Tuesday, December 31, 2013

Tiga Manula Jalan Jalan ke Selatan Jawa - Benny Rachmadi

Melanjutkan sukses 3M sebelumnya ke Singapura dan Pantai Utara, kali ini Benny Rachmadi melanjutkannya dengan komik ketiga. Masih mirip dengan edisi Pantai Utara, kali ini benang merahnya masih mencari asal usul kampung Tingal, sebagai salah satu manula. Tentu saja masih dengan Honda CRV 2013, hemm sayang juga kok tidak pakai mobil lain ya ?

Disponsori oleh rekan mereka, Liem, mereka memulainya dari Jombang. Entah kenapa meski memunculkan tokoh terkait Jombang, Benny memilih untuk membiarkan kita menebak nebak siapa tokoh yang dimaksud. Sepertinya sih Emha, Gombloh dan Eyang Subur, namun kocaknya Sutan Bathoegana juga dimunculkan sebagai tokoh yg salah.

Kali ini komik juga dipenuhi wisata ziarah ke makam tiga presiden RI, Gus Dur di Jombang, Soekarno di Blitar, Soeharto di Karanganyar. Kunjungan 3M yang memang didasari persahabatan dengan asas pluralisme, sepertinya sangat cocok dengan ziarah ke makam Gus Dur yang memang dikenal senagai tokoh pluralisme. Cukup menarik membandingkan makam, Gus Dur yang sangat sederhana, serta makam Soeharto yang lebih mirip makam raja.

Lalu perjalanan lanjut ke Solo (sambil menikmati kuliner Selat Solo, Bestik, Tengkleng dan Sate Kere), Yogyakarta (dengan kuliner Nasi Gudeg, Angkringan, Kopi Joss, Sate Klathak, Jadah Tempe, dan Bakpia). Kemudian lanjut ke Magelang, namun disini tidak disinggung beberapa restoran yang menu minumannya bisa mencapai 50 jenis.


Setelahnya 3M menuju Cilacap dan bahkan menyempatkan diri ke Nusakambangan, pulau legendaris sekaligus penjara, serta mengunjungi Benteng Karang Bolong. Benteng buatan moyang-nya Jose Mourinho alias Portugis di abad ke 18.

Perjalanan lanjut kembali ke Tasikmalaya (dengan kuliner Nasi Tutug Oncom), dan juga tidak disinggung salah satu jembatan unik di Indonesia alias Cirahong, yang bagian atasnya dilintasi kereta api dan bagian bawah dilintasi mobil dengan susunan papan yang ditumpuk. Saya pernah lewat sini tengah malam beberapa tahun lalu, karena nyasar. 3M juga mengunjungi Kampung Naga, pemukiman yang masih memegang tradisi. Dengan kocaknya Benny mengangkat integrasi kolam ikan dengan jamban, dan dampaknya terhadap penurunan selera makan.



Lanjut ke Garut (dengan kuliner Dodol Garut, Es Goyobod), namun tidak menyinggung wisata makan di tengah sawah atau air panas yang sebenarnya salah satu daya tarik Garut. Benny juga memberikan tips memilih jaket kulit yang baik.

Dalam perjalana ini, tak lupa Benny mengingatkan tips untuk lsg makan begitu ada tempat yang nyaman, karena di daerah tertentu nyaris tak ada lagi tempat makan. Sayang Benny tidak menyinggung-nyinggung Pringsewu, salah satu restoran unik yang sudah memasang petunjuk puluhan kilometer sebelum restorannya kelihatan.

Juga ada tips dan  trik menyalip iring2an truk, serta cara menghindar dari supir Bus yang "otaknya sedikit" karena menyalip dari arah berlawanan sekaligus memakan jalur kita. Bagi saya yang akrab dengan jalur selatan, komik ini justru memiliki banyak kekurangan informasi dibanding edisi Pantai Utara, namun tetap menarik sebagai komik.

Friday, December 27, 2013

To Kill a Mockingbird - Harper Lee

Buku peraih Putlizer Prize ini bercerita tentang seorang tersangka kulit hitam, penjahat kulit putih, pengacara pemberani, pembantu rumah tangga kulit hitam, para tetangga yang selama ini hidup dalam prasangka melalui sudut pandang seorang bocah perempuan bernama Jean Louis Scout. Kisahnya terjadi sekitar 1930 an dimana prasangka rasial akibat pertempuran saudara di Amerika masih tersisa, meski Ku Klux Klan sudah lama mati.

Sama sekali tidak mudah membaca buku ini, dialognya panjang-panjang dan sering kali terkesan tak penting. Penggambaran kondisi di masa itu serta detail mengenai lingkungan dan budaya masa itu tidak dibahas secara deskriptif, melainkan lewat dialog-dialog yang sangat banyak.

Hubungan anak dan ayah dimasa itu juga terlihat begitu ekspresif dan mungkin akan terkesan kasar dari sudut pandang timur. Namun buku ini menggambarkan dengan baik begitu banyak hal yang bisa dipelajari Jean Louis Scout dari kehidupan yang bukan melulu hitam dan putih.

Buku ini juga membuat saya teringat salah satu novel terkenal karya Ken Kesey yang sempat difilmkan yakni One Flew Over The Cuckoo's Nest, yang juga menggunakan format sama, sangat membosankan dan kemudian 30 % bagian terakhir berubah menjadi menegangkan dengan hal-hal yang tak terduga. Kalau meminjam terminologi classic rock, buku ini juga mirip dengan salah satu track White Lion yakni Cry For Freedom, yang dibagian akhir langsung dihajar distorsi gitar Vitto Bratta.

Balik ke buku, beberapa ungkapan nya terasa bermakna, seperti di halaman 219 "Keberanian adalah saat kau tahu kau akan kalah sebelum memulai, tetapi kau tetap memulai dan merampungkannya, apapun yang terjadi". Selain itu Harper Lee juga menginspirasi kita mengenai prasangka dengan kalimat "Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya...hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya".



Judulnya sendiri cukup unik, dan dihalaman 179 kita bisa membaca mengenai mocking bird. Atticus Finch ayah Jean Louis Scout mengatakan "Kau boleh menembak blue jay sebanyak yang kau mau, tapi ingat membunuh mockingbird itu dosa". Bagi masyarakat di Maycomb, Alabama, lingkungan dimana Jean Louis Scout tumbuh, mockingbird menyanyikan musik untuk dinikmati, tidak memakan tanaman di kebun orang, tidak membuat sarang di gudang jagung, tidak melakukan apapun kecuali bernyanyi dengan tulus. 

Siapa Harper Lee, beliau ibarat artis one hit maker di dunia musik, satu karya sukses dan kemudian menghilang. Peraih Presidential Medal of Freedom 2007 Lahir di Monroeville, Alabama 28 April 1926 dengan latar belakang pendidikan hukum. Itu sebabnya novel ini mengambil lokasi yang sama dan terasa sangat kuat saat membahas suasana di ruang peradilan. Namun saran saya untuk membaca buku ini memang diperlukan kesabaran, namun tak usah kuatir karena kesabaran tersebut akan terbayar lunas di bagian akhir buku yang laku 30 juta kopi di seluruh dunia sekaligus pemegang rekor Guinnes untuk novel terlaris sepanjang masa ini.

Thursday, December 26, 2013

99 Cahaya di Langit Eropa (2013) - Guntur Soeharjanto

Setelah membaca kedua novel karya Hanum, tentu saja akan sangat menarik jika dilengkapi dengan menonton film-nya. Maklum sampai saat ini masih belum kesampaian mengunjungi Perancis, Austria dan Spanyol yang memang banyak dibahas dalam film sebagai salah satu saksi bahwa Islam pernah menerangi Eropa. Menonton film ini adalah sekaligus melengkapi puzzle yang tercipta setelah membaca buku-nya. Pengalaman ini mirip seperti halnya membaca petualangan Robert Langdon di The Da Vinci Code lalu melihat semua bangunan, lukisan, patung yang digambarkan dalam buku muncul dalam film.

Ketika libur di akhir minggu, beserta sebagian besar karyawan klinik, kami pergi ke TSM, Turut serta juga si Bungsu dan sepupunya dari Depok yang sudah beberapa hari ini menginap di rumah kami. Saat antri di loket, si Bungsu menolak untuk menonton film ini dan memilih Van Der Wijk, namun saya dan istri membujuk Si Bungsu, bahwa akan banyak sekali manfaat menonton film ini, karena sesuai bukunya yang memang saya dan istri sudah baca. Buku ini juga akan mengingatkan bahwa menjaga aqidah seperti halnya menggunakan jilbab adalah keharusan dalam agama. Seperti juga visualisasi lukisan Bunda Maria dengan renda kaligrafi, dalam lukisan di museum Louvre, Paris.



Sejujurnya sulit bagi saya membayangkan bagaimana tim kreatif film yang dipimpin Guntur Soeharjanto, ini bisa menyusun kumpulan bab dalam buku ini yang lebih mirip catatan atau fragmen terpisah menjadi satu skenario utuh yang saling terikat. Sehingga selayaknya film ini mendapat ancungan jempol. Terinspirasinya Napoleon Bonaparte, adegan makan Croissant setelah mengunjungi Kahlenberg, temuan lukisan di museum Vienna, dan temuan lukisan dan keramik di Louvre semua terjalin kuat. Kalaupun ada yang harus dikritik, mungkin penampilan Fatin yang terlalu dipaksakan (dan juga sosoknya dalam poster), mungkin lebih baik jika tidak ada dialog dengan Fatin, namun cukup penampilan sekilas ala cameo.

Tim kreatif juga berhasil mengikat kunjungan kunjungan ke berbagai tempat untuk melihat fakta sejarah Islam menjadi satu cerita utuh dengan adegan Aisye dan Fatma Pasha menjadi benang merah yang menjerat perhatian penonton sampai dengan akhir cerita. Setia terhadap buku namun juga tetap menghadirkan kejutan-kejutan dalam film, membuat film dan buku ini menjadi sejiwa.

Begitu juga dengan casting yang terasa sangat pas, peran Aisye (Gecchae) dan Fatma Pasha (Raline Shah) sepertinya sangat layak mendapat nilai tertinggi. Namun pemeran pemeran lainnya juga bermain dengan sangat natural seperti Rangga Almahendra (Abimana Aryasatya) yang berperan sebagai mahasiswa Indonesia kurang istirahat dengan dana pas-pasan harus kuliah di negeri orang. Begitu juga Khan (Alex Abbad), Stefan (Nino Fernandez) dan Marion (Dewi Sandra) bermain dengan tak kalah gemilang-nya.

Pada akhirnya saya mengingat kembali buku ini, bahwa Eropa yang kini mulai dipengaruhi paham materialisme dan atheisme kelak akan takluk bukan oleh peperangan demi peperangan yang diikuti oleh penaklukan, namun oleh cahaya dan kebenaran Islam yang dibawa para Agent of Islam yang dengan keindahan budi pekertinya menunjukkan agama seperti apa Islam sebenarnya. Bagi yang ingin melihat review bukunya silahkan ke link ini

http://hipohan.blogspot.com/2012/02/99-cahaya-di-langit-eropa-nya-hanum.html


Monday, December 23, 2013

The Hobbit (2013) - Peter Jackson

Saat akhir minggu, Si Bungsu yang baru pulang studi wisata dari Yogya mengajak saya dan istri untuk menonton The Hobbit eps Desolation of Smaug. Sebenarnya saya sih tidak begitu bersemangat menonton film ini, apalagi melihat review-review yang bertebaran di Internet. Namun momen kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang memang harus terus dijaga, jadi kami memutuskan pergi ke TSM yang kebetulan memang cukup dekat dari rumah.

Film pertama sebenarnya cukup bagus, khususnya saat Bilbo harus bertarung teka teki dengan Gollum dengan taruhan nyawa. namun saya merasa The Hobbit ini cenderung dibuat menjadi tiga seri untuk tujuan komersil. Tidak percaya ? Bayangkan saja trilogi Lord of The Ring setiap buku dari ketiga bukunya nya saja sudah lebih tebal dibanding dengan The Hobbit, bagaimana mungkin The Hobbit malah menjadi tiga film ?



Namun baiklah daripada berdebat soal ini, lebih baik kita fokus ke film-nya. Seperti biasa untuk fotografi Peter Jackson adalah salah satu yang terbaik. Tidak pernah setengah setengah jika bicara soal kualitas. Secara formula sedikit mirip dengan petualangan kelompok Hobbit dalam LOTR namun kali ini kelompok kurcaci yang memegang peranan.

Tokoh2 yang muncul beberapa sudah sangat akrab seperti Gandalf The Gray penyihir putih, lalu moyangnya Gimli dan tentu saja paman-nya Frodo alias Bilbo Baggins serta salah satu bintang-nya LOTR yakni Gollum (namun tidak muncul di Desolation of Smaug). Anehnya tokoh Legolas muncul juga di The Hobbit (meski seingat saya tidak ada dalam buku-nya) , sepertinya masih berhubungan dengan aspek komersil dari film ini.  Tak lupa tokoh jahat sepanjang kisah LOTR alias Sauron yang juga muncul dan bahkan sempat adu ilmu dengan Gandalf.



Secara petualangan tentu saja seru, meski lagi2 Desolation of Smaug mirip dengan The Two Towers nya LOTR, film tanpa awalan sekaligus tanpa akhiran. Teknologi CGI lagi2 memegang peranan penting dalam karya Jackson ini, dengan adegan paling sulit sepertinya adalah pergerakan naga di bagian bawah reruntuhan Istana Kurcaci.   Untuk adegan lain yang melibatkan Azog dan pasukan Orc-nya masih kurang lebih seperti LOTR. Saat para kurcaci berlarian di padang ilalang dengan Orc mengejar-ngejarnya di belakang mengingatkan saya akan adegan pengejaran di ilalang oleh Velociraptor di Jurasic Park. Tokoh antagonis menarik lain-nya adalah tangan kanan Azog yang bagian kanan kepalanya bekas luka karena tebasan.

Tokoh baru juga muncul dalam film ini, salah satunya yakni Beorn, manusia yang dapat berubah bentuk menjadi beruang, satu-satunya mahluk dari jenisnya yang bertahan dari serangan Orc dengan membangun rumah sekaligus benteng di pinggir hutan. Saat Gandalf dan rombongan kurcaci terdesak oleh serangan Orc, mereka memilih untuk pergi kesini. Adegan menjadi menegangkan saat Gandalf mengatakan bahwa Beorn belum tentu akan melindungi mereka, namun ketidak pastian di benteng Beorn masih lebih baik daripada menghadapi pasukan Orc yang ganas. Benar saja bagaimana tegang-nya perasaan kurcaci ketika Beorn mengatakan, dia benci Kurcaci, untunglah Beorn kemudian menambahkan bahwa dia lebih membenci Orc.  

Sayang saat Smaug yang sedang mengamuk terbang dan siap menghancurkan pemukiman di lembah, film ini harus berakhir begitu saja. Kembali kita harus melongo menunggu episode pamungkas selesai dibuat. Bagi yang tertarik membaca review buku-nya silahkan lihat di

http://hipohan.blogspot.com/2012/12/the-hobbit-nya-jrr-tolkien.html

Monday, December 16, 2013

Beraksi Dengan Memberi Solusi

Alkisah, saat Nabi Sulaiman harus memutuskan perkara dua orang ibu yang berebut bayi. Nabi Sulaiman beraksi seakan akan ingin memotong bayi tsb menjadi dua. Dan terungkaplah, Ibu yang setuju pemotongan adalah Ibu gadungan, sementara Ibu yang tidak setuju dan memilih menyerahkan bayi ke Ibu yang satunya adalah Ibu sejati.

Beberapa masa kemudian, saat para pemuka suku di sekitar Kabah melakukan renovasi, di antara mereka terjadi konflik ketika harus memutuskan siapa pemuka suku yang layak menempatkan kembali batu Hajar Aswad ke posisi-nya. Nabi Muhammad mencetuskan ide cemerlang dengan menggunakan kain dan meletakkan batu Hajar Aswad ditengah, sehingga setiap pemuka suku tetap dapat terlibat proses pemindahan dengan memegang ujung kainnya.

Saya juga sering dihadapkan pada kondisi dimana solusi harus ditemukan, berikut ini beberapa cerita menarik tentang situasi yang pernah saya hadapi. Suatu masa komunitas otomotif dimana saya bergabung, debat mengenai dua alternatif jalur ke lokasi. Kedua belah pihak tidak mau mengalah, lantas saya mengusulkan untuk pergi dengan jalur satu, dan pulang lewat jalur dua. Lalu masalah pun selesai dengan baik.

Kali yang lain, di team saya kelompok senior menolak posisi/tanggung jawab sebagai leader, karena bonus dibagikan sesuai senioritas/masa kerja (sehingga mereka memilih tanggung jawab yang lebih kecil namun dengan tetap mendapatkan bagian bonus yang besar). Sementara kelompok yunior mengeluh saat harus menjadi leader, namun bonus yang didapat  lebih kecil dibandingkan kelompok senior. Saat saya mencoba lobby dengan high level management, ide saya untuk mengubah aturan ditolak. Tidak kehilangan akal saya minta akses terhadap total nilai bonus yang diberikan dan otorisasi untuk membaginya sesuai tanggung jawab di proyek. Akhirnya deal, dan saya dapat memberikan nilai yang pantas serta tidak ada yang berani mempermasalahkan karena memang sangat fair. Setiap orang mendapatkan bonus sesuai dengan peran yang dia mainkan di proyek.

Suatu saat perusahaan saya mendapatkan proyek deployment ribuan perangkat, ke 22 lokasi se Indonesia. Namun customer menolak menyediakan space/warehouse untuk unit yang belum diserah terimakan, sehingga muncul ide untuk menyewa gudang, kendaraan dan supir. Namun saya mengalihkan resiko tsb ke rekanan ekspedisi dan dimasukkan dalam dokumen RFP untuk proses tender vendor ekspedisi. Dengan demikian kami menghemat lebih dari 60% dari total budget.

Saat lain lagi, dalam salah satu proyek proses deployment diawali dengan melakukan mapping antara nip end user dan serial number perangkat. Setiapkali proses deployment dilakukan di lokasi tertentu, maka petugas akan mencari unit dimaksud diantara tumpukan ratusan/ribuan unit yang ada untuk dikirim ke end user sesuai dengan mapping tersebut. Ternyata proses pencarian unit menjadi sangat rumit, saya memutuskan mapping ke serial number dilakukan saat serah terima saja. Pengiriman unit cukup merefer pada mapping spesifikasi perangkat saja sesuai dengan alokasi yang direncanakan pada end user tertentu, Proses ini menyebabkan terjadinya efisiensi secara signifikan.Lalu untuk meminimkan kesalahan, saya menghilangkan proses penyalinan serial number secara manual, dan digantikan dengan bar code yang dibuat rangkap sekian.

Dalam sebuah proyek subkon dari sebuah perusahaan India untuk pekerjaan dengan customer salah satu provider telekomunikasi , team saya memiliki masalah disiplin yang sudah berlangsung berbulan bulan. Saat dilakukan pergantian Project Manager, ternyata tak pernah lagi ada masalah disiplin. Saya yang penasaran suatu saat berkunjung ke Project Site, dan menemukan apa yang menjadi sebab kenapa kinerja mereka membaik. Di salah satu cubicle saya menemukan semacam piagam satu lembar berisi komitmen yang ditanda tangani semua anggota team, jika masih terjadi keterlambatan maka ybs akan didenda sesuai jam keterlambatan. Denda itu akan digunakan oleh seluruh team untuk membeli berbagai jenis gorengan yang dijual di kantin bawah. He he meski masalah disiplin selesai bisa timbul masalah baru yakni kolesterol dan karsinogen yang diakibatkan penggunaan minyak yang sama dalam jangka panjang.

Ada banyak sekali solusi yang bisa diterima semua pihak, asalkan kita memang memilih untuk berpikir mencari solusi dibanding berdebat. Ayo beraksi dengan memberi solusi.

Tuesday, December 10, 2013

Umrah #1 of 7 Persiapan

Setelah memiliki dana cukup, maka awal tahun 2009 saya dan istri memutuskan untuk mendaftar sebagai jemaah Haji. Kedua anak saya cukup sering mendengar cerita mengenai kerabat tetangga kakek dan nenek-nya yang kedua orang tua-nya menjadi korban tewas tragedi terinjak injak di Mina. Karena hal itu mereka berdua sepertinya belum siap melepas kami berangkat. Setiap kali kami membahas soal rencana keberangkatan selalu saja mereka menunjukkan ekspresi tidak nyaman dan takut.

Setelah diskusi keluarga dan bicara dari hati ke hati, akhirnya kami memutuskan untuk mendaftar di awal 2010 saja dengan asumsi akan berangkat di 2013, sedangkan 2009 kami isi dengan rencana Umrah sekeluarga. Hal ini adalah sekaligus untuk memberikan pemahaman pada kedua anak kami, seperti apa sebenarnya ibadah ke tanah suci, sehingga kami berharap mereka ikhlas melepas kedua orang tua-nya.  Sebelum berangkat Si Bungsu sempat2nya narsis dengan hp saya, seperti foto dibawah inilah kurang lebih usia-nya saat kami berangkat.

Untuk kepergian ini kami memilih Khalifah Tour, karena kebetulan salah seorang suami rekan kerja istri saya, alias Ustadz Rofi merekomendasikan biro ini sebagai salah satu yang terbaik, khususnya karena dikelola secara kekeluargaan. Dalam manajemen Khalifah saat itu, juga bergabung Ustadz Budi Prayitno yang merupakan sosok favorit kami sekeluarga karena kehalusan pekerti-nya dan ceramah2nya yang sangat menyentuh hati.

Umrah dan Haji adalah hal yang sangat berbeda karena selain ritualnya lebih singkat, saat pelaksanaan-nya berbeda, lokasi2 yang digunakan berbeda, namun juga lokasi di Mekkah dan Madinah lebih sepi dibanding saat musim Haji kecuali umrah saat Ramadhan. Setelah beberapa kali mengikuti rapat penjelasan yang salah satunya dilakukan di De Risol,  restoran risoles terkenal di jalan Citarum, Bandung, maka kami segera bersiap siap.



Umrah pada prinsipnya adalah berkunjung ke rumah Allah (baitullah) dengan menggunakan baju ihram (dua potong kain tanpa jahitan), tawaf (mengelilingi Kabah melawan putaran jarum jam sebanyak 7x), Sa'i (lari-lari kecil bolak balik Shofa dan Marwah sebanyak 7x mengikuti ritual Siti Hadjar, istri Nabi Ibrahim) dan tahalul (bercukur).

Disamping kewajiban diatas, kadang ditambahkan hal2 yang sunat (tidak wajib) yakni, mandi dan shalat sebelum ihram, shalat sunat thawaf, kecup/istilam  Hajar Aswad dan talbiyah (bacaan saat dari lokasi miqat ke Masjidil Haram).

Selama umrah (khususnya sejak ihram sd tahalul) berlaku larangan antara lain, memotong/mencabut rambut, memotong kuku (sebaiknya dilakukan beberapa hari sebelum ibadah), memakai wewangian, berhubungan suami istri atau berkata kata dengan konotasi yang sama, membunuh binatang darat (namun binatang laut diperbolehkan), menikah atau menjadi wali/saksi pernikahan, bertengkar/perbuatan buruk lain-nya, mengganggu tanam2an, seperti memetik, mencabut, menggores dan lain2.

Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/12/umrah-2-cobaan-demam-berdarah-dan.html 


Umrah #2 of 7 Cobaan Demam Berdarah dan Peringatan Allah

Pagi hari kami diantar ke kantor Khalifah oleh supir dan langsung naik ke dalam bis yang akan membawa kami ke Bandara Soekarno Hatta. Namun bis ternyata tak bisa langsung berangkat, karena masih ada satu keluarga lagi yang belum juga tiba.

Dalam hati saya agak mengumpat, kok keluarga yang satu ini tidak bisa mempersiapkan diri dengan lebih baik sih ?, sehingga menyebabkan orang lain terpaksa menunggu. Lalu setelah mereka datang bis pun melaju. Rasanya agak aneh melintasi jalan yang biasa saya lalui untuk kerja di Jakarta, namun kali ini hanya melewati Jakarta, dan langsung menuju Soekarno Hatta untuk terbang ke Jeddah.

Sepanjang perjalanan, Si Sulung terlihat tidak nyaman, dan badan-nya mulai semakin panas. Istri yang curiga sebenarnya sudah melakukan pemeriksaan sebelumnya di Bio Test subuh dini hari untuk memastikan penyebab demam Si Sulung. Namun Bio Test masih memerlukan waktu untuk mengetahui hasilnya. Di salah satu tempat istirahat di Tol, bis berhenti sebentar untuk memberi kesempatan penumpang membuang hajat. Maklum perjalanan seperti ini cukup banyak diikuti orang berusia lanjut yang kemampuan menahan hajat-nya sudah menurun.

Si Sulung yang berjalan dengan gontai, saya dampingi ke toilet, namun diluar dugaan dia sangat lama berada di toilet dan sempat membuat saya kuatir. Setelah akhirnya keluar, wajah dan badan-nya terlihat merah seperti kepiting rebus. Dengan bergegas kami menuju bis, dan ironisnya kami telat masuk bis persis seperti keluarga yang datang terlambat saat kami berangkat dari Bandung. Saat itu saya merasa tamparan dari Allah SWT, agar jangan lah menghakimi orang lain sementara kita belum tentu lebih baik dari-nya. Dalam bis saya merenung dan memohon ampun pada Allah SWT. Sepertinya perjalanan ini, cobaan-nya sudah dimulai sejak niat, dan bukan setelah tiba di Mekkah.



Tak lama, Bio Test menelepon dan menyampaikan Si Sulung positif DBD, hiks kami benar2 bingung, apakah melanjutkan perjalanan sekeluarga, meninggalkan Si Sulung saja di keluarga kakak istri di Depok atau sama sekali tidak berangkat. Kami memohon bantuan Ustadz Budi untuk memintakan doa dari seluruh jamaah, yang langsung ditindak lanjuti Ustadz Budi dengan mengumumkan-nya di bis. Jika si sulung kami tinggal, maka perjalanan ini akan menjadi hal yang tidak akan memberikan ketengan batin, karena harus meninggalkan Si Sulung dalam keadaan sakit, namun jika kami semua tidak jadi berangkat, kok ya rasa-nya aneh juga, bukankah dalam ibadah seperti ini hal2 yang bersifat duniawi justru adalah hal yang harus kita tinggalkan.

Istri segera konsultasi dengan Dokter Teddy SPA, rekan kerjanya yang memang paham obat apa kiranya yang sesuai untuk situasi yang kami hadapi. Beliau menyarankan untuk membeli Trolit. lalu istri menelepon kakak perempuan-nya di Depok untuk membeli obat2an yang dimaksud karena kami tidak mungkin berhenti di apotik. Lalu kami mengatur waktu untuk ketemu di Bandara.

Setelah yakin obat2an bisa kami bawa, akhirnya dengan bismillah kami memutuskan tetap bersama apapun yang terjadi. Saya juga menelepon Ibu, dan saudara2 untuk memohon doa agar segala sesuatunya berjalan dengan baik.  Sesampai di Bandara, sementara jamaah lain masuk, kami menunggu di luar, namun kakak istri belum jua tiba. Karena kuatir kami terlambat, saya membagi tugas sehingga anak-anak dan istri langsung masuk sementara saya menunggu kakak ipar untuk serah terima obat.

Detik-detik menegangkan berlalu, dan di saat saat akhir akhirnya alangkah terharunya saya ketika kakak ipar sampai di bandara dan bukan cuma menyerahkan obat dimaksud namun sempat2nya membawa dua termos jus jambu yang diyakini sebagai obat DBD. Ternyata alih2 langsung membeli obat, mereka malah ke pasar dulu untuk membeli jambu batu, dan lalu membuat juz sebagai bekal Si Sulung, agar segera pulih. Namun terburu buru dan tidak jelas mengenai obat yang dimaksud, kakak malah membeli Oralit dan bukan Trolit. Untung saja obat lain-nya tidak salah, sehingga masih bisa kami gunakan.

Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/12/umrah-3-terbang-ke-jeddah.html


Umrah #3 of 7 Terbang Ke Jeddah

Didalam pesawat istri berperan layak-nya perawat, setiap kali memeriksa suhu Si Sulung, serta tak lupa memastikan semua obat2an sudah dikonsumsi secara benar. Sayang sebagian jus jambu terpaksa kami tinggal di Bandara karena dilarang dibawa dalam penerbangan ini. Karena menggunakan Garuda, kami mendapatkan seat yang bisa diatur berdekatan. Berbeda dengan saat pulang, penerbangan asing lebih tidak perduli urusan seat, jadi sebaiknya jamaah lah yang saling berkoordinasi untuk dapat tetap duduk berdekatan.

Sibuk mengurus Si Sulung, kami abai pada Si Bungsu, sebenarnya saat di pesawat dia sudah mulai menunjukkan gejala aneh seperti tidak mau makan sama sekali, dan tubuhnya juga mulai hangat. Namun fokus kami saat itu ada pada Si Sulung.

Setelah penerbangan selama 9 jam, kami mendarat di Jeddah tengah malam. Proses imigrasi berlangsung sangat lambat, dan petugas kerajaan terlihat kurang professional dan terkesan arogan. Hemm kadang saya berpikir, bisa jadi keseringan melihat orang Indonesia sebagai "pembantu" mungkin membuat mereka menyamaratakan-nya dengan tamu Allah yang berniat ibadah. Saya menyuruh kedua anak saya yang terlihat letih duduk begitu saja di lantai.

Para mahasiswa Indonesia yang bekerja sama dengan Khalifah alias muthawif, membantu memroses semua barang2 kami. Dan lalu dengan bis kami menuju sebuah rumah yang disewa Khalifah untuk makan malam, mandi serta menggunakan ihram. Tas besar kami tinggal di bis dan tas kecil yang sudah dilengkapi dengan item2 tertentu saja kami bawa turun. Itu sebabnya setiap orang selalu dibekali dengan dua jenis tas, yang kecil  untuk keperluan seperti ini dan yang besar lebih untuk kebutuhan lain.

Rumah inilah yang dijadikan sebagai lokasi resmi miqat kami (lokasi yang disepakati sebagai tempat memulai ibadah), sebelum menuju Masjidil Haram. Sebagian jamaah ada yang memilih lokasi miqat di pesawat dan bandara King Abdul Aziz. Namun perbedaan ini dianggap wajar, karena ibadah ini termasuk yang jarang dilakukan oleh Nabi, sehingga disana sini ada perbedaan2 kecil namun diperkenankan dilakukan sesuai keyakinan. Bagi yang belum berpengalaman, melihat orang sudah berihram di pesawat akan membuat kita ragu dengan keyakinan yang kita jalankan, namun Allah Maha Pemaaf dan Maha Mengetahui.

Rumah ini sepertinya milik orang kaya Arab, bertingkat dan luas. Namun uniknya makanan yang dihidangkan semua masakan Indonesia, jadi rasanya seperti di rumah sendiri saja. Begitu juga pelayan2 yang melayani, di dominasi oleh orang2 Indonesia. Ada sangat banyak kamar di lantai dua dan tiga.

Si Sulung yang masih demam tinggi, tidak saya perkenankan mandi. Lalu saya pakaikan semua perlengkapan ihram yang diperlukan untuk segera menuju bis agar dapat langsung ke Mekkah, dan bisa sampai sebelum subuh. Maklum beberapa saat sebelum subuh, biasanya Masjidil Haram disterilisasi dari jamaah yang tawaf agar tidak saling menganggu.



Begitu sampai setelah sempat shock melihat Kabah yang selama ini hanya bisa saya lihat foto-nya begitu saja muncul didepan mata dan langsung membuat kami berkaca-kaca terharu. Namun kami segera disibukkan dengan aktivitas mencari kursi roda sewaan. Hal ini perlu karena Si Sulung sudah tak kuat lagi berjalan. Segera kami dengan berat hati agar tidak menyusahkan, memisahkan diri dari rombongan yang dipimpin Ustadz Budi, dan nasib tak dapat di tolak, kami sekeluarga meski sudah buru-buru ditolak memasuki arena untuk tawaf. Pada saat tanpa pembimbing seperti inilah pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan saat umrah dengan mandiri menjadi penting.

Selanjutya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/12/umrah-4-dilarang-tawaf.html

Umrah #4 of 7 Cobaan Dilarang Tawaf

Saya berusaha menggunakan segala cara dengan bahasa isyarat, bahwa kami satu rombongan dengan yang baru masuk. Selain itu Si Sulung dalam keadaan sakit dan demam tinggi. Namun petugas berseragam dengan tegas dan arogan menolak semua argumen yang saya sampaikan.

Berbagai macam pikiran berkecamuk dalam benak saya, kenapa kami tak boleh masuk sedangkan Subuh masih satu jam lagi. Saya introspeksi atas dosa2 yang mungkin pernah saya lakukan.  Karena halangan ini, kemegahan/keagungan Kabah saat itu seakan akan terlewat dari pikiran saya. Lalu adzan Subuh pun terdengar, kamipun mencari posisi yang pas untuk shalat, sementara masih sangat sulit bagi saya membiasakan diri dengan pakaian ihram yang terus menerus melorot ini.

Setelah subuh selesai, barulah dapat memulai thawaf, dan karena harus mendorong kursi roda kami hanya berputar dengan lambat dan terpaksa agak menjauh dari Kabah untuk menghindari kesulitan mendorong kursi di tengah kerumunan orang. Si Bungsu yang keletihan akhirnya harus satu kursi dengan Si Sulung karena sudah tak kuat lagi berjalan. Meski kerap merosot dari pangkuan abang-nya yang sudah tak bisa berbicara apa2 lagi, kursi roda tetap kami dorong perlahan.



Selesai Tawaf 7 putaran, kami segera menuju Shofa dan Marwah untuk lari2 kecil sebanyak 7 kali. Saat itu saya jadi mengerti kenapa begitu banyak orang tersesat dalam kompleks ini, karena memang Masjidil Haram sangatlah luas dan memiliki banyak pintu gerbang. Untuk aman-nya lebih baik kita menghafalkan nama pintu dimana kita masuk. Terpisah dari rombongan, saya mendadak tersadarkan, kadang kita tidak bisa sama sekali mengandalkan orang lain, saat itulah kita diingatkan, Allah lah satu2nya tempat kita berharap.  Saya ingat nenek saya yang berangkat dan percaya diri karena mengandalkan seseorang kerabat justru malah "dikhianati" orang tersebut sesampai-nya di Mekkah, dan setelah beliau meminta ampun dan menyandarkan diri sepenuhnya pada Allah semata, barulah pertolongan Allah tiba.

Saat sa'i, karena Si Bungsu terus menerus melorot dari pangkuan Si Sulung, maka kami memutuskan untuk menyewa satu kursi roda lagi, namun kali ini disewa sekaligus dengan joki-nya. Seorang joki berbadan langsing dengan wajah khas Arab akhirnya menyetujui tarif setelah negosiasi beberapa saat, dan wussss.. dia langsung ngebut mendorong Si Bungsu. Istri yang kaget menjerit tertahan, meihat Si Bungsu lenyap begitu saja di tengah kerumunan orang. Kami langsung teringat kisah2 orang hilang di Mekkah, namun lagi2 kami yang sudah keletihan hanya bisa berdoa memohon ampun sambil terus mendorong kursi roda Si Sulung yang rasanya makin berat saja. Untung akhirnya kami bertemu lagi dengan Si Bungsu, dan joki yang sempat kami curigai ternyata cukup amanah. Tujuan-nya ngebut tak lain untuk mengejar setoran, agar dalam waktu singkat bisa mendapat lebih banyak order.

Rombongan entah sudah berada dimana, sementara rasanya sudah sangat haus dan letih. Khususnya beberapa rute pendakian di Shofa dan Marwah yang terasa sangat berat saat harus dilakukan sambil mendorong kursi roda. Kadang saya berpikir, akankah semua ini bisa kami lewati dengan baik ? Kaki terasa perih, dan keringat mengucur dengan deras. Ya Allah kuatkan kami, ampuni dosa2 kami, dan jadikan kami orang2 yang selalu berada di jalan Mu.

Tak lama dengan bersimbah keringat, selesai juga rangkaian acara, kecuali tahalul, karena kami tidak membawa gunting maka kami memutuskan untuk melakukan-nya di hotel saja. Dengan dibantu muthawif, kami berjalan kaki menuju hotel Hilton Makkah Towers di seberang Masjidil Haram.



Umrah #5 of 7 Cobaan Kembali Datang

Sesampai di hotel, kami berempat tahalul dan lalu istirahat, melepas penat karena ritual yang meletihkan serta kurang tidur selama perjalanan, akibat merawat Si Sulung. Saat mandi rasanya segar luar biasa, tidak seperti yang saya duga, ternyata tidak ada batasan penggunaan air di Mekkah. Setiap pagi puluhan mobil tanki air mengisi tempat penyimpanan air di hotel.

Sementara Si Sulung masih saja demam terus menerus dan dari hidung-nya mulai keluar darah segar. Saya dan istri bergantian shalat di Masjidil Haram sambil merenung dan meminta ampun atas dosa2 kami. Keesokan harinya terpaksa kami tidak bisa mengikuti tur yang salah satunya mengunjungi makam Khadijah RA di Ma'la, istri Nabi yang pertama dan beberapa lokasi lain-nya.

Ustadz Budi sesekali mampir dan mendoakan Si Sulung, sekaligus membesarkan hati kami. Hemm sedih sekali, kalau sakit,  apalagi jauh di negeri orang. Saya teringat kata2 Ibu yang selalu komplain karena kami sekeluarga cukup sering menolak acara keluarga besar dengan alasan Sabtu dan Minggu adalah hari-hari yang tidak bisa diganggu karena satu2nya kesempatan dimana saya dan keluarga bisa berkumpul, khususnya sejak saya kerja di Jakarta.

Apakah ini lagi2 peringatan dari Allah SWT ?, saat ini ironisnya kami justru terpaksa berkumpul dan tak bisa kemana-mana karena sakit nya Si Sulung. Menjelang sore, Si Bungsu semakin panas dan lalu mengigau sambil menyebut nenek-nya yang sudah lama di panggil Allah SWT, duhhh Ya Allah, ampuni dosa2 kami, dan sembuhkan-lah kedua anak ini. Tak putus2 kami berdoa dan shalat bergantian di Masjidil Haram setiap kali adzan berkumandang. Situasi ini seakan akan jeweran Allah bagi kami akan waktu waktu mereka berdua yang kami rampas untuk mencari rezeki.

Istri menyampaikan ke Ustadz Budi, bahwa dia perlu akses ke laboratorium untuk memastikan apakah Si Bungsu juga menderita Demam Berdarah, dan fluktuasi trombosit Si Sulung. Ustadz mengatakan di Saudi Arabia, untuk ke laboratorium diperlukan surat pengantar dokter. Malam hari, Ustadz Budi yang prihatin dengan situasi ini, akhirnya dengan dibantu muthawif berkoordinasi dengan pihak hotel untuk mengirim dokter hotel ke kamar kami. Sempat terjadi perdebatan antara istri dan dokter, beliau yang tidak tahu menahu soal Demam berdarah yang disebabkan dengue, mempertanyakan apa guna-nya kami mengecek trombosit, dan menolak memberikan surat pengantar yang kami perlukan ke laboratorium. Rasa-nya masih jelas sosok dokter Arab yang selalu salah menyebutkan nama Ustadz Budi sebagai Ustadz Dubi.

Semakin malam demam Si Bungsu semakin tinggi, kami dengan ditemani Muthawif segera ke Poliklinik Asia yang dikelola orang2 Pakistan dengan menggunakan taksi gelap. Di poliklinik saya mendampingi Si Sulung, sementara istri dan Si Bungsu masuk untuk pemeriksaan. Tak berapa lama istri menjumpai saya dan sangat kecewa dengan perlakuan perawat2 Pakistan yang judes2 dan kasar. Bagaimana mereka "menamparkan" kompres ke tubuh Si Bungsu sambil membentak bentak Si Bungsu yang menangis ketakutan.  Dan lagi2 kami berdua instrospeksi atas ujian dan cobaan ini. Saat itu kami baru menyadari bahwa betapa Indonesia ternyata dipenuhi dengan sosok sosok ramah yang mudah tersenyum dan dapat kita temui dimana saja. Namun Alhamdulillah Si Bungsu ternyata hanya demam biasa, sementara trombosit Si Sulung sudah mulai masuk dalam ambang aman.

Seorang jamaah yang baik hati memberikan Si Sulung jus kurma, yang dia yakini akan dapat dengan cepat kembali memulihkan kondisi Si Sulung. Jus yang sangat kental ini kami minumkan kepada kedua anak kami secara rutin, sambil senantiasa berdoa. Malam berikutnya saya mengantar Si Sulung untuk pengecekan trombosit, dan Alhamdulillah sudah terlihat adanya peningkatan.

Hari ketiga, Si Sulung dan Si Bungsu mulai membaik, dan kami memutuskan ikut perjalanan yang dirancang Khalifah meski lebih banyak menunggu saja di bis. Alhamdulillah cobaan2 berat selama perjalanan mulai berakhir. Sebagian jamaah menghampiri kami dan cerita bahwa dengan bimbingan Ustadz Budi, mereka kerap kali mendoakan kami. Tak lupa saya dan istri mengucapkan terimakasih dan permohonan maaf atas kesulitan yang kami akibatkan.



Kami mulai menjelajahi kuliner di sekitar Mekkah, salah satu favorit kami adalah Nasi Briyani dengan Ayam/Sapi yang dihidangkan panas2 dengan porsi ekstra besar. Nasi ini bisa dengan mudah kita dapatkan di foodcourt di basement Hilton termasuk super market Bin Dawood yang terkenal. Sayang Si Sulung yang selera makan-nya drop tidak bisa turut menikmati. Kadang dia masih ingat situasi ini, dan sering berkata, kalau saja dia tidak sakit, sudah dia santap habis makanan khas Arab itu.

Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/12/umrah-6-menuju-madinah.html


Umrah #6 of 7 Berakhirnya Cobaan dan Menuju Madinah

Lalu kamipun bersiap setelah tawaf wadha, alias tawaf terakhir untuk pergi menuju Madinah yang ditempuh dengan Bis. Rasanya sedih sekali meninggalkan Mekkah, dan tidak tahu kapan bisa kembali. Mata saya berkaca kaca meninggalkan rumah Allah ini. Di Arab pada saat itu Bis2 mulai banyak menggunakan produk China seperti Zhong Thong atau Kin Long. Ukuran-nya besar2 dengan lantai bawah khusus untuk bagasi. Sementara mobil yang berukuran kecil, disini lebih banyak menggunakan produk Amerika seperti GMC. Sementara beberapa Negara Arab sangat membenci Amerika, sebaliknya dengan Saudi Arabia yang terlihat lebih sebagai sahabat Amerika.



Menjelang tengah malam, kami sampai di Madinah, Ustadz Budi cerita bagaimana Nabi menempuh jalan yang kami lalui dan disambut dengan sangat hangat oleh masyarakat Madinah. Beliau juga bernyanyi dengan sahdu menirukan senandung kaum Ansor saat menyambut Nabi, dan membuat kami berkaca-kaca karena haru. Setelah sekitar 4 jam perjalanan, nampaklah 10 menara masjid Nabawi, di langit Madinah menembus gelapnya langit, terasa indah sekaligus menggetarkan.



Di pelataran masjid seluas 165 ribu m2 dan dapat menampung 257 ribu jamaah inilah,  kami shalat, karena menjelang tengah malam Masjid ini ditutup untuk dibersihkan. Selain juga untuk menjaga hal2 yang tidak diinginkan pada makam Nabi Muhammad dan kedua sahabatnya.  Di bagian ujung terdapat makam Baqi' Al Gharqad yang menjadi makam sekitar 10.000 sahabat Nabi, termasuk makam Ibrahim putra Nabi dengan Mariyah Al Qibthiyah.

Di Madinah kami menginap di hotel Al Anwar Movenpick Madinah Hotel. Tengah malam kami berziarah ke makam Nabi. Si Sulung yang sudah mulai sehat, saya ajak ke Raudhah, area yang disebut Nabi sebagai  sepotong Taman Surga yang ada di Bumi. Kami berdua juga dengan haru menyentuh pintu mimbar Nabi seraya berdoa.



Saat2 anak2 sudah mulai sehat, saya melanjutkan bacaan riwayat hidup Nabi Muhammad karya Martin Lings diantara pilar2 Masjid Nabawi dan merasa beliau begitu dekatnya dengan saya, seakan-akan baru saja dipanggil Sang Pencipta beberapa hari lalu.

Di Madinah kami juga mengunjungi Masjid Quba yang dibangun atas saran dan rancangan Nabi, lalu Masjid Qiblatain, masjid yang terkenal karena sempat memiliki dua kiblat, saat pagi masih ke Masjidil Aqsa dan lalu pada hari yang sama berubah ke Masjidil Haram. Juga Bukit Uhud dan kebun kurma, dimana kami mebeli cukup banyak oleh2 dan memakan kurma segar gratis serta teh Arab yang nikmat. Ternyata kurma segar tidak kalah nikmatnya dengan buah anggur.



Setelah beberapa malam di Madinah, maka kami pun kembali ke Indonesia dengan bis menuju Jeddah. Beberapa kali kami melihat kumpulan monyet gurun yang mendekati kendaraan2 yang berhenti di pinggir jalan. Benar2 perjalanan yang mengesankan dan meninggalkan banyak kenangan, bagi kami yang sudah mulai merasa Mekkah dan Madinah seakan akan kampung halaman yang sebenar-nya.

Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/12/umrah-7-kembali-ke-tanah-air.html


Umrah #7 of 7 Kembali Ke Tanah Air

Setelah beberapa malam di Madinah, maka kami pun kembali ke Indonesia lewat Jeddah. Di Jeddah kami membeli berbagai oleh2 untuk sanak saudara di beberapa toko yang pedagang-nya sosok Arab yang ramah, dan ternyata pernah tinggal di Indonesia. Jangan pernah kuatir harus repot membeli berbagai karpet ukuran besar, karena mereka sudah memiliki mekanisme pengiriman yang baik ke Indonesia.



Beberapa ratus meter dari situ juga ada pedagang bakso Mang Oedin, sangat menarik, khusus-nya bagi jamaah yang sudah kangen berat masakan Indonesia. Khalifah sempat menawarkan kalau2 mau melihat eksekusi pelaku kejahatan, namun kami rasanya belum cukup kuat melihat peristiwa semacam itu. 



Kami juga sempat jalan2 ke Masjid Terapung, dan membeli berbagai jajanan di tepi laut merah yang terbentang di depan Masjid. Sayang saat itu Masjid-nya memberlakukan pemisahan tempat, sehingga jamaah wanita tidak bisa melihat keindahan interior Masjid secara lebih dekat. Lalu kami menuju hotel Marriot untuk beristirahat, ternyata disini anak saya bertemu dengan teman sekolahnya Hammam di Pribadi Bilingual School, yang juga putra Direktur IT Telkom saat itu yakni Indra Utoyo. Berbeda dengan saya, mereka sekeluarga menggunakan travel Safari Suci.  Hammam yang memang pernah menginap di rumah saya sempat2nya memotret saya dengan latar belakang STC induk perusahaan Axis di Saudi Arabia



Setelah satu malam menginap di Marriot Hotel, Jeddah, kami pun pulang ke Indonesia.  Menunggu di lobby Marriot dengan AC yang sangat dingin menyebabkan beberapa jamaah mengeluh. Akhirnya bis yang rencananya akan mengantar kami ke Bandara  datang juga meski sudah sangat terlambat. Situasi ini terjadi karena menggunakan supir asal Mesir yang baru beberapa bulan bekerja di Saudi Arabia.  Dan lagi-lagi supir kebingungan jalan ke Bandara, bis berputar putar tanpa kejelasan, dan akhirnya dipandu oleh panitia dari Khalifah. Entah karena salah pengoperasian, AC bis mati, dan sontak udara di bis menjadi sangat panas. Saya saling melirik penuh arti dengan istri mengingat keluhan jamaah yang kedinginan di lobby Marriot, lagi lagi sabar menjadi kunci kenyamanan dalam perjalanan ini. Saat akhirnya roda2 pesawat kembali menjejak Tanah Air, kami bersyukur atas semua hikmah dalam perjalanan. Benar2 perjalanan yang mengesankan dan tak terlupakan.



Sepanjang tol menuju Bandung, kami melihat kehijauan dimana mana. Bukit dan pegunungan yang berlapis, mulai dari hijau tua, hijau muda, dan hijau pucat berkabut, mengingatkan kita akan begitu banyaknya rahmat dan karunia yang diberikan Allah SWT pada kita. Sangat kontras dengan kegersangan sepanjang perjalanan antara Mekkah dan Madinah, namun kita sering sekali tidak bersyukur.

Untuk anda yang berniat umrah/haji beberapa hal yang dapat saya sarankan sbb;

1. Siapkan kondisi fisik se-fit mungkin.
2. Jangan dikira begitu mendarat di Jeddah langsung istirahat, sebaliknya, begitu mendarat anda akan langsung disibukkan dengan ritual ihram, tawaf, sa'i dan tahalul.
3. Hapalkan dengan baik gerbang masuk di Masjidil Haram dan lokasi hotel.
4. Jangan mengandalkan diri pada rombongan, karena satu dan lain hal dapat membuat anda terpisah.
5.  Bawalah barang2 yang benar2 penting, semakin banyak bawaan semakin banyak kekuatiran, semakin sedikit bawaan semakin tenang kita dalam beribadah.
6. Konsentrasi lah pada hubungan dengan Allah (dengan berzikir, doa serta memohon ampun) dan hubungan dengan sesama manusia (dengan tidak menyakiti orang2 disekitar anda), dan bukan menyiksa diri dengan menghafal doa-nya sebanyak banyak-nya secara persis sama, kecuali memang anda sudah hafal.
7. Sabar, sabar dan sabar :)

Monday, December 09, 2013

Sosok Terpenting dalam Hidup

Suatu masa setelah meeting Working Capital Management di akhir tahun, dimana saya harus melaporkan achievement tahun berjalan, ternyata Presiden Direktur bisa menyepakati bahwa achievement saya mencapai sekitar 104%. Senang karena  target bisa tercapai, maka saya mengirim sms yang isinya persis sama, ke istri, si sulung, si bungsu. Inti sms-nya sederhana, mengucapkan terimakasih atas dukungan mereka dalam karir saya, termasuk diantaranya permintaan maaf atas waktu mereka yang kadang tersita.

Tak lama si bungsu membalas "Weeeeyyyy alhamdulilahhhh selamat paaa !", setengah jam kemudian istri gantian yang membalas "sama2 sayang, btw implikasi 104% itu apa ya ?". Saya senyum kecut, karena tahu istri sedang memikirkan biaya pembangunan klinik yang sedang kami bangun saat itu. Hemm lain penerima, lain pula reaksi. Namun yang paling parah ternyata si sulung, 24 jam setelah sms dikirim, dia bahkan bertanya balik "pa, kirim sms dan belum abang balas ya ?".

Ketiga jenis reaksi ini akhirnya saya bahas dalam rapat keluarga akhir minggu, sekaligus menjadi momentum untuk memperbaiki diri. Betapa respon sering sekali dapat menjadi indikator sejauh mana kita peduli dengan orang-orang di sekeliling kita. Saya sampaikan pada anak-anak bahwa dalam hidup, kita tergantung dari banyak sekali pengorbanan orang-orang di sekeliling kita. Dan timbal balik adalah suatu keharusan untuk bisa terus menjaga kualitas dalam hubungan.

Seorang sahabat sekitar dua tahun yang lalu pernah bertanya "siapa orang paling penting dalam hidup anda ?". Anda pasti bisa mengira jawaban itu biasanya berkisar antara orang tua, pasangan, anak dan guru.  Namun ternyata jawaban-nya adalah orang yang sedang berkomunikasi dengan anda. Sejatinya, sikap mau mendengar dan memberikan respon adalah salah satu kunci sukses dalam kehidupan.

Saya tutup blog ini dengan pertanyaan si bungsu sehabis rapat keluarga, meski dengan ekspresi polos setelah saya beri apresiasi karena kepedulian sekaligus kecepatan respon-nya sbb "tapi ade masih gak mengerti apa artinya achievement 104% itu pa ?" :).

Wednesday, November 27, 2013

Finish What You Started

Memulai sesuatu adalah hal yang sangat penting namun nilai anda ditentukan apakah akhirnya anda berhasil menyelesaikannya atau tidak. Istilah yang umum digunakan untuk hal ini adalah Finish What You Started. Kalau dalam lagu Indonesia agak mirip dengan potongan syair Rhoma Irama dalam lagu "Kegagalan Cinta" yakni "Kau Yang Memulai Kau Yang Mengakhiri".

Baru2 ini kakak saya mencurahkan isi hatinya karena anak sulung-nya alias keponakan saya  di tingkat akhir mendadak merasa salah jurusan dan diserang demotivasi dalam menyelesaikan kuliahnya. Lalu saya menyempatkan diri untuk berbicara dari hati ke hati dengan keponakan, maklum saat dia lahir sayalah sebagai paman-nya yang mengantar ibu-nya ke RSIA Limijati Bandung, sehingga boleh dibilang dia termasuk keponakan yang cukup dekat dengan saya. Begitu juga saat dia masih bayi sampai berusia satu tahun, dia tinggal bersama kami karena abang ipar saya bekerja di Dusseldorf, Jerman. Kata2 inilah yang saya ucapkan, sambil mengingatkan keponakan bahwa saya sebagai paman-nya bahkan harus mengerjakan tugas akhir 3x, jadi saya katakan padanya "Tolong hargai keringat dan kerja keras orang tuamu". 

Minggu lalu, istri sengaja membuat resep khusus bagi kami sekeluarga, yakni bubur ayam komplit dengan ati, ampela, ca kue, kacang, sambal, kerupuk (termasuk emping), plus ayam suir. Karena memang suka bubur ayam salah satu kuliner kesukaan saya, maka, saya seperti biasa tambah porsi.

Ketika saya sudah berhenti karena kekenyangan, Si Bungsu malah terlihat kewalahan dengan seporsi bubur di hadapannya dan lalu menawarkan sisa buburnya pada saya. Tentu saja saya menolak karena memang sudah kenyang. Tak putus asa dia lalu berkata pada Si Sulung.

Bungsu : "Bang, bantuin dong, adek gak habis nih".
Sulung : "Boleh, tapi tadi adek ambil sendiri atau diambilin Mama ?".
Bungsu : "Emang kenapa bang ?"
Sulung : "Kalau diambilin Mama abang bersedia bantu karena bukan salahmu, tp kalau ade ambil sendiri, habiskan sebagai tanda kamu bertanggung jawab atas pilihanmu".
Bungsu * Dengan wajah cemberut akhirnya pelan2 dia berhasil menyantap bubur tsb.


Hemm saya mencolek istri mendengar perkataan Si Sulung ternyata dia juga belajar menerapkan Finish What You Started. Sikap ini lah yang saat ini sering sekali hilang dari anak2 sekarang. TV menciptakan karakter pembosan2 yang bisa menonton lebih dari satu acara di saat yang sama sambil terus menerus mengganti ganti saluran. Kebiasaan berpindah pindah dari satu komunitas ke komunitas lain dengan menggunakan berbagai social media di smartphone, membuat anak2 sekarang sulit konsentrasi dan menjadi lebih suka menghindar daripada menyelesaikan  dengan baik segala sesuatu yang dia mulai. Mari kita biasakan menjadi karakter yang selalu menyelesaikan apa yang kita mulai, dan saya tutup blog kali ini dengan quotes

Menabur pikiran, akan menuai tindakan
Menabur tindakan, akan menuai kebiasaan
Menabur kebiasaan, akan menuai karakter
Menabur karakter, akan menuai nasib

 

Thursday, November 21, 2013

Perampok Bangsa Bangsa - AK Mydin Meera

1400 tahun yang lalu pada sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, Nabi Muhammad SAW pernah memberikan satu dinar untuk membeli kambing pada seorang pria bernama Urwah. Lalu Urwah karena kecerdasannya dalam jual-beli, ternyata bisa mendapatkan dua ekor kambing, dimana  salah satunya di jual Urwah kembali dengan harga satu dinar. November 2009, yakni saat dimana kata pengantar buku ini ditulis oleh Zaim Saidi, satu dinar adalah Rp 1,45 Juta, dan ternyata harga kambing di tahun 2009 tersebut masih tetap satu dinar. Sebagaimana dimasa lalu kalau beruntung nilai tersebut juga dapat dibelikan sekitar dua ekor kambing.

Bayangkan bagaimana stabilnya mata uang dinar/emas (dan juga dirham/perak) dalam 1400 tahun, dimana inflasinya nyaris 0%. Sebaliknya dengan uang kertas (Fiat Money), jika kita ambil sebagai sampel adalah uang rupiah.  Saat rupiah diciptakan tahun 1946, ternyata satu gram emas dapat kita beli dengan Rp 2 saja. Namun di tahun 2009 rupiah kehilangan daya beli sekitar 170 ribu kali untuk membeli satu gram emas yang sama.

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi ? buku ini menganalisa sistem bunga yang bersinergi dengan uang kertas lah yang menjadi penyebab utama-nya. Sebenarnya hal ini sudah pernah saya baca dalam buku Satanic Finance karya Riawan Amin, namun Mydin Meera membahasnya secara lebih teknis dan mengacu pada teori2 di seputar dunia keuangan yang disajikan dengan penyederhanaan.

Apakah kita bisa menghindar dari system bunga ini ?, sebagaimana hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad Bin Hambal "Akan tiba masa ketika kalian tidak akan dpat menemukan seorang pun di dunia ini yang tidak makan riba. Dan bahkan ketika seseorang menyatakan bahwa dia tidak memakan riba, maka pastilah debu riba sampai kepadanya".

Mari kita lihat disekeliling kita, saat melewati jalan tol, apakah kita sadar bahwa jalan tersebut dibangun dengan bunga, yang tanpa sadar juga ikut kita bayar dengan menggunakan jalan tol. Bahkan nyaris semua layanan pemerintah yang kita gunakan berasal dari pinjaman
pemerintah dari pihak asing dan tentu saja mengenakan bunga. Sebagian dari kita membeli rumah, kendaraan semua dari sistem perbankan yang menghalalkan bunga. Demikian juga gaji yang kita dapat ditransfer dari bank perusahaan ke akun pribadi.



Juga banyak orang yang tidak sadar bahwa tiga agama besar mulai dari Yahudi, Kristen dan Islam sebenarnya mengharamkan bunga. Dimana kita suci melarang riba ? alkitab melarang riba di Keluaran 22:25, Imamat 25:35-37, Mazmur 15:1-5, Yehezkiel 18:5-9, serta Lukas 6:32-36. Sementara dalam Qur'an kita menemukan larangan ini dalam Al Baqarah 2, Ali Imran 3, An Nisa 4, Ar Rum 30, Penulis juga mensinyalir dampak bunga ini menyebabkan fenomena kelaparan, tingginya kriminalitas, naiknya pengangguran, segregasi sosial, dan lain sebagainya. Buku ini menawarkan pemikiran ulang terkait penggunaan uang kertas, sekaligus menawarkan sistem baru dimana kestabilan mata uang diyakini dapat membantu terciptanya keadilan.

Ini juga lah yang menyebabkan meski ada banyak Negara kaya di dunia ini, namun pada prakteknya mereka terjerat hutang luar biasa besar, yang pendapatan mereka bahkan hanya sanggup membayar bunga-nya saja. Rasanya baru saja kita mendengar bagaimana pemerintahan AS sempat lumpuh karena permintaan tambahan hutang mereka di tolak oleh kongres. 

Lantas apa solusi-nya ? Mydin Meera menyarankan kembali ke emas, karena kelebihan emas adalah menjadi mata uang yang nyaris eksis disemua peradaban, ras dan keyakinan. Emas yang tersebar namun terbatas di berbagai wilayah dunia mengalahkan kerang, kulit dan garam, yang pada satu masa langka di tempat lain namun nyaris tak terbatas di tempat lain-nya. Tak banyak masyarakat yang tahu bahwa kata dinar sendiri berasal dari denarius, yakni bahasa latin, saat dimana Arab menerima budaya ini dari Kekaisaran Byzantium.

Keunggulan emas antara lain adalah memiliki nilai intrinsik, terbatas, sedikit namun bernilai, stabil sekaligus tahan lama (harta karun emas yang terkubur ratusan tahun di bawah lautan asin bahkan tetap terjaga secara murni), homogen meski dibagi2 (warna emas yang berbeda lebih karena proses pencampuran dengan bahan lain, namun tetap dapat dimurnikan kembali), dapat disimpan dan tetap bernilai, mudah dibawa, tidak habis karena dikonsumsi, tidak bisa dibuat dan dimusnahkan.

Lantas siapa dibalik semua ini yang menjadi dalang ? bagi AK Mydin Meera semua ini dikendalikan konspirasi dimana IMF, World Bank juga turut serta berperan di dalamnya. Dengan mata uang kertas yang mereka cetak dengan harga murah mereka berhasil "memaksa" semua Negara untuk menggunakan-nya, maka tidak ada benda apapun di dunia ini yang tak bisa mereka beli dan dikombinasikan dengan jeratan hutang yang terus menerus berbunga, maka ini akan menghisap si peminjam sampai benar-benar habis. Orang mungkin lupa nyaris tidak ada Negara yang mengikuti resep IMF selamat, yang ada justru ketergantungan yang semakin tinggi.

Siapa Ahamed Kameel Mydin Meera ? beliau adalah seorang professor di Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen di International Islamic University Malaysia (IIUM) yang meraih gelar Doktor-nya dari University of North Texas dalam bidang finansial.

Tuesday, November 12, 2013

Gus Dur - Heru Prasetia dan Edi Jatmiko

Buku ini mengungkapkan banyak hal "ajaib dan unik"  mengenai Gus Dur, disajikan dengan gaya komik menyebabkan buku ini enak dibaca. Saya pribadi tidak menyangka cukup banyak hal2 menarik terkait sosok beliau yang diungkapkan dalam buku ini. Rasanya komik ini jadi lebih menarik setelah saya baru2 saja memang menammatkan biografi KH Hasyim Asy'ari.

Hal2 yang tak banyak orang tahu misalnya, saat beliau 12 tahun harus menunggui ayah-nya di pinggir jalan ketika menjadi korban kecelakaan lalu lintas tanggal 18/4/1953 di jalan raya antara Cimahi dan Bandung jam 13:00.  Sampai dengan ambulans datang tiga jam kemudian, sebagai bocah kecil Gus Dur harus melihat ayah-nya berjuang melawan sakaratul maut. KH Wahid Hasyim akhirnya meninggal keesokan pagi-nya jam 10:30.

KH Wahid Hasyim sendiri saat itu berencana akan menghadiri pertemuan NU di Sumedang, namun takdir menentukan lain. Saat di makam, Gus Dur bertanya tanya  dalam hati kenapa almarhum Ayah-nya di datangi begitu banyak pelayat, sekaligus menunjukkan bagaimana KH Wahid Hasyim begitu dicintai umat. Namun beliau akhirnya mengikuti jejak ayah-nya menjadi tokoh yang juga dicintai umat, bahkan juga dari kelompok yang jelas2 berbeda keyakinan dan suku.

Gus Dur saat kecil juga seorang anak yang sangat suka membaca buku, yang terlihat terus sampai dengan beliau dewasa. Selain membaca, maka sepak bola dan menonton film adalah hobi beliau yang lain. Tak aneh saat saya remaja, cukup banyak membaca ulasan beliau mengenai sepak bola di media nasional, khusus-nya pada momen piala dunia. Karena kedua hobi inilah, Gus Dur bahkan sempat tidak naik kelas.

Unik juga bahwa Gus Dur sempat belajar pada Haji Junaidi di tahun 1954 yang merupakan anggota majelis Tarjih Muhammadiyah. Dengan sendirinya Haji Junaidi mencekoki Gus Dur dengan ajaran2 yang menghindari bid'ah. Tak aneh kalau kemudian Gus Dur menjadi tokoh pluralisme.



Saat di Yogya, beliau juga melalap karya Plato, Aristoteles, dan bahkan buku2 seperti Das Kapital nya Karl Marx, What Is To Be Done nya Lenin dan juga Little Red Book nya Mao Tse Tung. Di kota ini Gus Dur menambah hobi baru yakni menonton wayang 2 sd 3 minggu sekali dan juga cerita silat/kungfu. Beliau juga rajin ziarah ke makam2 ulama, dan lebih suka jalan kaki meski harus menempuh ratusan kilo meter, mulai dari selatan Jombang sampai bukit2 di pantai selatan.

Hobi membaca dan menulis ini mengantarkan beliau menjadi guru sekaligus Kepala Sekolah di Tambakberas dan juga mengasah kemampuan menulis di majalah sastra "Horison" serta majalah "Budaya Jawa". Pada tahun2 ini Gus Dur juga mulai membaca Sayyid Quthb dan Hasan Al Banna.

Lagi2 buku ini mengingatkan kita akan nyeleneh-nya Gus Dur, mengusulkan penggantian "assalamualaykum" menjadi "Selamat Pagi" atau "Selamat Siang", merelakan kaum Syiah menggunakan masjid-nya di Ciganjur, tidak ikut2an mengutuk Salman Rushdie, ikrar toleransi beragama dengan umat lain. Pola pikir Gus Dur jauh kedepan dan membuat sebagian umat bingung. Meski sebenarnya hal ini disebabkan keberpihakannya pada pluralisme.

Bukan cuma itu, saat orang mengutuk Tabloid Monitor yang membuat rangking dan menempatkan Nabi Muhammad di urutan 11, dengan santainya Gus Dur mengatakan kalau hal itu keliru, tapi tidak perlu membreidel tabloid-nya, cukup tidak perlu beli koran-nya, dan lalu menambahkan "Gitu aja kok repot". Di lain kesempatan alih2 mengharamkan bunga, Gus Dur bahkan membuat BPR untuk warga NU. 

Perseteruan-nya dengan Soeharto juga diungkap, bagaimana Gus Dur diminta mundur, intel mengawasi ceramah-nya, ruang gerak Forum Demokrasi dimana Gus Dur aktif dikontrol habis, namun Gus Dur jalan terus dan tetap kritis. Saat muktamar NU yang dibuka presiden, Gus Dur meski sebagai tuan rumah bahkan dilarang duduk di deretan depan.  Namun Gus Dur sukses melewati semua itu dan mencatat sejarah sebagai salah satu Presiden Indonesia.

Komik yang menarik dan memberikan gambaran lebih jelas mengenai sosok tokoh eksentrik ini. Meski secara ilustrasi terbilang biasa saja, namun akhir kata justru dengan-nya buku ini menjadi buku yang cocok bagi segala usia.

Wednesday, November 06, 2013

Person In Charge

Beberapa hari lalu saya mengikuti training 1st Aid. Saat training banyak sekali dilakukan simulasi termasuk step2 ketika melakukan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation). Tanpa sadar salah satu teknik simulasi ternyata sangat menarik dan menyadarkan saya kenapa sering sekali suatu penugasan dalam organisasi tidak berjalan dengan semestinya.

Ternyata sebelum masuk ke fase CPR, selain melihat situasi-nya berbahaya bagi sang penyelamat atau tidak, maka yang termasuk tindakan awal yang perlu dilakukan adalah menunjuk salah satu dari kerumunan orang (yang umum terjadi jika ada incident). Apakah ada yang aneh dengan petunjuk diatas ? sementara pada kebanyakan kejadian, penolong akan berteriak begitu saja dan lalu memberikan perhatian penuh pada korban.

Oke amati baik2 instruksi diatas, dan ingat ! hanya salah satu saja, dan bukan cuma berteriak "Tolong kontak rumah sakit atau paramedis terdekat !" ke arah kerumunan orang. Hemm model seperti ini tujuan-nya adalah agar kerumunan orang yang ditunjuk tidak saling mengandalkan sehingga tidak ada yang merasa bertanggung jawab untuk memanggil paramedis terdekat.

Paralel barulah kita melakukan CPR dengan teknik DRCAB * (Danger, Respond, Compression, Airway, Breathing). Dimana artinya adalah amati apakah situasi-nya berbahaya, cek tanda2 kehidupan dari korban, lakukan gerakan kompresi ke titik tertentudi  tubuh korban, pastikan jalan napas terbuka, lalu hembuskan udara dari mulut ke mulut).

Hal ini mengingatkan saya akan akan kebiasaan dalam project management. Sering sekali diskusi untuk mencari solusi berakhir begitu saja tanpa menetapkan dead line dan siapa PIC yang ditunjuk. Lalu saat diskusi berikutnya pun tiba, tanpa benar2 ada progres yang selesai secara signifikan, karena ya itu tadi, setiap orang saling mengandalkan dan mengira sudah diselesaikan oleh yang lain-nya. Disinilah penting-nya proses penunjukan, dan dengan demikian jelas siapa penanggung jawab-nya.

Itu juga sebab-nya email yang "To"-nya menunjuk terlalu banyak orang biasanya jarang direspon. Pengalaman saya saat menjadi Project Manager di salah satu proyek British Telecom (selanjutnya kita sebut BT) menunjukkan hal yang sama. Salah seorang petinggi BT mengomentari kebanyakan proyek gagal karena tidak jelas siapa "owner" dari suatu aktifitas yang direncanakan untuk jalan.

* Pada masa lalu urutan yang digunakan adalah DRABC, namun karena detik2 kehidupan sangat berharga (golden period), maka saat ini sudah dilakukan perubahan yakni memaksa organ bekerja dengan Compression terlebih dahulu.

Thursday, October 24, 2013

To The Moon and Back

Gara2 dengar Savage Garden, sebuah band Australia di mobil istri, saya jadi ingat istilah "To The Moon and Back". Istilah ini sering dikaitkan dengan John F. Kennedy yang juga menjadi salah satu single di album perdana Savage Garden dan di rilis tahun 1996.

Bagaimana cerita mengenai Kennedy ? saat perang dingin dan terjadi perlombaan teknologi ruang angkasa. Soviet beberapa kali mengungguli Amerika, yakni saat mengirim pesawat ruang angkasa pertama, dan lalu saat menjadi negara yang melakukan misi pesawat ruang angkasa pertama yang menerbangkan mahluk hidup. Serta salah satu yang paling spektakuler yakni saat menerbangkan astronot pertama ke ruang angkasa yakni Yuri Gagarin di tahun 1961. Amerika yang tidak mau tinggal diam lalu melakukan percepatan riset dalam teknologi ruang angkasa.

Kennedy di bulan May 1961 lantas menyatakan "First, I believe that this nation should commit itself to achieving the goal, before this decade is out, of landing a man on the Moon and returning him safely to the Earth. No single space project in this period will be more impressive to mankind, or more important for the long-range exploration of space and none will be so difficult or expensive to accomplish". Hemm sebuah pernyataan yang sederhana namun sarat makna, yang membawa bangsa-nya meyakini sesuatu hal dan mau bersama sama mewujudkan-nya.



Kennedy membangun fasilitas besar2an dengan biaya "wah". Ketika kritik bertubi tubi di terima oleh Kennedy maka dia merespon-nya dengan datang ke lokasi. Alih2 pidato di depan semua petinggi pusat riset, Kennedy malah ke toilet dan bertanya pada seorang petugas cleaning services di sana. Pertanyaan-nya adalah apa yang kamu lakukan disini, si petugas menjawab membantu bangsa ini untuk melakukan misi perjalanan ke Bulan dan kembali. Kennedy tidak jadi pidato baginya statemen seorang level yang paling bawah sudah menunjukkan organisasi ini berjalan dengan baik. Sejarah kemudian membuktikan Amerika "berhasil" membuktikan lompatan pencapaian teknologi ruang angkasa (meski ada yang menuduh ini merupakan kebohongan).Makna kata "kembali" juga menunjukkan komitmen akan penyelesaian misi. 

Di Scholastic sebuah perusahaan buku anak2, eksekutifnya mengajak wartawan berkunjung ke bagian gudang. Di sana mereka secara random bertanya pada seorang operator forklift mengenai job desc-nya. Si operator menjawab "Tugas saya adalah agar anak2 senang membaca buku".

Dari kedua contoh diatas, terlihat bagaimana penting-nya membangun komunikasi yang membuat semua komponen perusahaan mengetahui apa tujuan mereka dalam bekerja.Saat ini kita sering mendengar betapa mudahnya pasangan bercerai, dan alasan klasik yang mereka gunakan adalah "komunikasi sudah tidak jalan". Hal ini mengingatkan saya akan kedua orang tua yang memang sering konflik, namun karena tujuan hidup mereka sama yakni agar keempat anak-nya menjadi orang berguna kelak, maka mereka memutuskan untuk terus melanjutkan penikahan mereka. Jadi mengkomunikasikan tujuan perusahaan bagi seluruh komponen adalah hal yang sangat penting bagi pencapaian perusahaan, dan dengan demikian menselaraskan perbedaan.   

Catatan
Penerbangan pertama "one way ticket" dengan mahluk hidup yakni seekor anjing cerdas bernama Laika dapat dilihat di
http://hipohan.blogspot.com/2012/07/laika-nya-nick-abadzis.html