Saturday, October 24, 2020

Sarapan Favorit Saya di Bandung

Berikut beberapa kuliner favorit saya di Bandung, buka di pagi hari, relatif murah meriah, dan berlokasi mulai dari Bandung Selatan sd Bandung Utara, sbb. Tidak panjang lebar, namun saya lengkapi dengan lokasi gmaps, yang memudahkan rekan2 untuk mencarinya jika sedang berada di Bandung. 

Tentu ada jajanan lain di Bandung seperti Batagor, Nasi Goreng, Mie Baso, Lotek, Kolak dll namun kali ini saya hanya membahas yang pas untuk menjadi menu sarapan dan pernah saya coba sendiri. 

1.Bubur Mang Oyo (*****) – Kliningan https://goo.gl/maps/u64mEVCVYYL1XVzP7
2.Bubur  Ayam Zaenal (*****) – Simpang Dago https://goo.gl/maps/tX61pEh9DgAUJF4R9
3.Bubur Ayam Yuyu (****) – Batununggal https://goo.gl/maps/Q17y34oeLTgHgcUY6
4.Roti Bakar Gempol (*****) – Gempol https://goo.gl/maps/aYN5NdsTAEqeij8bA
5.Kupat Tahu Gempol (****) – Gempol https://goo.gl/maps/dyrTMHD978QVSa4Q9
6.Cwi Mie (****) – Lombok  https://goo.gl/maps/H5utsgLRMBiuuDR39
7.Lontong Sayur Lima Saudara (*****) - Dipati Ukur https://goo.gl/maps/VDbwUd1AnL4XMGnf6
8.Lontong Kari (****) - Kebon Karet https://goo.gl/maps/68BKNDwhmn3d8TXC6
9.Sate Jando (**** )- Belakang Gedung Sate https://goo.gl/maps/nkCkV6nNLVCoiPKz7
10.Soto Ayam Seteran (****) – Batununggal https://goo.gl/maps/jepaFWRtawGx5E3GA
11.Soto Sedaap Boyolali Hj Widodo (****) – Trunojoyo https://goo.gl/maps/86YQSZiajgNeYUa49
12.Gudeg Banda  (*****) - Lombok https://goo.gl/maps/ztgKv6obhGthENJu7

1.Bubur Mang Oyo  (*****) – Kliningan 

Bubur Ayam langganan sejak mahasiswa, dulunya di depan RS Sartika Asih lokasi lama, kini ada di beberapa tempat. Yang sering saya kunjungi di Jalan Kliningan berada di lokasi Pujasera Koenyah. Ciri khasnya, bubur agak lengket dan padat. Saking lengketnya, meski mangkok dibalik, bubur tidak tumpah.. Pelengkapnya mulai dari kulit ayam goreng, kacang kedele, ati, ampela saledri, dll. Dulu zaman Mang Oyo sendiri yang jualan, beliau suka memberi istilah kulit ayam sbg jaket, saledri sebagai ganja, dan ati ampela sebagai apel. 

2.Bubur Ayam Zaenal – Simpang Dago

Bagi yang suka cita rasa asin, bubur ayam Zaenal ini sepertinya bakal cocok. Jika bubur ayam yang lain dominan dengan kecap manis, maka bubur ayam Zaenal menggunakan kecap asin cap Ikan Koki. Porsinya agak besar, dan harganya lumayan mahal. Kentalnya agak miri dengan Mang Oyo. Pernah bawa saudara2 dari Jakarta, pada kaget melihat harganya. 


3.Bubur Ayam Yuyu (****) – Batununggal

Jika tidak suka ayam negeri, anti MSG/Vetsin, bubur Ayam Yuyu adalah pilihan yang tepat, hanya menggunakan kaldu, garam dan gula, serta menggunakan ayam kampung. Rasanya tidak tajam namun pas di lidah. Topping yang menarik disini dan susah ditemukan di tempat lain adalah penggunaan tongcay. 

4.Roti Bakar Gempol (*****) – Gempol 

Di lokasi ini bisa kita temukan roti bakar enak dan sedikit beraroma gosong yang nyaman sekali jika dinikmati bersama kopi. Cuma jumlah seatnya agat terbatas, jadi dalam keadaan covid seperti ini social distancing kurang terjaga, khususnya di week end. Jika tidak suka roti bakar, disekitarnya masih banyak tersedia rupa2 jenis sarapan, termasuk kupat tahu yang juga cukup melegenda. 

5.Kupat Tahu Gempol (****) - Gempol

Salah satu lokasi Kupat Tahu yg cukup terkenal di Bandung, hanya saja tahunya tidak digoreng kering. Bagi yang bingung apa bedanya dengan ketoprak, sederhananya kupat tahu disiram kuah kacang dan tanpa bihun, sedangkan ketoprak bumbunya langsung diulek dipiring dan menggunakan bihun dan umum dimakan dengan telur dadar. 

6.Cwi Mie (****) – Lombok 

Sebenarnya di lokasi ini sudah cukup lama warung ini berjualan, sementara pusatnya ada di jalan Sunda. Bagi yang bingung apa bedanya Cwi Mie dengan Baso Malang, pertama ada mienya, kedua ada serbuk ayamnya, ketiga kuahnya diracik ditempat (Baso Malang biasanya menggunakan kuah yang sudah disiapkan), dan keempat menggunakan acar yang lsg digabung dengan hidangan utama. Menariknya disini, banyak disediakan topping seperti kulit ayam, ceker pedas, dll. 

7.Lontong Sayur Padang  Lima Saudara (*****)  - Dipati Ukur 

Kebetulan saya dan istri cukup suka dengan Lontong Sayur Padang apalagi jika menggunakan rendang. Menemukan lokasi ini dari slah seorang teman, yang kebetulan istrinya berasal dari Sumatera Barat. Jika beruntung anda bisa mendapatkan versi lontong sayur dengan sayur pakis. Namun kalau pakis sulit, biasanya menggunakan buncis. Toppingnya bisa menggunakan kikil atau rendang. 



8.Lontong Kari (****) - Kebon Karet

Lontong Kari yang sudah jadi legenda, sudah ada sejak zaman saya masih di sekolah menengah, Lokasinya agak masuk ke gang, namun lokasi di dalam cukup lega. Tidak terlalu istimewa, tapi sudah menjadi salah satu legenda kuliner Kota Bandung.  


9.Sate Jando (**** )- Belakang Gedung Sate 

Ini lokasi sate favorit (di belakang Gedung Sate) yang dimakan dengan lontong. Ada beberapa pilihan, daging sapi, jando (lemak keras) dan ayam. Ramainya luar biasa dan antrian lumayan panjang setiap pagi, sementara penjualnya cuma menggelar lapak di trotoar. Jika tidak ingin antri, ada versi lain yang rasanya tidak kalah, yakni di Batununggal, bersebelahan dengan Bubur Ayam Yuyu. 

Untuk yang tidak suka sate, ada beberapa warung yang ikut jualan disini, seperti lontong kari, dll. Jika tidak suka keramaian, bisa menyebrang jalan ke halaman belakang Gedung Sate, tapi jangan persis yang berhadapan dengan lokasi Sate Jando, maklum lokasi tempat pembuangan sampah Gedung Sate. 

10.Soto Ayam Seteran (****) – Batununggal 

Jika suka soto ala Semarang, disajikan dalam mangkok kecil dan toge serta bawang putih goreng, ini salah satu lokasi yang cukup oke rasanya. Harganya tidak murah2 amat, namun ada hidangan pelengkap lainnya seperti tahu pletok, sate kerang, sate usus, sate puyuh, dll. Keseluruhan makanan ini jika dinikmati dengan segelas jeruk hangat, mampu membuat pagi anda menjadi lebih ceria. 

11.Soto Sedaap Boyolali Hj Widodo (****) - Trunojoyo

Mirip dengan penyajian ala Soto Ayam Seteran Batununggal, namun dengan berbagai penganan tambahan yang lebih beragam seperti sate otak, bakwan, tahu isi, dll. Harganya relatif murah, dan penyajian cepat. Ada beberapa cabang termasuk di Buahbatu Bandung, cukup ramai di pagi hari, namun menyediakan kursi dalam jumlah relatif banyak sert area parkir yang luas.  

12. Gudeg Banda  (*****) - Lombok

Suka gudeg ? jangan dikira di Bandung tidak ada gudeg enak. Gudeg Banda salah satunya, rasanya tidak terlalu manis, namun sambalnya mantap dan daging ayamnya lembut. 


Friday, October 23, 2020

Belajar Menerapkan Strategi Thariq Ibn Ziyad

Saat Spanyol akan ditaklukkan Thariq Ibn Ziyad tahun 711 M dengan 7.000 pasukan, beliau melihat ketakutan tergambar dalam raut wajah pasukannya. Mereka kalah jumlah ketimbang pasukan Raja Roderick. Selentingan terdengar rencana pasukan jika musuh terlalu kuat, maka mereka akan mundur dan kembali ke kapal mereka.
Begitu semua kapal perang berlabuh di pantai Spanyol yang kini dinamakan sebagai Gibraltar (Jabal Thariq), Thariq memberi perintah membakar seluruh kapalnya diiringi pandangan heran dan terkejut dari pasukannya. Thariq tidak ingin mereka mengalami kekalahan. Karena kadang Plan A bisa berhasil justru ketika tidak ada plan B. Alhasil pasukan Thariq yg tak punya pilihan lain, justru berhasil memenangkan peperangan tsb.

Balik ke cerita utama, selama ini perawat di klinik kami datang dan pergi. Adalah kebanggaan bagi kami jika mereka berhasil lolos seleksi di instansi yang lebih besar dan memberikan mereka kesempatan meraih career path yang lebih baik. Sebelumnya ada yang akhirnya “berlabuh” di RS Mitra Keluarga, RS Al Ikhsan dan baru-baru ini di RS Santosa.

Interview perawat baru pun lsg disebar, dan kami menerima beberapa berkas lamaran. Setelah seleksi dilakukan, saya memutuskan memilih dua terbaik
. Keduanya saat ini masing-masing bekerja di klinik swasta di dua lokasi yg berbeda. Lalu saya undang interview sebelum masa orientasi selama minimal 3 shift, untuk melihat kecocokan mereka dengan tugas yang diberikan. Salah satunya datang saat interview 1,5 jam lebih awal, menggunakan baju perawat, berpenampilan rapi dan sopan. Saat saya minta kapan kesanggupan untuk orientasi, ybs katakan bahwa dia siap kapan saja, baik pagi atau malam.
Heran dengan kesiapan ybs, saya sempat sedikit bertanya, ternyata dia bahkan untuk orientasi ini sudah memutuskan untuk keluar dari klinik lama agar bisa fokus. Ybs sebelumnya juga follow akun IG klinik, dan melihat langsung klinik kami. Ajaib, keluar dr klinik lama, saat dimana mendapatkan pekerjaan sulitnya setengah mati ?
Namun dalam waktu singkat selama orientasi, dia sudah bisa berkomunikasi lancar, baik dengan para senior ataupun dokter. Ringan tangan pula membantu unit lain yang sebenarnya bukan unit keperawatan. Seperti misalnya saat unit kebidanan melayani persalinan.
Berkat hasil orientasi yang mendapatkan penilaian baik, saya memutuskannya memberinya kesempatan masuk masa percobaan. Hemm ternyata meski jauh lebih muda, saya justru belajar dari dia untuk tidak pernah setengah2, khususnya ketika sudah menetapkan pilihan.

Maribaya Glamping Tent dan Natural Hot Spring Resort

Terakhir menikmati suasana glamping ini seingat saya saat acara kantor saat saya masih bekerja di Hewlett Packard, tepatnya di Mongolian Camp, The Highland Park Resort and Hotel Bogor.  Apakah berkesan ? rasanya sih tidak juga, apalagi ini memang acara kantor, pastinya liburan bersama keluarga akan berbeda dengan teman kantor. Apa itu glamping ? terdiri dari 2 kata, yakni glamour dan camping. Yakni camping untuk orang2 yang tidak begitu siap dengan suasana camping sejati, seperti memasak di alam terbuka, buang hajat dengan sekop, dll  he he. 

Tahun 2020 ini saya cuma ke Toraja, lalu covid pun datang. Selama berbulan2 saya dan keluarga tidak kemana2. Sampai dengan istri mengajak saya ke Maribaya Glamping Tent, beserta dua ponakan, sehingga total 6 orang. Maka pada Sabtu setelah 14:00, kami pun berangkat menuju Bandung utara. Lokasinya ada di Jl  Maribaya No 105/212 melewati Pasar Lembang juga de Ranch Lembang. 


Kapan saya terakhir ke Maribaya ? seingat saya ketika SMP diajak paman, saat itu destinasinya masih dikelola dengan cara-cara lama. Pula tidak banyak yang menjual makanan, sehingga sangat umum jika pengunjung membawa sendiri tikar, minuman dan bekal makanan. 

Lokasinya berhadap2an dengan Maribaya Natural Hot Spring Resort, dan konon memang ada dalam manajemen yang sama. Mungkin itu sebabnya menginap disini otomatis free tiket masuk ke Maribaya Natural Hot Spring Resort plus free tiket berendam di air hangat. Setelah memastikan protokol covid dijalankan dengan baik, akhirnya kami memesan tenda ukuran besar dengan 1 double bed dan 6 single bed, plus 2 kamar mandi shower dan 2 toilet.  Kebetulan krn cukup sepi, di era pandemi ini kami mendapatkan diskon harga yang cukup besar. 


Disebelah hotel ada Maribaya Bakery yang krn covid untuk sementara juga tutup. Kalau dari lokasinya dan akses pintu masuk dair hotel, sepertinya ini juga merupakan bagian dari manajemen yang sama. 

Malam harinya luar biasa dingin, dan karena saat itu restonya tidak buka di malam hari, kami memutuskan memesan makan malam via room boy yang menyanggupi membantu kami membeli sate, jagung, kopi, nasi, bandrek, dll, setelah jam kerjanya berakhir. Meski kami hanya memesan 4 porsi, ternyata masih cukup banyak untuk dimakan berenam. Bahkan masih tersisa sebagian yang keesokan paginya. Ajaib sebagian makanan tsb hilang begitu saja entah kemana tanpa ada yang mengakui. 


Tak ada yang spesial di sini, kecuali ada spot khusus kolam renang hangat berukuran kecil yang entah kenapa airnya berbuih. Namun tendanya cukup nyaman, dan relatif besar serta lega. Keesokan paginya setelah sarapan nasi goreng yang volumenya cukup dahsyat, dari hotel, kami menyeberang jalan menuju Maribaya Natural Hot Spring Resort. 


Suasana sepi, dan pengunjung tidak banyak.  Kami berkeliling melewati beberapa spot air terjun, dari yang kecil sd cukup besar (Cikawari dan Cigulung), juga melihat-lihat Mini Zoo. Lalu diakhiri dengan berendam di kolam yang sudah termasuk fasilitas buat tamu yang menginap. Sayangnya untuk setiap spot fotografi, misal spot air terjun, spot jembatan gantung, dll kami diharuskan tetap membayar, meski sudah dijelaskan bahwa kami tamu hotel. 


Ada restoran yang cukup besar dengan pemandangan eksotis ke air terjun terbesar di sini.  Cuma karena masih kenyang, kami tidak makan siang di sini. Menjelang siang kamipun kembali ke glamping untuk bersiap2 pulang. Puas ? rasanya sih biasa saja, tapi setidaknya anak dan istri tidak lagi penasaran dengan glamping. 


Thursday, August 27, 2020

Simbiosa Mutualisma


Setelah klinik berdiri tahun 2014, deretan depan yang tadinya balong ikan, mulai muncul berbagai bisnis, mulai dr tempat kos, penjual goreng2an, servis barang elektronik, bengkel sepeda, warung jus buah, warung padang, warung pulsa dan supplier air minum. 

Warung jus buah salah satu yang terlaris, jusnya kental dan sudah memiliki mesin pengemas. Dikelola dua bersaudara, abang dan adik asal Sumatera Barat. 

3 minggu terakhir saya rajin minum jus jambu batu, bahkan kadang 2 gelas sehari. 4 hari lalu, Penjual Si Uda jus mengeluhkan susahnya gula pasir dan pasokan buah, hari ini Si Uda tutup. 

Kondisi hemm seperti ini buat usaha kecil, menjadi hari2 yang berat. Btw bagaimana dengan klinik? He jika stok masker habis (krn handscon, hand sanitizer, dan faceshield masih ada) kami pun bakal tutup. Tidak mungkin maju medan perang tanpa APD yang memadai. Pula jika kami terus maju dan malah terinfeksi, malah bisa jadi media penularan penyakit pasien satu ke pasien lain. 

Beberapa APD yang kelebihan, kami sumbangkan ke layanan kesehatan lainnya seperti 100 masker 1 ply ke salah satu rekan kami spesialis penyakit dalam, lalu 900 Nurse Cap ke salah satu RS besar di Baleendah. 

Apapun bagi saya pribadi, adalah keajaiban kami masih buka sampai masuk ke April 2020, dan bersyukur dengan 30 lebih karyawan klinik yang bahu membahu dan pantang menyerah. Semoga Indonesia terbebas dari korona, aamiin YRA.

Peristiwa Mencekam


Sejak lahir, saya mengalami berbagai peristiwa besar yang terkenang hingga kini. 

1. 1976, gempa besar saat SD dan tinggal di Bali, paling berkesan ketika sekolah bergetar kuat, dan semua genteng saling beradu. Hari itu sekolah diliburkan, dan kami lsg pulang. 

2. 1982, saat SMP dan tinggal di Bandung, Gunung Galunggung meletus, meski sudah siang hari langit tetap gelap, di jalanan semua kendaraan menerima lampu layaknya malam hari, dan sekolah diliburkan. 

3. 1983 sd 1985, mayat2 ditemukan dimana2, biasanya paling sering ditemukan disungai dengan luka tembak, dan dibungkus karung. Hal ini akibat pembunuhan "resmi" yang direstui Soeharto, yang terkait eskalasi tindak kriminal, baik dr sisi frekuensi maupun jenis kejahatan.  

4. 1998, kerusuhan dimana2, sebuah penjarahan dan pembakaran, saya sedang di Bandung, kesulitan mencari barang kebutuhan pokok, termasuk susu bubuk Si Sulung. Rupiah jatuh, begitu juga rezim Soeharto. 

5. 2020, wabah coronavirus, sempat berpikir tidak akan ada kejadian serius lagi, meski melewati periode pemilu demokrasi pertama oleh Habibie, Gus Dur jatuh, penggantian beliau dengan Megawati berlangsung lancar. Sampai tiba2 layaknya kotak pandora yg terbuka, inisiatif pintu imigrasi terbuka lebar saat Wuhan diterpa bencana, membawa Indonesia ke mimpi buruk berikutnya, korban berjatuhan, PHK dimana2, APD minim, rapid test kurang akurat dan terbatas, garis depan sahabat2 medis berguguran (versi PB IDI sd siang tadi 16 dokter gugur, versi lain sudah dokter 25 gugur). 

Pls teman2, tetap di rumah! berbagi dengan tetangga yang kesulitan cari nafkah, biarkan aparat dan medis bekerja dengan tenang. Lebih baik isolasi mandiri krn kapasitas RS juga terbatas, kecuali anda butuh ventilator. 

Saat ini dekatkan diri kita dengan Sang Pemilik Alam Semesta melalui doa, semoga badai ini berakhir segera dan bangsa ini diselamatkanNya, aamiin YRA

Sasaran Nyamuk

Kalau lagi ngumpul makan, apalagi saat peralihan musim hujan ke musim kemarau, seperti skr, saya sering sibuk tepuk2 pramuka ... eh nyamuk, sementara istri dan anak2 santai saja, ternyata karena saya O dan mereka bertiga A. 

Kata Si Sulung kalau gak ada papa, kami digigit nyamuk, tp kalau ada papa, aman .... Hemm ternyata ini jawabannya. 

🤣

https://time.com/3311624/why-mosquitoes-bite/

Pertama-tama, itu tidak ada di kepala Anda. Nyamuk benar-benar menyukai beberapa orang daripada yang lain, kata Dr. Jonathan Day, ahli entomologi medis dan ahli nyamuk di University of Florida. Dan saat itu nenekmu bilang kulitmu lebih manis? Ada benarnya, kata Day. “Beberapa orang menghasilkan lebih banyak bahan kimia tertentu di kulit mereka,” jelasnya. "Dan beberapa bahan kimia itu, seperti asam laktat, menarik nyamuk." Ada juga bukti bahwa * satu golongan darah (O) menarik lebih banyak nyamuk daripada yang lain (A atau B). *

Kelelawar Bernasib Tragis

Sudah sejak lama saya tahu kalau mamalia terbang bernama kelelawar ini dianggap sangat berjasa dalam menyebarkan pohon buah2an terbaik. Kenapa ? Krn mereka hanya memilih buah terbaik, dan saat kembali ke gua tempat tinggal mereka, sepanjang terbang mereka menjatuhkan berbagai kotoran biji2an yang kelak akan tumbuh sebagai pohon buah baru. Jadi tak pernah terpikir menganggap mereka hama dan layak untuk dibunuh. Pula dalam Islam mengacu pada Imam Nawawi, membunuh kelelawar haram hukumnya (kecuali tentu saja jika punya alasan yang sangat kuat).

Namun sekitar 8 hari lalu seekor kelelawar terperangkap dalam rumah, dan beterbangan kian kemari. Alhasil krn memang hewan satu ini memiliki berbagai parasit, apalagi istri cukup histeris (bisa jadi karena dianggap ada kaitan dengan covid-19) mau tak mau terpaksa saya kejar2 dengan tongkat yang biasa digunakan untuk mengganti lampu. Saat bergelantungan di lampu lantai 2 depan kamar si bungsu, saya gebuk sekali pukul, dilanjutkan 2x pukulan lagi lalu saya cemplungkan ke kloset. 

Namun 4 malam kemudian istri yang tengah berada di ruang keluarga kembali menjerit dikagetkan kelewar kedua. Dengan cepat saya siapkan kembali tongkat lampu, dan mulai berburu, bolak balik naik turun tangga lantai 2 dan 1 sambil terengah2.  Akhirnya ada kesempatan untuk disodok di ruang perpustakaan, si kelewar mencuit layaknya tikus,  namun terbang kembali naik ke lantai 2, kali ini lebih sulit ketimbang kelelawar pertama. 

Dia tidak lagi mau hinggap, namun terus menerus terbang. Terinspirasi Sasaki Kojiro saat menggunakan jurus tsubame gaeshi, saya angkat pedang eh tongkat lampu setinggi2nya di atas kepala, menunggu momen baik, lalu dengan ayunan atas bawah saya tebas saat dia terbang, srakkkkk ! dia limbung namun tetap terbang. Pada kesempatan berikutnya, kembali tebasan atas bawah saya lakukan, dan kali ini telak, bukkkk ! dia terbanting ke lantai dan lsg saya akhiri dengan 2x gebukan keras, alhasil kelelawar pingsan dan tongkat lampupun ikut hancur. 

Istri yang selama perburuan menjerit2 histeris (begitu juga saat perburuan kelelawar pertama) menatap kagum, namun saya bereaksi seakan2 itu hal biasa saja, hanya menatap dingin dengan mata disipitkan layaknya Clint Eastwood dalam trilogi film klasik Sergio Leone atau album All The Best Cowboys Have Chinese Eyes karya Pete Townshend , saya ambil serokan dan lsg cemplungkan ke kloset. Sejujurnya saya tak ingin membunuhnya (apalagi sejak kecil saya penggemar komik Batman)  namun sangat tidak mudah melepaskannya kembali ke alam liar meski sudah membuka pintu dan jendela. Maafkan saya ya kelelawar, dan jangan lagi masuk ke rumah ya.

Apakah covid-19 itu benar2 ada ?

Saat situasi seperti ini, selain urusan klinik, belum tentu saya keluar untuk urusan2 yang masih bisa ditunda. Kalaupun harus keluar ya karena belanja logistik, mengurus stnk yang akan berakhir, mencari APD, atau mengunjungi ibu yang masih tak jua pulih paska stroke. Itupun sebulan maksimal hanya 3x dan benar2 jaga physical distancing. Urusan mengajar, sejauh ini masih  diselesaikan via vid-con, bahkan termasuk praktikum web programming. 

Karena asuransi ambulans akan berakhir, dan bagian bawah pintunya sempat terkena batu saat memasuki jalan sempit dan curam, saya pun pergi ke bengkel bodi langganan sekitar Kiaracondong. Sepanjang jalan terlihat ramai, dan setidaknya per 10 orang, bisa dipastikan 2 sd 3 orang pengendara motor tak gunakan masker. 

Sesampai di bengkel, kaget melihat semua pekerja  tak ada satupun yang gunakan masker. Lebih kaget lagi saat asisten pemilik bengkel dengan polos bertanya, "kok pakai masker dan sarung tangan pak, apakah covid-19 tsb benar2 ada ?".

Jika kesadaran masyarakat seperti ini, malang nian nasib pekerja medis, nyawa mereka dipertaruhkan setiap hari, krn kurva wabah ini seakan-akan tak selesai2, bahkan seakan dibaca sebagai kebalikannya.



Perangkap Cicak

Beberapa bulan lalu, Si Sulung di rukonya melihat penampakan tikus. Alhasil setelah meminta saran  dari saya, yang pernah sukses menangkap cecurut, diapun menggunakan perangkap tikus cap gajah. 

Perangkap ini dasar kerjanya adalah lem bening tak berbau, menggunakan sebuah kotak tipis yang bisa dibuka layaknya buku, letakkan umpan di bagian tengah dan taruh di tempat tikus biasa lewat. Paginya Si Sulung pun lsg menuju TKP, eh yang tertangkap justru sekumpulan cicak. 

Hemm, kebetulan saat ramadhan kemarin, kuatir bahan makanan sahur jadi tak enak jika ditaruh di kulkas, saya sengaja menempatkan beberapa ptong tempe dan ati-ampela ayam dalam piring terbuka dibawah tudung saji di atas meja makan. 

Ajaib pas sahur sepotong tempe dan sepotong hati ayam goreng malah berada di luar piring. Keduanya seakan mengabaikan PSBB dan mau kabur dari meja makan. Kebetulan tudung saji yang kami gunakan terbuat dr bahan rotan yang celah dengan mejanya cukup lebar. 

Maka saya pun lsg membeli lem tikus cap gajah, kali ini yang berbentuk pasta, bisa tekor bandar kalau pakai model buku. Ambil selembar kalender bekas, oleskan pasta berbentuk lingkaran, lalu saya letakkan serpihan  biskuit di bagian tengah, dan sukses mendapatkan 4 ekor cicak gemuk yang 1 diantaranya bermotif lurik. Aneh, cicak masa kini lebih suka tempe dan ati-ampela ayam ketimbang nyamuk. Begitulah cicak milenial, nyamuk tak lagi sesuai selera mereka. 

Jika fenomena makanan pindah ini terjadi di rumah anda, jangan buru2 ke dukun, silahkan rekan2 coba dulu metoda ini.

Pale Blue Dot

Track Dream Theater "Pale Blue Dot" yang saya nikmati siang ini, mengingatkan kita kembali betapa kecilnya kita di tengah semesta ini, dan narasi Carl Sagan di bawah sangat pas menggambarkannya. Saat wabah corona seperti ini, Sang Pencipta seakan ingatkan kita, tentang hal terpenting sebagai mahluk ciptaanNya.  

"That's home. That's us. On it everyone you love, everyone you know, everyone you ever heard of, every human being who ever was, lived out their lives. The aggregate of our joy and suffering, thousands of confident religions, ideologies, and economic doctrines, every hunter and forager, every hero and coward, every creator and destroyer of civilization, every king and peasant, every young couple in love, every mother and father, hopeful child, inventor and explorer, every teacher of morals, every corrupt politician, every superstar, every supreme leader, every saint and sinner in the history of our species lived there-on a mote of dust suspended in a sunbeam"

Keterangan gambar

Dari jarak 6 miliar kilometer, Bumi tampak seperti titik kecil (bintik putih kebiru-biruan di tengah rentang cahaya cokelat sebelah kanan) di antara gelapnya semesta.



Baso Tahu Google

Kemarin siang, saya pesan Baso Tahu Tulen via GoFood, kami sekeluarga pun bersama2 menikmatinya. Selesai makan, saya beritahu anak dan istri, bahwa sebagian dr sponsor makan siang kali ini adalah Google, ya sebagai local guide saya dapat voucher yang bisa diproses. He he enak juga Baso Tahu Google.




Sate Jando Tanpa Rasa Jando

3 bulan ini hanya keluar jika sangat perlu. Akhirnya Juni ini kembali cukuran di langganan, shalat Jumat, dan 2 hari Minggu terakhir kembali sepedaan. 

Seluruh aktivitas ini sedapat mungkin dilakukan  dengan masker. 21/6 pagi saya, istri dan 3 rekan lainnya sepedaan ke seputaran Gedung Sate, dan berhasrat mencoba Sate Jando yang trending di komunitas kuliner, dan berikut FAQ nya. 

Apa itu Jando ? lemak keras mirip dengan kikil, menurut kabar yang digunakan adalah lemak dibagian   tetek sapi. 

Kenapa dengan Sate Jando ? sate yang populer sekali dan berlokasi di belakang Gedung Sate. 

Apa saja satenya ? Sate Jando, Sapi dan Ayam.

Bagaimana antriannya ? Panjang banget, seperti beli tiket kereta di St. Jatinegara, jurusan Jakarta - Bandung saat Jumat sore. 

Boleh di mix gak ? boleh. 

Berapa 1 porsinya, 25 ribu, semua rasa, sama. 

Ada tempat duduk ? Tak ada, cuma jualan di trotoar, lantas pengunjung yang makan bertebaran, termasuk duduk2 di tangga taman Gedung Sate. 

Apa saja ramuannya ? Sate yang sudah dibumbuin lalu dibakar,  bumbu kacang, kecap, sambal dan sepotong lontong yang sudah diiris. 

Dimana lokasi persisnya ? Hadap2an dengan pembuangan sampah Gedung Sate 😌

Enak gak Jandonya ? Maaf saya gak "nyobain", krn istri wanti2 sejak awal, "papa jangan beli Jandonya ya, gak baik buat kesehatan", alhasil kebagian antri panjang2 cuma buat sate sapi 🤧

Demikian review Sate Jando eh Sate Sapi belakang Gedung Sate.






Kreativitas Tak Kenal Henti 

Dalam proses antrian sambil menunggu panggilan perawat, selalu ada kreativitas dari para pasien meski cuma menggunakan dedaunan yang berguguran di halaman belakang. Hasilnya ? Lihat saja sendiri




Jajanan New Normal

Saat New Normal seperti ini, UMKM sepertinya kebingungan prediksi stok. Bubur Ayam Motekar langganan saat minggu lalu kami beli 4 porsi, menjelang jam 10 sudah tak ada usus, ati, ampela dan bahkan tanpa ayam. Alhasil kami cuma kebagian bubur dan telor.  Bayangkan bubur ayam tanpa ayam.

Malam ini Baso Malang Enggal langganan, di jalan Burangrang, tak kurang parahnya, jam 19 lewat sudah tak ada baso urat, baso halus, baso tahu, bahkan  juga tak ada bawang dan saledri. Alhasil cuma ada krisol, pangsit goreng, dan siomay.  Bayangkan baso Malang tanpa baso.

Entah kejutan jajanan UMKM apalagi yang akan kami hadapi ke depan ini.

Sate Padang dan Kripik Sambal


Saya termasuk penggemar sate padang, khususnya yang berbumbu merah. Ada dua aliran memang, bumbu merah dan bumbu kuning. Untuk bumbu kuning yang tersohor adalah Sate Mak Syukur alias SMS. Kalau langganan saya biasanya di daerah Turangga.
Biasanya selain sate yang terdiri dri berbagai pilihan seperti usus, daging, jantung atau lidah, selalu ada menu tambahan yakni keripik singkong sambal rebon, dan kerupuk kulit. Saya biasa menaburkan kripik sambal ini diatas tumpukan panas sate padang. Cuma keripik singkong versi warung sate padang ini sering kurang cabai dan rebon. Alhasil saya coba bikin sendiri dengan resep leluhur.



Bahan2nya keripik singkong asin (jangan keju atau yg pakai gula, juga jangan yang gunakan penyedap rasa), cabai, cabe rawit, udang rebon, saledri, bawang merah dan bawang putih. Geprek bawang putih dan rajang sampai halus, iris2 bawang merah tipis2, lalu iris2 saledri tipis2 dan blender cabe merah campur cabe rawit. Kira2 buat 1 kg keripik bisa dengan 2 ons cabai, plus 1/4 ons cabe rawit. Silahkan tambahkan garam atau bubuk kaldu sesuai selera.



Mau bikin sendiri keripiknya ? Kalau tipis dan renyah tentu saja tidak mudah, pula harus gunakan singkong berkualitas. Saya sih pilih beli yang kualitas bagus, kira2 70.000 per kg.
Goreng semua bumbu satu persatu sampai kandungan airnya menguap. Lalu campur semua bumbu dan diaduk, tunggu hingga dingin, baru dicampur dengan keripik.
Setelah selesai, jangan lupa beli satenya 🙂


Si Belang Tiga


Setelah kematian Milou serta disusul Muezza kucing Persia yang kesasar dan akhirnya diambil tuannya kembali, maka kami tak lagi memiliki kucing. Sampai dengan seekor betina belang tiga, cukup sering berkunjung lewat halaman belakang. Saya berikan makanan sisa Muezza dan Milou. 

Ekornya menggumpal lucu, wajahnya agak sendu, dengan bulu agak lebat. Posturnya agak mungil, dan terlihat bersih. Jika mengeong terdengar lirih dan menimbulkan rasa iba. Setelah diberi makan dia menubruk2kan serta menggosokkan kepalanya ke betis, maju dan mundur seakan menunjukkan terima kasih. 

Namun akhirnya sisa makanan inipun habis, jadi saya putuskan membeli lagi, khusus untuk Si Belang Tiga. Kadang kalau tidak habis, tiga ekor kucing lainnya, yang entah milik siapa, seperti Si Oren, Belang Dua dan Abu turut serta menikmati. Setelah semakin akrab, Si Belang Tiga meski sudah diberi makan, minta masuk. Sesekali saya biarkan, setelahnya kembali saya keluarkan. Namun kadang dia duduk cukup lama menatap dari jendela dan sesekali mengeong lirih, minta masuk. 

Istri yang tidak tahu asal usulnya, tidak mau kalau kami "mengambil" kucing milik orang lain, pula kebiasaan buang air besar dan kecilnya belum kami ketahui pasti. Jadi begini rasanya seakan memiliki kucing tapi tidak. Jadi ingat bedanya cinta dan kasih, yang mana cinta cenderung memiliki, sementara kasih cenderung memberi.




Tetap Waspada

Seminggu terakhir 2 pasien wanita masuk klinik krn kasus kriminalitas. Pasien pertama krn dijambret kalung emasnya saat menyapu di halaman sehingga lehernya luka, dan pasien kedua lebih malang, sedang berjalan dipinggir jalan, eh dibacok di bagian kepala hingga luka melingkar, lalu sebagian tulang tengkorak pecah dan masuk ke dalam area otak. Korban kedua kehilangan gelang emas. 

Situasi ekonomi saat ini benar2 buruk, krn PHK dimana2, biaya hidup meningkat dan pengangguran bertambah sehingga angka kriminalitas ikut naik. Buat rekan2 semua, hati2, tak usah gunakan perhiasan berlebihan, dan tak perlu beraktivitas diluar rumah kalau tak benar2 perlu. Btw kedua lokasi hanya berjarak sekitar 2 km dari klinik.

Izin Apotek Part #1

Buat rekan2 yang ingin berusaha, saya kasi sampel bagaimana "mudahnya" berurusan dengan perizinan. Kebetulan izin Apotek yang sebenarnya merupakan bagian dari klinik, izin masa berlakunya habis duluan pada September 2020 (sedangkan izin klinik baru akan berakhir pada Juli 2023).  Maka hanya untuk perpanjangan izin Apotek saja saya harus menyiapkan dokumen2 sbb

1. Denah bangunan
2. IMB  (izin Mendirikan Bangunan)
3. Izin Lingkungan 
4. Nomor Induk Berusaha 
5. Daftar Sarana/Prasarana
6. Surat Izin Apotek sebelumnya 
7. SIPA  (Surat Izin Praktek Apoteker)
8. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
9. STRA  (Surat Tanda Registrasi Apoteker)
10. Surat Izin Operasi Klinik 
11. Surat Komitmen OSS
12. Sertifikat Laik Fungsi 
13. UKL-UPL (Dokumen Kesehatan Lingkungan)
14. Izin Lokasi 

Nah kita ambil salah satu contoh yakni dokumen izin lokasi di atas, maka untuk satu dokumen ini saja diperlukan 

14A. FC KTP Direktur
14B. Akta Perusahaan 
14C. NPWP PT 
14D. FC Bukti Kepemilikan Tanah 
14E. Surat Pernyataan Kesediaan Pemilik Tanah
14fF Persetujuan Warga sekitar 
14G. Persetujuan RT 
14H. Persetujuan RW 
14I. Persetujuan Kepala Desa 
14jJ Rekomendasi Camat 
14K. Peta Lokasi 
14L. Rencana penggunaan tanah dan tabel perhitungan
14M. Surat Pernyataan Kebenaran Dokumen 
14N. Surat Pernyataan Tidak Melebihi Luas Tanah Maksimum 
14O. Surat Sewa dari Pemilik Tanah ke Penanggung Jawab Apotek dengan Sepengetahuan Notaris (jika ada)

Dokumen No 12 dan 13 juga memiliki sub-dokumen yang tidak kalah banyaknya dengan dokumen No 14, mudah bukan ? wk wk wk....

Menjemput Pagi Menjala Ikan


Buat bikin foto begini harus banyak kebetulan, misal kebetulan bisa berangkat dini hari, kebetulan lokasinya bagus, kebetulan ada pagar kawasan yang terbuka, kebetulan background dan cuacanya bersahabat, kebetulan ada penangkap ikan, kebetulan posisi beliau ada di dalam layar, kebetulan sedang menebar jala, kebetulan kamera sudah siap. Dan jepret !



Izin Apotek Part #2

Klinik (dan Apotek) berdiri di sebidang tanah atas nama saya. Krn milik sendiri jelas saja saya tidak perlu menyewakan tanah dan bangunan tersebut ke badan hukum (PT) yang menaungi klinik. Karena kalau diubah menjadi milik PT, maka jika ada sengketa hukum aset tanah dan bangunan bisa ikut terseret, pula haknya akan  berubah dari SHM menjadi Hak Guna Bangunan. Begitu jadi Hak Guna Bangunan, maka akan ada proses perpanjangan rutin yang birokrasinya perlu upaya khusus pula. 

Petugas : Tanah dan bangunan milik siapa ? 

Saya : Milik saya. 

Petugas : Kenapa bukan milik PT ? 

Saya : Sesuai saran notaris, sebaiknya tidak, krn kalau ada sengketa hukum aset tsb bisa ikut terseret2, juga krn SHM nya harus diubah.

Petugas : Kalau begitu bapak scr pribadi harus menyewakan ke PT. 

Saya : Mohon maaf pak, ini kan cuma perpanjangan izin pula saya sudah ada izin lokasi sejak 2014. 

Petugas : Tidak bisa pak, format izin lokasi yang bapak gunakan adalah format 2017, skr pemerintah gunakan format baru, jadi bapak tetap harus lengkapi dokumen terkait izin lokasi. 

Saya : Saya tidak punya dokumen sewa, krn tidak pernah menyewakan tanah dan bangunan tsb sejak digunakan oleh Klinik (dan Apotek), pula nama saya juga ada dalam struktur PT. 

Petugas : Tidak bisa pak, bapak harus siapkan dokumen sewa menyewa dengan persetujuan notaris, kalau tidak, kami tidak bisa berikan izin lokasi. 

Alhasil setelah diskusi dengan notaris, maka saya kembali harus siapkan 

1. FC KTP pemilik dan penyewa.
2. FC Sertifikat tanah
3. Buku Nikah
4. Kartu Keluarga.
5. PBB 
6. Dokumen terkait Apotek. 

Rencananya setelah dapat dokumen sewa, bersama2 dokumen rekomendasi camat yang perlu sekitar 7 hari pengurusan dalam 3x kunjungan (termasuk inspeksi lokasi oleh petuga kecamatan) dan sekitar 27 jenis dokumen pendukung lainnya, mudah2an akhir minggu ini bisa ke layanan satu pintu untuk ke 4x nya. 

Mudah bukan ?

DIsalip Gerombolan Roadbike

Waktu sepedaan sendirian di sekitar GBLA, sedang asik2nya kompetisi dengan pesepeda tua lainnya, kecepatan maksimal cuma sekitar 20 km/jam, itu juga sudah ngos2an bener. Mendadak puluhan pesepeda road bike, dengan badan super tipis, betis bertelur, helm futuristis, kaca mata balap warna warni, ban profil super tipis dan pakaian ketat mengkilat, menyalip saya dengan kecepatan 60 km/jam.

Alhasil jadi ingat adegan Mr Bean berhasil mempecundangi rombongan balap seperti ini. https://www.youtube.com/watch?v=eH7EyPs_Va8&feature=youtu.be&fbclid=IwAR1-mGla9ybdfuQoBPB5xVbpcMBSuBPUml_bVN5JYwJOggN7IjI5WCxCuXQ

Pagi2 Sudah Disemprot.

Kab Bandung kembali zona merah, begitu kata security DPM-PTSP saat menyemprot sekujur tubuh saya dengan cairan berbau khas. Sebelumnya saya diminta cuci tangan dengan deterjen yg sudah disiapkan. Lalu tak lupa thermal gun. Jam sudah menunjukkan 09:30 sementara loket sebagian besar masih tutup. 

Petugas yang dimaksud masih belum sampai ke kantor, dan sebelumnya ybs pada Jumat cuti bersama dan Senin kemarin masih WFH. Hari ini dengan 29 dokumen perpanjangan izin apotek, saya duduk menanti di ruang tunggu, dalam kunjungan ke lima, di Soreang. 

Sebelah saya seorang ibu dalam keadaan hamil sedang mengurus izin lembaga pendidikan yang harus memulai izin dari baru krn menambah mata kuliah. Sejak Mei 2020 demikian si ibu menyampaikan dan masih juga blm selesai. 

Di depan saya 2 pemuda dari Bekasi, yang sudah 2 minggu tidak pulang2 mengurus izin konstruksi. Sepertinya birokrasi masih belum semulus janji yang pernah disampaikan.

Cari Buku

Sejak April tak pernah lagi ke toko buku, malam ini si bungsu mengajak jelajah Toga Mas - Buahbatu. Kebetulan saya sudah siapkan list sbb

Teo Torriatte - Akmal Nassery Basral
Laut Bercerita - Leila S. Chudori
Banjir Darah - Anab Afifi
Perang Pasifik - PK Ojong

Eh satupun dari keempat buku incaran tsb tidak ada, alhasil cuma ambil D-Day nya Stephen E. Ambrose.


Penerapan Social Distancing di Travel

Adik perempuan saya naik travel dari Bekasi ke Bandung. Dia diminta bayar 2x harga tiket dengan alasan social distancing terkait corona. Dengan demikian kapasitas penumpang travel hanya diisi 50% normal.

Di tengah jalan supir naikkan penumpang lagi sd penuh alias mengabaikan social distancing, uangnya masuk kantong supir. Alhasil travel kembali penuh, begitu juga dompet supir. Saat lewat rest area, supir salam tempel dengan standby supervisor. Adik misuh2 merasa rugi bayar 2x. 

Indonesia oh Indonesia....

Istri Selalu Benar

Ada teman yang katakan, istrinya selalu ingin dianggap benar 100%. Pernikahan mereka penuh dengan perselisihan ttg berbagai hal. Menurut saya sih tidak mungkin istrinya 100% benar, karena istri seperti ini setidaknya pasti mengakui pernah salah minimal 1x. Kapan ? Ya saat memilih suami, iya gak sih 🙂

Wednesday, May 27, 2020

Covid Paranoid

Dulu jantung berdegup kencang saat bertemu mantan yg skr jadi ibu dari kedua anak saya. Kemarin jantung berdegup kencang ketika shalat Jumat, jamaah disebelah saya bersin 8x.

Tekanan Dalam Pekerjaan

Saat bekerja, tekanan itu wajar adanya, bahkan kadang tekanan mampu menenggelamkan diri kita, jika tidak dikelola dengan baik, tp jangan pernah kehilangan kegembiraan dan semangat 🙂



Tuesday, March 10, 2020

Mengenang Paman – Desain Rumah


Setelah kami pindah dari Denpasar ke Bandung, ayah dan ibu mulai berpikir untuk memiliki rumah sendiri. Selama ini hal tersebut tidak terwujud, karena kami terus menerus pindah, mulai dari Bandung, ke Surabaya, Babat, Bandung, Sibolga, Denpasar dan Bandung. Ayah lalu membeli sebidang tanah di daerah Bandung Utara, seluas kira-kira 1.000 m2. 

Saat paman ke Bandung, ayah dan ibu mengajak beliau meninjau lokasi tersebut. Lokasinya sendiri memang agak sedikit ajaib, karena berada di bukit, sehingga memiliki 3 tingkatan ketinggian. Tidak kehabisan akal, paman menggambar bangunan tersebut dengan memanfaatkan tingkatan tersebut, sehingga meski rumah kami 3 lantai, namun lantai kedua dapat dicapai melalui tangga dengan hanya naik setengah level, demikian juga dari lantai ke dua menuju lantai ke tiga.

Paman menggambar rumah idaman tersebut dengan santai, di meja makan, sambil berusaha mengakomodasi semua keinginan kami. Sehingga masing2 kami memiliki kamar sendiri, sesuatu yang sudah sangat lama kami impikan. Maklumlah saat di tinggal di rumah kontrakan di jalan Galunggung, aku dan abang sekamar, ayah dan ibu sekamar dengan adikku , hanya kakak yang mendapatkan kamar sendirian. 




Karena keterbatasan dana yang dimiliki Ayah dan Ibu, paman menyarankan lantai dua dibuat menyusul, sehingga lantai 1 dan 3 diprioritaskan duluan. Hal ini dimungkinkan karena lantai 2 sama sekali tidak menggunakan lantai 1 sebagai dasar. Akhirnya rumah tersebutpun dibangun, dengan susah payah, karena dana yang dialokasikan sebenarnya dengan mengandalkan hasil penjualan tanah Ayah dan Ibu, yang berlokasi di Medan, namun tak jua laku. Sekitar tahun 1982 kami sekeluarga akhirnya pindah ke rumah tersebut, meski belum selesai. 

Kadang kalau paman sedang berkunjung ke Bandung, sesekali beliau menginap di rumah karyanya tersebut, lalu kami makan bersama dengan masakan khas Ibu seperti ayam goreng sambal, sayur daun ubi tumbuk, serta sambal tuktuk, juga telor dadar krispi (dan berantakan) khas ibu yang menggunakan tetesan jeruk nipis. Seperti biasa sambil makan paman akan bercerita banyak hal, tentang ilmu pengetahuan, situasi politik dan berbagai hal lainnya. 

Mengenang Paman – Bahasa Inggris dan Kartu Pos dari Newcastle


Menjelang kuliah di Newcastle upon Tyne, Inggris, paman seperti biasa ke rumah kami di Bandung, seingat aku antara antara tahun 1980 sd 1982. Kali ini paman membawa sekumpulan buku dan kaset untuk belajar bahasa Inggris. Radio-Tape JVC yang biasa paman pakai saat di rumah kami, buat mendengar lagu-lagu The Beatles seperti lagu kesukaan beliau Michelle, kini digunakan untuk mendengarkan pelajaran. Paman juga membawa sekumpulan novel dengan jumlah kata yang dibatasi, misal edisi 1000 kata, edisi 3000 kata, edisi 5000 kata, dll. Buku-buku ini untuk memudahkan belajar bahasa Inggris dengan menggunakan kosa kata terbatas.  

Salah satu buku itu menggambarkan sosok pemuda Indian, berambut panjang dengan senjata lengkap sedang duduk setengah jongkok di depan genangan air. Aku sering lama2 memandangi cover ini sembari membayangkan barangkali seperti inilah sosok Winnetou yang diceritakan dalam rangkaian novel karya Karl May. Buku-buku ini memang akhirnya setelah dibaca habis oleh paman, diberikan pada kami dengan anjuran untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing. 

Paman memang sosok yang tak pernah berhenti belajar, mungkin itu sebabnya aku dan abangku selalu diminta Ibu untuk meniru sosok paman.  Beberapa masa setelah meninggalkan Bandung, paman pun akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mengambil Master of Philosophy di Newcastle upon Tyne. Paman memulai sekolah tahun 1985 dan selesai 1987 dengan gelar M.Phil.  Beberapa bulan kemudian, kami sekeluarga dikirimi paman, foto beliau dengan latar belakang kampus, dengan latar rerimbunan pepohonan yang asri,  dengan sosok paman berkumis tebal serayatersenyum lebar menggunakan kostum musim dingin. 

Tahun 1997 sd 2001 Paman kembali sekolah di USM (Universiti Sains Malaysia) mengambil PhD. Saat paman ke Bandung beberapa tahun lalu, paman menasehati aku untuk mengambil S3. Jelas bukan hal yang mudah, namun nasihat paman selalu terngiang2 di benakku, entah kapan bisa aku realisasikan. 

Meski aku tak sempat mengecap pendidikan di Eropa atau Amerika, inspirasi dari paman untuk bersekolah di luar, akhirnya berhasil dicapai abangku yang mendapatkan kesempatan mengikuti jejak paman, mengambil master di Kentucky State University  US setelah menyelesaikan kuliahnya di Manajemen Universitas Padjadjaran. 

Menurut paman, genetik guru memang ada pada leluhur kami, sebagaimana nasihat beliau pada putra bungsunya Al Ghazali untuk mengikuti jejak leluhur menjadi pengajar, akupun karena nasihat paman akhirnya 7 tahun terakhir mulai mengajar di Magister Ekonomi UI Salemba, dan setelah pindah ke Bandung per 2019 mulai mengajar di Binus@Bandung. 

Mengenang Paman – Jalan2 ke Lembang dengan VW


Saat abangnya ayah alias Maradjo Pohan berpulang sekitar tahun 1989, ayah lalu membeli mobil warisan abangnya tersebut. Sebuah VW Variant 1968 builtup USA berwarna krem dengan setir kiri. Ayah yang baru pensiun setahun sebelumnya, selama seminggu belajar dengan supir kantor. Maklum ayah memang tidak begitu bisa menyetir meski pernah disediakan mobil dinas dari kantor eh ayah malah memilih menggunakan sepeda motor Suzuki A100. Keputusan ayah saat itu sempat membuat kami sekeluarga kecewa, maklum tidak mudah bagi kami sekeluarga jika harus bepergian bersama. 

Setelah seminggu,  ternyata ayah masih saja belum mantap belajar menyetir, maka beliau mengajak aku untuk ikut belajar. Ternyata hari itu belajar, hari itu juga aku bisa dan langsung membawa VW tersebut ke rumah kami melewati jalan menuju Awiligar yang memang sempit dan menanjak. Namun karena kesempatan menyetir memang terbatas, meski hari tsb aku sudah langsung bisa, maka tetap saja belum bisa dikatakan mahir. Apalagi konon kabarnya, ujian menyetir yang sebenarnya adalah di rute luar kota.

Kebetulan paman sedang ke Bandung, dan tahu aku masih belum lancar benar, paman langsung mengajak aku dan ayah, jalan-jalan ke Tangkuban Perahu via Lembang. Hemm… rute ke sini bukanlah rute yang mudah, sudah macet,  menanjak pula, jadi butuh skill tinggi memainkan kopling, saat kondisi stop dan go. Pula angkot Lembang yang didominasi Hi Ace Diesel terkenal beringas dan sering berhenti atau menyalip mendadak. 

Namun paman menularkan rasa percaya dirinya dan membuat aku tenang sepanjang jalan. Alhasil meski sempat terjadi sedikit kesulitan saat angkot Lembang memotong jalur kami saat pendakian dan berhenti begitu saja serta stop and go di tanjakan curam menjelang Tangkuban Perahu.  Namun paman dengan santai memberikan tips dan trick sepanjang perjalanan. Momentum itu berhasil membuatku mencapai kepercayaan diri tinggi saat membawa kendaraan hingga kini.

Aku ingat cerita paman, saat membawa mobil baru pertamanya yakni Holden Gemini, melintasi trans Sumatera, rute Surabaya - Jakarta – Medan. Sempat menemui jalan berlumpur yang membuat mobil harus menggunakan rantai, juga dikejar begal motor bersenjata rantai di Sumatera Selatan, serta modus penduduk setempat yang pura2 tertabrak dengan memeras “pelaku”.  

Friday, February 21, 2020

Kursi Tamu yang Berjamur


Musim hujan ini cuaca yang lembab berminggu2 mengakibatkan 1 set kursi tamu terlihat belang, kebetulan warnanya abu pucat. Ada banyak layanan cuci kursi di internet, namun meninggalkan ART yang sudah sepuh dan membiarkan orang asing masuk rumah kok ya membuat hati tidak tenang.

Alhasil saya coba share di group teman2 SMA, dan mendapatkan nomor orang yang layak dipercaya. Namun ybs tidak mau kurang dari IDR 800K, padahal ini kursi dengan model sangat sederhana. Hemm saya coba cari di Youtube, dan menemukan link tutorial bebersih kursi cukup dengan rinso, sikat sepatu (agar kainnya tidak rusak), seember air dan kanebo bersih di https://youtu.be/xqcPKPgunQU

Supir yang kebetulan sedang senggang saya minta beraksi, dan jreng ! Dia langsung mencopot setiap jok yang menempel pada rangka kursi, setelah dibersihkan mengacu pada tutorial di atas, dan dijemur kursi nampak kembali baru. Tentu ybs harus mendapatkan tips atas pekerjaannya kali ini. Semoga bisa membantu rekan2 yang memiliki masalah sama.

Thursday, February 06, 2020

Kripik Paru Mesran

Saat istri sekolah di Stella Duce Jogja, ybs kos di sebuah rumah. Hingga kini meski induk semang telah tiada, seperti kebanyakan Suku Jawa, persaudaraannya sangatlah kuat. Putri almarhum berkunjung ke Bandung dan membawa oleh2 diantaranya Keripik Paru Solo. 





Saya bukanlah penggemar bagian2 tubuh khusus dr hewan, seperti paru2, limpa, usus dll. Tapi yang ini harus diakui sebagai perkecualian, benar2 lezat.


Pisyeum

Sudah kebiasaan sejak kembali ke Bandung, pagi2 menikmati gorengan bareng istri sambil seruput kopi hangat berdua, sebelum berangkat ke klinik. Kadang pisang, kadang ketan, kadang ubi, dan juga peuyeum (tape singkong khas Jawa Barat).


Suatu hari peuyeum tinggal sebatang, pisang pun tinggal sebuah krn belum sempat belanja. Alhasil saya aduk keduanya bersama tepung dan jadilah, pisyeum goreng. Hemm enak juga ternyata.



Masakan Ibunda


Anda punya kenangan masakan ibunda saat masih kanak2 ya ? Saya punya, dan alhamdulillah ternyata tesedia di gofood, alias Rumah Makan Mitra Mandailing di Regol.
Buat saya, bukan sekedar makanan, tapi ada citarasa yang sulit dijabarkan hanya dengan kata2, yakni aromanya, rasanya, dan kenangannya menyatu jadi satu, serta mengobati kerinduan.

Masakan Mandailing secara umum mirip dengan Padang, namun memiliki ciri khas seperti Gulai Ikan Mas, Gulai Ikan Asap, Ikan Asap Goreng Sambal, Sambal Tuk2 (remukan teri oseng2 dan cabai), Sayur Daun Ubi Tumbuk (dengan santan, kadang plus Udang Rebon/Ebi), Ebi Goreng Sambal, Genjer / Kacang Panjang Tauco dan Teri Medan Goreng Sambal.
Gambar ini, adalah gulai ikan asap / sale, sayur daun ubi tumbuk, serta sambal goreng.


Bagaikan Anthony Joshua menikahi Ayu Ting Ting

Setahun ini saya beralih ke mirrorless, memulainya dari Canon M50. Lalu pelan2 setelah Canon SLR saya lepas, M50 saya lengkapi, mulai dari M Lens Macro 28, M Lens 11-22 Wide Angle, M Lens 55-200, namun lensa seri lama seperti EFS Lens 10-22, dan EF Lens 50 masih saya pertahankan dengan menggunakan converter.

Alhasil kemana2 skr praktis dan tidak perlu membawa perangkat tempur nan berat. Cukup dengan tas kamera medium, bahkan kadang saya selempangkan dibahu saat bersepeda.

Mendadak Si Sulung karena mau fokus ke bisnis konveksi dan perlu modal, menjual koleksi lensa, kamera bahkan dronenya. Salah satu lensa kesayangannya, ditawarkan ke saya, yakni EF Lens L Series 24-70, 2.8.

Hemm saya minta dia memberikan alasan kenapa harus memiliki lensa ini, selain karena membantu dia. Lalu dia jelaskan sbb;

1. Lensa L series, salah satu seri lensa terbaik dari Canon
2. Karena range zoomnya terbatas, ketajaman gambarnya lebih tinggi.
3. Bukaan maksimal 2.8, cocok untuk mengoptimalkan depth of field dan bekerja dalam lingkungan dengan cahaya terbatas.
4. Karena lensa profesional, relatif lebih tahan air selama tidak dicemplungkan ke dalam air.

Setelah saya timbang2 dan timang2 ternyata lensa ini benar2 berat dan berukuran besar, alhasil ketika dipasangkan dengan M50, rasanya seperti melihat Anthony Joshua menikahi Ayu Ting Ting.



Friday, January 31, 2020

Jalan2 ke Tana Toraja – Part #1 dari 6 : Hore ! Ayo ke Tana Toraja.



Tahun 2005, saya sekeluarga pernah jalan-jalan ke Makassar menginap di Hotel Pantai Gapura, penginapan dengan cottage di atas laut sekitar Pantai Losari. Lalu jalan2 ke Benteng Kura2 alias Fort Rotterdam, rumah adat disekitar Makassar, kuliner hidangan laut di R.M. Lae-Lae, pelabuhan nelayan tradisional di Paotere, mencicipi Es Pisang Hijau dan Es Palu Butung di sekitar Losari, ke Bantimurung melihat habitat Kupu-Kupu dan air terjun.

Setelah itu, sendirian karena tugas dari kantor saya beberapa kali ke Sorowako, melihat Danau Matano yang jernih dan indah. Namun tak bisa benar-benar rileks, karena acara padat dengan tugas. Sayang saya dan keluarga, sama sekali belum menyempatkan diri ke Tana Toraja. Padahal mengacu pada https://theculturetrip.com/asia/indonesia/articles/the-10-best-destinations-in-indonesia/ Tana Toraja masuk dalam 10 lokasi wisata terbaik Indonesia, bersama-sama, Bromo, Komodo National Park, Candi Borobudur, Ubud, Bukit Lawang, Kepulauan Gili, Raja Ampat, Yogyakarta, dan Dieng Plateau.




Kebetulan rekan2 istri seangkatan di FK Unpad, karena semakin aktif bersosialisasi di sosmed sudah melakukan  beberapa perjalanan misalnya ke Derawan, Makassar, dan Jepang. Terkesan dengan Makassar, plan berikutnya adalah ke Tana Toraja via Makassar.  Makassar menjadi sangat berkesan buat mereka karena kebetulan salah satu sahabat seangkatan yang kini juga menjadi pengusaha sekaligus anggota dewan sebut saja dengan inisial AU, bisa bantu memfasilitasi perjalanan tersebut dengan sangat baik.

Gayung pun bersambut, kebetulan AU, juga belum pernah ke Tana Toraja yang memang cukup jauh dari Makassar. Maka dibuatlah rencana, dengan diatur koordinator acara tiket dan perjalanan. Sementara koordinator perjalanan di Makssar - Tana Toraja langsung dibantu oleh AU berserta ajudannya. AU yang terkenal sangat murah hati bahkan ternyata bersedia memfasilitasi hotel, transport dan konsumsi selama di Tana Toraja.

Perencanaan berlangsung alot, karena sebagai komunitas dokter, waktu yang dimiliki termyata sangat terbatas, sampai2 muncul beberapa alternatif skedul yang satu persatu akhirnya gagal. Sampai dengan skedul terakhir, ternyata terancam banjir Jakarta yang masih terus menerus mengalami curah hujan lebat sampai dengan pertengahan Januari. Sementara di Makassar, cuaca juga kurang bersahabat, sehingga Bandara Hasanuddin bahkan sempat tutup dan dialihkan ke Kalimantan. Kesulitan perjalanan ini masih diganggu dengan prediksi cuaca di Tana Toraja yang juga sedang tidak baik, plus longsor yang sempat menutup akses jalan Makassar – Tana Toraja.

Alhasil sebagian peserta memutuskan untuk mundur, voting kembali dilakukan, ternyata yang akhirnya mundur cuma 3 orang, sisanya sekitar 34  orang masih mau untuk join. Sehari sebelum berangkat kembali ada masalah, Citilink mengubah skedul sehingga yang seharusnya terbang jam 04:10 tanggal 17/Jan/2020 mundur 10 jam. Karena terancam gagal sementara hotel sudah dipesan, maka koordinator tiket segera negosiasi dengan Citilink, akhirnya disepakati rombongan transit di Surabaya, dan cuma kehilangan waktu 20 menit. Sebagian sahabat yang tidak berangkat dari Bandung, menggunakan flight yang berbeda, bahkan ada yang sudah tiba satu hari lebih awal.

Jauh ? ya memang ini perjalanan yang cukup jauh, salah satu dokter di klinik, sebelumnya ke sini dengan menggunakan pesawat ATR dengan baling-baling ganda dari Hasanuddin dan mendarat di Palopo.  Dengan pesawat ini perjalanan 8 sd 12 jam dari Makassar ke Tana Toraja bisa dipangkas menjadi 45 menit. Biayanya sekitar IDR 700.000.

Biaya Jakarta - Ujung Pandang dengan Citilink sekitar IDR 2.300.000 dengan flight schedule sbb;

Pergi Ke Ujung Pandang

Citilink QG710 CGK – SUB (4:10 sd 5:40)
Citilink QG350 SUB – UPG (6:55 sd 9:40)

Kembali Ke Jakarta

Citilink QG427 UPG - CGK (9:20 sd 10:50)

Toraja merupakan satu dari empat suku yang mendominasi wilayah Sulawesi Selatan (meski ada suku-suku lainnya), tiga lainnya adalah Makassar, Mandar dan Bugis. Sekilas mengenai Tana Toraja, daerah ini merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan dengan ibukota kabupaten Makale. Luasnya sekitar 2.000 km2, dengan total populasi 268 ribu jiwa. Penduduk di dominasi keyakinan Kristen Protestan sebanyak 64 %, Katolik 18 %, Islam 12 %, dan sisanya Hindu serta Buddha sekitar 4%.  

Jarak Makale dengan Makassar sebagai ibu kota propinsi sekitar 300 km, yang bisa ditempuh dalam waktu 6 jam. Namun dengan istirahat dan makan, tak jarang jarak ini memerlukan waktu belasan jam. Jika lanjut ke Rantepao dimana banyak terdapat lokasi wisata diperlukan sekutar satu jam tambahan untuk jarak sepanjang 20 km. 

Kebanyakan masyarakat Toraja hidup dari hasil pertanian, seperti sayur-sayuran,kopi, cengkih, cokelat, dan vanilla. Semua produksi hasil tani ini disitribusikan melalui 6 pasar utama, yakni Makale, Ge'tengan, Sangalla, Rembon, Salubarani, dan Rantepao.  Selain itu Tana Toraja terkenal dengan seni musik, seni tari, sesi sastra lisan, bahasa, rumah adat (Tongkonan), ukiran, hasil tenun, dan kuliner. 

Wisata khas di daerah ini selain alam yang berbukit-bukit indah, adalah pemakaman dan ritual pemakamannya sendiri. Mayat yang disimpan di lokasi berbatu batu, dalam gua, tempat terbuka. Pada waktu tertentu, dilakukan penggantian baju mayat alias upacara Ma'Nene. Ada banyak lokasi pemakaman khas seperti Londa, Kete Kesu, Kambira (makam bayi dibawah 6 bulan)  dan juga Lemo. Tidak semua suku Toraja dimakamkan ditempat2 ini, melainkan hanya marga khusus dan keturunan bangsawan, karena biaya pemakamannya memang sangatlah mahal. 


Link berikutnya di https://hipohan.blogspot.com/2020/01/jalan2-ke-tana-toraja-part-2-dari-6.html