Tuesday, April 11, 2017

Kenangan Soal Mobil Part #8 dari 10 : Nissan



Bagi yang tertarik ingin membaca dari awal, silahkan mulai dari link http://hipohan.blogspot.co.id/2015/10/kenangan-soal-mobil-part-1-dari-8-mobil.html

All New Nissan X Trail

Saat kelas akhir di SMP sampai dengan menginjakkan kaki di bangku SMA, saya sering naik angkot gelap yang biasa “ngetem” di awal jalan Pahlawan, Bandung. Kebanyakan mobil saat itu menggunakan Datsun pickup yang dimodifikasi. Sepertinya ini merupakan angkutan St Hall – Sd Serang yang gagal mendapatkan izin trayek. Inilah cikal bakal saya mengenal Datsun yang skr lebih dikenal dengan Nissan, walau kemudian Nissan memutuskan untuk menghidupkan kembali merk Datsun.

Sebelumnya saya sudah sering melihat Datsun 120 Y, yang wara wiri dijalan dan merupakan salah satu mobil favorit anak-anak orang “gedongan” selain Corolla DX di masa itu dan banyak dipakai kebut-kebutan. Salah satunya paman saya yang sempat mengalami remuk kaki saat mengalami kecelakaan di sekitar Puncak.  Pengalaman lainnya dengan Nissan adalah saat menyetir Nissan X Trail Gen I yang menjadi mobil dinas para direktur salah satu anak perusahaan Telkom dimana saya pernah bekerja sebagai document exchange expert.



Namun saya tidak pernah tertarik untuk memiliki Nissan. Sampai dengan ketika saya kehilangan kontak dengan sales Mitsubishi Pajero ketika berniat mengganti mobil, dan saat bersamaan saya bertemu dengan sales Nissan yang ramah dan semangat sekali menawarkan X Trail. Sales tsb dengan antusias menawarkan kesempatan test drive di akhir pekan, namun saya yang Senin subuh akan tugas ke  Kuala Lumpur bilang hanya punya waktu minggu malam hari, dan ajaibnya dia menyanggupi.



Akhirnya meski hujan turun, berlangsung jua lah acara test drive di malam hari tersebut, keliling komplek bersama istri, wah saya cukup terkesima dengan interiornya. Meski tampilan luar terlihat masih sulit mengimbangi All New KIA Sportage, namun jejeran fitur , kenyamanan duduk dan kemewahan interior benar-benar mengejutkan.  Akhirnya saya dan istri memutuskan untuk membeli satu unit X Trail.

Sejauh ini saya cukup puas, khususnya dengan sekian deret fitur seperti Cruise Control, Follow Me Lamp, Integrated MID (Head Unit dan Dashboard monitor saling menggunakan informasi yang sama), Keyless Entry, GPS, Push Start Stop Engine, Dual Zone Auto Climate Control, Bird Eye View Camera, Tilt and Telescopic Steering, Spion Heater, Drink Cooler, Touchless Power Back Door, Electric Seat with Lumbar Support (ki-ka), Vehicle Stability Control, Active Trace Control, Active Ride Control, Active Engine Braking, Hill Start Assist, 2nd Seat AC Blower, ABS, EBD, BA, All Disc Brake, Dual Air Bag, LED DRL and extra 3 rd row seat.  Semua fitur itu diakses lewat interior yang didesain secara istimewa, bagi saya ini mungkin mobil dengan desain interior terbaik yang pernah saya miliki, meski desain eksteriornya terlihat tidak seasik model di kelas yang sama.

Memang saya sempat baca ketidak puasan beberapa reviewer soal suara CVT yang relatif lebih brisik dibanding transmisi otomatis biasa. Namun Fiat Uno yang pernah saya pakai juga brisik, apalagi mobil sport seperti Lamborghini, atau Ferarri, jadi suara brisik tak selalu berarti negatif, apalagi sekedar suara CVT Nissan X Trail. Jangan lupa Honda pun saat ini nyaris di semua produknya menggunakan CVT. 

Soal power, jika anda penggemar gaya menyetir agresif, mode D transimis X Trail tidak akan bisa menjadi solusi, maka sebaiknya tiptronic X Trail lah dijadikan sebagai solusinya. 

New Nissan Grand Livina X Gear

Khusus untuk wara-wiri alias mobil “cape” awal 2017 saya membeli New Nissan Livina X Gear dari hasil penjualan Mitsubishi Pajero yang akhirnya saya pensiunkan, sebagai kandidat pengganti Picanto yang sekarang sudah berusia 5 tahun dan menempuh sekitar 100.000 km. Sebenarnya ini bukan mobil pilihan saya mengingat produk ini sudah rilis tahun 2006, dan relatif hanya mengalami perubahan minor saja, apalagi tahun 2017, akan dirilis produk lanjutan Livina dengan model yang cukup drastis perubahannya.



Namun lagi-lagi sales Nissan berhasil meyakinkan saya dan istri, sehingga akhirnya satu unit berwarna biru metalik akhirnya menjadi penghuni garasi dan siap melanjutkan petualangan sebagai bagian dari anggota keluarga.  Untuk memperkuat keyakinan saya sempat diskusi dengan salah satu teman yang begitu fanatiknya dengan Livina, sempat 3x berganti Livina tanpa sedikit pun tertarik dengan mobil merk lain.



Meski tampilan dashboard relatif tidak banyak berubah, kecuali penambahan HU Kenwood (terkoneksi dengan TV di bagian tengah dan fasilitas mirorring dengan sinkronisasi HP), perubahan model stir, namun yang membuat cukup terkesan adalah lengkapnya fasilitas keamanan, seperti dual airbag, EBS. EBD dan BA dan fitur tambahan seperti body side moulding, roof rail, outer mirror with turning lamp, parking sensor, 7 seat belt, 4 speaker.
Untuk menjawab keluhan pemakai Livina atas responnya yang agak lambat, meski defaultnya menggunakan mode biasa, maka model ini dapat diubah menjadi mode sport dengan menekan tombol di persnelling. Sebagaimana produk-produk Nissan matik, transmisinya juga menggunakan CVT.

Pada awalnya saya cukup ragu dengan mobil ini, khususnya ground clearancenya yang cuma 16,5 cm, namun setelah uji coba keluar masuk klinik tempat istri bekerja, keraguan saya sirna. Meski saat test drive dengan Livina XV yang menggunakan bemper Livina Highway Star sempat dua kali sempat bergesekan dengan permukaan jalan. 

Salah satu kelebihan mobil ini menurut saya adalah suspensinya yang nyaman, stabil saat kecepatan tinggi dan posisi duduk ala sedan yang membuat perjalanan jauh menjadi lebih ringan. Sayangnya tarikan mesin X Gear ini terasa agak kurang, karena karakter CVT yang agak lambat, namun memang hemat.  Sekitar 17 bulan memakai mobil ini, saya lepas karena sedang memerlukan bugdet untuk membeli ambulans.