Thursday, August 29, 2013

Life Story Not Job Title - Darwin Silalahi

"Cara terbaik untuk meramalkan masa depan adalah menciptakan-nya mulai dari sekarang" Begitulah satu kalimat cantik dalam pengantar yang disampaikan Anies Baswedan pada  buku karya Darwin Silalahi ini. Hemm kenapa Anies Baswedan ya ? ternyata Darwin adalah bagian dari program Indonesia Mengajar yang digagas oleh Anies.  Dengan kata lain kedua tokoh ini ternyata bersahabat dan ingin memaknai hidup dengan berbagi pada yang lain.

Siapa Darwin ? dia seorang anak desa dari Balige, Sumatera Utara lalu pindah ke Jakarta, lulus tercepat di tempat kuliah, bekerja di perusahaan internasional, sempat kuliah di Harvard, dan melanglang buana. Saat buku ini ditulis Darwin adalah Presiden Direktur PT Shell Indonesia.



Bagi Darwin, job title adalah sesuatu yang datang dan pergi, namun adalah life story kita lah yang jauh lebih penting termasuk passion dan purpose didalam-nya. Life story juga merupakan kombinasi diri, hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama, dan perbedaan yang kita buat semasa hidup. Kita adalah life story kita sendiri. Itu sebabnya tidak masalah bagi Darwin pindah dari British Petroleum ke perusahaan lain meski harus mengalami penurunan salary hingga 40%, karena passion lebih penting dari salary.

Saat mengikuti Advance Management Program, Darwin terpesona dengan John Kotter salah satu professor di Harvard. Kotter mengajarkan arti leadership lewat tokoh2 seperti Gandhi, Matsushita, Martin Luther King, Nelson Mandela, Robert Kennedy dll.  Saat itu Darwin merasa tak berarti sekaligus tercerahkan, dan episode berikutnya berlanjut saat dia membaca karya Rick Warren What on Earth am I Here For, dan Darwin menyimpulkan tragedi terbesar dalam hidup adalah kalau kita tidak tahu apa guna-nya kita hidup.

Where did we come from?
Why are we here?
Where do we go when we die?


Pengalaman Darwin ini mengingatkan saya akan lirik Spirit Carries On nya Dream Theater di atas. Lirik ini mengingatkan kita penting-nya tujuan hidup agar setiap langkah yang kita ayun menjadi bermakna.

Jadi purpose adalah hal penting dalam hidup, dan dengan mengetahui purpose lah kita memiliki passion. Apa yang diungkapkan Darwin ini membuat saya teringat salah satu Direktur di perusahaan customer, yang membuka rahasia suksesnya, yakni menganggap setiap hari adalah bagai hari pertama kita bekerja alias menjaga passion tetap membara layak-nya karyawan baru. 

Darwin meletakkan kata2 menjadi salah satu yang terpenting dari leadership. Pengalaman hidupnya mengajarkan bagaimana dari seorang anak berbadan kecil, dengan nilai pas2an dia bisa berubah karena kata2 positif seorang dokter. Saat Darwin kecil bertemu dokter yang merawat ayah-nya, dokter tsb memuji Darwin dan mengatakan kelak dia akan menjadi anak yang sukses sebagaimana sang dokter. Kata2 positif itu membuat Darwin melihat dirinya dengan cara yang berbeda. Selepas SMP, Darwin terus menerus berprestasi sampai dia menemukan makna baru hidup di program AMP Harvard.

Buku yang sangat menarik, dan menjadi lebih bernas, karena bukan melulu teori, namun pengalaman hidup. Namun posisi buku ini memang agak sedikit aneh, kadang bercerita tentang berbagai teori layak-nya text book, namun kadang membahas studi kasus, di lain waktu seakan akan perjalanan hidup Darwin sendiri layak-nya otobiografi. Sebagaimana Iwan Setyawan penulis 9 summers 10 autumn yang sukses di negeri orang, Darwin melihat menjadi berarti bagi orang disekitar kita dan bagaimana kita kelak diingat lebih penting daripada sukses individu.

Catatan
Bagi yang tertarik kisah Iwan dapat dilihat di http://hipohan.blogspot.com/2011/12/9-summers-10-autumns-nya-iwan-setyawan.html

Tuesday, August 27, 2013

Doorstoot Naar Djokja - Julius Pour

Memalukan !" Demikian komentar Merle Cochran mengenai sikap Belanda yang mengabaikan perjanjian Renville lalu menyerang Yogya, dan menangkapi para pemimpin revolusi. Dilain pihak Cochran wakil Amerika bersama tim dewan keamanan KTN (komisi tiga negara dengan mandat PBB) dari Australia dan Belgia justru sedang berada di pusaran konflik operasi Kraai yang dilakukan Belanda. Tindakan Belanda ini sekaligus seakan akan mengabaikan keselamatan KTN dan mementingkan ego kepentingan mereka sendiri. 

Beberapa tahun sebelum-nya Belanda di hajar Jepang di lokasi penjajahan mereka di Indonesia, sekaligus  di hantam Jerman di kampung mereka sendiri. Ironisnya meski tahu sakitnya diduduki bangsa lain, justru entah mereka sadari atau tidak mereka meniru Jerman dengan berusaha menduduki kembali Indonesia dengan operasi Kraai (Burung Gagak) yang agak mirip dengan Blietzkrieg Jerman. 



Amerika yang sudah merealisasikan Marshall Plan untuk membangun kembali Eropa setelah WW2, kecewa karena merasa Belanda terkesan justru menggunakan program pemulihan Marshall untuk menduduki kembali Indonesia 19/12/1948. Kesuksesan Indonesia mengatasi pemberontakan PKI tahun 1948 membuat Amerika simpati dengan gerakan perlawanan pada Belanda.

Buku ini mengeksplorasi konflik strategi antara sipil dan militer. Sipil yang menganggap cara keras kurang berhasil memilih untuk menggunakan dialog serta merangkul bangsa2 lain. Sedangkan militer tetap berusaha menggunakan cara2 perang. Namun perang dalam hal ini lebih ke perang gerilya karena berhadapan dengan kekuatan tempur Belanda secara langsung saat itu sama sekali sulit.

Perbedaan strategi sipil-militer sangat terlihat saat Soekarno mengatakan pada Soedirman "Dirman engkau seorang prajurit. Tempatmu di medan perang bersama pasukanmu. Tempat ini bukan tempat pelarianku. Aku harus tinggal disini dan mungkin bisa berunding untuk kita, serta memimpin rakyat kita". Cover buku ini menunjukkan dengan cantik hubungan antara Soekarno mewakili sipil dan Soedirman mewakili militer.

Namun Tahi Bonar Simatoepang (saat itu sebagai Wakil KSAP), sempat mengusulkan agar Pemerintah meski memutuskan perjuangan non kekerasan, tetap memberikan instruksi agar militer tetap meneruskan perjuangan. Penyebarluasan dokumen yang di tanda tangani Hatta inilah yang menyebabkan perjuangan tetap terjadi secara sporadis dimana-mana, meski para pemimpin revolusi sudah ditahan oleh Belanda. Itu sebab-nya serangan umum 1 Maret yang masih kontroversial menjadi ide siapa, tetap dapat dilaksanakan.

Sementar Spoor mengatakan "Mereka harus kita hancurkan, wilayah republik harus dihapus dari peta, dan seluruh ekstrimis harus diringkus dan selesai dalam waktu kurang dari tiga bulan". Dan lalu Spoor memimpin penyerangan dengan seluruh kekuatan darat, laut dan udara. Merebut landasan Magoewo sebagai batu loncatan, mendobrak Yogya, dan menangkap Soekarno Presiden dan antek2nya.

Melihat foto2 sebagian prajurit KST Baret Merah Belanda Hal 149 pimpinan Simon Spoor, justru memiliki raut wajah Indonesia Timur membuat saya sedih. Politik pecah belah Belanda terbukti berhasil disini, dengan mengadu konflik antar suku, sementara Belanda yang akan menikmati keuntungan.

Nehru menyatakan sikap India "Asia telah mengalami kemelaratan akibat penjajahan, sehingga perjuangan Bangsa Indonesia untuk merdeka merupakan usaha bangkit-nya kembali Asia. Dengan demikian, kita semua telah dihina dan juga ditantang. Dan jika tantangan tersebut tidak bisa kita lawan, maka peristiwa serupa akan dapat dialami oleh negara2 lain di Asia, dan juga bisa terjadi di bagian lain dunia".

U Win menyatakan sikap Birma "Serangan kepada Indonesia membuktikan, Belanda sedang kembali menghidupkan penjajahan dan imperialisme bentuk baru".

Carlos Romulo menyatakan sikap Filipina "Kita harus menghukum perbuatan Belanda, dan menyatakan dengan tegas, kita tidak akan mengakui apa yang telah didapatkan melalui agresi militer serta melanggar kedaulatan negara lain".

Negara lain seperti Ceylon (Srilanka), Pakistan, Birma, Mesir dan Arab Saudi melarang pesawat Belanda mendarat. Sehingga Belanda terpaksa melewati Afrika Selatan.

JJ Hedaly sekjen gabungan buruh Australia menyatakan sikap "Tentara Belanda harus ditarik kembali ke posisi mereka semua. Sebelum penarikan dilakukan , semua anggota kami tidak akan bersedia memuat barang2 strategis yang akan dikirim ke Indonesia". 
Pidato dan pernyataan mereka didengar dunia, dan semakin menekan Belanda secara politis. Bangsa Indonesia berhutang pada mereka sekaligus mengingatkan bahwa perjuangan fisik semata apalagi kalau sekedar mengandalkan bambu runcing, tidak akan dapat membebaskan Indonesia dari penjajahan.

Julius Pour, pengarang kelahiran Klaten ini  menggunakan lebih dari 50 buku dan referensi untuk menyelesaikan buku menarik ini. Kejadian yang sama di potret dari berbagai saksi sejarah membuat buku ini komprehensif. Kita juga dapat mengetahui bagaimana Benny Moerdani terlibat sebagai prajurit saat bocah serta misalnya akhir nasib Amir Syarifuddin (Harahap) setelah di duga terlibat pemberontakan PKI 1948. Terimakasih besar atas upaya Pour menjahit sobekan2 sejarah, agar menjadi pelajaran bagi generasi yang lebih muda. 

Belajar Gotong Royong dari Pemimpin Politik

Tanggal 26/8/2013, Senin malam, saat saya sudah sampai di Apartemen terlihat ada acara menarik disalah satu TV milik petinggi partai berwarna kuning. Ternyata acara silaturrahim (tertulisnya sih silaturahmi, karena memang sudah menjadi kesalahan yang umum dipakai) antara partai2 besar, namun dengan kemasan unik yakni membiarkan setiap pemimpin partai, orasi dengan bebas-nya.

Sepertinya acara ini memancing inspirasi mengenai gotong royong, dan orasi yang disampaikan petinggi partai yang baru2 ini ketua-nya terjerat kasus korupsi dan partai yang mengawinkan antara mantan tentara dan pebisnis media sangat menarik untuk kita bahas dalam blog ini.

Petinggi partai pertama mengatakan betapa acara ini mengingatkan dia akan gotong royong sebuah kata yang menjadi warisan bagi kita semua persis seperti tulisan almarhum Ayah saya seperti saling membantu mengerjakan sawah di pedalaman Sumatera Utara. Gotong royong menurut sang petinggi adalah bermakna mengumpulkan semua potensi terbaik dari setiap orang, dan di manage untuk mencapai tujuan bersama.  Jadi kehebatan gotong royong bukan dilihat dari saling mengejek kekurangan atau saling membanggakan kelebihan, namun menggabungkan sisi positif dari setiap orang.

Petinggi partai kedua menyoroti kehebatan gotong royong dengan menngingatkan kita akan kalimat dr. Wahidin Sudirohusodo, yang mengatakan "Apa sih hebatnya Belanda ? seandainya saja setiap penduduk bangsa yang kita cintai ini meludah, maka sudah pasti semua penjajah Belanda akan tenggelam karena-nya". Hemm betapa luar biasa-nya memang gotong royong ini, kalau dilakukan dengan sungguh2.  

Kesempatan tidak menunggu kesiapan

Apakah anda pernah harus menghadapi sesuatu tapi anda benar2 tidak merasa siap ? Jika sering terjadi maka pasti ada yang salah dengan diri anda, namun sebaliknya jika jarang terjadi, berarti anda orang yang selalu siap menyongsong kesempatan atau malah tidak pernah mendapat / melihat kesempatan.

Saya sendiri pernah menghadapi situasi yang cukup "ajaib" saat masih sebagai Project Manager untuk sektor IT di salah satu instansi dibawah Departemen Keuangan. Suatu hari di tengah cuaca panas dipertengahan 2006 mendadak saya di telepon oleh X salah satu petinggi di instansi tsb, dan ditegur dengan keras karena semua peserta sudah menunggu presentasi saya di gedung yang berbeda, sedangkan saya justru satu2nya  oraang yang belum datang. Mendengar nada suaranya yang tinggi dan mengandung kemarahan, saya memilih bersikap tenang, meski masih belum jelas apa yg sebenarnya terjadi.

Setelah saya ingat2, ternyata saya benar2 tidak tahu acara apa yang beliau maksud, mengenai acara apa dan apa peran saya dalam acara itu. Saat berjalan kaki bersama wakil saya, ke gedung yang dimaksud, saya masih mencoba mengingat ingat apakah ada undangan mengenai forum ini sebelum-nya, namun seingat saya tidak ada pemberitahuan atau undangan apapun.

Akhirnya kamipun sampai, dengan perasaan tidak nyaman saya mengetok dan lalu membuka pintu, lalu terlihatlah sebuah ruangan besar dengan sekitar 50 peserta forum dari berbagai departemen dan kantor cabang sedang menunggu. Juga terlihat meja panelis dengan sekitar 5 pejabat tinggi berwajah "penting". Dengan suara keras namun bernada lega X berseru "Nahh ! Ini dia orang-nya, yang ditunggu tunggu , ayo silahkan Pak Husni segera presentasi". Hiks.. presentasi apa ya ? batin saya, namun saya mencoba tetap tenang. Perasaan saya saat itu persis seperti korban salah satu acara TV, "Nah Ini Dia" yang konon kabarnya terinspirasi dari Harian Pos Kota.

Wakil saya mulai terlihat gugup, namun saya minta dia melakukan setup proyektor, tp saya minta jangan terburu-buru agar saya memiliki waktu untuk menyusun strategi. Lalu sambil membuka notebook, saya pasang kuping mencari tahu pembicaraan mereka. Pelan2 saya mulai berpikir keras untuk memahami apa topik forum hari itu, sambil dengan cepat saya tuangkan menjadi poin2 dalam materi presentasi, setelah sekitar 5 slide, maka saya beranikan diri untuk presentasi.

Ekspresi wajah wakil saya terlihat cemas seakan akan nasib kami berdua tergantung pada momen ini, tetapi nasi sudah jadi bubur. Saya mencoba berjalan dengan mantap ke podium. "Bapak dan Ibu yang saya hormati, selamat siang, hari ini kita akan mencoba mendiskusikan jalan keluar untuk masalah bla, bla bla, namun daripada membuat forum ini menjadi satu arah, saya memilih untuk setup forum ini lebih ke diskusi dua arah, dan akan saya bagi dalam beberapa kelompok, yang nantinya akan kita kompilasi sebagai resolusi". Selanjutnya saya sudah mulai bisa menangani  audiens, dan lalu semuanya berjalan lancar.

Lalu sengaja saya set banyak jeda, sambil setiap kali jeda saya beri kesempatan sekiranya ada masukan, sambil mengamati akan seperti apa forum ini berjalan. Lalu dari masukan2 itu saya perkaya materi forum dengan ide2 baru untuk membuat resolusi dalam forum ini, menjadi lebih komprehensif.

Tak lama, forum pun selesai, dan suatu resolusi baru telah disepakati lengkap dengan time line, dan PIC untuk masing2 task. Alhamdulillah, berkat ketenangan, saya berhasil lolos dan mengubah kesulitan menjadi kesempatan untuk berprestasi. Apa sih moral of the story-nya ?, karena kesempatan tidak pernah menunggu kesiapan, jadikan lah diri anda sebaliknya yakni sosok yang selalu siap menghadapi tantangan, dan manfaatkan setiap waktu untuk meningkatkan kualitas diri.

Thursday, August 22, 2013

Konspirasi - Alfred Suci

Bayangkan jika anda memiliki produk shampo mobil yang sangat laris di seluruh dunia, mendadak seseorang menemukan teknologi cat mobil yang meniru bulu burung. Menggunakan lapisan lilin yang dapat dibersihkan hanya dengan semprotan air biasa, serta mencegah kotoran tak bisa menempel pada permukaan-nya. Hemm apa yang kira2 anda lakukan pada sang penemu tsb ? Membiarkan-nya menghancurkan bisnis anda, membunuh-nya atau mengajak-nya kerja sama, saya jelas memilih yang terakhir atau bahkan ganti pekerjaan, namun sebagian orang memilih jalan pintas untuk mengamankan ladang kehidupan-nya. 

Kira2 seperti itulah salah satu konspirasi dalam dunia energi, dan Alfred mencoba menganalisa kenapa banyak penemu energi alternatif mengalami serangan. Salah satu contoh adalah Nicolas Tesla yang laboratorium-nya dirobohkan, dan pembiayaan laboratorium-nya dihentikan oleh JP Morgan (investor kakap di sektor energi komersil). Begitu juga Eugene Mallove dari MIT yang ditemukan tewas padahal temuan-nya mengenai cold fusion sangat mungkin bisa dipraktekkan. Beliau tewas dengan bekas cekikan, 32 memar serta banyak luka sayatan tahun 2004 lalu, pada usia 56 tahun.



Buku setebal 548 halaman ini membahas 128 konspirasi, dan dibagi dalam 7 kelompok, yakni agama-budaya, sains-media-olahraga, hukum-kriminalitas, sejarah-politik-kriminalitas, militer -intelijen, ekonomi dan terakhir selebritis-tokoh. Bagi penggemar film2 seperti X-files buku ini menjadi semacam ensiklopedi yang menarik, dan saya rasa memang lebih menarik dibanding buku Hawkson yang pernah saya baca sebelum-nya.

Hal menarik lain-nya adalah dugaan NASA mendistorsi penemuan mengenai kondisi alam di Mars, kondisi tanpa medan magnet serta radiasi yang memancar dari Mekkah ke alam semesta. Poin terakhir bahkan sempat muncul selama 21 hari di situs NASA, namun mendadak hilang, seakan akan NASA ingin menyembunyikan-nya karena menguatirkan dampak terhadap keyakinan banyak orang.

Topik tidak kalah mengagetkan-nya, adalah hasil analisa surat2 RA Kartini ke sahabat2-nya seperti Abendanon, yang nyata2 mengekspresikan kedekatan paham-nya (yang konon memang dipengaruhi kejawen) dengan Theosofi yang dibawa Madame Blavatsky ke Indonesia. Saya semakin yakin sebenar-nya Dewi Sartika lah yang lebih berhak menyandang tokoh perempuan yang membawa cahaya bagi Indonesia, partisipasi aktifnya dalam pendidikan sebagai pengajar, lebih nyata dibanding RA Kartini yang lebih banyak di ranah wacana. Mengenai kenapa RA Kartini lebih terangkat, banyak yang menduga ada Belanda ada dibalik itu untuk memberikan kesan, bahwa penjajahan mereka justru dapat mengubah pemikiran bangsa jajahan ke arah yang lebih baik. 

Unik-nya cukup banyak konten lokal yang masuk, seperti John Kei, KPK, pembunuhan Marsinah, misteri kematian David Hartanto (mahasiswa cerdas asal Indonesia di Singapore), dan beberapa bahkan kasus baru seperti pemerkosaan yang menggila di India dan juga Irjen Djoko Susilo. Secara keseluruhan buku ini menarik dan gaya tulisan-nya enak dibaca serta layak sebagai hadiah bagi penggemar teori konspirasi. 

Tuesday, August 20, 2013

The Arrival - Noreaga dan Archenaar

Karena buku ini dibuat dua pemuda Amerika keturunan Arab namun bernama latin, maka sebagaimana layaknya pemuda, film cukup banyak menjadi referensi dalam buku ini. Bukan cuma karena mereka yakin film juga merupakan industri yang sudah disusupi tetapi karena film banyak memberikan inspirasi. Selain Monster Inc, National Treasure, Matrix, The Devil's Advocate mereka juga membahas Lord of The Ring, The Passion of Christ, Apocalypto, namun tiga film karya Peter Jackson dan Mel Gibson ini dibahas sebagai sesuatu yang positif. Sayang cover dari penerbit Indonesia terkesan berlebihan, sehingga saya memilih cover dari wakeupproject.com saja.

Kenapa dunia musik pop sering digunakan sebagai "kendaraan" untuk menyampaikan subliminal message dalam melakukan mind control ? Jawaban-nya ada dibuku ini, a.l. artis pop umum-nya tidak membuat lagu-nya sendiri, promosi-nya dikemas juga oleh pihak lain, mulai dari video klip, sampai dengan performance termasuk setting panggung, kostum artis dan juga penari latar. Karena itu menggunakan artis pop menjadi lebih mudah dibanding aliran musik lain.

Buku ini juga mencoba menjawab masa depan uang. Setelah masa barter, lalu penggunaan emas, berlanjut ke uang kertas,  dan berikutnya dalam proses persiapan yakni uang elektronik. Saat uang menjadi elektronik, maka kendali atas uang menjadi lebih mudah. Lalu jika ini ditangani oleh suatu konspirasi, maka kendali atas satu dunia (New World Order) semakin dekat dengan kenyataan.



Selain itu, buku ini membahas siapa yang sangat terobsesi memimpin dunia kelak, setelah, Inggris yang menguasai dunia selama 900 tahun, lanjut dengan Amerika selama 100 tahun, menurut buku ini akan dilanjutkan dengan Israel. Tak banyak yang tahu setelah perang dingin antara Rusia dan Amerika dan pengurangan senjata nuklir, yang terjadi maka sebaliknya yakni pengembangan senjata nuklir secara besar2an di Israel. Senjata ini, berikut penguasaan uang, serta media akan menjadi kontrol bagi siapapun.
 
Tidak seperti buku2 lain yang mengulas teori konspirasi, Noeraga dan Archenaar juga mengutip investigasi John Perkins (Confession of Economic Hitman, buku yang sampai sekarang belum dapat saya temukan), pemikiran Noam Chomsky, David Icke, Norman Finkelstein, George Carlin, dll. Ini yang membuat buku ini menjadi menarik, sekaligus aktual. Ada banyak window2 kecil dalam buku ini dan mengingatkan saya akan style buku2 Rhenald Kasali. 


Buku ini juga membahas bagaimana satu paham disebarkan dengan dikemas dalam beberapa pesan, satu untuk menyesatkan dan sisanya memang benar. Dengan demikian orang mengira keseluruhan pesan menjadi benar. Misalnya Zeitgeist film yang menodai agama Kristen, mencoba meniadakan Yesus (sosok yang juga dihormati dalam agama Islam sebagai Nabi Isa) dengan melakukan komparasi antara Yesus dan Horus dan dibuat untuk memberi kesan bahwa Yesus adalah mitos yang dilahirkan dari legenda Horus. Namun bagian kedua film ini mengenai 9/11 dan ketiga mengenai Federal Reserve bisa diasumsikan sebagai kebenaran.

Juga dibahas mengenai simbol2 kerajaan Inggris, simbol2 di mata uang Amerika, garis darah Bush dan Ratu Inggris serta Star Gate. Tak ketinggalan gedung parlemen Uni Eropa (dengan bentuknya yang menyerupai Menara Babel). Dan seperti biasa dalam buku2 seperti ini pengaruh Rothschild dan Rockefeller, dll. 

Dilengkapi dengan bonus video membuat kita lebih bisa memahami apa yang dimaksud duet penulis ini, namun kualitas gambar video-nya kabur, dan hanya sekitar setengah jam, sehingga tidak semua apa yang ditulis dibuku buisa dilihat visualisasi-nya. Review buku menarik ini saya tutup dengan keyakinan sebagian umat manusia, bahwa "Hanya ada satu Tuhan, dan satu pesan yang sama. Perbedaan adalah buatan manusia".

Tuesday, August 13, 2013

Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3 - Ajahn Brahm


Buku ini merupakan buku ketiga Ajahn Brahm yang saya beli, dan saya cukup yakin bakal menarik, sebab buku kedua diluar dugaan tidak kalah asyik-nya dengan buku pertama. Umum-nya produksi yang menyusul kesuksesan pendahulu-nya jarang berhasil, namun untuk buku kedua dan ketiga Ajahn Brahm ini sepertinya bisa dikatakan sama sukses-nya.

Dibuka dengan cerita pertama "Perangkap Tikus", kita sudah langsung terbetot dengan gaya Brahms, yang sederhana tanpa harus kehilangan makna. Cerita ini bahkan sempat saya kutip dalam salah satu ceramah taraweh saya dalam lingkungan keluarga besar.  Ini benar2 cerita yang sangat pantas sebagai pembuka dalam buku ketiga Si Cacing ini.




Ceritanya adalah tikus yang ketakutan melihat petani dan istrinya membeli perangkap tikus dan lantas "curhat" pada ayam, babi dan sapi.  Namun ketiga rekan-nya dalam lingkungan rumah petani tsb tidak ada yang perduli. Mereka malah mengatakan itu sepenuh-nya urusan tikus. Saat ternyata yang terjebak adalah ekor Ular, dan lantas memagut istri Petani, maka justru ayam, babi dan sapi yang menjadi korban untuk menjadi obat serta acara makan bersama keluarga besar petani, sedangkan tikus selamat. Moral of The Story-nya adalah kadang kita mengira sesuatu bukanlah urusan kita, namun ternyata yang terjadi adalah sebalik-nya.

Cerita lain adalah bagaimana Brahm yang tidak biasa menggunakan kaus kaki mau menggunakan kaus kaki yang dengan susah payah di buat seorang wanita pengagum-nya. Brahm bukan cuma menggunakan kaus tersebut bahkan juga membuat gerakan2 sedemikian rupa sehingga si pembuat dapat melihat dengan jelas kaos buatan-nya, digunakan Ajahn Brahm, meski setelahnya oleh Brahm diserahkan pada orang yang lebih membutuhkan.

Saat harus ceramah di depan komunitas bisnis, Ajahn menghindari untuk berbicara macam2 hal yang muluk sekaligus kompleks, dia hanya menjelaskan seni mendengar sebagai salah satu tips terhebat dalam berkomunikasi.  Sederhana, dan juga  membumi namun tetap memberikan dimensi kedalaman dari apa2 yang disampaikan, begitulah ciri Ajahn Brahm.  Apa sih yang ingin disampaikan Brahms ? saya rasa Brahm ingin menyampaikan bahwa untuk bahagia itu sebenar-nya mudah, dan jangan biarkan orang lain mendefinisikan arti “kebahagia an” bagi anda. 


Ada cerita lucu saat, Brahm pulang ke London menjenguk ibu-nya. Ibu langsung memasak masakan kesukaan Brahm, dan karena biksu biasanya cuma makan 1x sehari, bagi Brahm momen ini sangat penting. Namun mendadak bel pintu berbunyi dan ada seorang gypsi menawarkan gelang, yang tentu saja ditolak Brahm yang memang tidak punya uang.  Namun si gypsi setengah mengancam siapapun yang tidak mau beli akan mengalami kutukan, dengan santai Brahm menjawab, siapa yang berani mengutuk seorang biksu akan mengalami kutukan biksu ang jauh lebih hebat, sehingga si gypsi kabur ketakutan. Lalu Brahm menjelaskan tidak ada kutukan dalam Budha, sebaliknya yang ada adalah doa bagi siapapun.

Apakah cerita ini orisinil ?, pada buku ke #1 dan ke #2 sepertinya cukup banyak yang orisinil, karena memang merupakan pengalaman Ajahn Brahm secara pribadi. Namun semakin kesini terasa ada beberapa cerita yang memosisikan Ajahn sebagai  seorang yang mendengar-nya dari orang lain pula. Sehingga jangan kaget kalau anda merasa pernah mendengarnya atau membacanya dari sumber lain. Salah satu  contoh-nya adalah  kisah Pendeta, Biksu dan Rabbi yang berusaha mengubah pendirian Beruang soal keyakinan.  Demikianlah 108 cerita singkat, sederhana namun bermakna sekaligus  membuat kita dapat melihat potret kehidupan dari sudut pandang seorang Ajahn.


Monday, August 12, 2013

Inspirasi dari Jawa Timur #1 of 14 Bandung – Surabaya


Berbeda dengan lebaran2 tahun2 sebelum-nya ini merupakan lebaran kedua dimana saya dan keluarga memutuskan untuk “mudik” ke lokasi di luar Bandung dalam hal ini Jawa Timur.  Lebaran pertama dimana kami juga “mudik” adalah tahun 1997 saat ke Pontianak. Kenapa kami memutuskan “mudik” ke Batu Jawa Timur ? karena abang ipar yang asal Wonosobo sangat ingin bersama sama merayakan hari besar ini, sehubungan dengan selama ini karena beliau bekerja di hotel, sangat sulit bagi-nya untuk bisa join bersama-sama kami. Begitulah yang bekerja di sektor wisata, setiap week end atau libur nasional dimana orang banyak merayakan kebersamaan, abang ipar justru sebalik-nya.

Namun karena sayang rasanya ke Batu saja, maka kami memutuskan untuk juga ke Surabaya satu malam saat pergi dan lalu Bromo satu malam saat pulang. Maka kami susun lah itinerary untuk kepergian kali ini. Ternyata setelah ke toko buku dan mencari informasi wisata di Surabaya , sangat sulit mencari lokasi wisata yang oke di Surabaya dan sekitar-nya. Juga tidak banyak buku yang bagus mengenai Surabaya. Kebanyakan wisata di Surabaya hanya seputar Hotel Majapahit (tempat bersejarah peristiwa perobekan bendera Belanda), Tugu Pahlawan, Jembatan Merah, Museum Kapal Selam,dll. Meski bersejarah harus diakui secara wisata lokasi2 ini kurang menarik. Untuk mengunjungi lokasi seperti Taman Safari atau Ciputra World Surabaya, rasanya lokasi seperti ini sudah tersedia di seputaran Jakarta dan Bandung, jadi sudah kurang menarik bagi kami. 

Maka kami memutuskan untuk wisata religi ke Masjid Sunan Ampel, Masjid  Cheng Ho, Monumen Jalasveva Jayamahe dan Jembatan Suramadu. Untuk wisata kuliner tadinya kami memilih Lontong Balap di Jln DR. Moestopo, Bebek Kayu Tangan di belakang Novotel dan Es Krim Zangrandi Jln Yos Sudarso.

Untuk perjalanan kali ini kami sudah jauh2 hari memesan tiket Lion Air, dengan harga Rp. 550.000 per orang, dikali lima orang karena Ibu saya yang sudah berumur 77 tahun ikut serta, sedangkan keluarga besar sudah pergi duluan dengan menggunakan KA Malabar dengan harga Rp. 310.000 per orang.  Kami berangkat dari Bandung Senin 5/8/2013 jam 06:10. Tak terasa kami sampai di Surabaya jam 07:25 dan langsung disambut driver pengganti bernama Mas Munir dengan kertas A4 bertuliskan “POHAN”. Senang juga melihat Bandara Juanda saat ini sudah jauh lebih resik, serta menggunakan garbarata untuk langsung menuju tempat pengambilan bagasi.

Kami menyewa mobil All New Avanza G selama 2 hari termasuk untuk mengantar kami nanti-nya ke Batu dengan biaya Rp. 550.000 per hari, dan biaya driver Rp. 300.000 per hari namun diluar biaya lain seperti tol, parkir, dan bahan bakar. Biaya2 ini adalah tarif khusus lebaran , pada hari biasa mobil seperti ini cukup disewa dengan Rp. 350.00 per hari. Namun Mas Munir ternyata bukan supir sebenar-nya, dan sepertinya dia sama tidak tahu-nya dengan kami mengenai jalan2 di Surabaya dan sekitar-nya, dan selalu mengatakan “Jauhhh pak atau macet bu” untuk setiap lokasi yang kami rencana-kan.  Dan mengandalkan aplikasi maps di hp-nya berukuran kecil, namun hikmah-nya si sulung jadi piawai sebagai navigator Mas Munir sepanjang jalan, dan menjadi “gape” dalam menggunakan aplikasi tsb.



Untuk hotel, kami memesan hotel Walan (Sekitar 3 km dari Bandara) yang menggunakan system syariah (profile-nya kami baca di tabloid Al Hikmah) dengan biaya Rp. 750.000 per malam melalui travel. Namun  ternyata kalau kontak langsung bisa dengan Rp. 504.000 per malam, namun sayang-nya baru kami ketahui belakangan. Hotelnya terletak di jalan Sedati Agung No 1, Betro, Sidoarjo, kurang lebih sekitar 3 km dari Bandara. Meski kamar-nya lumayan serta terdiri dari dua kamar dilengkapi  dapur dan ruang keluarga, namun bagian dalam lemari-nya agak berbau apak dan berjamur, sepertinya Hotel Walan masih harus meningkatkan kualitas-nya. Disamping itu kami juga harus bertempur dengan dua kecoak, meski satu kabur namun yang satu-nya berhasil digebuk istri, padahal bangunan hotel ini terbilang baru. Hotel ini kami pilih dengan alasan memfasilitasi kebutuhan berbuka puasa dan sahur.

Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/08/inspirasi-dari-jawa-timur-2-masjid.html

Inspirasi dari Jawa Timur #2 of 14 Masjid Sunan Ampel - Surabaya


Setelah sempat mutar2 mencari cara masuk ke kompleks Masjid sekaligus makam Sunan Ampel dan ternyata memang kami tidak bisa masuk ke lokasi, kecuali dengan jalan kaki, maka Munir parkir di sisi jalan, dan kami pun masuk ke mulut gang. Jalan masuk-nya mengingat kan saya akan Ruin St. Paul di Macau, karena penuh dengan kios2 penjual di sepanjang gang dengan bangunan2 berarsitektur Tiongkok dan Arab disekitar-nya. Namun jualan-nya yang membedakan. Di sini yang dijual adalah kurma, buku2 agama, tasbih, baju2 muslim. Abang saya yang pernah wisata religi ke makam para Wali Songo, mengatakan memang nyaris disetiap makam selalu ada yang jualan seperti itu.



Istri mendadak menunjuk sebuah komik yang mengingatkan saya akan masa kecil tentang hukuman Allah di Neraka bagi dosa2 di Dunia. Sayang-nya dibuat dalam jilid2 super tipis untuk setiap jenis dosa. Hemm kalau saja ada yang versi lengkap, sepertinya komik ini cukup menarik untuk diboyong pulang, kalau saja ada yang membuat ulang komik ini sepertinya bagus juga buat anak2 sekarang. Komik ini juga berperan besar dalam “meluruskan” jalan saya hingga sekarang.




Begitu masuk ke jalan kecil tersebut kita segera dengan mudah mengenali dengan menara-nya yang berarsitektur khas. Namun Masjid baru dibuka jam 10:00 sedangkan kami masih memiliki agenda untuk ke lokasi lain-nya. Istri dan Ibu segera kebelakang menuju kompleks pemakaman Sunan Ampel untuk berziarah. Meski lokasinya outdoor namun untuk masuk kita harus melepas alas kaki dan tidak diperkenankan menggunakan kamera. Akhirnya saya urung masuk ke kompleks makam, namun berusaha untuk mencari sudut2 menarik disekitarnya. Si Sulung tertahan karena menggunakan celana ¾, dan terpaksa menunggu di sekitar masjid.



Masjid kuno Ampel ini terletak di kelurahan Ampel, kecamatan Semampir. Luasnya 120 x 180 meter persegi ini dan konon didirikan pada tahun 1421 oleh Sunan Ampel. Selain kompleks pemakaman di bagian belakang, di samping kiri halaman masjid, terdapat sebuah sumur yang diyakini merupakan sumur yang bertuah, biasanya digunakan oleh mereka yang percaya untuk penguat janji atau sumpah.



Siapa Sunan Ampel ?, salah satu sumber sejarah catatan kronik China dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng - seorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Cina di Champa oleh Sam Po Bo. Ada beberapa versi lain, namun ini salah satu yang dianggap cukup valid. Menurut sejarah bukan cuma Masjid Sunan Ampel yang didirikan oleh beliau, namun juga Masjid Agung Demak.

Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/08/inspirasi-dari-jawa-timur-3-masjid.html

Inspirasi dari Jawa Timur #3 of 14 Masjid Cheng Ho - Surabaya


Selama ini yang banyak diketahui orang adalah, Masjid  Cheng Ho yang berada di Semarang, Namun kumpulan komunitas Islam yang bernaung di bawah PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) memiliki inisiatif untuk membuat Masjid berarsitektur China lain-nya di Surabaya, mengingat Cheng Ho bukan hanya di hormati di Semarang melainkan juga di beberapa daerah yang dikunjungi beliau dalam lawatan-nya ke berbagai lokasi di Indonesia.



Masjid ini berlokasi di Jalan Gading, Ketabang, daerah Genteng yakni sekitar 1.000 meter utara Balai Kota Surabaya. Cukup surprise melihat masjid ini ternyata relatif mungil namun di halaman depan-nya ada pelataran yang cukup luas sekitar 2x lapangan basket dengan kanopi. Sepertinya pelataran ini digunakan untuk ibadah yang membutuhkan space lebih luas.



Dibuat pada 15/10/2001 dan didominasi warna merah, kuning dan hijau. Konon kabarnya masjid yang dirancang oleh Abdul Aziz ini terinspirasi dari arsitektur Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi. Sebagaimana kebiasaan Tionghoa, siapa2 yang menyumbang bagi pendirian Masjid ini, nama2nya diabadikan dalam prasasti di koridor bangunan yayasan. Uniknya bukan hanya nama saja yang diabadikan, namun juga besaran sumbangan-nya. Mungkin bagi yang sumbangan-nya besar ini bisa jadi membanggakan, namun bagaimana yang kecil, sudah kecil, diabadikan pula he he.



Siapa Cheng Ho yang digunakan sebagai nama masjid ini ?  beliau merupakan laksamana asal China yang beragama Islam. Dalam perjalanannya di kawasan Asia Tenggara, Cheng Ho bukan hanya menjalankan misi kebudayaan dan menjalin persahabatan, namun juga tanpa sengaja menyebarkan agama Islam.



Pada abad ke 15 pada masa Dinasti Ming (1368-1643) orang-orang Tionghoa dari Yunnan mulai berdatangan untuk menyebarkan agama Islam, terutama di pulau Jawa. Laksamana Cheng Ho (Admiral Zhang Hee) atau yang lebih dikenal dengan Sam Poo Kong atau Pompu Awang pada tahun 1410 dan tahun 1416 dengan armada yang dipimpinnya mendarat di pantai Simongan, Semarang. Selain itu dia juga sebagai utusan Kaisar Yung Lo untuk mengunjungi Raja Majapahit yang juga bertujuan untuk menyebarkan agama Islam.

Saat kami ke Batu, ternyata ada lagi Masjid Cheng Ho yang lain di Pandaan, namun berukuran jauh lebih besar dari Masjid Cheng Ho di Surabaya.  Informasi dari seorang teman, di Jalan Demak dekat tempat Cheng Ho berlabuh, ada juga Klenteng yang dibangun untuk menghormati sosok beliau, sayang kami tidak sempat kesana.

Link selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/08/inspirasi-dari-jawa-timur-4-jalasveva.html

Inspirasi dari Jawa Timur #4 of 14 Jalasveva Jayamahe


Target berikut-nya adalah monumen angkatan laut setinggi 30 meter dan bertumpu diatas sebuah gedung yang juga bertinggi 30 meter. Dibuat oleh Nyoman Nuarta dalam keadaan terpotong potong di artshop-nya di Bandung kemudian di rangkai di Surabaya. Sayang-nya lagi2 Munir tidak tahu lokasi-nya, dengan mengandalkan GPS juga ternyata tidak banyak informasi yang bisa didapat kecuali lokasi2 yang sudah jelas seperti Tanjung Perak.




Setelah cari sana-sini, ternyata pintu masuk-nya dijaga petugas AMARTIM dan kami diminta ke loket untuk pembayaran tiket, namun petugas disana mengatakan bahwa lokasi ini terlarang untuk kunjungan kecuali Sabtu dan Minggu. Melihat ekspresi kecewa kami, mereka menyarankan kami untuk ke pelabuhan Ferry menuju Madura, menurut mereka, monumen tersebut bisa dilihat dari sana. Setelah putar sana-sini, lagi2 kami harus memasuki pos penjagaan dan lagi2 mentok. Lalu saya bertanya pada petugas kepolisian, dan beliau menyarankan masuk via kantor Syahbandar, namun lagi2 ada pos jaga. Akhirnya meski sempat kesulitan kami putuskan masuk via gerbang untuk penumpang menuju Madura.




“Heiii pak bayarrrr !!” kata petugas gardu jaga gerbang ferry terminal, namun saya yang sudah lolos dari gardu membalas-nya dengan teriak juga “Yang menyebrang siapa mas ? wong cuma lihat2 kok !!”. Lalu kami melintasi kumpulan warung yang menjual es kelapa muda, dan benar2 membuat  puasa kami mendapatkan cobaan yang sebenar-nya. Tak terasa ternyata kami sudah berada di area kantor Syahbandar, setelah melewati beberapa bangunan kantor. Dan lalu terlihatlah Sang Monumen dari situ, sayang sekali hanya topi dan sebagian tubuh, benar2 obyek foto yang menyedihkan.  Untung ada satu bangunan yang menarik, dan lalu kami mengambil beberapa foto disitu, lupakan saja Sang Monumen, seperti-nya dia tidak akrab dengan wisatawan.


Link selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/08/inspirasi-dari-jawa-timur-5-suramadu.html

Inspirasi dari Jawa Timur #5 of 14 Suramadu


Setelah Monumen Jalasveva Jayamahe yang mengecewakan, kami memutuskan ke Hotel untuk mandi, istirahat, untuk menuju Suramadu pada sore hari-nya sambil berbuka puasa. Rencana untuk ke Bebek Kayu Tangan (Belakang Novotel) dan Lontong Balap (sebelum RS dr. Soetomo) terpaksa kami hapus dari itinerary kami, karena mendapat informasi baru, ada Restoran Taman “Jembatan Suramadu” yang dapat kita temukan setelah jembatan berakhir ke arah Bangkalan.

Jembatan Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Surabaya dan Bangkalan dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini dan dibangun dengan biaya sekitar Rp. 4,5 Triliun.
Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge) yang dibangun secara bersamaan. Diresmikan awal pembangunannya oleh Megawati Soekarnoputri pada 20/8/2003 dan diresmikan pembukaannya oleh SBY pada 10/6/2009.


Gabungan dari tiga jenis jembatan memiliki lebar kurang lebih 30 meter dan tinggi 146 meter. Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Dan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar jembatan.
Ternyata restoran-nya cukup besar, sepertinya bisa menampung ratusan pengunjung sekaligus. Konon kabarnya restoran ini milik Bupati Bangkalan, dan bisa kita temukan kurang lebih 15 km setelah jembatan berakhir. Suasana gemerlap di Surabaya langsung terasa kontras dengan suasana Madura yang gelap gulita. Munir membuat suasana semakin mencekam saat bercerita tentang banyak-nya aksi begal berupa  pembunuhan dan perampokan serta anak2 geng motor yang sering melakukan perampasan di daerah ini. Si Bungsu yang duduk sendirian di baris ketiga menjadi terlihat pucat dan ketakutan, dan memintaku untuk duduk disebelah-nya.



Kami memesan bebek goreng, sop buntut goreng, tempe,dan kangkung ca. Lalu nasi goreng untuk dibawa pulang sebagai bekal sahur. Bebek goreng-nya sangat berminyak dan basah, namun kangkung ca, tempe, sop buntut-nya sedap meski  terlalu berlemak. Untuk minuman kami memesan es kelapa muda dan jeruk namun  ternyata mendapat bonus Liang Tea, masing2 segelas. Saat duduk menunggu makanan, tiba2 Munir menunjukkan wajah kaget dan lalu Brakk !! dia menghantam seekor serangga bersayap di atas meja dengan menggunakan asbak. Kami yang kaget bertanya ada apa, dan Munir menjelaskan “Lah bapak gak tahu ? ini Tomcat pak, bahaya sekali kalau kena bisa-nya”.



Di kiri dan kanan jalan terdapat banyak kios yang menjual camilan khas Madura dan souvenir2 seperti di Nagrek. Sayangnya souvenir yang dijajakan kualitasnya kurang baik. Sebagai kolektor kapal2 kecil, istri memaksa untuk membeli kapal nelayan Madura, yang menurut saya agak norak.  Pulang-nya dengan menyalakan lampu hazard, saya dan si sulung turun untuk memotret,, sayang-nya jembatan ini tidak terlihat menarik saat melintasi-nya. Dan lagi2 Munir tidak tahu posisi paling pas untuk memotret jembatan ini dari luar meski saya sudah menunjukkan sampel foto jembatan yang saya maksud dari Internet. Menurut Munir lokasi paling pas sebenar-nya dari Madura, namun daerah-nya rawan.  Mengingat memotret di jalan tol sangat berbahaya, dan kami hanya sebentar, saya memutuskan tidak menggunakan tripod namun dengan meletakkan kamera di sebagian permukaan datar dari jembatan untuk pemotretan. Sayang juga obyek ini tidak dilihat sebagai destinasi wisata.

Kembali ke Sidoarjo, Mas Munir mengajak kami ke warung Baso Solo langganan-nya, yakni Baso Solo Mburi Pos depan Kantor Pos Sidoardjo. Untung saja jam meski 21:30 warung ini masih buka dan ramai luar biasa. Sayang saya lupa mencoba Es Teler-nya, namun cukup puas makan baso-nya, kaldu dan rasa baso-nya pas di mulut.

Link selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/08/inspirasi-dari-jawa-timur-6-lumpur.html

Inspirasi dari Jawa Timur #6 of 14 Lumpur Lapindo di Porong


Esok paginya kami berkemas menuju Batu, saya minta Mas Munir melewati lokasi lumpur, setelah sejam dari Hotel tak lama kami melihat tanggul tanah setinggi 13 meter di sepanjang jalan. Kami lalu berhenti dan masuk ke areal yang dijaga oleh penduduk sipil. Kami lalu naik tangga darurat ke atas, dan menemukan sebuah pos ojek dan warung. Setelah mengambil beberapa foto yang menyisakan ujung ranting pohon dan sebagian ujung atap. Kami ditawari naik ojek ke pusat semburan,tetapi dengan melewati lumpur yang sudah relatif kering.

Tarif ojek Rp. 25.000 / orang, namun jika melewati perbatasan desa, kita harus membayar lagi sekitar Rp. 10.000 / orang. Sepanjang jalan tukang ojek yang ternyata juga korban, cerita kalau lumpur ini menenggelamkan 16 desa,4 kecamatan dengan  kurang lebih 30.000 penduduk, 10.426 rumah, 30 pabrik, di 600 hektar lahan dengan lumpur setinggi 10 meter. Debu beterbangan saat kami melintasi jalan tanggul selebar sekitar 3 meter, yang dipenuhi kerikil. Di sebelah kanan nampak jalan raya Porong 13 meter dibawah tanggul.  Sepanjang jalan terlihat bangunan dibawah Tanggul yang sudah ditinggal penghuni-nya, Masjid, Sekolah Dasar, dan rumah penduduk. Meski sudah menyembur sejak 29/5/2006, namun hingga blog ini ditulis semburan tersebut tidak pernah berhenti.



Saat ini sebagian penduduk desa berprofesi sebagai tukang ojek, dan menjadikan lokasi ini menjadi tempat wisata. Sepanjang jalan ada beberapa pos ojek lagi dan lengkap dengan sosok parodi ARB dengan baju partai tertentu serta monumen sederhana. Lalu pos ojek yang lain dengan bendera partai lain-nya serta spanduk2 dan poster. Tukang ojek menjelaskan bahwa mereka sudah pernah mencoba membuat batu bata dari lumpur ini , sayang-nya saat di bakar ternyata retak.



Mendekati pusat semburan nampak menara2 listrik tegangan tinggi tanpa kabel dan sebagian terlihat melengkung di hantam banjir lumpur. Lalu mesin2 raksasa penyedot lumpur, pipa2 besar yang mengalirkan lumpur ke sungai Porong serta beberapa ekskavator raksasa. Tak lama tanggul terlihat buntu, dan kita harus turun ke samudera lumpur berbau sangit (seperti plastik yang dibakar).



Turun dari tanggul, kami mulai menginjak lumpur kering yang aneh-nya terasa di kaki seperti menginjak agar2. Si Sulung bahkan mengatakan seperti jalan diatas bubur lemu (dengan satu kata menurutnya “enyoy…”), karena memang lapisan yang sudah mengering bisa bergerak naik turun. Dan sebagai pengunjung kita tidak diperkenankan melintas jalur baru, dan hanya melintas jalur yang dipenuhi jejak pengunjung sebelum-nya. Situasi ini mengingatkan saya akan cerita komik Storm saat melintasi lokasi penuh dengan jebakan, siapa yang melanggar akan langsung celaka saat itu juga.



Mendekati pusat lumpur akhirnya langkah kami terhenti karena sudah terlalu berbahaya, nampak dua gundukan yang menurut tukang ojek sebelum-nya tidak ada dan muncul begitu saja akibat desakan kuat dari dasar bumi. Terlihat beberapa sungai kecil dengan air berbau menyengat mengalir dari sumber asap putih di pusat semburan. Tukang ojek menambahkan, tadinya ada empat semburan, namun lamat2 menyatu menjadi satu, lalu mereka cerita juga tentang berbagai metoda yang pernah dilakukan termasuk menenggelamkan bola2 beton ke pusat semburan.



Cerita menarik di lokasi ternyata salah satu bangunan pabrik yang terkubur adalah pabrik PT. Catur Putra Surya (CPS), tempat Marsinah bekerja. Bagi yang pernah mengikuti kasus Marsinah, ybs dikenal sebagai aktivis buruh yang sangat vokal. Tukang ojek di lokasi menceritakan rumor bahwa Lumpur Lapindo itu adalah akibat kemarahan Tuhan, karena belum jelasnya siapa dalang dan pelaku pembunuhan terhadap Marsinah. Uniknya bulan dimana Marsinah dianiaya dan dibunuh sama dengan bulan terjadinya semburan 13 tahun kemudian. Mengenai benar atau tidaknya, hanya Allah yang tahu. Melihat kerusakan alam yang ditimbulkan oleh lumpur ini, perasaan saya mengatakan sepertinya tinggal waktu saja daerah ini menjadi sinkhole raksasa atau sangat mungkin menjadi Bromo kedua, nauzhubillah min dzhalik.

Link selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/08/inspirasi-dari-jawa-timur-7-batu.html

Inspirasi dari Jawa Timur #7 of 14 Batu


Setelah menempuh jalan yang luar biasa macet, sekitar jam 14:00 kami sampai Batu.  Disini tak banyak yang saya perlu ceritakan karena ini sudah kunjungan yang ketiga. Namun jika ingin menikmati Batu, saya sarankan ke Jatim Park, karena menjanjikan suasana seru melihat lihat binatang yang nyata  maupun yang diawetkan. Saat kunjungan pertama dan kedua ke Batu, saya nyetir sendiri lewat Pujon.

Tak lengkap rasa-nya kalau berkunjung ke daerah ini tanpa mencoba Bakwan Malang. Abang Ipar segera memesan Bakwan Malang langganan yang langsung datang menjelang berbuka. Penjual-nya menggunakan motor, dan langsung meracik belasan porsi bakwan panas, berkuah dan pedas yang langsung habis disantap keluarga besar, dengan hanya sekitar Rp. 125.000 saja.



Jatim Park merupakan Kebun binatang yang didesain secara modern memungkinkan kita seakan akan jalan2 di Mal dibanding Kebun Binatang. Kalau BNS alias Batu Night Spectacular, bagi yang sudah pernah ke Dufan atau TSM (Trans Studio Mall) pasti akan terasa sangat jomplang. BNS bahkan terlihat lebih mirip dengan arena pasar malam atau paguyuban tukang odong2 se Batu meski ada beberapa teater mini 4D. Semoga BNS bisa lebih baik kedepan-nya.





Untuk wisata kuliner, kita bisa ke rawon Amin, yang juga menyediakan pecel Madiun dan gule kambing (dimakan bersama lontong), susu murni di alun2 Batu,  soto Ayam kampung yang juga lokasi-nya berdekatan dengan rawon Pak Amin. Bagi yang kocek-nya lebih tebal dan menikmati suasana alam Batu dan bunga2 yang asri dan makanan yang akrab di lidah menginaplah di Purnama Hotel. Saat kunjungan beberapa tahun lalu meski hotel ini terlihat agak jadul namun nyaman khususnya karena taman yang luas dan suasana homy. Hotel ini juga menyediakan arena pancing yang ikan-nya dapat langsung dimasak sesuai  selera. Lokasi-nya terletak di jalan menuju Selecta, dan hotel juga menyediakan fasilitas antar jemput dengan bis mini ke kawasan wisata Bromo (berangkat jam 01:00 dan kembali ke hotel sekitar jam 10:00, meski cuma melihat kawah Bromo saja dan maksimal ke  Pananjakan).




Untuk kepergian kali ini kami memutuskan menginap dirumah tempat tinggal kakak yang berlokasi di daerah bukit berbunga . Sesuai dengan nama-nya memang lokasi ini dipenuhi dengan bunga hasil tanaman berbagai  petani tanaman hias.





Jalan2 di pagi hari sambil melihat bukit dan kota Malang dari kejauhan dan melihat bunga di daerah ini sangat menyegarkan mata. Belum lagi suara air yang mengalir di sepanjang sungai kecil di daerah ini dan udara yang sangat segar.




 

Inspirasi dari Jawa Timur #8 of 14 Cemoro Indah - Bromo


Jumat pagi sekitar jam 10:00 kamipun menuju Bromo melewati  Malang, Lawang, Purwodadi, Purwosari, Pasuruan, dan lalu Probolinggo. Kami menyewa Isuzu ELF dengan 16 seat dan tarif Rp. 2.000.000 untuk pergi Kamis tanggal 8/82013 dan kembali Jumat tanggal 9/8/2013. Biaya ini sudah termasuk supir dan bahan bakar selama kita tidak mengubah destinasi.  Supir menunggu kami di mobil dan tidur disana, agar saat pulang bisa langsung mengantar kami kembali ke Batu. Mas  Yudi , nama supir kami ini, sangat berpengalaman membawa mobil di jalur sempit berkelok dan mendaki ini, terutama karena memang sudah biasa membawa turis asing dari hotel dan kembali ke hotel.

Saat tahun 1994 saya kesini hotel ini masih kecil sekali, demikian juga dengan tahun 2004, namun saya cukup kaget ketika berkunjung kembali sekarang. Hotel ini nampak cukup berubah meski masih sederhana, namun kini ada beberapa kamar tambahan di bagian atas lengkap dengan parkir kendaraan tamu. Lalu dikamar berdinding anyaman bambu ini kini tersedia air panas dengan menggunakan gas. Sebaliknya tahun 2004 saya sempat hampir menginap di Bromo Anggrek yang saat itu hotel termegah di Bromo, namun tidak jadi karena diharuskan dua kamar, sementara saya dengan anak2 saat perjalanan ini selalu menggunakan satu kamar. Saat melintasi hotel yang dulu megah ini, ternyata suasana-nya sudah seperti bangunan mati yang ditinggalkan orang. Hemm kesimpulan-nya kaku dalam menyikapi sesuatu malah membuat bisnis menjadi mati.




Kenapa selama 3x kunjungan saya selalu menginap disini ?, karena pemandangan ke Bromo, Batok, dan lengkap dengan samudera pasir-nya sudah langsung tersedia didepan mata. Saat peak seperti ini tarif-nya sekitar Rp. 750.000 namun dihari biasa sekitar Rp 500.000. Setiap kamar terdiri dari 2 tempat tidur dengan kamar mandi di dalam. Anak2 saya sarankan untuk turun langsung melalui lembah di depan hotel, dan berjalan kaki ke Pura, dan mereka melakukan-nya serta sangat gembira ketika kembali pulang.




Saat menjelang sore, udara semakin dingin, saya dan keluarga menikmati bakwan malang seporsi komplit cukup Rp. 8000, sudah termasuk dua butir bakso, satu potong  siomay, satu potong bakwan goreng, lumpia goreng dan tahu isi, tak ketinggalan sambal cabe bromo yang terkenal pedas dan berwarna merah menyala serta berukuran pendek gemuk. Cabe untuk bahan sambal ini bukan dijual per satuan berat melainkan dijual perbutir Rp. 400, dan memang rasanya mantap habis. Sambil menyeruput kuah panas bakwan Malang, kita tetap bisa menatap keindahan pemandangan Bromo.




Sedikit penjelasan mengenai Gunung Bromo (berasal dari bahasa Sanskerta yakni  Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.

Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.




Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Selama abad 20, gunung yang terkenal sebagai tempat wisata itu meletus sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi 1974, sedangkan letusan terakhir terjadi pada 2010.

Bagi penduduk Bromo, suku Tengger, Gunung  Bromo dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Sayang ketika kami kesini upacara ini baru saja selesai dilakukan Juni lalu. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak Gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.

Menjelang malam, untuk menahan dingin-nya cuaca, kami ke warung milik penduduk disekitar hotel, memesan kopi panas dan pisang goreng, wuih sedap-nya.


Link selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/08/inspirasi-dari-jawa-timur-9-pananjakan.html

Inspirasi dari Jawa Timur #9 of 14 Pananjakan 2 – Bromo


Untuk wisata secara lengkap sebaiknya memastikan hal2 ini sudah oke, misal kondisi tubuh kita sehat, jaket tebal sebagai penghangat tubuh,  syal untuk menutupi bagian leher dari hawa dingin (kalau penduduk Tengger biasanya menggunakan sarung), sarung tangan, kupluk yang dapat menutupi telinga kita, dan kaos kaki yang tebal, dan juga membawa obat-obatan ringan plus satu lagi senter. Sebaiknya juga membawa masker karena tebal-nya debu di jalur kuda menuju bibir kawah.




Jam 03:00 pagi, saya di telepon Mas Ion, suku tengger yang berprofesi sebagai driver Jeep Hardtop 4x4 untuk segera bersiap. Satu Jeep Hardtop diisi dengan maksimal enam penumpang. Namun jika ada tambahan maka diminta membayar Rp.50.000 per orang.

Saat tahun 2004 saya kesini, kami tiba sudah malam, jalanan sangat sepi dan saya di rombongan satu2nya yang pernah ke sini tidak begitu hapal jalan karena  terakhir ke sini saat tahun 1994 dengan menaiki angkutan pedesaan. Tiba2 ada lampu jip menyorot dari belakang dan terkesan hendak mendahului padalah jalan-nya sangat sempit. Kemanapun saya berbelok, dia seakan akan sengaja mengikuti. Suasana mobil menjadi panik, maklum rombongan terdiri dari anak2 dan wanita. Saya percepat mobil, namun mobil yang dibelakang juga mengikuti, lantas melihat ada jalan kecil kekiri saya langsung banting setir, dan lagi2 si mobil mengikuti. Waduh.. jalan-nya buntu, dan dari mobil dibelakang turun beberapa pria dalam kegelapan dengan sarung dileher-nya sambil membawa senter, saya siap2 akan melawan, eh ternyata dengan ramah-nya mereka bertanya mau kemana, dan apakah mau diantar serta kalau tidak keberatan menawarkan jip sewaan ke Pananjakan 1. Upss hampir saja jantung copot, maklum kebanyak nonton film2 Hollywood. Kalau mau ke Cemoro Indah bukan ini jalan-nya, tetapi ke Cemoro Lawang.

Lanjut ke petualangan kali ini, Mas Ion cerita jalan sengaja dibiarkan rusak agar mobil2 pribadi tidak bisa masuk. Dengan demikian paguyuban  berjumlah 220 Hardtop dan sekitar 50 an yang ilegal benar2 mendominasi jalur ini mulai dari penjemputan ke tempat menginap sampai diantar kembali. Untuk 2 lokasi Pananjakan dan Kawah biaya-nya sekitar Rp. 350.000 per Jeep Hardtop, namun jika komplit dengan Pasir Berbisik dan Bukit Teletubbies, Rp. 600.000 per Jeep Hardtop (kedua tarif ini menggunakan tarif peak season) .  Sayang juga ya, padahal jalan dapat tetap dibuat bagus, namun sekaligus tetap menegakkan larangan bagi mobil pribadi mengingat sempit dan terjal-nya jalur.





Setelah Jeep Hardtop berhenti, kami melanjutkan jalan kaki mendaki sekitar 1,5 km di jalan yang luar biasa jelek dan dalam keadaan gelap gulita, sambil didampingi sekitar 4 penunggang kuda yang tak mau pergi meski kami sudah menolak naik. Sepertinya mereka yakin sekali kalau kami berubah pikiran di tengah jalan. Rasanya seperti diikuti rombongan srigala yang menunggu korban-nya melemah. Tak lama Ibu saya yang berusia 77 tahun akhirnya menyerah dan lalu kakak perempuan yang memang berbadan bongsor juga menyerah, lalu disusul istri saya sendiri. Tarif kuda keatas Rp. 100.000 sedangkan arah kembali Rp. 50.000.




Di satu titik mendadak para penunggang kuda, berhenti mungkin karena mulai menyadari sisa rombongan tetap tidak mau menggunakan jasa mereka. Lalu kami sampai di satu pelataran dengan 300 anak tangga keatas. Kami istirahat sebentar dan saya memesan minuman Susu Jahe panas. Lalu lagi2 kami mendaki dalam gelap, Ibu dan Kakak yang akhirnya menyerah memilih bertahan di bawah anak tangga. Namun ternyata di Pananjakan 2 ada jasa gendong, sayang-nya baru kami ketahui kemudian. Waduh benar2 menyesal tidak membawa senter, apalagi menyadari ternyata saat jalan pulang, ada tiga bagian anak tangga yang separuhnya sudah jatuh ke jurang dibawah-nya termasuk pondasi pengaman-nya . Seandainya saja kami terperosok, waduh benar2 tidak tahu apa yang akan terjadi. 






Akhirnya sampailah kami di atas , ada pelataran dengan luas sekitar 100 m2, dengan pemandangan dua arah, yang satu di sebelah kiri ke arah matahari terbit dan dibagian depan kearah tiga gunung, Bromo (2392 m), Batok (2440 m) dan dibelakang-nya berdiri dengan angkuh gunung Semeru (3676 m). Pemandangan ini seolah olah dikelilingi lautan pasir / caldera (2300 m). Pemandangan di sini spektakuler, sayang sebagian pengunjung meloncati pagar pengaman, dan memilih berdiri di bibir jurang seraya menghalangi pandangan orang2 yang mengambil foto dari sisi dalam pengaman.  Saya terpaksa menegur dua gadis remaja yang terus menerus menghalangi sudut pemotretan saya, serta seorang turis wanita asing.  Dalam kegelapan saya melihat sebagian turis asing memilih melanjutkan pendakian melewati puluhan anak tangga tambahan keatas, namun karena menurut beberapa penunggang kuda pemandangan-nya persis sama namun dengan ketinggian yang berbeda, kami tidak ikut naik.




Lokasi pengamatan di Pananjakan 2 ini seingat saya sangat berbeda dengan Pananjakan 1, yang lokasi parkir Jeep Hardtop-nya  lebih dekat ke tempat pengamatan. Secara ketinggian Pananjakan 1 lebih tinggi, namun kadang tertutup kabut, dan kalau dari lokasi Cemara Indah, untuk ke Pananjakan 1 harus melewati kaldera. Namun kalau soal makanan dan minuman sepertinya ada mebih banyak warung di Pananjakan 1 dibanding 2.

Saat pulang saya kaget melihat Si Bungsu mengenggam beberapa kuntum Edelweiss yang dia beli di penjual disekitar Pananjakan, upss saya benar2 kaget dan menyampaikan ketidak setuju-an saya, namun apa daya ada penjual  ya ada pembeli. Semestinya larangan mengenai ini harus lebih dikontrol secara ketat. Pantasan saja Si Bungsu sepanjang jalan menyanyikan lagu2 dari film Sound of Music.

Link selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/08/inspirasi-dari-jawa-timur-10-bukit.html