
sebelum tangan ini sanggup mengejar
seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat
sehalus udara, langit, awan atau hujan


Nanny - Tita Larasati, Stephani Soejono, Rama Indra, dkk

Di awal 1990 an, Scott McCloud menggagas pembuatan komik dalam 24 jam dengan 24 halaman. Lalu hal ini memicu lahir-nya 24 Hour Comics Day yang berlangsung serempak diseluruh dunia dan salah satunya pada tanggal 1/10/2011, dan khusus di Bandung diikuti 29 peserta.



Lalu dipilihlah 7 komik yang kemudian diterbitkan oleh CAB (Curhat Anak Bangsa) dan diberi judul Nanny, untuk penilaian saya gunakan tanda "*" dimana jumlah-nya menunjukkan nilai, dan nilai maksimal yang bias diraih adalah "*****", mari kita review satu persatu

Nanny (Cerita : Lin Cheng Tju ***, Gambar : Stephani Soejono ***)
Berkisah tentang kesepian seorang TKI di Singapore, yang sering merindukan kehidupan-nya di desa. Gambar2 nya berhasil mengekspresikan suasana emosi tokoh utama, sayang keindahan desa-nya kurang tereksplorasi, kalau saja keindahan desa bisa digambarkan ala Walter Spies, komik ini akan lebih menarik. Namun Stephanie memiliki potensi untuk berkembang lebih jauh.


Tentang Bumi (Cerita : Tita Larasati **, Gambar : Tita Larasati **).
Terlalu penuh dengan ide, tidak runut dan dipaksakan sebagai satu materi. Gambar-nya jauh dari kaidah komik, teknik gelap terang tidak tereksplorasi, dan lebih mirip coret2an ala sketsa dibanding komik.


Home Coming (Cerita : Azisa Noor ***, Gambar Azisa Noor ****)
Mengenai Bandung dan bagaimana kota ini sekarang rusak oleh ulah manusia. Terkesan agak mistis, dimana digambarkan si tokoh bertemu dan berkomunikasi dengan dewi penjaga hutan. Azisa yang alumni arsitektur ini terkesan suka menggunakan teknik cat air.


Who Wants To Live Forever (Cerita : Imansyah Lubis *, Gambar : Milla Nurdiana *)
Ini mungkin salah satu yang terjelek, baik gambar ala manga maupun cerita, tak jelas kenapa ini bisa masuk kompilasi. Ilustrasi pas2an Milla dan skenario Imansyah, dua2nya tidak menolong komik ini tampil lebih baik.


Siklus (Cerita : Adriane Yuanita **, Gambar : Adriane Yuanita ***)
Komikus yang meski punya potensi teknik bagus, sayang tidak kuat di alur cerita dan terkesan bingung bagaimana karya ini harus berakhir.


Sunday (Cerita : Rama Indra ***, Gambar : Rama Indra *****).
Ceritanya agak surealis, tetapi dengan kualitas gambar kelas satu dan menunjukkan pemahaman hebat dalam seni komik. Tetapi karena nyaris tanpa huruf, pembaca menebak nebak sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Jika didampingi script writer kelas satu, jelas kelas Rama bukan lagi nasional, namun internasional. Bukan cuma teknik menggambar manusia, Rama pun sangat piawai menggambarkan bangunan serta shoot model sinematografi dengan perspektif bagus. 


Pecah Telor (Cerita : Lia Hartati *, Gambar : Lia Hartati *)
Ceritanya mirip sandiwara di TV pemerintah, imajinasi kurang dan teknik gambar pas2an. Tak jelas kenapa karya ini terpilih, dan IMO sekelas dengan "Who Wants To Live Forever".


Akhir kata, inisiatif yang bagus dari CAB, dan seharusnya dapat muncul secara rutin layak dipuji, semoga komik Indonesia dapat sejaya era Jan Mintaraga, Teguh Santosa, Hasmi, Gerdi WK, dll.
 

Thursday, July 11, 2013

"Berteman" Dengan Musuh.

Membaca buku Rhenald Kasali bagaimana Ancol yang tadinya menganggap konser2 di TV swasta sebagai kompetitor justru akhirnya merangkul TV, dan menelurkan produk2 konser dengan panggung megah, penonton ribuan, disiarkan secara nasional, serta mengundang sponsor adalah salah satu contoh merangkul musuh yg bagus.

Dalam dunia politik, kita melihat bagaimana Amin Rais merangkul Gus Dur untuk mendepak Megawati , lalu merangkul Megawati untuk menyingkirkan Gus Dur, adalah contoh yang lain lagi. Itu sebab-nya Amien Rais mendapat julukan King Maker. Cerita yang sama dapat dengan mudah kita temukan dalam legenda Sam Kok alias kisah tiga negara, Liu Bei terpaksa kadang berteman dengan musuh untuk menyingkirkanmusuh yang lebih hebat lagi.  Dalam politik konon kabar-nya tidak ada musuh abadi yang ada adalah kepentingan abadi.


Sudut pandang berteman dengan musuh membantu kita untuk menunjukkan kelemahan kita, selain itu musuh juga akan membuat kita tangguh. Nelayan di Jepang menggunakan ikan Hiu yang ditempatkan di kolam Salmon di palka kapal, untuk menjaga kualitas ikan menjadi tetap segar.  Hiu yang mengerikan dan terus menerus hilir mudik membuat Salmon terus menerus bergerak dan menyebabkan kualitas daging mereka tetap baik selama perjalanan dari samudera ke daratan.

Di beberapa tempat anak2 kecil dilatih renang dengan menggunakan buaya, tentu saja mulutnya di lakban sebelumnya dan yang digunakan adalah buaya kecil.  Berada dalam kolam renang yang sama dengan mahluk buas, membuat anak2 tersebut mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk survive. Para petinju top berlatih dengan sparring partner yang teknik, gaya dan ukuran tubuh-nya mirip dengan lawan yang bakal mereka hadapi., semakin sering mereka melawan “musuh” maka akan semakin besar juga peluang mereka untuk tampil percaya diri di ring untuk menang.

Pelukis papan atas  Indonesia Jeihan yang terkenal selalu menghitamkan mata obyek lukisan-nya mengatakan, layangan bisa terbang karena berani menantang angin. Jadi angin (baca : musuh) lah yang membuat layangan mencapai jati diri sebenarnya. Amerika bisa sebesar sekarang karena rajin berperang, dengan perang kualitas manusia meningkat dan menyisakan yang benar2 kuat serta mampu bertahan. Dalam hal ini Amerika lebih mirip Romawi yang dikenal sebagai bangsa yang suka berperang. Jerman bisa maju seperti sekarang setelah hancur dalam perang dunia 2, begitu juga Jepang yang bangkit setelah bom atom Hiroshima dan Nagasaki.  Namun tentu saja kita tidak perlu bunuh2an (baca : perang)  untuk bisa memunculkan kemampuan terbaik yang kita miliki.


Lantas apakah kita benar2 perlu berteman dengan musuh ?, tentu yang saya maksud adalah bukan berteman dalam arti menjadi sahabat (apalagi karena tidak semua musuh dapat dijadikan sahabat), namun menggunakan musuh (dalam mencari kelemahan kita) sehingga kita menjadi sosok yang lebih baik. Sun Tzu mengatakan

Ia yang mengenal pihak lain (musuh) dan mengenal dirinya sendiri, tidak akan dikalahkan dalam seratus pertempuran. Ia yang tidak mengenal pihak lain (musuh) tetapi mengenal dirinya sendiri memiliki suatu peluang yang seimbang untuk menang atau kalah. Ia yang tidak mengenal pihak lain (musuh) dan dirinya sendiri cenderung kalah dalam setiap pertempuran.

Namun unik-nya Sun Tzu juga mengatakan

(Jadi) bertempur dalam seratus pertempuran dan memenangkan seratus kemenangan bukanlah suatu cerminan strategi yang paling hebat. Kemampuan untuk mengalahkan musuh tanpa pertempuran sama sekali adalah cerminan strategi yang paling hebat.



Wednesday, July 10, 2013

Cracking Zone - Rhenald Kasali

Hemm aneh juga judul buku ini dan perlu waktu untuk memahami apa yang dimaksud Kasali dalam buku ke 19-nya ini. Alih2 menggunakan terminologi umum, Kasali sepertinya membuat istilah sendiri, bagi saya crackers yang dimaksud Kasali adalah pelaku Blue Ocean. Meski untuk istilah crackers menurut saya kurang populer namun istilah layanan freemium, yang juga baru pertama saya baca di buku ini, yakni mendekati gratis namun dengan kualitas premium sepertinya menarik untuk digunakan.  

Sebagaimana buku2 beliau yang lain, buku ini pun memuat kandungan informasi yang padat dan foto2, grafik pendukung yang luar biasa. Style penulisan-nya yang seperti majalah, dimana ada banyak artikel paralel dalam bab yang sama menyebabkan kita terpaksa multitasking plus loncat2 dalam mencerna-nya. Kasali terlihat lebih senang menulis dengan orientasi action dibanding theory, itu sebabnya sangat banyak contoh kasus dalam buku-nya.

Kasali juga melibatkan team, dan bahkan putra-nya sendiri khusus untuk fotografi. Kasali juga banyak sekali mengangkat tokoh lokal dalam buku ini, seperti Panji Pragiwaksono, Hasnul Suhaimi, Gamal - Audrey, bahkan juga Kangen Band serta Mudhofir Aulia penjual jimat dari Yogya.



Beberapa hal menarik seperti Formula 123-nya Hasnul Suhaimi yakni bersatu (1) untuk menjadi no dua (2) dalam tiga (3) tahun dijelaskan secara menarik dengan penggunaan kuadran ala Gartner. Dengan mudah kita lihat posisi XL mengarah ke kuadran 4 dan menjadi satu2nya pemain dalam tiga tahun sejak Hasnul bergabung.

Untuk dapat terlibat dalam perubahan Hasnul juga menyediakan 2 sd 3 jam per hari untuk berkomunikasi via email dengan karyawan sehingga dapat menangkap ide secara langsung selain menulis blog. Lalu melakukan penggabungan empat produk sehingga tidak ada persaingan internal dan dapat memberikan ruang gerak terhadap budget marketing

Lalu dibentuk team khusus yang dinamakan dengan Blue Thunder (yang dengan iseng disingkat salah satu member-nya sebagai BeTe), dan diikat dengan perjanjian untuk merahasiakan strategi perusahaan, serta dibebaskan dari pekerjaan rutin selama waktu tertentu. Dari situlah muncul Rp 1/Detik, yang jika diterapkan dengan manajemen waktu sibuk,antar XL saja, berlaku secara bertahap sesuai geografi (desa mengepung kota alias bubur panas), serta berlaku setelah dua menit pertama dapat memberikan akselerasi bagi XL masuk ke kuadran 4, lalu selebihnya adalah sejarah. 

Apa kunci keberhasilan Hasnul, sebagai crackers, dia cukup bertanggung jawab ke satu orang, lalu semua orang yang persis dibawah dia bertanggung jawab hanya ke Hasnul. Saat Dato Jusuf komisaris TM mengumpulkan semua direksi XL, dia berkata "Hasnul jadi pemimpin disini, semua orang go with him, kalau tidak cocok dengan Hasnul, dia akan mengambil tindakan tegas pada anda, kalau Hasnul tidak menindak, saya yang akan melakukan". 

Bagi Rhenald, mendapatkan kepercayaan dari owner adalah separuh dari kesuksesan, dan Hasnul menganalogikan-nya sebagai bersandar pada dinding yang kuat dalam tulisan beliau di blog-nya. Jika ini tidak di-dapatkan maka lebih baik keluar dan mengurus usaha sendiri.

Laahhh kok jadi XL terus ?, sebagai contoh cracking, dunia persaingan bisnis telekomunikasi dalam buku ini sangat mendominasi dan diceritakan secara detail lengkap dengan wawancara beserta pelaku yang mendominasi. Bukan cuma strategi perang tarif tapi juga perang dalam metodologi beriklan. Sepertinya memang ini salah satu crackers versi Kasali yang data pendukung-nya lengkap dan Hasnul memang diwawancarai secara langsung. Namun jangan lupa, Hasnul dan team pun belajar dari Ryan Air, pelopor low cost carrier yang berhasil melawan British Airways dengan teknik pesawat kembar, internet marketing, kursi mini, tanpa makan dan tanpa VIP lounge, frekuensi terbang tinggi, waktu ground rendah, dan iklan nyleneh dll.

Meski ada cracker lain seperti Tirto Utomo penemu Aqua, atau Sutjipto Sosrodjojo penemu Teh Botol, namun mungkin Hasnul dimata Kasali lebih memenuhi untuk ditampilkan. Kalau pertimbangan-nya generasi, sebenarnya Rusdi Kirana pelopor low cost carrier di Indonesia menurut saya juga cocok untuk dijadikan salah satu ikon selain Emirsyah Satar dari Garuda, dan Purnomo Prawiro dari Blue Bird. 

Kerjasama dengan musuh merupakan salah satu contoh menarik dalam buku ini, saat panggung Ancol menjadi sepi karena TV menyelenggarakan konser di lokasi sendiri dan menjadi kompetitor, Dirut Ancol memilih kolaborasi dang menawarkan space yang lebih luas, panggung yang lebih megah.

Akhirnya buku yang nangkring 2 tahun lebih di rak koleksi saya ini dibaca juga, dan apa yang ditulis Kasali masih sangat relevan, dan sangat banyak ide yang bisa diserap, serta dapat memicu kita menjadi crackers yang sebenarnya di cracking zone.


 

Tuesday, July 09, 2013

Duo Hippo Dinamis "Tersesat di Byzantium" - Trinity dkk

Lama tidak baca komik saat ke kamar si sulung saya mendadak melihat komik yang dulu pernah saya hadiahkan buat-nya. Sepertinya Dua Hippo Dinamis (DHD) menarik nih buat dibaca sekitar 1 jam, dan ternyata cukup oke, karena komik traveling seperti tiga manula karya Benny Rachmadi pun termasuk komik yang menarik bagi saya, dan bahkan bisa digunakan sebagai panduan.

Kebetulan saya memang ada niat beli "Naked Traveller" karya Trinity setelah melihat beberapa review yang cukup positif. Namun dalam karya kali ini bukan cuma Trinity yang berperan melainkan Erastiany partner-nya jalan2 dan Sheila Rooswitha. Tak disebutkan siapa sebenarnya Erastianty, namun secara implisit terkesan kalau mereka ini kakak-adik.

Dalam buku ini tak dijelaskan darimana mereka dapat duit buat jalan2, namun tiba2 saja DHD sudah berada di Turky yang dulu-nya memang dikenal sebagai Byzantium. Dari itinerary yang mereka buat terkesan sekali tidak cukup matang karena cukup banyak improvisasi di lapangan.



Tidak tanggung2 petualangan mereka bukan cuma di Instanbul (dulu Konstantinopel), namun juga Ankara, Cappadocia, yang satu sama lain berjaran ratusan kilometer dan bahkan ditempuh dengan kereta semalaman.  Cukup banyak hal kocak sepanjang perjalanan, termasuk saat bugil di tempat mandi umum wanita sementara yang lain justru pakai baju mandi.  Atau percaya begitu saja pada seorang penipu yang untung-nya baik hati, dan terpisah di angkutan umum.

Jika sejarah yang menjadi minat utama, Istanbul adalah jawaban-nya, namun jika alam yang menjadi minat utama, Cappadocia sepertinya lebih pas. Dalam buku ini, perjalanan ke Cappadocia dapat sekaligus melihat Fairy Chimney, wisata kuliner buah Nectarine, tempat pembuatan anggur, Caravanserai, Derinkuyu (underground city), Uchisar (istana batu), Ihlara Valley, juga wisata balon terbang,  dll.

Mereka juga mencoba berbagai makanan Turky di rumah Hasan, teman si Penipu yang baik hati, seperti minuman tradisional Raki (dibuat dari biji2an), Ekmek (roti Turky, maaf jangan salah baca), Baklava (hidangan manis pencuci mulut setelah makan), dll.

Secara ilustrasi Sheila cukup mumpuni, dengan gambar yang sepertinya benar2 mencoba menggambarkan situasi sebenarnya secara detail. Sheila juga piawai menampilkan keramaian jalan serta arsitektur dalam perspektif.

IMO, komik DHD ini menarik, namun sepertinya kurang agresif dan kurang berani dilanjutkan dengan seri2 berikutnya. Covernya juga tidak memberikan kesan kalau ini adalah komik, sehingga mungkin luput dari perhatian. Kalau kita melihat komik2 Herge, jelas cover adalah hal yang sangat penting, memancing rasa ingin tahu, dan indah dengan full colour. Padahal konon sebagai graphic travelogue pertama di Indonesia, kans-nya sebagai buku laris cukup besar. Saya pribadi masih menunggu seri lanjutan-nya kalau ada, semoga saja.


Monday, July 08, 2013

Running with Scissor - Augusten Burroughs

Saat jalan2 ke Palasari, salah satu sentra buku di Bandung yang terkenal dengan buku discount, buku bekas dan buku pelajaran, saya melihat sebuat toko buku diseberang-nya yang berukuran besar dan terlihat lebih seperti toko sekelas Toga Mas dibanding kebanyakan tetangga-nya di Palasari. Di bagian depan terlihat sebuah buku dengan cover sederhana, karya Augusten Burroughs. Langsung saja saya comot dan dibawa pulang.

Setelah saya "lalap", karya Augusten Burroughs ini benar2 mengagetkan, secara psikologis saya pribadi cukup terganggu membaca-nya, dan menimbulkan prasangka serius, bahwa Burroughs (mengingatkan saya akan kreator Tarzan) mengidap penyakit yang sama dengan tokoh2 yang dia ceritakan dalam buku ini.



Mengisahkan pengalaman pribadi yang aneh, selera humor dengan kecenderungan gelap, serta menunjukkan bakat menulis yang menarik, plus bahasa yang mengalir . Koleksi informasi dari masa lalu Augusten yang cukup detail dimungkinkan karena ybs memiliki kebiasaan menulis diary sejak kecil.
 

Berayahkan seorang profesor Matematika di Massachussets yang sering mabuk serta penderita arthritis akut yang tidak perduli dengan keluarga dan beribukan seorang penderita depresi akut. Serta tak ketinggalan seorang abang yang meski jenius dan sempat menjadi technical support KISS (Group Glam Rock di tahun 70-an) namun menderita autis dan kabur dari rumah sejak remaja. Obsesi ibu-nya menjadi penulis puisi terkenal serta menjadi selebriti plus  kesukaan-nya memakan lilin menambah kegilaan suasana dalam buku ini.  Masih belum cukup, ibunya pun seorang pencinta sesama jenis dan bahkan sempat dipergoki oleh Augusten, saat bermesraan dengan seorang tetangga yang ironis-nya justru anak pendeta.

Sejak kecil, Augusten dibesarkan dalam kondisi "perang" antara kedua orang tua-nya serta tidak jelasnya aturan termasuk kebebasan yang kebablasan termasuk dalam penggunaan obat2an. Di usia 12 tahun dia diserahkan ke seorang psikiater yang ternyata tidak kalah gilanya.
Di rumah psikiater yang juga menampung pasien, serta keluarga psikiater yang diperbolehkan mengekpresikan apapun termasuk amarah, Augusten mencoba bertahan. Namun dia sempat menjadi korban salah seorang pasien yang ternyata seorang pedophile, dan dilecehkan meski dibawah umur. 

Kegilaan keluarga professor bahkan sampai dengen kebebasan bagi anak2nya untuk berhubungan seksual dengan pasien-nya, membongkar atap rumah, atau bahkan mengamati dan mencatat bentuk kotoran (maaf) mereka dan dikeringkan dihalaman. Tingkah laku psikiater yang sebenarnya juga sakit ini mengingatkan saya akan Radovan Karadzic, psikiater yang terlibat genosida dengan membantai muslim Bosnia.

Buku yang meraih New York Times Best Seller  ini juga ditutup dengan epilog, kondisi tokoh2 di dalam buku dan dimana mereka sekarang.

 

33 Keys To Unlocking The Lost Symbols - Thomas R. Beyer Jr.

Buku 33 Keys To Unlocking The Lost Symbols karya Thomas R. Beyer Jr ini memang menarik karena mencoba mengungkapkan mana bagian fiksi dari karya Dan Brown dan mana yang memang nyata. Hal ini perlu karena nyaris setiap buku Dan Brown, selalu diset seakan akan fakta sehingga mengaburkan batas2 fakta dan realita.

Tak kalah uniknya dengan buku Dan Brown, Beyer yang juga seorang pengagum-nya , membuat 33 bab dan 133 link. Angka 33 yang sekaligus merupakan derajat tertinggi dalam organisasi Freemason seakan akan sengaja diset dalam buku ini. Bukan pekerjaan sederhana, karena Beyer memerlukan tak kurang dari 4 tahun untuk menyelesaikan buku ini sejak 2005, yang ajaibnya dimulai bahkan sebelum buku The Lost Symbol  terbit di 15/9/2009. Terbiasa membaca buku Dan Brown membuat Beyer mampu memrediksi topik yang kira2 akan diangkat oleh Dan Brown.

Kenapa tak kalah unik ?, karena Dan Brown sendiri menerbitkan buku The Lost Symbols di 15/9/9=33, prolog-nya 33 menit setelah pukul 20:00, memiliki 133 bab, yang unik-nya., angka tersebut dijelaskan Katherine tokoh dalam buku di halaman 333.

Dalam Freemason selain derajat tertinggi, angka 33 sendiri juga menyimbolkan kuil mereka setinggi 33 kaki dengan 33 pilar. Bukan cuma itu yang membuat 33 keramat, juga karena Yesus konon di salib di usia 33, dan ruas tulang belakang manusia memiliki jumlah yang sama, dan banyak contoh lain-nya. 

Contoh beberapa hal yang lebih dekat ke fakta adalah saat terjadi Morgan Affair di 1825, dimana salah satu pengikut Freemason memilih untuk membocorkan hal2 sensitif seperti hukuman bagi pengungkap rahasia Freemason. "Leher digorok dari telinga ke telinga, lidah dicabut sampau ke akar-nya, isi perut dikeluarkan dan dibakar, serta disebarkan ke empat penjuru, jantung direnggut keluar dan diberikan pada mahluk2 buas di belantara". Tak jelas benar dimana akhirnya nasib Morgan setelahnya. Namun istri-nya konon terus diburu meski sudah menikah lagi dengan seorangg pendeta Mormon dan sempat mengungkapkan frasa "Tak adakah pertolongan untuk putra Si Janda?" Ttpat sebelum dibunuh.

Selain itu kita juga diingatkan kembali bahwa paling tidak 14 dari 44 presiden AS adalah anggota kelompok ini. Itu sebab-nya lambang negara Amerika sampai dengan gambar di mata uang dipenuhi simbol serta representasi angka yang mewakili Freemason khususnya 13 dan 33.
Uniknya bahkan peristiwa penjelajahan ke Bulan, juga terkait dengan aktivitas organisasi ini termasuk melibatkan batu yang dibawa dari Bulan serta bendera yang sempat ditancapkan di bulan sekalian.

Cara yang digunakan Beyer ini menarik, karena dengan membanjirnya informasi di Internet, akan semakin sulit membuat kita tahu mana yang benar (riset) dan mana yang salah (hoax). Dia juga mengingatkan kita bahwa Google bukanlah riset itu sendiri, namun lebih sebagai upaya awal untuk memulai riset yang sebenarnya.

Tidak tanggung2 Beyer yang memang seorang dosen (profesor dengan spesialisasi sastra Rusia di Middlebury College, Vermont) bahkan menjadikan novel Dan Brown sebagai mata kuliah. Selain mengunjungi ribuan situs, Beyer juga mempelajari Noetic, The Intention Experiment, dan hal2 berkaitan Smithsonian. Beyer menuliskan semua link sebanyak 133 yang tersebar di 33 bab (tautan) untuk membantu pembaca mengeksplorasi langsung dari sumber-nya.