Tuesday, March 27, 2018

The Shining (1980) – Stanley Kubrick



Sometimes Human Places, Create Inhuman Monsters.

(Stephen King, The Shining)

Konon kabarnya cerita ini berawal mula pada 1977 saat Stephen King menginap disebuah hotel bernama Stanley, Rocky Mountain, Colorado. Aneh dengan sepinya hotel, barulah Stephen menyadari dia dan istrinya lah satu-satunya tamu di hotel tersebut. Kesan seram ini makin parah setelah Stephen King juga bermimpi buruk saat malam hari. Suasana yang tenang namun juga membuat bulu kuduk merinding inilah yang menjadi inspirasi Stephen King dalam menulis buku The Shining.  

Meski kurang berhasil saat-saat awal, namun makin kesini, film ini makin diapresiasi orang. Martin Scorsese bahkan memasukkannya sebagai 1 dari 11 film horor terbaik sepanjang masa. Soal awalnya yang kurang diapresiasi ,tak aneh juga sebenarnya, karena sosok Kubrick yang diidolakan banyak sutradara bahkan termasuk Spielberg, memang memiliki selera jauh kedepan yang belum tentu orang dimasanya dapat mengapresiasi. Hal yang sama terjadi karyanya yang lain yakni  “2001 A Space Odyssey”.  



Kembali ke The Shining, hotel yang dalam film ini berubah nama menjadi Overlook Hotel ini, memang memiliki desain yang sangat memikat bahkan dari sudut pandang sekarang, megah dengan langit-langit tinggi, menunjukkan cita rasa khusus dari pemiliknya.  Adegan awalnya juga sangat indah, saat mobil Jack terlihat menyusuri jalan-jalan indah di antara bukit dan jurang, dan meliuk-liuk menuju Overlook Hotel. Entah apakah ini benar-benar merupakan jalan ke hotel yang sebenarnya.

Cerita The Shining berawal dari sosok pria berprofesi penulis bernama Jack Torrance (diperankan oleh Jack ) yang sedang dalam proses rehabilitasi akibat kecanduan alkohol untuk menjaga sebuah hotel klasik nan megah saat musim dingin. Dengan ditemani istrinya Wendy Torrance (Shelley Duvall) dan anak semata wayang Danny Torrance (Danny Llyod).  

Baru setelah proses interview lah, Jack diberitahu bahwa ada suatu kejadian aneh yang terjadi dengan penjaga hotel sebelumnya, yakni membantai istri dan kedua anaknya sendiri dengan kapak, yang diduga diakibatkan tertekan dalam menjaga hotel yang terisolasi berbulan-bulan saat musim dingin, dan keanehan-keanehan yang terkait dengan masa lalu hotel. Sosok si bocah Dhanny membawa penonton pada sejarah kelam hotel karena kemampuannya menyaksikan hal-hal tak kasat mata (kemampuan khusus ini lah yang dimaksud dengan The Shining) , yang membuka sejarah kelam hotel.  

Akankah suasana hotel membuat Jack mengikuti jejak Grady sosok pendahulunya, sepertinya tidak usah kita bahas disini. Bagi saya akting Danny Lloyd (yang dipilih dari audisi dengan 5000 peserta daam proses yang memakan waktu enam bulan) benar-benar bisa menandingi Jack Nicholson yang bermain nyaris sempurna disini. Dilain pihak, ekspresi kegilaan Jack Nicholson benar-benar dimainkan dengan luar biasa termasuk yang senyumannya saja bisa membuat kita bergidik. Tak aneh kalau beberapa tahun lalu Jack juga dengan mahirnya mampu memainkan karakter sinting Joker dalam film Batman dengan nyaris sempurna.

Beberapa adegan menarik dalam film ini bagi saya adalah, saat adegan mencekam Danny dengan sepeda roda tiganya menyusuri lorong-lorong kamar hotel dengan kamera bergerak pada ketinggian pandangan Sang Anak, lalu saat Wendy menyaksikan adegan badut dan seorang pria dewasa yang terlihat sangat ganjil, adegan percakapan aneh Jack dengan penampakan Sang Bartender Lloyd dan juga penampakan Sang Pendahulu alias Grady. Puncaknya adalah adegan penutup dimana Jack ternyata pernah ada dalam foto-foto tua hotel, yang menyisakan pertanyaan tak terjawab mengenai asal usulnya. Sound track film karya Gordon Stainforth,  juga boleh diancungi jempol, pemandangan perbukitan yang indah terasa menjadi mencekam saat musiknya turut mengiringi.

Meski banyak penonton yang saya kira terkesan dengan akting Jack  serta Danny Llyod, saya kira umumnya pasti heran dengan pilihan Kubrick bagi sosok Wendy Torrance yang diperankan Shelley Duvall. Memang terlihat secara fisik, wajah Shelley Duvall terlihat agak ganjil, namun aura dan ekspresi wajahnya justru membuat film ini semakin hidup, bagi saya Shelley Duvall adalah tetap pilihan yang pas, terlihat dari aktingnya yang luar biasa dalam perubahan karakternya yang gampang panik menjadi sosok berani melakukan apapun demi anaknya. Akhir kata, bagi saya The Shining di tangan Kubrick bukan film horor yang biasa-biasa saja.




Saturday, March 24, 2018

How The World Works Buku #2 dari 4 : “The Prosperous Few and the Restless Many”- Noam Chomsky

The term 'globalisation' is conventionally used to refer to the specific form of investor-rights integration designed by wealth and power, for their own interests. 

Noam Chomsky




Resensi kali ini adalah bagian kedua dari kompilasi How The World Works, yang merupakan  kolaborasi dari empat seri tulisan mengenai analisa dan investigasi Chomsky.

  • What Uncle Sam Really Wants,
  • The Prosperous Few and the Restless Many,
  • Secrets, Lies and Democracy, and
  • The Common Good.


Judul kali ini menggambarkan bagaimana makna kesejahteraan hanya bagi segelintir orang saja, sementara dibawah sana, ada kegelisahan yang luar biasa. Chomsky menuliskan pemikirannya dengan kecerdasan yang mengagumkan, meski berada di barisan para penonton dia menunjukkan apa sebenarnya jalan cerita yang dimainkan oleh para dalang.

Dalam buku kedua ini Chomsky juga membahas Israel, Palestina, pecahnya Yugoslavia dan juga Gandhi. Selain membahas kolonialisme gaya baru, juga dibahas mengenai kolonialisme gaya lama yang sesungguhnya menghancurkan banyak bangsa di dunia.  Sebagaimana contoh di Bengali, ketika pedagang merangkap tentara Inggris datang, Bengali adalah suatu kawasan yang maju, bahkan para pedagang Inggris menyebutnya bagaikan surga. Dulu Bengali merupakan daerah agrikultur kaya yang menghasilkan kapas terbaik dunia, mereka juga memiliki industri manufaktur yang maju, bahkan mampu produksi kapal bagi angkatan perang Inggris dalam perang Napoleon. Lalu Inggris melakukan perampasan tanah, mengubah lahan produktif pertanian menjadi ladang opium, dan terjadilah kelaparan dahsyat di Bengali, yang akhirnya menjadi Bangladesh salah satu simbol negara yang erat dengan keputusasaaan dan ketakberdayaan hingga kini.

Chomsky juga menjelaskan bagaimana penaklukan dilakukan dengan pemisahan (Devide Et Impera). Dan ajaibnya Inggris menggunakan Bangsa India yang satu untuk menyerang Bangsa India lainnya. Ketika puncak kekuasaan Inggris di India tercapai, mereka hanya memerlukan 150.000 orang Inggris saja. Cukup dengan mengeksploitasi konflik diantara penduduk lokal dan menjadikan yang satu sebagai kolaborator mereka untuk menghancurkan yang lain.  Bagi Chomsky orang-orang seperti Reagan, Bush, pasti akan bekerja bagi Rusia dan dengan senang hati mengirim warga Amerika ke kamp konsentrasi jika Rusia menjajah Amerika.

Lebih jauh lagi dimata Chomsky, masyarakat barat di era kolonialisme memiliki budaya kekerasan yang nyaris tak tertandingi. Mereka menghancurkan semua negara jajahan yang lebih mirip invasi barbar. Sejarah masyarakat barat sendiri sesuai dengan tulisan Adam Smith adalah sejarah dengan perang-perang pemusnahan.  

Bagaimana dengan kolonialisme baru ? bagi Chomsky, globalisasi lah kambing hitamnya, yang menurutnya tak lebih dari ekspor pekerjaan ke wilayah dengan tingkat penindasan tinggi dan upah rendah sekaligus mengurangi tenaga kerja produktif dalam negeri. Satu-satunya tujuan adalah meningkatkan keuntungan korporasi, hal ini tambah mudah kaena kemajuan teknologi komunikasi, dan transaksi modal yang kian bebas. Di lain sisi, pengangguran semakin meningkat di negara-negara maju.

Pasar bebas yang didiktekan barat menggelontorkan sumber daya pada kelompok kaya di dunia ketiga. Kelompok ini dengan mudah menguasai ekonomi nasional, jika anda menguasai ekonomi nasional, maka secara otomatis anda menguasai negara. Jika nasional sudah dikuasai, maka secara otomatis akan masuk dalam ekonomi internasional dan pada gilirannya pemerintahan internasional. Inilah yang dinamakan dengan zaman imperialisme baru.

Instituasi imperialis baru bagi Chomsky terdiri dari IMF, World Bank, dan juga struktur-struktur perdagangan seperti NAFTA, dan GATT. Pertemuan eksekutif seperti G7 tak lebih dari pertemuan ekonomi tingkat tinggi sekaligus pukulan telak bagi demokrasi, dimana parlemen dan rakyat tak lagi memiliki peran penting. Ironisnya rakyat tidak memiliki akses yang cukup mengenai apa yang sebenarnya terjadi (karena media juga sudah dikuasai kelompok kaya ini), yang mereka rasakan hanya segala sesuatu tak berjalan dengan baik.

Seperti yang terjadi di GM, ketika 24 pabrik mereka di Amerika Utara tutup, pada saat yang sama mereka membuka pabrik mulai dari Jerman Timur, Meksiko, Thailand dan banyak negara lain dengan upah senilai 40% dari pabrik-pabrik mereka sebelumnya. Tak tanggung-tanggung di Jerman Timur GM investasi senilai USD 700 juta.



Kebetulan beberapa saat lalu, saya membaca komunikasi Fadli Zon dan Steve Hanke, yang dengan jelas menyebutkan bahwa peran IMF sesuai arahan Clinton, untuk mendestabilisasi dan menggulingkan Soeharto. Dengan demikian apa yang dikemukakan Chomsky terbukti sudah. Silahkan cek link http://wow.tribunnews.com/2018/03/05/ekonom-amerika-steve-hanke-benarkan-pernyataan-fadli-zon-soal-peran-imf-di-indonesia?page=all&_ga=2.18489470.676931501.1521849306-2081938024.1499430647

Wednesday, March 21, 2018

The Mist (2007) - Frank Darabont



As a species we're fundamentally insane.
Put more than two of us in a room, we pick sides and start dreaming up reasons to kill one another.

(Ollie Weeks – The Manager Assistant)


Setelah menyelesaikan The Shawsank Redemption (TSR), kini giliran The Mist yang masih merupakan kolaborasi Stephen King dan Frank Darabont. Sebagaimana TSR, casting dalam film ini lagi-lagi layak mendapatkan acungan jempol. Secara umum dialog yang kuat dengan aktor berkelas berhasil membuat film ini menarik meski secara special effect masih kalah kelas bahkan dengan Jurassic Park yang dibuat 14 tahun sebelumnya. Salah satu tokoh yang muncul dalam film ini terlihat tak asing bagi saya, ternyata William Sadler (berperan sebagai Jim Grondin) yang juga bermain dalam TSR.

Sejujurnya saya agak sedikit bingung menentukan genre apakah film ini ?, jika scifi kok rasanya “special effect”nya biasa saja, jika dianggap horor tetapi dramanya justru mendapatkan porsi yang lumayan banyak, begitu juga jika dianggap film monster, eh monster dalam film ini cuma jadi figuran.  Namun secara sederhana saya berpendapat film ini mengenai psikologi manusia yang berada dalam suatu tempat terisolasi, sehingga tak ada lagi kepura2an, semua karakter terlihat telanjang dalam mengekspresikan amarah, dendam, kelicikan, putus asa dan lain sebagainya.



Sebenarnya tempat terisolasi seperti ini bukan hal baru dalam sebuah cerita, Agatha Christie sudah membuatnya dalam “Three Blind Mice” juga “And Then There Were None”. Kembali ke cerita, bermula dari sebuah kota kecil bernama Maine (peristiwa aneh di kota kecil memang sering dijadikan tema karya-karya Stephen King) yang sedang dilanda badai hebat. Badai ini lalu diikuti kabut misterius yang menyebabkan sebagian penduduk terperangkap di dalam super market terbesar di Maine. Rumor yang beredar menyebutkan, kabut ini merupakan bagian dari percobaan militer yang dinamakan “The Arrowhead Project”. Namun karena fokusnya bukan mengenai percoban militer jangan harap anda menemukan jawaban dari penyebab kabut tersebut.

Selama terperangkap di supermarket, berkali kali mereka mendapat serangan mahluk bertentakel, serangga raksasa, sosok “manusia” bersayap, dan juga laba-laba, atau bahkan belalang seukuran pohon raksasa. Dalam kondisi tertekan, mulai terbentuk komunitas-komunitas seperti kelompok agama garis keras (bertahan di super market dengan terus menerus berdoa), kelompok arogan dan mau menang sendiri (sengaja pergi keluar super market dan lalu menemui ajal) , kelompok yang frustrasi dan lalu memilih bunuh diri, serta komunitas yang dipimpin oleh David Drayton,  Sang Seniman yang tetap mencoba berpikir bagaimana bisa keluar dari tempat tersebut.

Karakter menarik dalam film ini salah satunya adalah Mrs. Carmody yang diperankan dengan sangat baik oleh Marcia G. Harden. Sosoknya yang selalu mengaitkan apapun dengan agama dan cenderung memaksakan kehendak pelan2 mulai mendapatkan pengikut dalam super market. Puncak dari kegilaan ini adalah ketika mereka merasa memiliki hak untuk menghukum mati siapa yang menurut mereka berkhianat.

Peran utama David Drayton dimainkan dengan baik oleh Thomas Jane. Saat-saat awal saya sempat mengira Thomas Jane sebagai Christopher Lambert karena kemiripan mereka berdua. Akting Thomas Jane saat memerankan Drayton juga diuji saat berusaha kembali ke rumahnya setelah meloloskan diri dari super market, namun harus menghadapi kekecewaan saat menemukan kondisi istrinya, sementara dia selalu berjanji pada anaknya, akan berusaha memastikan istrinya baik-baik saja.

Film ini menemukan klimaksnya pada akhir cerita sekaligus menggambarkan betapa ironisnya kehidupan, namun tidak akan seru jika saya bahas disini. Bukan akhir cerita yang menyenangkan bagi orang-orang yang ingin melihat akhir kisah yang bahagia. Konon kabarnya, akhir seperti ini diputuskan oleh Frank Darabont, sesuatu yang menurut Stephen King tak akan dia tulis sebagai bagian akhir. Jujur saja, setelah menonton, film ini membuat kita merenung, seandainya Drayton adalah kita, apakah kiranya yang akan kita lakukan ?

Akhir kata, meski alur film ini terasa agak lambat, namun ironi di akhir cerita menempatkan film ini sebagai film yang sangat layak ditonton. Namun saya tidak menyarankan film ini buat anak-anak, karena beberapa adegan yang terlihat cukup sadis.

Catatan, mobil yang digunakan Drayton untuk melarikan diri perlu dijadikan catatan khusus, karena merk yang sudah tak asing di Indonesia, alias Toyota Land Cruiser FJ55.









Wednesday, March 14, 2018

The Shawsank Redemption (1994) - Frank Darabont



Remember Red, 
hope is a good thing, 
maybe the best of things, 
and no good thing ever dies.

Andy Dufresne (letter to Ellis “Red” Redding)

Sebagian orang mungkin langsung berpikir 1994 ? film tua ? jangan salah, film bagus tetaplah film bagus tak perduli kapan dia dibuat. Tidak percaya ? lihat saja Sound of Music, meski dibuat tahun 1965, film ini terus menerus membuat orang-orang kagum, mulai dari kamera panorama yang digunakan, pemeran yang pas, cerita yang bagus dan theme song/sound track yang indah.

Lama tak bertemu sahabat ex teman sekantor saat di Metrodata beberapa tahun lalu, kami berdua janjian bertemu saling bercerita di salah satu restoran Manado di bilangan Jalan Panjang. Setelah banyak diskusi soal band progressive kesukaan kami, yang saat ini masih menjadi lokomotif progressive rock alias Dream Theater, ujung-ujungnya kami bicara mengenai hobby masing2 dimana ybs ternyata mengoleksi 100 film terbaik versi IMDb. Salah satu yang paling berkesan buat dia adalah The Shawshank Redemption (1994) karya Frank Darabont, yang memang masuk dalam urutan 2 selama bertahuin-tahun bersama-sama lima besar seperti Schindler’s list atau The Godfather yang meraih posisi pertama.



Film ini merupakan salah satu dari beberapa karya Steven King yang difilmkan selain Misery, IT, The Mist, The Shining, Carrie, Stand by Me juga Pat Sematery. Karena memang sudah pernah menonton IT dan Misery, saya jadi tertarik eksplorasi film ini. Namun lama tak mendapatkan waktu yang pas untuk nonton bersama keluarga, saya akhirnya memutuskan untuk eksplorasi sendiri.

Ceritanya berawal pada tahun 1947, mengenai dari tokoh utama bernama Andy Dufresne yang diperankan dengan sangat baik oleh Tim Robbins. Sosok bankir dituduh membunuh istri dan selingkuhannya. Andy sendiri tak yakin apakah dia memang bersalah, sepanjang yang dia ingat meski berniat, namun urung dilaksanakan. Sayangnya saat itu dia mabuk, dan gagal membuktikan dia tidak bersalah serta harus menerima keputusan untuk masuk ke penjara selama 20 tahun.

Saat melihat wajah Tim Robbins di adegan awal, saya langsung teringat Jacob’s Ladder, salah satu film Tim Robbins di tahun 1990 yang membuat saya terkesan.  Jacob’s Ladder berkisah mengenai trauma prajurit AS yang ditugaskan di Vietnam dalam rangka eksperimen zat kimia yang mempengaruhi psikologi prajurit. Kembali ke The Shawshank Redemption, di dalam penjara Andy mengalami berbagai perlakuan tak menyenangkan dari komunitas gay yang dipimpin Bogs (Mark Rolston).

Namun pelan-pelan Andy akhirnya diberi kepercayaan oleh Samuel Norton sang kepala penjara (yang diperankan dengan baik sekali oleh Bob Gunton), berkat kemampuan Andy dalam keuangan yang memungkinkan Samuel Norton menghindari pajak, dan mengeksploitasi narapidana secara bisnis sehingga memberikan keuntungan pribadi. Samuel Norton dan tangan kanannya Byron Hadley (yang diperankan oleh Clancy Brown). Buat saya casting dengan memilih Bob Gunton dan Clancy Brown benar-benar pas, ekspresi dingin ala perwira Nazi sangat pas menggambarkan suasana penjara yang ditangani secara otoriter oleh Samuel Norton lengkap dengan penyiksaan dan bahkan pembunuhan kalau diperlukan.  

Penjara yang settingnya mirip dengan film Shocker karya Wes Craven besutan 1989 (dengan soundtrack group metal Megadeth) , kamar-kamar yang disusun bertingkat dengan tangga besi di bagian tengah dan warna-warna buram inilah yang menjadi lokasi sebagian besar adegan. Selain hal-hal diatas, salah satu yang membuat film ini berkesan adalah persahabatan Andy dengan Brooks sang penjaga perpustakaan penjara (narapidana tua yang diperankan oleh James Whitmore) serta tentu saja Ellis Redding (Morgan Freeman).

Hingga ¾ film, saya masih sedikit heran kenapa ranking IMDb film ini begitu tinggi dan bertahan selama bertahun-tahun, sampai akhirnya muncul tokoh Tommy Williams (Gil Bellows) yang mengungkap proses hukum yang tak adil bagi sosok Andy. Tentu saya tidak bisa menceritakan adegan pamungkas dalam film ini, yang jelas sebagaimana film legendaris One Flew Over the Cuckoo's Nest, kita memang harus bersabar untuk menonton adegan puncaknya hingga akhir. Ada hal menarik dalam film ini, yakni ekspose koleksi buku Brooks almarhum yakni The Count of Monte Cristo karya Alexandre Dumas, saat renovasi perpustakaan. Saya kira ini sudah merupakan pesan implisit yang menggambarkan akhir dari film ini.  Akhir kata selamat menonton, dan jangan terlalu berharap banyak soal akhir yang mengejutkan, meski tema utama film ini adalah mengenai pentingnya harapan.




Wednesday, March 07, 2018

Sejarah Gadget Pribadi

Beberapa hari lalu, teman-teman di komunitas KIA Sportage membahas berbagai HP yang mereka pernah gunakan, masing-masing menorehkan kenangan. Maklum zaman ini HP memang kadang lebih dekat ketimbang pasangan, namun karena berbagai sebab dan akibat, mau tak mau ya harus diganti, entah karena rusak, hilang ataupun spesifikasi teknis sudah tak lagi memadai. Karena pernah bikin tulisan yang mirip soal mobil, kok rasanya sayang kalau tak sekalian saja, saya tulis berbagai HP yang pernah saya pakai. 

Kenapa ditulis ? sebenarnya sih ini merupakan bentuk apresiasi saya pada desainer dan engineer yang susah payah membuat suatu produk dari mulai konsep, cetak biru, produksi sd pemasaran dan akhirnya sampai ditangan kita. Ini proses yang bukan sebentar, namun makan waktu tahunan, lalu si produk menemani kita siang dan malam, entah meneruskan kabar bahagia atau kadang sedih, sampai akhirnya tiba saatnya diganti dengan produk lain. Pada masa itulah, ada interaksi yang tak mudah dilupakan. 

Jujur awalnya saya juga sudah tak ingat berapa HP yang pernah saya pakai, juga tak ingat modelnya dan bahkan ada satu model yang saya ingat Nokia ternyata malah Sony, maklum rentang datanya sudah 20 tahun lebih. Jadi terpaksa saya cek tahun per tahun model HP nya dari sini saya mulai bisa menyusun kronologisnya sd saat ini. Situs yang cukup lengkap mengenai model-model ini adalah http://www.gsmchoice.co.uk

Baiklah kita mulai saja, secara keseluruhan ternyata saya sudah memakai 20 HP dalam kurun waktu 21 tahun dan mengalami 2 kali kehilangan.  Brand terbanyak ternyata adalah Nokia yang memang sempat mengalami booming sebagai salah satu brand papan atas dalam waktu yang cukup lama. 4 HP saya peroleh secara gratis, B
  • Siemens (1) 
  • Lenovo (1) 
  • Asus (1) 
  • Sonny Ericsson (1)
  • Sonny (1)
  • Ericsson (2)
  • Blackberry (2)
  • Samsung (6)
  • Nokia (6)
Dari total 21 HP ini, yang paling berkesan adalah Ericsson GH688 karena kekuatan fisiknya, Sonny Ericsson P910 karena teknologi yang sangat menonjol di eranya, Nokia 3250 karena keunikan desain swivelnya, E71 dan Blackberry karena kenyamanan keyboardnya dan Samsung Note 5 karena kamera, desain  dan fungsi stylusnya dan terakhir yang terbaik sejauh ini Note FE (Fan Edition). Baiklah mari kita mulai satu persatu sbb;

1.Ericsson GH688 (1997-1998)

  • OS : No OS
  • Model : Bar 
  • GSM Freq : 900
  • Weight : 160 gram 
  • Memory : No Desc 
  • Display : Mono / LCD





Ini HP pertama saya,  dipinjamkan salah satu partner saat mengerjakan proyek di PT Timah Bangka. Bodinya berat dan memiliki ring logam, yang membuatnya sangat2 kuat, bahkan dilemparkan dr ketinggian 2 meter HP tetap berfungsi dengan baik. Dibagian atas ada lampu kebiruan yang berkelap kelip dan membuat saya merasa ditemani sepanjang hari terutama jika bertugas jauh di pulau lain. Satu tombol terdiri dari 3 huruf sehingga, menuliskan pesan cukup memakan waktu. Layarnya berwarna terang kehijauan dengan waktu standby yang cukup lama. Berbicara lama dengan HP ini entah perasaan saya saja, atau tidak bikin kepala cukup pusing. 

2.Ericsson T18 (1998)

  • OS : No OS
  • Model : Flip
  • GSM Freq : 900/1800
  • Weight : 146 gram 
  • Memory : No Desc 
  • Display : Mono / LCD





Pada awalnya muncul di  salah satu film James Bond, ada flip pelindung keyboard, dan terasa ringan sekaligus mungil dalam genggaman. Tak banyak yang bisa saya ceritakan, karena belum lama dipakai HP ini terjatuh di angkutan umum. Sempat bicara banyak dengan “sang pemulung” , mulai dari kalimat paling sopan sampai akhirnya sumpah serapah, namun tak berakhir dengan kesepakatan. 

3.Nokia 6110 (1998-2001)

  • OS : No OS
  • Model : Bar
  • GSM Freq : 900
  • Weight : 137 gram 
  • Memory : No Desc 
  • Display : Mono / LCD





Darurat karena kehilangan T18, saya putuskan membeli HP sejuta umat saat itu, yakni Nokia 6110 yang kadang disebut dengan Nokia Pisang, karena bodinya yang agak melengkung. Ketimbang Ericsson, jumlah baris layarnya lebih banyak, waktu standby lebih lama, namun ukurannya lebih besar sekaligus cukup enak digenggam. 

4.Siemens C35 (2001-2003)

  • OS : No OS
  • Model : Bar
  • GSM Freq : 900/1800
  • Weight : 110 gram 
  • Memory : No Desc 
  • Display : Mono / LCD





Sering diskusi dengan teman yang fanatik Siemens, dan memang karena di masa itu kebanyakan BTS menggunakan teknologi Siemens, saya akhirnya memutuskan untuk beralih ke Siemens, sayang menunya benar2 ribet ketimbang Nokia, entah apa yang ada di kepala desainernya. Namun waktu stand by nya juga jauh lebih panjang, sehingga cukup di charge 1 minggu sekali. 

5.Nokia 8310 (2003-2005)

  • OS : No OS
  • Model : Bar
  • GSM Freq : 900/1800
  • Weight : 84 gram 
  • Memory : No Desc 
  • Display : Mono / STN





Saat keluar, yang paling menarik dari HP ini adalah ukurannya yang sangat kecil. Modelnya yang mungil ini menyebabkan kesan feminin yang kuat. Namun saya juga menyukainya karena memang daya tahan baterainya bagus, ringan, nyaman dimasukkan ke kantong, dan memiliki speaker yang mumpuni. Namun harganya dimasa itu tergolong mahal. 

6.Nokia 6600 (2003 -2005)

  • OS : Symbian 7.0
  • Model : Bar
  • GSM Freq : 900/1800/1900
  • Weight : 125 gram 
  • Memory : 6 MB 
  • Display : Color TFT 64k Colors




Setelah 8310, saya kembali mengganti HP dengan Nokia 6600, yang agak gendut, tebal dan enak digenggam dan sudah mulai menggunakan layar warna. Salah satu kelebihan HP ini adalah dapat merekam gambar diam juga gambar gerak. Model ini merupakan satu lompatan yang signifikan saya kira.  Meski belakangan kalau melihat kualitas gambar2 yang direkam jauh dari baik, namun di masa itu, HP ini tergolong canggih.  

7.Sonny Ericsson P910 (2005 – 2007)

  • OS : Symbian 7.0
  • Model : Flip
  • GSM Freq : 900/1800/1900
  • Weight : 155 gram 
  • Memory : 64 MB 
  • Display : Color LCD 256k Colors




Saat trend kembali bergeser dengan HP yang lebih smart, saya menggunakan P910, dan memang terbukti sangat memudahkan pekerjaan. Sayang cover lipatnya menyebabkan ada retakan di body. Namun ini salah satu HP terbaik dimasanya yang pernah saya miliki. 

8.Nokia 3250 (2007)

  • OS : Symbian 9.1
  • Model : Swivel
  • GSM Freq : 900/1800/1900
  • Weight : 130 gram 
  • Memory : 22 MB 
  • Display : Color TFT 256k Colors




HP berikutnya adalah 3250, yang merupakan salah satu master piece Nokia untuk desain. Bagian bawahnya yang digunakan untuk keyboard bisa berputar sekian ratus derajat. Sayangnya ini juga yang akhirnya membuat saya tidak lama memakainya, karena koneksi elektroniknya jadi bermasalah.  

9. Nokia N95 (2007)

  • OS : Symbian 9.2
  • Model : Slide
  • GSM Freq : 850/900/1800/1900
  • Weight : 120 gram 
  • Memory : 160 MB 
  • Display : Color TFT 16M Colors





Hanya dipakai seminggu, belum ada kesan yang berarti, saya malah kecopetan di lift BEC yang memang saat itu cukup rawan. 

10.Nokia E71 (2008 – 2009)

  • OS : Symbian 9.2
  • Model : Bar
  • GSM Freq : 850/900/1800/1900
  • Weight : 126 gram 
  • Memory : 110 MB 
  • Display : Color TFT 16M Colors





Ketika mulai diperlukannya akses email, saya membeli E71, kelebihannya enak dalam genggaman layar berukuran besar, keyboardnya sangat enak. Saking asiknya texting saya sempat tabrakan di jalan tol, untung jalanan sedang relatif macet. HP ini saya hibahkan pada si sulung dan hilang dirampas orang. 

11. Samsung Monte S5620 (2010-2012)

  • OS : No Desc
  • Model : Touch
  • GSM Freq : 850/900/1800/1900
  • Weight : 92 gram 
  • Memory : 200 MB 
  • Display : Color TFT 256k Colors





Saya mulai menggunakan 2 HP sekaligus, awalnya tertarik dengan layar sentuh Samsung dan modelnya simpel serta ramping. Seperti Siemen C35, saya beli 2 set, masing2 istri dan saya. HP ini juga saya bawa ke ibadah haji tahun 2010. 

12. Blackberry Bold  9650 (2010-2012)

  • OS : Blackberry OS 6.0
  • Model : Bar
  • GSM Freq : 850/900/1800/1900
  • Weight : 136 gram 
  • Memory : No Desc 
  • Display : Color TFT 64k Colors





Karena teman sekantor ada yang paham sekali dengan Blacbery, maka saya akhirnya tertarik konsep push emailnya yang dimasa itu cukup dahsyat, belum lagi ada fasilitas BBM yang menyebabkan saya terbantu saat chatting dengan teman2 dalam komunitas otomotif. Sayang setelah 2 tahunan touchpad jadi tak responsif. Tracckpadnya juga sangat memudahkan dalam akses GUI. 

13. Blackberry Bold  9650’s (2012-2014)

  • OS : Blackberry OS 6.0
  • Model : Bar
  • GSM Freq : 850/900/1800/1900
  • Weight : 136 gram 
  • Memory : No Desc 
  • Display : Color TFT 64k Colors


Dapat hadiah pembelian apartemen di Westmark, saya mulai menggunakan blackberry kedua yang merupakan revisi dari model sebelumnya. Namun setelah 2 tahun lagi-lagi mengalami masalah dengan trackpad. 

14.Samsung Mega Duo (2014-2016) 

  • OS : Android 4.2 Jelly Bean 
  • Model : Touch
  • GSM Freq : 850/900/1800/1900
  • Weight : 183 gram 
  • Memory : 8 GB 
  • Display : Color TFT 16M Colors





Kali ini saya tertarik dengan model yang lebih besar, maka saya membeli Samsung Mega Duo, layarnya memang tidak terlalu tajam, namun ukurannya cukup besar, dan memudahkan saat surfing. Ukurannya sangat pas saat harus menjadi GPS ketika saya melakukan perjalanan keliling Jawa. 

15. Samsung Note 4 (2015-2016)

  • OS : Android 4.4 Kit Kat  
  • Model : Touch
  • GSM Freq : 850/900/1800/1900
  • Weight : 176 gram 
  • Memory : 32 GB (RAM 3 GB)
  • Display : Color Super AMOLED 16M Colors





Saat membeli apartemen di Taman Anggrek Residence, lagi-lagi saya dapat hadiah Samsung Note 4, tak ada keluhan sama sekali kecuali software panorama untuk fotografinya agak bermasalah dengan obyek bergerak, hanya baru pakai setahun saya hibahkan ke istri, karena kebetulan dapat program gratis HP Note 5 dari Bank Permata. 

16. Asus Zenphone 2 (2015)

  • OS : Android 5.0 Lollipop   
  • Model : Touch
  • GSM Freq : 850/900/1800/1900
  • Weight : 170 gram 
  • Memory : 16 GB (RAM 2 GB)
  • Display : Color / TFT 16M Colors





Kebetulan menggunakan Asus Zenbook Notebook dan puas, saya juga beli HP Asus Zenphone sebagai backup, desainnya benar-benar tipis sayang agak licin di tangan. Tak ada keluhan khusus dengan HP ini dan perlu diapresiasi desainnya yang menawan. 

17. Lenovo A7000 (2016)

  • OS : Android 5.0 Lollipop   
  • Model : Touch
  • GSM Freq : 900/1800/1900
  • Weight : 140 gram 
  • Memory : 8 GB (RAM 2 GB)
  • Display : Color / TFT 16M Colors




Sebagai HP cadangan saya membeli Lenovo, namun tak lama di pakai karena presiden direktur perusahaan tempat saya bekerja menganggap Lenovo sebagai kompetitor, maka terpaksa saya ganti secepat kilat dengan Sonny Ericsson bekas Si Sulung, kebetulan dia menggunakan HP Samsung S7 gratis dari program Bank Permata. 

18.Sony M4 Aqua (2016-2017)


  • OS : Android 5.0 Lollipop   
  • Model : Touch
  • GSM Freq : 850/900/1800/1900
  • Weight : 136 gram 
  • Memory : 8 GB (RAM 2 GB)
  • Display : Color / TFT 16M Colors
Uniknya HP ini adalah kemampuannya yang bisa dikatakan tahan air, harga bekasnya juga cukup bagus karena banyak diincar Ojek Online Driver. Warnanya agak norak, dan sejujurnya buat saya HP ini agak kurang nyaman, desainnya terlalu kotak dan licin. 

19.Samsung Note 5 (2016-2018)

  • OS : Android 5.1.1 Lollipop   
  • Model : Touch
  • GSM Freq : 850/900/1800/1900
  • Weight : 171 gram 
  • Memory : 32 GB (RAM 4 GB)
  • Display : Color / Super AMOLED 16M Colors



Ssampai dengan 2017, ini HP terbaik yang saya miliki, kameranya termasuk luar biasa dan fasilitas panorama sangat memudahkan untuk merekam gambar super lebar dengan resolusi yang relatif baik. Ada banyak foto2 bagus yang bisa saya hasilkan dengan HP ini. Ketimbang Panorama di Note 4, di Note 5 sudah ada fasilitas error correction. Sayang gara-gara sempat jatuh saya terpaksa mengganti layar, yang ternyata cukup mahal alias hampir 2 juta. 

HP ini juga memiliki sejarah ajaib, karena 2x hilang, di negeri orang pula, yakni sekali jatuh di Penang, Malaysia dan sekali jatuh di wahana Magic Lamp, Disneysea Tokyo, namun alhamdulillah dan benar-benar kejaiban, ternyata bisa kembali diketemukan. 

20. Samsung J7 Pro (2017-2018)

  • OS : Android 7.0 Nougat   
  • Model : Touch
  • GSM Freq : 850/900/1800/1900
  • Weight : 181 gram 
  • Memory : 16 GB (RAM 3 GB)
  • Display : Color / Super AMOLED 16M Colors





Saat HP Note 5 saya jatuh dan mengalami layar cacat, dan karena Samsung Services Center tidak bertanggung jawab terhadap data, maka saya terpaksa memindahkan data yang sudah belasan giga ke Samsung J7 Pro yang memang memiliki space cukup besar. Sementara Sonny Ericsson yang speknya memang terbatas saya kembalikan pada Si Sulung untuk digunakan sebagai HP backup di kantornya. 

Meski secara spesifikasi mendekati Samsung Note 5,  namun J7Pro, LCD nya relatif gampang tergores dan setelah setahun, respon keyboard menjadi berkurang meski memory masih tersisa setengahnya, dan respon kamera agak lambat.  

21. Samsung Note FE (2018)
  • OS : Android 7.1.1 (Nougat), upgradable to Android 8.0 (Oreo)   
  • Model : Touch
  • GSM Freq : GSM/HSPA/LTE
  • Weight : 167 gram 
  • Memory : 64 GB (RAM 4 GB)
  • Display : Super AMOLED capacitive touchscreen, 16M colors





Setelah Samsung Note 5 kembali gress dengan penggantian frame dan layar baru, istri tertarik untuk mengganti Samsung Note 4 nya. Karena itu saya membeli HP baru, dan tertarik dengan Note FE (Fan Edition) yang merupakan versi revisi dari Samsung Note 7 yang gampang meledak dan sempat dilarang di beberapa maskapai penerbangan. Versi revisi hanya mengalami pengurangan kapasitas batere namun bisa kita peroleh dengan harga Note 7 baru. Menurut saya ini tawaran yang sangat menarik. Dan terbukti kualitas hasil kameranya memang lebih baik ketimbang  Note 5. Sejauh ini, Note FE adalah HP terbaik yang pernah saya miliki. 

Thursday, March 01, 2018

Left Ventricular Hyperthrophy

Sudah beberapa bulan terakhir perjalanan saya dari Jakarta sampai ke Bandung nyaris selalu sampai dini hari, bahkan kadang sampai di Bandung sekitar 02:30 dinihari. Saat peak season seperti Imlek lalu, bahkan bisa memakan waktu 9 jam. Begitu banyak nya proyek sepanjang jalan seperti LRT, Elevated Cikampek, membuat jalur jalur cepat di kedua sisi terpaksa digunakan untuk kepentingan proyek. Sehingga kita harus ekstra waspada terhadap hal-hal berikut 


  • Keluar masuk kendaraan proyek di jalur cepat. 
  • Kondisi jalur tengah dan lambat yang saat musim hujan begini cukup banyak berlubang, dan ukuran lubangnya bukan main2 (seorang sahabat sempat posting velg rusak Mercedes Benz dari komunitas W204)
  • Genangan air di jalur cepat yang tak tersalur ke pembuangan di tengah tol, yang berpotensi menyebabkan kendaraan terpleset saat kecepatan tinggi. 
  • Jalur yang mendadak menyempit tanpa rambu-rambu yang memadai. 

Kondisi saya saat letih yang langsung disambut pekerjaan lain saat akhir minggu, membuat fisik saya drop. Diawali dengan keluhan pusing dan lalu radang tenggorokan serta batuk, membuat saya memutuskan untuk cuti sakit selama sehari. Mendadak istri langsung menyarankan sekalian untuk cek lab, apalagi saya memang tidak disiplin dalam meminum obat. Astaga ternyata tekanan darah sudah mencapai 160/90, lalu hasil EKG tak kalah anehnya alias ada ischemia (bagian tubuh yang tak cukup mendapatkan suplai darah /anemia lokal,  karena ada masalah pembuluh darah), serta hasil periksa darah juga menunjukkan indikator kolesterol total 238 (normal maks 200), kolestrol LDL direct1 180 (normal maks 100) dan trigeliserida 191 (maks 150). Apakah ini penyebab keluhan kepala pusing saya yang semakin terasa sebulan terakhir ? 

Sebelumnya saya pernah juga melakukan pemeriksaan tepatnya di 2012 dan dapat dilihat di link berikut http://hipohan.blogspot.sg/2012/11/ischemia-heart-disease-inferior-wall.html Pada saat itu saya melakukan pemeriksaan coronary CT angio akibat adanya indikasi Ischemia Heart Disease di Inferior Wall. 

Karena dokter spesialis di Lab Kimia Farma, menyarankan untuk konsultasi ke spesialis jantung, istri langsung kontak teman sejawat yang kebetulan teman seangkatan di FK Unpad, yakni dokter Agus Thosin Sp.JP di salah satu klinik di bilangan Buah Batu. Kebagian nomor 24, kami baru diperiksa menjelang jam 23:00. Hasil EKG ulang tetap menunjukkan ada keanehan. Setelah menempelkan stetoskop di dada dan punggung, dokter Agus Thosin Sp.JP, ingin lebih memastikan apa sebenarnya yang terjadi, karena keanehan ini bisa saja karena penyumbatan namun bisa juga penebalan LV (left  ventricular hyperthrophy). 




Maka beliau membuat surat pengantar ke laboratorium klinik Prodia untuk pemeriksaan Echocardiography Test. Sehari setelahnya, alternatif pemasangan ring, agak membuat saya secara psikologis down, melihat anak-anak dan istri membuat saya berpikir, barangkali tak banyak lagi kesempatan saya mendampingi mereka. Apalagi sebulan lalu, salah satu keponakan yang masih berusia muda, berpulang setelah pemasangan ring. Sementara dua rekan saya di perusahaan sekarang dan perusahaan sebelumnya juga berpulang karena serangan jantung. Alhamdulillah shalat semakin khusyuk dan saya jadi sering merenung akan waktu yang sering saya habiskan dalam kesibukan dunia.  

Malam hari, dengan ditemani Si Bungsu saya meluncur menuju Prodia, dan dapat antrian nomor 4. Tak lama istri menyusul, karena harus menangani beberapa pasien terlebih dahulu di klinik kami. Pemeriksaan Echocardiography Test ini agak mirip dengan USG yang biasa digunakan spesialis kebidanan, namun ini khusus untuk jantung, selain bentuk dan ukuran jantung kita juga dapat mendengar suara jantung saat bekerja, mana kala ada fungsi-fungsi yang tak sempurna.  Setelah berbaring di ruangan dengan posisi menyamping, dokter Agus Thosin Sp.JP langsung  beraksi dengan probe yang sudah dioleskan dengan gel  yang menari nari kian kemari di dada saya. Ada sensasi aneh saat mendengar jantung saya berdegup lewat pengeras suara Echocardiography Test, seakan ingin menyampaikan pesan rahasia pada saya. 

Tak lama hasil pemeriksaan dicetak, beliau langsung menyampaikan hasilnya pada saya, yakni belum ditemukan sumbatan serius, namun ada penebalan di LV yang normalnya 11 mm, ternyata mengalami penebalan ekstrim sampai dengan 20 mm. Jika penebalan ini terus terjadi, maka kemampuan jantung memompa akan menurun drastis karena tak lagi elastis, dan dapat mengakibatkan berhentinya jantung bekerja secara mendadak. Beliau bertanya apakah saya merasa sesak, karena 20 mm seharusnya saya sudah mengalami serangan sesak, alhamdulillah tidak jawab saya. Itu berarti bapak diselamatkan kebiasaan bapak berolah raga keras setahun terakhir, namun penebalan LV justru disebabkan olahraga keras saat hipertensi, hemm sebab akibat yang saling kait mengait ternyata. Sementara hipertensi sendiri bisa diakibatkan kondisi stress dalam pekerjaan (termasuk juga kondisi lalu lintas Jakarta dan lalu Jakarta – Bandung), habit makan yang kurang tepat, serta disiplin minum obat yang kurang. Kedepan mau tak mau saya mulai membiasakan menggunakan Candesartan 16, HCT 25 (Hydrochrolothiazide)di pagi hari, lanjut ke Clopidogrel Bisulfate di siang hari, dan diakhiri dengan Artovastatin 20  dan Alovar 300 di malam hari. 

Keesokan harinya, istri menyarankan memulai kembali olahraga rutin dengan dosis yang dikurangi, saya lebih memilih menggunakan sepeda. Jarak yang biasanya sekitar 30 km saya coba kurangi menjadi sekitar 15 km. Setelah mengecek tekanan darah dengan menggunakan tensimeter Osim Portable (yang saya beli di Singapore tahun 2004 lalu) dan meminum obat, meski masih kurang fit, saya langsung meluncur, setelah sekitar 12 km,  polisi tidur bikinan warga kompleks dan tiadanya suspensi Dahon (sepeda lipat) yang tidak saya antisipasi menyebabkan saya terlempar dari sepeda dengan lutut kiri menghantam aspal. Tanpa menghiraukan darah di lutut, untuk menghindari kecelakaan lanjutan, saya langsung bangkit, namun kepala terasa pusing dan nyaris jatuh, padahal saya yakin sekali tidak ada benturan kepala, disusul dengan pandangan yang kabur. Duduk di dinding garasi warga kompleks dengan kaki selonjor menghadap jalan, perlu waktu sekitar 28 menit dan sebotol Pucuk Harum dari warung sebelah untuk mengembalikan kemampuan saya melihat. 

Secara medis, jatuh tersebut menyebabkan kejutan pada jantung, sehingga berdenyut lebih kencang, perubahan irama secara mendadak ini dapat mengakibat gangguan penglihatan sementara (black out). Kejadian ini menyebabkan saya harus lebih hati-hati, dalam berolah raga, sampai dengan tekanan darah systolic bisa dikontrol diangka 120. 

Akhir minggu setelah izin work from home dari kantor sd akhir minggu saya peroleh, saya menikmati sarapan dan sorenya saat makan berdua dengan istri sebelum ybs praktek, menyambut si bungsu pulang sekolah, menyambut si sulung pulang kerja, dan mendengar cerita anak-anak saat interaksi dengan lingkungan luar seharian. Ah betapa keindahan hidup seperti ini yang sering saya lupakan saat berjuang sibuk dengan urusan pekerjaan. 

Akhir kata, hal-hal yang bisa saya simpulkan dari rangkaian kejadian tersebut adalah sebagai berikut 
  • Pastikan sisa umur kita benar-benar digunakan dalam hal-hal yang bermanfaat. 
  • Jalani hidup dengan seimbang, pekerjaan memang penting namun kehidupan diluar pekerjaan tak kurang pentingnya. 
  • Terus berdoa semoga jika saatnya tiba, Allah SWT memudahkan kita berpulang dalam keadaan Husnul Khatimah (akhir yang baik). 


"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." 
QS. Ali Imran: 8