Wednesday, February 27, 2013

Menyalip Iringan Gubernur Part #1

Kejadian ini sudah cukup lama, saat itu Ibu ku masuk RS Borromeus, Bandung karena serangan stroke, meski sebenarnya agak aneh, maklum Ibu termasuk orang yang tidak suka makan dan hobi puasa Senin-Kamis, namun ya begitulah tubuh yang kita pinjam dari Sang Maha Pencipta, akan ada saat-nya fungsi-nya menurun apalagi Ibu memang cukup sepuh dan lahir di 1936.

Mendengar kondisi Ibu yang tidak sehat, aku memutuskan untuk kembali ke Bandung dari Jakarta sekitar jam 15:00 sore, sayang jalan tol Cipularang menuju Bandung sangat padat dengan truk2, jadi aku tak bisa memacu Mitsubishi kesayangan, dan tak pernah bisa lebih cepat dari 80 km/jam, itupun sering2nya cuma bisa 60 km/jam. Sementara saat itu,  waktu menjadi begitu penting karena jika terjadi hal2 yang tak diinginkan, aku berharap masih bisa mendengar sepatah dua patah kata2 terakhir  dari Ibu (apalagi Ibu satu2nya orang tua ku, karena Ayah sudah lama meninggal).


Mendadak terdengar suara sirene meraung-raung  dari arah belakang, dan ketika aku melihat melewati spion, terlihat sebuah sedan polisi memimpin rombongan pejabat, dan meminta pengosongan jalur paling kanan. Lalu aku memilih pindah jalur sambil menunggu jalur kanan dapat dilewati lagi. Dan melintaslah setelah sedan PATWAL, sebuah Accord hitam dengan plat merah, lalu disusul tiga Kijang Innova hitam berpelat merah dan agak aneh karena setelahnya ada dua mobil yang sepertinya nempel numpang jalur, sebuah Honda Stream perak  dan Honda Jazz merah. Semua mobil tersebut menggunakan hazard, hemm melihat ada space kosong di belakang Honda Jazz, dengan segera aku mengambil posisi dan ikut menyalakan hazard.

Jalur langsung menjadi lebih lega, dan mobil pelan2 mulai dapat mencapai 120 km / jam. Meski kadang harus mendadak berhenti jika ada truk / bis yang terlambat mengambil jalur kiri. Tak berapa lama Honda Jazz keluar tol, lalu pada exit toll berikutnya menyusul Honda Stream, hemm jadi kini aku satu2nya “penumpang gelap” dalam rombongan tersebut. Menjelang km 66 rombongan ini aneh-nya melambat, sementara aku tak bisa menyalip (kecuali lewat bahu jalan) karena jalur kini cuma dua dan jalur kiri penuh dengan truk2 yang susah payah memulai pendakian 700 meter ke pegunungan Bandung.


Akhir-nya aku memutuskan untuk menyalip dari  kiri satu persatu, begitu ada space di kiri aku pindah jalur dan begitu jalur kanan kosong aku ambil jalur kanan, dimulai dengan Innova pertama, yang langsung disambut dengan rentetan klakson dan tembakan lampu jauh, namun aku tak perduli, perasaan ku mengatakan kepentingan ku saat itu jauh lebih penting daripada kepentingan pejabat tersebut. Lagipula ada plat  logo IDI (milik istri) di dashboard yang sewaktu waktu bisa aku tunjukkan jika terjadi sesuatu. Menyusul Innova kedua, dan lalu ketiga, dan akhirnya giliran Accord, semuanya terlihat emosi, dan rentetan klakson serta tembakan lampu jauh semakin menjadi jadi.

Kini aku persis di belakang sedan PATWAL, anehnya alih2 menghalangi, PATWAL justru mengambil jalur kiri, sehingga jalan didepanku terbuka lebar yang langsung aku respon dengan tancap gas kembali ke 120 km/jam. Saat melihat spion, aku kaget karena PATWAL menembak-kan lampu jauh dan malah meninggalkan rombongan pejabat yang dikawalnya di belakang. Lalu aku meningkatkan kecepatan sampai 140 km/jam, namun PATWAL terus mengejar dan menembakkan lampu jauh kembali, maka aku injak kembali pedal gas sampai  160 km/jam , PATWAL terus mengejar, melihat situasi menjadi aneh, aku mengeluarkan logo IDI dan melambaikan-nya keluar jendela, namun PATWAL tetap mengejar, maka aku ke jalur kiri, dan PATWAL langsung menyejajari mobilku, lalu  kaca kiri depan sedan PATWAL diturunkan dan muncul-lah moncong pistol hitam yang diarahkan ke jidat-ku, oleh seorang Polisi bertubuh kurus (sebut saja PK) sambil memberikan bahasa isyarat agar aku segera menepi. Saat itu rasanya kepalaku bagai di siram es, dan sekelebatan terbayang wajah istri dan anak2ku. Lalu aku memutuskan untuk cari aman, dan ambil bahu jalan serta berhenti.

Menyalip Iringan Gubernur Part #2

Sedan PATWAL berhenti didepan ku, dan PK langsung turun dengan pistol di tangan, meminta paksa STNK dan SIM serta memaki maki aku dengan kasar serta mengatakan tindakanku membahayakan nyawa DS, Gubernur Jawa Barat. Begitu dekat wajah-nya sehingga aku dapat merasakan percikan2 basah ludah-nya menyembur nyembur karena emosi. Wajahnya merah dan penuh dengan urat2 menonjol karena menahan amarah. Namun aku tetap bersikap tenang dan berusaha menjelaskan baik2.  Lalu aku diminta berjalan ke sedan PATWAL, dan masih dengan emosi tinggi PK memukul2 tutup bagasi, namun aku tak marah, ya jelaslah, wong yang dia pukul bagasi sedan PATWAL-nya sendiri, sambil sekali lagi meminta SIM dan STNK. Sambil menyengir dan tersenyum-senyum  kecil  aku mengatakan “SIM dan STNK apa lagi pak  ?, kan dua2nya ada di tangan kanan bapak”. Waduh dia semakin marah dan berteriak kencang “DIAMMMM… !!!”.

Tak lama lewatlah rombongan pejabat yang mereka kawal, dan kini Accord dan ketiga Innova sama sekali tanpa pengawalan PATWAL yang masih berurusan dengan ku. Sementara baik PK dan teman-nya menganggap aku sepertinya prioritas yang lebih penting untuk di”urus” daripada Gubernur.  Teman-nya yang agak gendut (sebut saja PG), sepertinya lebih bijak dan meminta SIM serta STNK ku dari tangan PK, dan wajahnya berpikir keras membaca kedua dokumen tsb, maklum alamat di SIM memang salah satu jalan elit  atau tepatnya jalan Sukabumi  (padahal sebenarnya itu alamat ex kantor Ayah, dimana aku meminta pertolongan staf disana untuk bantu membuat SIM), disamping itu marga ku saat itu memang sedang jadi “trend” karena pernikahan putra sulung Presiden dengan seorang artis bermarga sama, padahal aku tidak pernah mengenal secara pibadi menantu beliau, meski dengan Ayah-nya pernah sekantor dulu di Menara Bidakara, dan sempat ngobrol2 sekilas.

Mendadak PG pasang wajah ramah dan berkata “Pak mohon hati2 lain kali , kalau menyalip dalam kondisi darurat jangan potong jalur kami, dan silahkan ambil bahu jalan jika jalur lain2 tak bisa”. Terus PG memberi isyarat pada PK untuk mengembalikan SIM dan STNK, namun PK yang masih saja emosi menolak keras dan berkata ingin memberi aku pelajaran dan tak perduli meski aku bermarga sama dengan menantu Presiden.  Tiba2 dan tanpa disangka sangka PG berteriak ke muka PK “KEMBALIKAN … !!!” waduh kali ini PK yang bagai disiram es, wajahnya mendadak pucat dan langsung mengembalikan SIM dan STNK ku, serta langsung menenangkan diri-nya dengan pergi ke mobil sedan PATWAL.  PG menjabat tangan ku dan dengan senyum ramah berpesan agar aku hati2 di jalan.

Aku terdiam sejenak di bahu jalan tol, dan menelepon istri serta berharap mendapatkan dukungan moral, maklum seumur hidup baru kali itu ditodong pistol,  ehh istri menanggapi dengan dingin, “Salah papa sendiri, siapa suruh ngebut ..bandel siyyyy..”, yaiks… lemes juga mendengar istri sama sekali tidak mendukung. Yaaa kejadian itu sudah cukup lama sih, namun aku masih sedikit bingung dengan arogansi iring2-an pejabat, apakah selalu kepentingan mereka lebih tinggi dibanding rakyat biasa sehingga semuanya harus mengalah, khususnya di jalan tol yang sebenarnya semua pihak membayar untuk mendapatkan akses yang lebih lancar. Jika saja Ambulans atau Pemadam Kebakaran (yang berhubungan dengan urusan mati hidup) jelas kita yang harus mengalah, namun kalau pejabat ? apakah semua level pejabat berhak ? Jika Presiden atau Menteri aku rasa masih oke, namun Gubernur misalnya bagaimana ? Bukankah Jokowi  Gubernur DKI, misalnya malah menolak pengawalan ? Belum lagi kadang mobil pengawal kadang tidak mau tahu kondisi jalan, dan zigzag sehingga membahayakan pengguna jalan lain yang sedang menghadapi kemacetan, kalau memang mau istimewa, kenapa tidak naik helikopter saja sekalian ?

Pada tahun 2009 aku membaca di koran2 kalau Gubernur Jawa Barat periode 2003 sd 2008 tersebut akhirnya menjadi tersangka dan “diseret” KPK dalam korupsi pelanggaran prosedur penunjukan langsung rekanan untuk pengadaan DAMKAR dan Alat Berat lalu di vonis hukuman penjara selama 4 tahun. Namun meski masa tahanan-nya belum berakhir beliau mengajukan grasi pada Februari 2010 dengan alasan sakit dan pengajuan  ini sepertinya lolos dari pantauan media.

Tuesday, February 26, 2013

Ngebut menjemput maut

Saat saya masih bekerja sebagai expert untuk Digital Document Exchange , saya bersahabat dengan seseorang yang akhirnya menjadi teman baik. Dia merupakan salah satu manajer di anak perusahaan PT Telkom, khusus di bidang digital transaction untuk sektor finansial. Kadang kami harus bepergian bersama, dan terlihat dia begitu mahir mengemudikan sedan 2000 cc yang biasa dia gunakan. Maju, mundur, semuanya kadang dilakukan dengan sangat presisi bahkan sampai kadang cuma berjarak dibawah 5 cm. Begitu mahirnya dia, sehingga antara mobil dan diri-nya terlihat bagian satu kesatuan.

Namun demikian dia tidak suka ngebut, ketidak sukaan-nya ini akhirnya terjawab setelah  dia bercerita bahwa zaman masih kuliah sebenar-nya dia hobi kebut2an. Kebetulan Bandung - Jakarta adalah rute yang cukup sering dia tempuh dan hapal persis karakter-nya. Boleh dibilang di rute itu dia sangat sering menyalip namun sebaliknya dia tidak pernah disalip.

Suatu hari dia pakai Mitsubishi Lancer bertarung dengan Mitsubishi Galant, kebetulan rutenya Bandung - Jakarta via Puncak. Namun kali ini dia ketemu lawan nekat dan dengan mesin yang lebih besar. setelah bertarung dengan ganas, dia berhasil unggul sampai dengan Puncak, begitu masuk Tol Jagorawi yang kebetulan sepi, giliran si Galant ngamuk dan meng"asap"i temen saya.
 
Temen yang nafsu, terus berusaha tancap gas, namun si Galant sudah jauh menghilang dan setelah beberapa saat dikejauhan, terlihat beberapa mobil berhenti mendadak, ternyata si Galant celaka, temen saya sempat melihat supir-nya sudah terkapar di luar dan mobilnya remuk, besok nya dikoran ada beritanya ternyata korban adalah ayah-nya artis asal Sukabumi berinisial DR pelantun hit "Tenda Biru". Akhirnya beliau wafat karena cedera parah, setelah itu teman saya kapok kebut2an, dan kejadian itu terus menghantuinya dalam waktu lama.

Ya sering sekali kita tidak berpikir panjang, padahal tidak setiap korban kecelakaan pasti tewas, jika tewas mungkin masalah-nya tidak berpanjang-panjang, namun kalau cedera misalnya, lumpuh, buta, cacat (amputasi), maka kita akan menjadi beban bagi orang lain. Jika kita menjadi korban mungkin tak ada yang kita sesali karena sudah nasib, namun jika kita yang menjadi pelaku maka akan lain lagi cerita-nya.


Poseidon (2006) - Wolfgang Petersen

Sepulang kantor dan setelah makan malam ternyata ada  film Poseidon disalah satu stasiun tv, karena dibintangi Kurt Russel salah satu aktor yang film2nya cukup asik, maka saya memutuskan untuk menonton film yang dibuat di tahun 2006 ini.

Film yang dibuat berdasarkan novel Paul Gallico's ini, dengan judul "The Poseidon Adventure" (1969) sebenarnya pernah dibuat tahun 1972 dengan judul yang sama dengan buku. Nama Poseidon sendiri berasal dari mitologi Yunani kuno sebagai salah satu dewa, yang menjaga laut dengan senjata khas tombak-trisula. Pemberian nama ini sedikit mengingatkan kita akan arogansi manusia, persis seperti nama Titanic yang akhirnya menjadi salah satu musibah maritim terbesar dunia.

Adegan awal-nya juga sedikit mengingatkan saya akan film Titanic, namun Poseidon jelas jauh lebih mewah. Poseidon digambarkan sedang menuju New York. Gaya kamera yang seakan akan berputar mengelilingi kapal sambil mengikuti Dylan sang penjudi (seorang petualang yang penghasilan-nya didapat dengan bermain judi mengalahkan para jutawan di kapal) yang sedang berlari menuju dek atas benar2 berkelas dan saya rasa salah satu implementasi CGI tersukses selain Jurassic Park.



Bencana dimulai persis setelah tahun baru, dimana para penumpang sedang merayakan pergantian tahun  diiringi penyanyi yang diperankan penyanyi sebenarnya yakni Fergie dari Black Eyed Peas.

Namun mendadak muncul begitu saja tsunami yang bahkan jauh lebih tinggi dari kapal, dan langsung membuat kapal terbalik. Untung-nya saat terbalik, gelombang udara raksasa yang untuk sementara dapat menyelamatkan penumpang. Sebagian kecil penumpang yang tak mau terjebak berusaha mencari jalan keluar, dipimpin oleh Dylan. Karakter Dylan sang penjudi ini dimainkan oleh Josh Lucas dengan baik.  Dalam rombongan inilah Kurt Russel memainkan peran-nya sebagai mantan walikota New York Robert Ramsey yang sedang dalam perjalanan dengan anak perempuan-nya Jennifer yang diperankan oleh Emmy Rossum. Selain mereka juga ada aktor senior seperti Richard Dreyfuss yang memerankan Richard Nelson seorang arsitek frustrasi.

Satu persatu anggota kelompok ini tewas, mulai dari sang koki, lalu Elena yang menderita claustrophobia, dan juga peran yang dimainkan Kurt Russel tewas tenggelam saat mencoba mematikan kipas kapal. Sampai akhirnya menyisakan kelompok yang lebih kecil.

Salah satu yang menarik dalam film ini adalah special effect-nya yang keren. Selain itu adegan antara Ramsey dan Jennifer yang menggambarkan hubungan anak perempuan dan ayah-nya juga menarik, bagaimana dia menegur secara halus ketika anak-nya sedang berduaan dengan pacar-nya, atau ketika dia menegur gaun Jennifer yang dia nilai terlalu rendah. Jennifer jelas menolak keras dan sempat mengasari sang ayah yang dia anggap terlalu berlebihan, namun Jennifer baru menyadari betapa luar biasa-nya sang ayah ketika Ramsey memilih mengorbankan hidupnya demi si anak. Namun secara skenario keseluruhan, film ini cenderung datar.

Monday, February 25, 2013

Ayah : Terjun ke Politik

Sepak terjang Ayah saat di Babat, Kabupaten Lamongan ternyata diperhatikan oleh aktivis PNI. Suatu waktu Ayah diajak ke Surabaya oleh seorang teman-nya untuk makan2 enak. Ayah yang memang suka makan menyambut ajakan ini. Namun ternyata itu merupakan acara PNI yang sedang menyusun organisasi sampai ke tingkat kabupaten. Ayah yang sedang makan kaget mendengar dirinya dicalonkan oleh PNI sebagai Ketua Ranting Kabupaten Lamongan.

Namun situasi berubah, PNI pecah menjadi dua yaitu PNI Osa - Usep dan PNI Ali - Surahman, dimana PNI Ali - Surahman yang diduga disusupi PKI (massa yang tidak suka menyebutnya PNI ASU, maaf-red). Ayah memutuskan bergabung dengan PNI Osa - Usep. Saat pemberontakan G30S, PNI Ali - Surahman babak belur, dan Ayah yang sempat masuk nomor 13 daftar sasaran PKI, di usulkan oleh untuk menjadi Ketua DPRD Lamongan secara aklamasi dan berpeluang besar untuk menjadi bupati.

Saat itu, Ibu cerita Ayah diiringi banyak orang dan digendong di pundak salah satu pendukung fanatik-nya dalam salah satu acara yang melibatkan massa dalam jumlah besar disertai yel2 Pohan! Pohan !...dst. Namun Ibu menolak memberikan izin, sehingga akhirnya Ayah kembali fokus pada posisi-nya semula, yakni sebagai karyawan Pos dan Giro.

Kadang Ibu sering menyesal tidak memberikan dukungan tersebut, karena karir Ayah di Pos dan Giro memang tidak begitu mulus. Ayah yang kreatif dan demokratis tidak sesuai dengan suasana kantor yang birokratis. Kata Ibu, kalau saja saat itu diberikan izin, Ayah paling tidak mungkin sudah jadi bupati.

Friday, February 22, 2013

Ayah : Kenangan bagi orang lain

Sosok Ayah yang humoris, murah hati dan senang bergaul memang banyak dikenang orang2 khususnya yang memang dekat dengan beliau. Di rumah kami hampir setiap masa selalu ada keluarga baik jauh maupun dekat yang tinggal bersama kami, sebagian ada yang berhasil menjadi "orang" dan itu merupakan kebanggaan bagi Ayah, diantaranya adik Ibu yang kini menjadi professor.

Salah satu yang pernah bersama-sama kami, yaitu sepupu-ku, kebetulan mengirim SMS beberapa hari yang lalu, selain mendoakan almarhum Ayah, ybs juga berkata ada kata2 Ayah yang selalu diingatnya dan menjadi motivasi bagi dirinya untuk selalu berusaha yaitu

"Kalau kamu bisa membuat sapu lidi, maka buatlah walaupun kamu cuma dapat menjualnya  seribu rupiah, karena meski kamu bisa membuat pesawat terbang tetapi tidak dibuat, dengan berbagai alasan, sampai kapan pun kamu tidak akan dapat apa2".

Beberapa bulan yang lalu keluarga besar ku mengunjungi Sibolga, kota kecil yang sudah empat puluh tahun tidak lagi pernah kami kunjungi. Kak Eli (saudara perempuan ku yang paling besar) bercerita bahwa penghuni rumah yang kami tinggali dahulu, mengatakan bahwa Ayah masih menjadi orang yang kerap dibicarakan bahkan sampai saat ini, dan dia tak pernah menyangka akan ketemu dengan anak2 almarhum.

Di dekat rumah kami ada desa bernama Cikadempet yang dialiri sebuah sungai lengkap dengan pancuran, ternyata warga desa sekitar menyebut pancuran tersebut pancuran Pak Pohan. Menurut mereka Ayah lah yang membuat pancuran tersebut namun sayang saat hujan lebat dan arus menjadi sangat deras pancuran itu kini lenyap.

Paman-ku dari Surabaya yang sekitar tiga tahun lalu ke Bandung, menjadikan ziarah ke makam Ayah sebagai prioritas, dan beliau berkata "seumur hidup-nya hanya ada dua orang terbaik dalam hidup-nya, dan salah satu-nya adalah Ayah". Merinding mendengar apa yang disampaikan paman, dan ingin rasa-nya dikenang seperti itu, jika kelak waktu kita tiba.

Ayah juga suka membersihkan jalan di depan rumah, menyapu-nya, membersihkan saluran air, dan meratakan-nya. Pakaian seragam yang dia gunakan biasanya topi koboy meksiko, kaos cangkul (dan linggis), celana pendek dan sepatu boot plastik. Sering melihat Ayah beraksi di jalan, menjadi kenangan tersendiri bagi warga yang kebetulan akses ke rumah-nya melewati rumah kami.

Ayah juga merelakan tanah didepan rumah untuk menjadi jalan bagi warga yang memiliki tanah diseberang rumah kami, dan juga merelakan tanah disamping rumah kami dan bahkan juga tanah dibelakang rumah kami menjadi jalan untuk akses bagi warga yang memiliki tanah dibagian bawah rumah (karena rumah kami terletak di bukit). Semoga semua amal baik itu terus menjadi amalan yang tak terputus bagi Ayah di alam baka.

Thursday, February 21, 2013

Ayah : Sprite-nya buat saya !


Saat di Denpasar, minuman favorit aku dan Ayah adalah Sprite, sedangkan saat di Sibolga 7up, karena produk Pepsi sulit ditemukan di Denpasar, maka kami beralih ke Sprite, yang rasa-nya persis sama. 

Suatu hari, saat aku liburan sekolah,  Ayah mengajak-ku untuk inspeksi ke kantor Pos kecil dipelosok Bali. Sepanjang hari kami mengunjungi beberapa kantor, dan di salah satu kantor, karena menjelang makan siang, maka Kepala Cabang meminta kami makan ala kadar-nya. Ayah menolak dan memilih pergi ke warung di sebelah Kantor Pos. Di warung tersebut kami bertanya apakah ada Sprite, dan ternyata hanya tertinggal dua botol, namun ketika kami akan membayar, mendadak muncul seorang Ibu dari belakang warung dan mengatakan kedua botol tsb tidak boleh dijual, dan lalu menariknya dari tangan si penjual. Tak enak dengan situasi itu , si penjual meminta maaf seraya mengatakan bahwa ibu itu adalah tetangga-nya.

Setelah makan meski tidak meminum Sprite, kami pun meninggalkan warung kembali menuju kantor Pos yang akan di inspeksi. Tak berapa lama duduk, mendadak muncul seorang wanita mengantar dua botol Sprite beserta dua gelas es, begitu melihat si wanita, aku berseru “Laaah ini kan Ibu yang mengambil Sprite kita di warung?”.  Si Ibu yang ternyata istri Kepala Cabang, sontak kaget dengan wajah merah menahan malu, dan lalu buru2 berkali kali minta maaf pada Ayah atas kelancangan-nya bersikap pada pihak yang justru  sedang menilai hasil kerja suami-nya. Namun Ayah sama sekali tidak marah dan justru tersenyum melihat reaksi Ibu itu.


Ayah : Gagal Mendarat Karena Sapi Ngamuk

Saat kami di Denpasar Ayah sering sekali ditugaskan inspeksi ke kantor2 kecil di wilayah NTB dan NTT. Minggu ini di Ampenan, minggu berikutnya ke Bima, atau bahkan minggu berikutnya lagi ke Waingapu, Ende, Maumere ataupun Rote, dll. Karena Daerah ini susah di jangkau maka yang digunakan biasanya pesawat kecil . 

Kadang Ayah sebagai oleh2 membawa topi dari khas NTT yaitu topi Ti’I Langga (topi anyaman lebar dengan “tanduk” di bagian atas-nya), atau tahu Ampenan dari Lombok. Sesampainya di Denpasar, Ayah akan menggoreng tahu, lalu disantap panas2 dengan irisan cabe rawit dan kecap asin.

Suatu hari Ayah sempat jantungan dan pucat, karena pesawat tidak bisa mendarat disebabkan sapi penduduk yang lepas dan ngamuk di landasan. Pilot tidak berani “landing “, karena resiko akan sangat besar jika sapi tersebut  menyerang pesawat. Terpaksalah dengan bahan bakar yang pas2an, pilot menunggu sampai situasi di lapangan aman, dan si sapi dibawa keluar bandara.


Ayah : Hari2 terakhir Baginda Karapatan


Ompung (ayah-nya ayah alias Baginda Karapatan) adalah seorang pengusaha dengan rumah besar bertingkat, serta bisnis-nya sampai ke Singapura dan bahkan memiliki satu2nya bioskop di Padang Sidempuan., Ketika Ayah dan kedua abang-nya masih kecil, karena kuatir mereka dibesarkan dalam suasana berkecukupan dan menjadi manja, maka Ompung menitipkan ketiga anak lelaki-nya agar bisa mandiri, pada saudara-nya yang bekerja sebagai petani. Hidup mereka bertiga menjadi begitu berat karena-nya, bekerja di sawah dan makan ala kadar-nya. Namun kondisi itu membentuk Ayah dan kedua abang-nya menjadi mandiri.

Abang Ayah yang paling besar masuk TNI AD dan memiliki rumah besar di salah satu jalan elit di Bandung serta, bisnis simpan-pinjam uang dan merangkap  pengusaha angkutan kota, sedangkan Abang Ayah yang kedua kuliah di Yogya dan menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Saat Ompung-ku  jatuh sakit dan lalu dia memanggil ketiga anak lelaki-nya untuk membicarakan masalah warisan. Namun kedua abang Ayah yang tak pernah lupa merasa sakitnya “dikucilkan” di rumah saudara Ompung,  menyampaikan bahwa mereka tidak membutuhkan warisan itu sama sekali, karena mereka sudah menemukan hidup-nya sendiri meski tanpa bantuan Ompung.  


Kaget, tak terasa air mata Ompung mengalir, tidak menyangka bahwa hasil pendidikannya yang keras berakibat seperti itu. Untuk mentralisir suasana, Ayah lalu memeluk Ompung dan berkata, meski yang diwariskan Ompung hanya sepasang sepatu butut, Ayah akan menerima-nya dengan bangga dan dan menjaga-nya dengan senang hati.  Tak lama setelah itu wajah Ompung terlihat lega, dan akhirnya meninggal tak lama kemudian.

Ayah : Lotek Kipas

Bandung terkenal dengan makanan2 unik-nya, dan selalu ada tradisi memunculkan produk2 baru, mulai dari batagor, brownies kukus, molen pisang, dan lain2. Namun apakah ada yang pernah mendengar Lotek Kipas ? nah jika penasaran ini cerita-nya.

Ayah yang selera makan-nya diatas rata2, kadang tak tahan untuk makan sendirian diluar. Meski sebenarnya dia ingin mengajak keluarga, namun Ibu yang setiap kali harus menghitung2 apakah gaji bulan ini cukup untuk semua keperluan khususnya biaya sekolah kami berempat, biasanya akan menjadi penentang pertama. Alasan yang Ayah berikan untuk mengelabui Ibu biasanya adalah sudah makan tadi saat rapat di kantor.

Suatu hari Ibu dan Kak Eli (kakak tertua-ku dari empat bersaudara) sedang naik angkot Bandung yang disebut teman-ku dari Jakarta sebagai “Laler Hijau” (karena warnya hijau dan “terbang” seenak jidatnya). Menjelang angkot mendekati rumah kami di jalan Galunggung, eh si angkot persis berhenti disebuah warung di sekitar jalan Lodaya, dan terlihat Ayah sedang menunggu seseorang yang sedang membakar sate kambing . Wajah-nya berbinar binar dan ekspresif sekali menunggu gelimangan sate berwarna kecoklatan yang sedang dibolak balik dengan asap harum-nya yang mengepul kemana-mana. Kakak ku yang sempat mau menegur dicegah Ibu, yang sepertinya punya rencana lain setiba-nya Ayah di rumah.

Tak berapa lama Ayah sampai di rumah, Ibu seperti biasa bertanya “Papa mau makan siang ?”, Ayah seperti biasa menyebutkan sudah makan di kantor, Ibu mencecar-nya lagi “Makan apa ?”,  Ayah terdiam sebentar lalu menjawab “Papa tadi makan lotek”. Untuk pembaca yang belum tahu apa itu lotek, nah ini adalah pecel ala Jawa Barat. Ibu kembali mencecar “Lotek kok pakai kipas ?”, Ayah terdiam dan lalu menyadari kalau Ibu sudah memergokinya tadi, dan lalu menjawab “Ahhh ohh anu itu,…Papa makan Lotek Kipas” katanya malu sambil menahan tawa.

Ayah : Memborong jajanan

Salah satu kebiasaan Ayah adalah memanggil jajanan lantas semua anggota keluarga boleh memesan sepuas-nya, Di Denpasar ini biasa kami lakukan pada tukang es podeng. Suatu hari seorang tukang es podeng dipanggil menuju rumah kami di Jalan Gadung, Kreneng, Denpasar. Maka datanglah si tukang melayani semua permintaan, ada yang minta nangka-nya banyak, ada yang minta rotinya banyak, dan ada juga yang minta coklat-nya banyak. Selain permintaan khusus, ada juga yang belum habis sudah minta tambah lagi, belakangan tukang es podeng yang kemampuan-nya berhitung nampak-nya terbatas sepertinya kesulitan mengkalkulasi semua transaksi.

DI hari yang lain, tukang es podeng yang sama kembali lewat, dan segera kami panggil, namun alih2 berhenti, si abang malah ngacir ambil langkah seribu, sepertinya perhitungan kemarin salah besar dan si abang rugi. Ayah ketawa mendengar reaksi tukang podeng saat di panggil.

Kalau di Sibolga lain lagi, warung “maria” adalah tempat kami memborong jajanan (atau warung “paul” demikian kami menyebutnya karena merupakan nama anak2 sang pemilik warung bermarga Sinaga), Ayah meski tidak memberikan uang jajan mengizinkan kami untuk mengambil apapun dan dicatat oleh pemilik warung. Pada akhir bulan, Ayah akan melunasi semua –nya.

Ayah : Restoran Favorit

Ayah memiliki beberapa restoran favorit seperti Queen misalnya, salah satu restoran chinese food terbaik di bandung yang terletak di Jalan Dalem Kaum, terkenal dengan beberapa menu-nya seperti  burung dara saos mentega.

Kalau untuk mie baso, maka RM Linggar jati adalah favorit Ayah, letaknya di Jalan Balong Gede, dekat Mesjid Agung. Kuahnya bening dan diatas tumpukan mie-nya dihiasi irisan babat, tentu saja paling enak kalau disertai jus kacang hijau.  Restoran ini sudah berdiri lebih dari 50 tahun, dan saat ini dikelola oleh anak sang pendiri yaitu Ali Bustaman.

Saat kami di Sibolga, maka restoran favorit Ayah adalah Restoran Apollo , disebut demikian karena pemilik-nya menghiasi dinding dengan berbagai foto Apollo, suasana kokpit,  foto Neil Armstrong dengan kawan2nya berpakaian astronot, serta foto bulan. Makanan favorit disini adalah es krim-nya yang rasanya sangat lezat.

Di Denpasar, Ayah suka ke Restoran Atoom Baru di jalan Gajah Mada depan pasar kumbasari. Disini menu yang nyaris selalu kami pesan adalah asparagus. Meski yang dihidangkan asparagus, aku dan abang-ku justru mengincar potongan2 kecil daging kepiting yang disajikan bersama asparagus-nya.

Selain restoran Atoom Baru, Ayah juga memiliki warung langganan sate dan sop kambing.  Nama warung-nya aku sendiri sudah tidak ingat namun lokasi-nya di pusat kota dan dekat dengan pompa bensin. Biasanya kami kesini sehabis berenang di Sanur Seaside Cottage, dan tiba di warung dalam keadaan lapar berat. Udara restoran ini sangat panas, karena penuh sesak dengan orang2 yang makan, nasi selalu disajikan dalam keadaan panas dengan beras bali terbaik. Di sini orang2 biasa makan dengan nasi berkuah yang berasal dari keringat-nya sendiri.

Ayah : Upah buat anak

Ayah menyediakan beberapa pekerjaan untuk anak2nya di rumah dan  diberi upah seperti  menyemir sepatu Ayah, mencuci motor Suzuki A100 Ayah dengan menggunakan kertas koran basah dan tentu saja mencabut uban. Khusus mencabut uban biasanya aku, Abang Ucok dan Kak Eli kerjakan secara paralel. Adikku Butet belum dapat join karena usia-nya masih masih sangat kecil.

Tugas2 yang Ayah berikan ini membuat kami menyadari  susahnya mencari uang, namun kami melakukan-nya dengan hati gembira. Khusus mencabut uban, biasanya akan diikuti dengan ritual penghitungan untuk pencairan dana.

Wednesday, February 20, 2013

Ayah : Martabak spesial

Sekitar tahun enam puluhan, di Bandung Ayah memiliki langganan gerobak martabak asin di jalan Karapitan, namun Ayah tidak puas dengan kelas martabak yang hanya membedakan  biasa dan istimewa dari jumlah telur-nya atau jenis telur-nya saja (ayam atau bebek). Maka Ayah meminta martabak yang lain dari yang lain yakni martabak spesial yang dibungkus lagi dengan martabak kedua.

Sering sekali martabak  yang kita lihat di satu sisi ada lipatan-nya sehingga jika ditinjau dari ketebalan martabak, salah satu sisi hanya satu lapisan kulit namun disisi yang lain terlalu banyak kulit/lipatan. Nah dengan martabak ala Ayah ini, alias super spesial, maka jumlah lapisan kulit dikedua sisi menjadi sama, dan martabak-nya juga otomatis menjadi lebih tebal.

Saat pertama kali meminta jenis ini, Ayah bahkan sampai berdiri di samping kuali ceper sang tukang martabak, aktif memberikan instruksi untuk proses “kelahiran bayi-nya “ ini. Menurut Ayah bertahun tahun kemudian teknik super spesial ini menyebar ke berbagai gerobak, dan  Ibu  yakin seyakin-nya bahwa Ayah lah yang pertama kali memulai jenis “super spesial” ini.

The GE Way Fieldbook - Robert Slater


Hemm buku ini agak lain dibanding kebanyakan buku tentang keajaiban Jack Welch dalam membesarkan GE, karena buku ini lebih mirip dengan panduan pelaksanaan-nya.

Welch yang dinobatkan Times, Fortune, dan Business Week sebagai CEO terbaik Amerika ini menjadikan GE sebagai perusahaan paling sukses di akhir abad 20 dengan beberapa kunci, yaitu ;

Bisnis itu sederhana dan jangan buat menjadi rumit.
Hadapi kenyataan, dan jangan takut dengan perubahan.
Lawanlah birokrasi.
Jadilah tidak terbatas.
Carilah ide terbaik dan gunakan ide pekerja anda.
Ide tak harus selalu dari perusahaan namun juga dari luar perusahaan dan lalu laksanakan.

Buku ini juga memuat sejumlah kuesioner, lembar kerja, dan tahap2 untuk menjadikan gaya Welch sebagai pegangan.














Gaya Welch paling penting dalam buku ini adalah pendekatan yang dia jalankan pada SDM. Karena tanpa SDM yang baik, ide2 terbaik tak akan pernah bisa dijalankan. Welch menggunakan sebagian besar waktunya untuk memberi jalan bagi yang terbaik, menempatkan SDM yang baik namun tidak pada posisi yang pas ke pos2 yang lebih pas, dan menyingkirkan SDM yang tak bisa menjalankan nilai2 GE.

Disamping itu  Welch melakukan strategi restrukturisasi bisnis untuk fokus pada bisnis yang berada pada peringkat 1 dan 2 saja, menciutkan daftar gaji GE, memulai kebijakan PHK sehingga pegawai GE menjadi 229 ribu dari 404 ribu, menjual bisnis diluar peringkat 1 dan 2 senilai 12 milliar USD, membeli bisnis lain yang menguntungkan senilai 25 miliar USD,  memotong lapisan manajemen dari 8 sd 11 menjadi 4 sd 5 saja.

Tuesday, February 19, 2013

Ayah : Saiful P. Pohan

Sebenarnya nama lengkap Ayah setahu ku adalah Parmuhunan Pohan, namun dalam perjalanan hidup-nya beliau mengubah nama tersebut dengan menambahkan Saiful dan selalu menyingkat Parmuhunan menjadi “P” saja. Ibu cerita bahwa Ayah tidak menyukai nama pemberian ompung tersebut, meski artinya adalah sosok diamana orang2 meminta bantuan / permohononan. Dari sembilan bersaudara anak2 Baginda Karapatan yang tiga diantara-nya lelaki, Ompung (kakek) memberi nama yang paling besar dengan M. Pohan (TNI  Angkatan Darat) , lalu O. Pohan (Dosen Jayabaya dan alumni sastra inggris dari IKIP Yogyakarta) dan terakhir ayahku.

Ayah konon lahir di Sipirok 22 Juli 1932, dan berpulang pada 15 Juli 2002 tepat seminggu sebelum mencapai usia 70 tahun, dan dimakamkan di sebelah Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung. Menyelesaikan SD di Padang Sidempuan 1948, SMP di Yogyakarta 1954, SMA di Yogyakarta 1955, sempat bekerja sebagai karyawan di Pos dan Giro (sekarang PT Pos Indonesia)  lalu mengikuti program pendidikan tinggi setingkat akademi di PTT Bandung 1963 dan meraih gelar sebagai Bc.AP. Tak jelas benar kenapa Ayah memilih PTT, karena sebenarnya Ompung menginginkan Ayah mengambil jurusan keuangann.

Salah satu obsesi Ayah adalah membuat buku, sayang sampai dengan berpulang-nya beliau yang juga memiliki hobi bermain catur dan bridge ini, impian beliau membuat buku tidak kesampaian. Namun aku masih ingat saat aku akhirnya membuat buku, Ayah begitu bangga-nya dan membawa-nya kemana-mana meski tidak tahu artinya karena memang seputar teknik pemrograman.  Bahkan buku itu dia bawa saat opname di Rumah Sakit Borromeus karena masalah ginjal dan jantung yang dia derita. Soal opname, sebelum-nya Ayah pernah dirawat di RS Sanglah karena Diabetes samapi 41 hari, dan lalu kembali di rawat setelah pindah ke Bandung selama 42 hari, lagi2 karena Diabetes. Saat itu kadar gulanya sempat mencapai 600.

Melihat kumpulan artikel Ayah masih ada dalam notebook ku, maka aku berniat untuk memublikasikan-nya di internet lewat blog-ku.  Namun sejumlah artikel Ayah di Kompas, Tempo, dan beberapa majalah sastra masih belum ketahuan rimba-nya. Judul2 yang masih kuingat antara lain "Rangka Sebuah Nocturno", "Bila Pos Terlambat Tiba" (dimuat di Harian Kompas), dan Berlin Paris Jakarta, dll.

Ayah : Suara burung kangguru

Beberapa kisah lucu mengenai Ayah antara lain saat beliau menulis komentar mengenai Radio Australia di harian Mochtar Lubis yaitu Indonesia Raya. Saat itu beliau membuka kalimat dengan kira2 “Radio Australia yang dibuka dengan suara kangguru…”. Saat itu memang Radio Australia kerap memutar suara aneh yang sepertinya dikira Ayah suara kangguru sebagai hewan yang menjadi ikon Australia, namun beberapa hari kemudian, muncul surat pembaca yang menjelaskan itu bukan suara kangguru melainkan kookaburra, salah satu spesies burung khas Australia.

Ayah sering menyengir ketika kami singgung gaya “sok tahu”-nya ini, dan unik-nya kami masih dapat melihat artikel ini meski kejadian ini terjadi sudah sangat lama. Hal ini dimungkinkan karena Ayah selalu mengeliping media2 yang dia beli, mulai dari Tempo, Siasat, Roman, Sastra (majalah-nya HB Jassin),  Indonesia Raya, Pedoman bahkan sampai majalah yang dia belikan untuk kami seperti Hai, Bobo dan Si Kuncung.


Ayah : Murid tertua


Saat kuliah di hari pertama, teman sekelas Ayah di akademi PTT yang menggunakan model semi militer sempat mengira Ayah yang datang terlambat dan muncul mendadak dengan kumis tebal sebagai salah satu pengajar. Maka mereka semua langsung berdiri dan mengucapkan “Siappppp… grakkk !” demi menyambut kemunculan Ayah. Namun Ayah dengan mantap-nya langsung ke kursi bagian belakang dan duduk sebagai salah satu mahasiswa, dan langsung disambu gerrr tdari seluruh kelas. Maklum Ayah kembali kuliah di usia yang cukup tua, dan bersanding dengan teman2nya yang masih baru lulus SMA. Ayah bekerja di Pos dan Giro sejak 1955 dan pensiun 31 Juli 1990, saat pensiun Ayah bercanda bahwa kantor-nya melakukan salah satu kesalahan yang sangat besar dengan memensiunkan beliau.

Belakangan Ayah yang lebih tua menjadi tempat teman2nya curhat, dan karena ini juga Ayah pensiun lebih dahulu dibanding teman2 seangkatan-nya. Setelah sempat di Bandung, dan kakak perempuan-ku lahir 1962,  Ayah sempat hampir ditugaskan ke Kalimantan, namun topan badai menghambat perjalanan laut ke Kalimantan, menunggu badai yang tak pasti kapan berakhir-nya, kantor Pos Surabaya menawarkan Ayah untuk dinas di Surabaya, itu sebab-nya abang-ku dilahirkan di Surabaya 1964, tepatnya di RS Mardi Sentosa. Ayah sempat ditugaskan kembali ke Bandung dimana aku lahir 1968, dan lalu 1971 ditugaskan di Sibolga, lalu adik-ku lahir 1974 di Medan, dan lalu 1976 kami ke Denpasar, sampai dengan 1980, dan terakhir  kami ke Bandung, sampai dengan Ayah pensiun.

Ayah : Pingsan saat bermain catur

Ayah sangat suka bermain catur, dia punya pecatur favorit di pinggiran jalan menuju pantai Sanur di Bali. Gara2 ini Ayah mendapat teguran dari kantor. Namun Ayah membela diri, kenapa yang menggelapkan duit kantor dibiarkan, namun sebaliknya perbuatan tanpa dosa seperti catur di pinggir jalan dianggap memalukan korps.  Namun Ayah bukan cuma ditegur karena catur, namun juga karena rambut-nya yang panjang, untuk hal ini Ayah mengaku dia memang mengidolakan Adnan Buyung Nasution.

Gara2 catur juga Ayah sempat mengabaikan kelahiran anak2nya, begitu juga saat kami ulang tahun. Ayah orang yang sangat suka bergaul, memiliki banyak teman, watak-nya yang humoris dan murah hati disukai dalam pergaulan.  Ayah bahkan kerap mengundang orang yang baru dikenal-nya untuk datang main catur ke rumah. Ayah juga sanggup bermain catur semalaman meski sendirian dan berbekal buku catur rusia.

Saat tidur, aku sering mendengar bidak2 yang dimainkan Ayah mengahantam papan catur, di malam hari yang sunyi, sehingga  suara-nya menjadi lebih jelas, kadang Ayah menggumam saat membahas posisi bidak di papan atau sesekali menriakkan “skak !”. Karena ini jugalah aku dan abang kerap dimarahin Ibu jika ikut2an menyentuh papan catur. Bagi Ibu catur sama sekali tidak mengasikkan, dan hobi ini juga merengutkan Ayah dari kami saat momen2 penting dalam keluarga. Saat bermain catur Ayah juga berubah kepribadian menjadi tidak responsif apapun yang terjadi dalam rumah.

Namun karena catur juga, Ayah  pernah kena batunya, suatu waktu beliau pingsan dan sempat tidak sadar, namun mendadak siuman di mobil tetangga yang membawanya ke Rumah Sakit. Malam sebelumnya Ayah terus menerus bermain catur, lengkap dengan kopi dan rokok, dan setiap kali lawan-nya pulang, Ayah selalu berkata,jangan pulang dulu lah ini yang terakhir, begitu seterusnya sampai menjelang siang.

Karena catur juga Ayah kerap mewakili kantor-nya dalam turnamen2 nasional, namun prestasi Ayah dalam bridge juga cukup mengilap, meski kedua hobi-nya ini tidak menurun pada kami anak2nya.

Ayah : Sentra Pengolahan Pos atau Saiful P. Pohan ?

Obsesi Ayah sejak dulu adalah di bagian perencanaan, di sini kreatifitas-nya bisa terasah, salah satu implementasi Ayah dan team adalah penerapan Kode Pos. Berkali kali saat kami di Bali Ayah mengirimkan usulan agar dia dapat dipindahkan ke bagian ini  dan akhirnya disetujui, lalu kami pindah ke Bandung. Ayah akhirnya menjadi Kepala Bagian Umum Pusat Perencanaan Pos.

Beberapa tahun lalu, jauh setelah Ayah pensiun dan meninggal, salah satu tetangga ku yang juga karyawan Pos  di kompleks bercerita bahwa Direktur Utama Pos mengundang mantan Direktur Utama Pos era dahulu yaitu Pak Marsoedi M. Paham dalam forum ramah tamah. Beliau lalu cerita bagaimana Pos dalam era-nya dan menyinggung Ayah.

Cerita beliau adalah sebagaimana berikut, saat Pos memerlukan satu pusat distribusi untuk mengirim berbagai dokuman dan paket yang berlokasi di By Pass. Bandung, diperlukan suatu nama yang pas sebelum diresmikan. Berbagai ide dimunculkan para karyawan, namun yang akhirnya dipakai adalah ide Ayah yaitu “Sentra Pengolahan Pos” disingkat SPP. Belakangan setelah nama ini diresmikan barulah Ayah memberi tahu Pak Marsoedi, bahwa sebenarnya SPP bukan melulu Sentra Pengolahan Pos, namun juga singkatan nama Ayah, yaitu Saiful Parmuhunan Pohan. Cerita ini begitu berkesan bagi Pak Marsoedi, sehingga diangkat dalam forum silaturahmi karyawan.

Ayah : dan Hobinya.


Ayah memiliki banyak hobi, selain catur dan bridge, beliau juga menyukai membaca, koleksi buku-nya bejibun, sayang setiap kali kami pindah, buku2 itu sebagian besar menghilang. Hobi membaca dan mengumpulkan buku turun pada kedua anak lelaki-nya, aku dan abangku. Aku lebih ke membaca, dan abang-ku lebih ke mengumpulkan jadi klop sekali he he.  Buku yang dia miliki sebagian besar mengenai manajemen, sejarah, novel dan koleksi kliping berbagai koran dan majalah. Saat aktif bekerja dia berlangganan Matra, Tempo, Intisari, Jakarta Post dan Kompas selain koran wajib dari kantor yaitu Suara Karya yang menjadi corong Golkar. Beliau sangat terpukul dan jatuh sakit saat Tempo di breidel, aku berusaha mencetak Tempo digital di saat2 menyedihkan bagi Ayah. Maklum-lah Ayah bahkan memiliki koleksi Tempo mulai dari edisi pertama sampai dengan beliau meninggal.

Ayah juga hobi memasak dan makan, salah satu masakan kesukaan-nya adalah daging panggang kol pedas dan mie rebus ala cap cay. Dia juga menciptakan resep masakan sendiri yaitu daging steam, yang diracik bersama bawang putih, merah, cabe, garam, kecap dan sedikit merica plus sayur2an yang dia sebut sebagai papa’s steak. Kalau untuk jajanan Ayah paling suka martabak asin dan martabak manis. Ayah juga suka berbagai kacang2an, saat menonton TV Ayah sangat suka menikmati kacang goreng, kacang rebus, peyek kacang, dan kue cucur.

Sebelum Ayah terserang diabetes  kulkas kami selalu penuh dengan berbagai buah kaleng dan minuman ringan, namun Ayah terserang Diabetes yang cukup parah di tahun 1980 an saat kami masih di Bali. Ayah dirawat hampir sebulan di RS Sanglah, dan terpaksa menghabiskan Ramadhan dan bahkan Iedul Fitri di Rumah Sakit.  Iedul Fitri di rumah kasmi selalu berkesan, karena Ayah membeli berkerat kerat minuman bersoda 7up, kembang api, ratusan lilin warna warni dan balon.

Hobi-nya yang lain adalah musik klasik dan bernyanyi. Kamarnya penuh dengan kaset2 musik klasik seperti Beethoven, Schubert, Tchaikovsky, Chopin, Brahms, Sebastian Bach, Haydn, Wagner  dan Mozart. Tidak ketinggalan koleksi lagu2 batak seperti Trio Golden Heart, sementara untuk anak2nya beliau membelikan kami, Koes Plus, The Mercys, Panbers, dll.  Jika Ayah mandi, maka tak lama kemudian terdengarlah lagu Mario Lanza menyanyikan Ave Maria yang dibawakan oleh Ayah.  Lagu2 klasik ayah biasa-nya diproduksi perusahaan rekaman “CV Kota Makmur”.

Ayah juga sangat menyukai pakaian dan sepatu bagus, dia memiliki koleksi berbagai macam jas, kemeja,  sepatu, serta tak lupa dasi.  Ayah memiliki lemari khusus berukuran besar untuk perlengkapan-nya ini. Untuk parfum Ayah menggunakan merk Mandom (yang dulu iklan-nya sering dibawakan oleh Charles Bronson) , sedangkan untuk sepatu Ayah fanatik pada merk Bally dan kemeja Ayah fanatik pada merk Arrow. Untuk teman Mandom, Ayah menggunakan pisau cukur Solingen.

Ayah juga mengoleksi berbagai senjata tajam, pisau dan bahkan parang dari Nusa Tenggara Barat, saat Ayah sering ditugasakan inspeksi ke kantor Pos di pedalaman dengan menggunakan pesawat2 berukuran kecil. Namun ada koleksi yang tidak lazim, yaitu koleksi gigi Ayah (yang sempat copot) dan koleksi jenggot bekas cukuran, kedua-nya disimpan dalam botol kecil.

Menonton salah satu hobi ayah yang lain, dia sangat menyukai film action. Franco Nero, Clint Eastwood, Charles Bronson adalah aktor2 yang film-nya tidak pernah dilewatkan Ayah. Begitu juga saat era jagoan ini berganti menjadi Stallone, Schwarzenegger atau bahkan Van Damme, Ayah tetap menyukainya meski jadi lebih sering nonton di TV. 

Ayah juga cukup sering diminta tampil sebagai MC, berbicara di depan umum merupakan salah satu hal yang dia sukai. Kesempatan ini dia gunakan untuk berbicara tentang segala hal, dan diselipi humor disana sini.

Selain itu, Ayah juga menyukai olahraga badminton saat di Sibolga, dan lari pagi saat di Denpasar, dan ketika usianya menjadi lebih tua Ayah lebih senang menonton tinju dan sepak bola. Jika sedang ada momen Piala Dunia, maka aku turut menemani-nya menonton TV.

Ayah : Menggertak Polisi

Suatu hari di Denpasar, Ayah yang memang jarang membawa SIM dan STNK di hentikan oleh polisi yang sedang razia, namun Ayah dengan mantap-nya langsung bertanya dengan suara menggelegar di dukung  dengan penampilan kumis-nya yang tebal kaku, “Siapa nama ?” polisi yang kaget menjawab dengan terbata-bata, lalu Ayah melanjutkan “Siapa atasan mu ?” polisi tersebut kembali menjawab dengan terbata bata “Sujo jo  jooono pak”, lalu dilanjutkan oleh Ayah “Oke, salam buat pak Jono ya, bilang dari pohan !”. “Baik pak” jawan pak polisi yang masih kaget, dengan cara Ayah berkomunikasi.  Dan Ayah pun melenggang kabur dengan motor-nya. 

Ayah memang sangat “pede”, lagaknya seakan akan dia orang paling penting, dan selalu melangkah kemanapun dengan percaya diri. Aku masih ingat foto2 hitam putihnya sedang menjadi inspektur upacara di lapangan luas yang dihadiri seribuan peserta. Bisa jadi “pede”ini diakibatkan ketika beliau sudah merantau ke Yogyakarta dalam usia yang masih sangat muda.
Ayah juga pernah ditawarkan menjadi bupati saat di Babat, dan didukung ribuan massa PNI, namun Ibu menolak, padahal ini sebenarnya posisi yang pas bagi Ayah, yang selalu mampu memikat orang dengan kata2nya dan didukung hobi-nya membaca.

Monday, February 18, 2013

Manajemen Gotong Royong #1 : Pengantar

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Tidak terhitung banyaknya pencari kerja hilir mudik di jalan-jalan raya, lunglai dengan memegang map berkeliling mengedari kota dengan tujuan mencari pekerjaan. Di desa-desa ada sejumlah petani tanpa lahan mencari tanah garapan, sementara di pihak lain tersedia lima belas juta lahan yang perlu diolah, ada ribuan km jalan yang harus dibangun, sejumlah bandara, puluhan pelabuhan, sejumlah waduk, ribuan bangunan, beraneka ragam barang komoditi ekspor yang perlu diproduksi, berbagai jenis bahan baku yang masih diimpor yang sebenarnya dapat diproduksi di tanah air dan sebagainya yang kesemuanya memerlukan modal. Jauh di dalam hati, ada segumpal keyakinan bahwa bangsa kita yang besar ini akan mampu membangun diri sendiri tanpa terlalu tergantung kepada bangsa lain.

BAGAIMANA MENDAPAT UANG, kiat apa yang harus dilakukan, administrasi apa yang harus ditempuh, kerjasama yang bagaimana yang perlu dijalin untuk membenahi masalah itu; itulah pokok masalah yang menjadi perbincangan makalah ini.

Di dalam kehidupan sehari-hari terbukti, jika ada seseorang terbentur masalah yang sangat berat yang tidak mungkin diselesaikan sendiri,  mereka bergotong royong, bekerja sama bahu-membahu menggarap masalah itu; bahkan binatangpun (baca : semut) melakukan hal yang sama.

GOTONGROYONG, sebagai salah satu bentuk kerjasama yang telah berurat berakar di masyarakat kita dilirik kembali, ditataulang dan dibenahi, diutak-atik dan diadministrasikan
secara modern , dikomputerisasi dan di “manage” secara canggih untuk digarap dengan penuh kesungguhan. Gotongroyong itu dipersembahkan kepada iman teknologi  untuk dikomandoi secara massal dan nasional.

Buku yang berbicara tentang gotong royong adalah garapan yang tidak mungkin selesai; karena berbagai sebab.

• Pertama, manusia terus menerus berkembang tanpa henti,
• kedua, IPTEK tidak pernah mandek, karena itu “di sana” selalu ada cara baru yang lebih mudah dan murah dalam mengerjakan sesuatu,
• ketiga, semua produk selalu dapat ditingkatkan,
• keempat, tatacara bergotongroyong itu di tiap daerah berbeda warna dan nuansanya begitupun istilah dan pelaksanaannya,
• dan kelima, dia pun harus digarap bergotong royong sesuai dengan namanya.

Untuk mewujudkan gotong royong diperlukan cendikiawan yang terorganisir, bagi saya cendekiawan adalah :

1. tidak buta keadilan,
2. tidak buta hanura , hati nurani rakyat,
3. tidak buta informasi dan iptek,
4. tidak buta lingkungan dan habitat, dan
5. tidak buta demokrasi.


Sebagai suatu organisasi cendikiawan, persatuan dan kesatuan tidak memberikan arti apa-apa tanpa berbuat sesuatu, “Harga” dari sebuah organisasi tidak tergantung kepada;

1. apa yang diketahuinya,
2. berapa besar jumlah anggotanya,
3. bangsa apa dia,
4. apa agamanya, dan
5. bagaimana bunyi AD-ART nya tetapi seluruhnya bergantung kepada APA YANG DIPERBUATNYA.


Kewajiban suatu organisasi adalah memelihara “dunia” agar lebih baik kita diami bersama-sama agar kehidupan , lebih bersih, lebih jujur, lebih murah dan mudah dengan tiga ciri utama;

• Pertama, mengabdi kepada kepentingan masyarakat. Organisasi ini dibentuk bukan untuk orang muslim semata tetapi untuk semua umat, rahmatan lilalamin. TO SERVE THE PUBLIC INTEREST,

• Kedua, memelihara komunikasi yang baik. Di samping mempunyai “mulut” yang mampu mengkomunikasikan dan menginformasikan kebersamaan derap langkah dalam mengendalikan dan mengomandoi kehidupan organisasi juga harus mempunyai “telinga” untuk mendeteksi tanda-tanda zaman, MAINTAIN GOOD COMMUNICATIONS dan,

• Ketiga, yang tidak kalah pentingnya, menitik bertkan morakl dan tingkah laku yang terpuji,. Yang halal tidak perlu dicapai dengan jalan haram . daripada berbuat zalim biarlah menderita kezaliman. Lebih baik kalah tapi sportif daripada menang dengan jalan licik, STORES GOOD MORALS AND MANNERS. 


Makalah ini dibuat oleh seorang pensiunan yang sakit-sakitan, terseok-seok, di suatu tempat, di suatu desa, berminggu-minggu dan berbulan-bulan dengan puluhan kendala, tanpa riset, pengetahuan minim, miskin data akurasi lemah dan aneka kekurangan. Dalam bentuk yang sangat sederhana dipersembahkan kepada anak cucu.  Anda lah yang menjadi pemiliknya dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena itu kekurangan dan ketidaksempurnaannya menjadi tanggung jawab Anda.

Manajemen Gotong Royong #2 : Makna Gotong Royong

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Kerja sama antarmanusia di dunia ini telah berkembang begitu rupa; sehingga tidak ada satu orang pun yang mampu mengurus dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan orang lain, seperti orang lain membutuhkan kita. Antarmereka ada kerja sama yang sangat rumit, tali temali dan berkait-kait.

Dari kaca mata ETOS KERJA di samping menjadi konsumen,  setiap orang adalah pelayan bagi orang lain, sekaligus menjadi produsen dan pemasar. Pada saat Anda memasukkan sepucuk surat ke dalam amplop,  Anda adalah produsen tetapi juga bertindak sebagai pemasar untuk mempengaruhi alamat yang dituju tetapi juga Anda adalah pelayan  agar pembaca surat itu tidak mengalami kesulitan baik membuka dan membaca surat itu.

Untuk mengisi kantong berasnya, seorang guru mengajar demi kepentingan orang tua murid, para petani bergumul di ladang-ladang untuk mendapatkan pakaian dan keperluan lainnya, pengemudi menyetir mobil untuk mendapatkan SPP, pelawak beraksi untuk menyenangkan penonton dalam upaya mengasapi dapurnya dan aneka ragam macam lainnya.

Agar hidup lebih baik setiap orang harus bekerja, bekerja sama dan bekerja bersama-sama. Karena produsen ada di ujung sana dan konsumen ada di sini tidak boleh tidak harus ada manajer yang menata kerja sama itu agar lebih efisien dan produktif, bahkan seorang manusia pun harus memanaje antaranggota tubuhnya dan lingkungan kerjanya. Mengangkat sesuatu seberat lima kilogram pada sebelah tangan akan lebih sulit daripada mengangkat barang  yang sama seberat delapan  kilogram yang dibagi pada kedua belah tangan. Bagaimana bekerja lebih mudah dan lebih murah adalah pokok bahasan manusia sepanjang zaman. Salah satu cara meringankan kerja itu adalah gotongroyong.

Untuk memahami makna dan manfaat gotongroyong itu; dibawah ini diilustrasikan berbagai kasus yang terjadi sehari-hari dalam masyarakat kita.

• Pada dekade 1980 s.d. 1990 penulis ini telah mendapat kurang lebih 120 undangan atau rata-rata sebuah undangan setiap bulan. Jumlah kado yang telah kami serahkan 120 buah rata-rata berharga Rp 10.000,- setiap kado atau senilai Rp. 1.200.000,-. Pada dekade yang sama penulis telah mengadakan selamatan satu kali dan memperoleh 520 buah kado senilai Rp. 5.200.000,-. Bila kebiasaan saling mengundang itu adalah ciri kegotongroyongan dapatlah disimpulkan bahwa setiap anggota masyarakat gotongroyong itu memperoleh lebih besar dari apa yang diberikannya.

• Dalam kasus “marsialapari”, suatu bentuk gotongroyong antar petani di Tapanuli dapat kita lukiskan seperti di bawah ini. Beberapa petani bergabung dalam suatu kelompok, misalkan terdiri dari empat orang. Pada hari Senin mereka bekerja di sawah si A, hari Selasa di sawah si B, hari Rabu di sawah si C dan hari Kamis di sawah si D. Selalu terbukti bahwa luas yang tergarap lebih luas dari apa yang dapat digarap si A sendiri selama empat hari di sawahnya sendiri. Kemungkinan sebab-sebab dari hal itu, pertama, bekerja berkelompok mendatangkan kegembiraan, kedua, petani yang paling terampil dalam kelompok itu selelu menjadi contoh, ketiga, rasa tanggungjawab pada waktu bekerja di sawah orang lain lebih tinggi. Petani yang bekerja asal-asalan akan sulit mendapatkan kelompok. Dan anehnya apa yang dihidangkan di tanah si A telah pernah menjadi persoalan.

• Pada beberapa suku di masyarakat kita ada kebiasaan untuk bergotongroyong menyekolahkan seorang anak yang kecerdasannya menonjol. Segera anak itu berhasil dia pun berkewajiban secara moral untuk menyekolahkan anak-anak lain, dan begitu seterusnya sehingga kelompok itu kan terangkat ke atas.

• “JUMAT BERSIH”, yang dewasa ini kita galakkan adalah juga upaya memanfaatkan kegotongroyongan. Jika upaya itu berhasil menjadi darah daging bangsa Indonesia di bawah ini kita ilustrasikan betapa jumat bersih itu memberi manfaat kepada kita. Jumlah rumah di tanah air kurang lebih 38.000.000 buah,  cara yang dibuat untuk menghitungnya adalah membagi jumlah penduduk dengan rata-rata penghuni tiap rumah, yakni lima orang tiap rumah. Jika panjang jalan rata-rata enam meter di depan setiap rumah,  panjang jalan raya di depan seluruh rumah itu adalah 38 juta kali enam meter sama dengan 228 juta meter atau 228.000 Km. Melalui jumat bersih (gotongroyong) akan mampu memelihara dan merawat jalan itu hanya dalam tempo kurang dari sepuluh menit. Bila Jumat bersih tidak hanya tercapai pada hari Jumat dan melibatkan setiap warga pasti akan tercapai “INDONESIA BERSIH”.

Semua kegiatan adalah upaya untuk “memperbaiki hidup”. Agar hidup lebih baik setiap orang harus bekerja lebih baik, agar kerja lebih berhasil setiap orang harus belajar. Kita lahir untuk bekerja; ORANG YANG SIBUK TIDAK AKAN DIGIGIT NYAMUK. ISTIRAHAT BERKARAT, to rest is to rust.

Manajemen Gotong Royong # 3a : Contoh - Pelestarian Hutan

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Teoritis hasil hutan baik kayu dan non-kayu tidak pernah habis, jika rasio antara yang boleh ditebang dengan yang harus ditanam dapat dipertahankan. Masalah ini menyangkut ragamsilang (variabel) antara umur siap panen dari jenis kayu tertentu, biaya produksi dan hasil jual, biaya penghutanan kembali (pembibitan dan pemeliharaan) baik untuk sekedar pelestarian atau bahkan keinginan agar hutan bertambah 10 atau 20 persen dengan mempertimbangkan persentase kemungkinan tumbuh, adalah PR yang sangat menantang melelahkan namun mengasyikkan bagaikan main catur.

Catatan terakhir mengatakan bahwa kita mempunyai (baca, berkewajiban) menanam 30 juta HA lahan yang harus dihutankan. Tiga miliar bibit, lima belas juta petani yang membutuhkan upah 36.000.000.000.000,- (tiga puluh enam trilliun) pertahun belum termasuk bibit dan pupuk. Memilah-milah 400 macam bibit, bibit mana untuk lokasi mana, sistem koperasi yang harus dibuat, sistem penggajian para petani, pengawasannya.

Berhadapan dengan itu tidak seorang petani pun bersedia menjadi penggarap hutan. Perusahaan hutan yang “slow yielding” yang baru panen puluhan bahkan ratusan tahun tidak memungkinkan seorang petani menggarapnya. Baiklah dicatat bahwa menurut “omongan” seorang ahli,  bangsa ini bisa hidup hanya dari hasil hutan.


Manajemen Gotong Royong #3b : Contoh - Pengemudi mandiri

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Yang dimaksud dengan para pengemudi dalam bab ini adalah pengemudi angkutan penumpang, khususnya pengemudi angkutan penumpang dalam kota. Jumlah mereka kurang lebih 100.000, (catatan terakhir menunjukkan pengemudi taksi DKI berjumlah 17.000). Ciri-ciri mereka sebagai berikut : menggunakan kendaraan dengan harga rata-rata Rp.25.000.000,-. Jumlah setoran per hari antara Rp. 15.000.000,- s.d. Rp. 50.000,-, usianya antara 18 s.d. 40 tahun.

Sebenarnya (khusus pengemudi taksi) setelah berdinas seribu hari mereka telah menyetor sebesar Rp. 50.000.000,-, dua kali lipat dari harga mobil yang mereka kendarai. Tetapi,........kapan mereka dapat memiliki sendiri mobil yang mereka kendarai.....?
Apakah tidak ada yang mampu mengorganisasikan mereka ?. Atau apakah bangsa ini tega membiarkan mereka tetap tinggal di situ......?

Manajemen Gotong Royong #3c : Contoh - Lapangan Kerja

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Anggapan umum yang hidup di masyarakat bahwa kita kekurangan lapangan kerja; suatu anggapan yang salah dan sama sekali tidak berdasar. Yang terjadi sebenarnya adalah kekurangan modal. Pengangguran dan lapangan kerja adalah dua masalah yang saling terkait. Membicarakan pengangguran tak dapat dipisahkan tanpa membicarakan lapangan kerja dan...modal. Dewasa ini kita memiliki kurang lebih lima juta penganggur termasuk satu seperempat juta yang kita “buang“  ke luar negeri. Berdasarkan catatan Biro Perencanaan dan Pengembangan DEPNAKER, September 1994, angkatan kerja Indonesia 94 juta tenaga.
Komposisi tenaga kerja itu sbb :

• empat puluh juta berkutat di sawah-sawah dan ladang-ladang, sektor pertanian,
• lima juta pegneg dan ABRI,
• tiga juta (3,26 %) dan penganggur,
• tiga puluh juta manusia di perusahaan perusahaan yang hampir setipa minggu unjuk rasa, dan
• sisanya pekerja bebas.


Catatan DEPNAKER dan catatan saya tentang jumlah penganggur berselisih dua juta. Penganggur dalam hitungan saya termasuk tenaga kerja Indonesia yang kita buang ke LN, para calo kendaraan di tiap persimpangan dan di loket-loket penjualan tiket  apa saja, 18.000 pembantu rumah tangga, ribuan “sales” dan penjaja keliling, dan sejumlah buruh bangunan yang hilir mudik mencari pekerjaan di antara bangunan-bangunan yang belum selesai. Pekerjaan apa yang kita sediakan untuk mereka......?
Perlu dicatat bahwa pencari lapangan kerja itu bertambah 2.666.666 orang setiap tahun (?).

Manajemen Gotong Royong #3d : Contoh - Swasembada

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Swasembada pangan berbeda dengan swasembada beras. Swasembada beras adalah kecukupan akan beras sebagai bahan makanan, sedang swasembada pangan adalah kecukupan bahan pangan baik beras maupun non-beras. Kebutuhan akan pangan yang tiap tahun meningkat, baik karena pertambahan penduduk maupun karena kebutuhan per orang yang terus meningkat sejalan meningkatnya pendapatan, akan menyangkut masalah pelestarian swasembada pangan. Memandu masyarakat untuk mengubah pola makan dengan mengemas makanan siap-santap (fast food, instant) khas pagi, siang dan malam dengan aneka rasa dari bahan non beras, fermentasi pengemasan d.s.b. pasti memerlukan riset, sejumlah ahli, pengusaha dan ......modal. Kita mempunyai jutaan ha lahan kosong, sedang di sisi lain kita masih mengimpor  seperti kedele, gula (baca :tebu) kapas, bawang putih dan sejumlah komoditi lainnya. Menggarap masalah ini; lahan mana untuk tanaman apa, pengusaha mana dan berbagai pertanyaan lain adalah juga lahan garapan yang menyerap tenaga kerja .

Berapa biaya yang dibutuhkan untuk jasuma, ketagila dan suramadu ? Berapa KM lagi jalan yang masih kita perlukan , jembatan, waduk, bandara, pelabuhan, perumahan d.s.b. (!)
Dari uraian tersebut, kita tidak memerlukan DEPNAKER (mudah-mudahan Menaker,  tidak mendengarnya ) yang kita perlukan adalah DEPENGDADA, Departemen Pengerahan Daya dan Dana.


Manajemen Gotong Royong #4a : Sumber Dana - Partai Politik

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Tiba saatnya memasuki bagian yang paling menggairahkan dalam pemikiran  ini : darimana uang diperoleh. Perlu dicatat bahwa uang yang diperoleh dari suatu kelompok seharusnya diperuntukkan untuk kelompok itu dengan catatan si kuat membantu si lemah, si kaya menolong si miskin, si lebih-lapar diprioritaska dari si kurang-lapar. Berbagai bentuk gotong-royong itu kita bicarakan beberapa diantaranya.

Jumlah mereka kurang lebih 70 juta. Golkar mengklaim bahwa anggotanya sebanyak 34 juta. Sisanya 36 juta adalah anggota kedua parpol lainnya. Hampir seluruh anggota itu tidak membayar iuran dan jarang yang memiliki kartu anggota. Bila kartu anggota ditetapkan sebesar lima ribu rupiah jumlah uang yang dapat dikumpulkan adalah Rp. 350.000.000.000,-. Selain itu, iuran seratus rupiah per bulan atau katakanlah seribu per tahun akan menghasilkan......Rp. 70.000.000.000,- per tahun.

Manajemen Gotong Royong #4b : Sumber Dana – Tolong menolong

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Pegawai negeri dan ABRI berjumlah lima juta. Jumlah yang meninggal per bulan adalah 2.000 orang, catatan : cara yang dipakai untuk menghitungnya berdasarkan liputan di PERUM POS dan GIRO pada tahun 1985 s.d. 1990. Jumlah pegawai 25.000, tidak pernah berkurang, bahkan bertambah kurang lebih 0,7 % per tahun, umur antara 18 s.d. 60; jumlah yang meninggal per bulan 9,47 orang.

Bila seluruh pegneg bergotongroyong menyantuni rekan-rekan mereka yang meninggal masing-masing lima ribu per bulan jumlah dana yang terkumpul adalah 25 milliar. Bila 20 % dana itu ditahan untuk beaya administrasi dan lain-lain, dan sisanya di bagi habis sebagai santunan menyertai ucapan turut belasungkawa dari negara, mereka akan memperoleh 10 juta masing-masing. Suatu ucapan turut berduka cita yang berpancasila yang paling pantas untuk diucapkan.

Jika Anda  adalah pegawai yang baru masuk hari ini dan baru pensiun 35 tahun yang akan datang, kontribusi Anda sebesar 35 x 12 x Rp. 5.000 sama dengan Rp. 2.100.000,-. Inilah salah satu makna gotongroyong yang tidak dipahami oleh kebanyakan orang. Tidakkah lebih bermanfaat bila santunan itu tidak menyertai ucapan turut berduka cita, tetapi menyertai ucapan selamat berpensiun ? Jika kita menganggap inilah yang lebih utama sejogianyalah kita menghitung ulangnya kembali.

Manajemen Gotong Royong #4c : Sumber Dana – Antar tenaga kerja

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Berbeda dengan catatan Depnaker, angkatan kerja Indonesia hanyalah 48 juta, bukan 94 juta. dari jumlah penduduk yang 192 juta angkatan kerja hanyalah 25%; jadi di belakang setiap orang tenaga kerja ada tiga mulut yang harus disuapi.
Dari jumlah itu terdapat lima juta penganggur ditambah 24 juta yang masih berada di bangku sekolah yang dua setengah juta di antaranya terjun menjadi pencari lapangan kerja setiap tahun.

Jadi kelompok ini berjumlah kurang lebih 30.000.000. Rasanya kurang manusiawi bila mereka harus turut bergotongroyong, tetapi kitab suci Al-Quran mengatakan (kurang lebih)  ......tidak ada orang lain yang akan menolong suatu kaum kecuali kaum itu sendiri.....

Di lapangan terbukti setiap pencari kerja bersedia “membeli” lowongan antara seratus ribu s.d. lima juta. Dengan cara gotongroyong mereka dibebani Rp. 15.000,- perorang. Sama dengan 450.000.000.000,- . Jumlah itu dapat diperuntukkan untuk menyediakan lapangan kerja bagi enam juta pencari kerja.

Manajemen Gotong Royong #4d : Sumber Dana – Antar pengemudi

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Sesuai dengan batasan yang kita sebut sebelum-nya, jumlah mereka diperkirakan seratus ribu. Bila 30 % di antara mereka ingin mandiri kita memerlukan dana 30.000 x 25 juta sama dengan Rp. 750.000.000.000,-. Kemampuan bayar mereka dapat dihitung sbb; setelah lebih dahulu ditetapkan beberapa persyaratan.

• pendaftaran anggota @’ Rp. 10.000,- sama dengan Rp. 3.000.000.000,-.
• pengemudi yang akan memperoleh kendaran ialah anggota yang telah melunasi iuran anggota minimal lima belas bulan, diperoleh 3.000 x lima belas ribu sama dengan Rp. 45.000.000,-.
• setoran termasuk cicilan Rp. 3.000 x Rp. 50.000 sama dengan 150.000.000,-


Dengan dukungan administrasi yang rapi dan terpercaya  dalam tempo seribu hari ketiga puluh ribu pengemudi itu akan menjadi supir dari mobilnya sendiri.

Manajemen Gotong Royong #4e : Sumber Dana – Perparkiran

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Sebagai contoh, jumlah kendaraan di DKI JAYA kurang lebih dua juta buah. Beaya yang dikeluarkan rata-rata mobil untuk parkir perbulan 25.000 rupiah, atau 50 milliar per bulan. Tetapi.....jumlah yang diperoleh DKI per tahun hanyalah 2 milliar lebih sedikit. Melalui manajemen gotongroyong seharusnya dapat dihasilkan tiga milliar per bulan dengan hanya membebani Rp. 5.000,- setiap kendaraan per bulan, menggaji 3.000 jukir sebesar 600.000,- per orang per bulan, (ilustrasikan).

Jika hanya untuk memiliki kendaraan bermotor seseorang harus memiliki surat ijin, tidakkah manusiawi bila ditetapkan bahwa semua pengusaha yang memperkerjakan tenaga kerja harus mendapat ijin ? Jika jawabnya “Ya”, di bawah ini kita ilustrasikan bagaimana gotongroyong menangani masalah ini.

Jumlah mereka 35 juta, tigapuluh juta diantaranya berada di tangan pengusaha, sisanya, lima juta di bawah naungan pemerintah. Jika setiap pengusaha dikenakan biaya ijin memakai tenaga kerja Rp. 5000,- per orang dana yang terkumpul adalah Rp.150.000.000.000,-
Tidak terhitung dana yang dapat digali. Tidaklah seharusnya membicarakan seluruhnya pada kesempatan yang seperti ini.

Baiklah dicatat, bahwa apapun gagasannya tidak memberi arti apapun kalau tidak dilaksanakan.

Manajemen Gotong Royong #5 : Administrasi Dana

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Perbedaan yang khas antara koperasi konvensionil dengan koperasi gotongroyong adalah :

• koperasi konvensional, anggotanya relatif lebih sedikit dibanding koperasi gotongroyong,
• anggota koperasi konvensional saling megenal satu sama lain dan berdekatan secara geografis, berbeda dengan koperasi gotongroyong yang tersebar di seluruh nusantara,
• antaranggota koperasi konvensional menyelesaikan hubungan secara fisik, sedang dalam koperasi gotongroyong berjalan administratif, dan
• informasi antaranggota di dalam koperasi konvensional cenderung tertutup, sebaliknya informasi antaranggota di dalam koperasi gotongroyong transparan terbuka dengan bebas tanpa perlu budaya sungkan.


Bertalian dengan banyaknya anggota dan beraneka ragamnya lokasi tempat tinggal anggota sedang pengurus berada di suatu tempat perlu ditetapkan suatu titik temu yang dapat dijangkau setiap anggota. Kriteria titik temu itu harus memenuhi persyaratan, a.l.

• mudah djangkau,
• prosedur sederhana dengan waktu yang relatif singkat,
• dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, dan
• dapat diandalkan.


Satu-satunya lembaga yang memenuhi persyaratan itu hanyalah PERUM POS dan GIRO (sekarang PT Pos Indonesia) .  Dinas ini memiliki kurang lebih 3.800 buah unit pelaksana teknis (tepatnya 3.821) yang tersebar di seluruh nusantara. Caranya adalah pengurus koperasi membuka rekening melalui sentral giro Jakarta. Dengan dibukanya rekening itu siapapun di Indonesia dapat menyetor iuran dan sebagainya melalui kantor pos terdekat. Agar dana yang  masuk langsung terpilah-pilah,  pengurus harus membuka berbagai rekening untuk menampung berbagai keperluan, seperti :

• rekening untuk pelunasan iuran anggota,
• rekening untuk pembelian kartu anggota,
• berbagai rekening untuk bermacam-macam koperasi,
• rekening untuk pembelian makalah-makalah  yang diperoduksi organisasi, dan
• berbagai rekening untuk masing-masing keperluan.


Sebaliknya bila ada sejumlah dana yang harus disampaikan kepada anggota surat perintah bayar dapat diterbitkan untuk diuangkan oleh anggota di kantor pos terdekat.

Manajemen Gotong Royong #6a : Promosi

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Setelah semua saran dibenahi, administrasi telah tertata masyarakat perlu disiapkan agar berpartisipasi dalam berbagai program, pekerjaan belum siap. Serangkaian upaya pemasyarakatan masih perlu digariskan.kiat-kiat pendekatan, memeilih jalur komunikasi  yang paling efektif, teknik promosi yang akan ditempuh, (marketing gimmick), trik-trik pemasaran, sesuai dngan kelompok sasaran perlu dirumuskan.Jalur-jalur yang dapat ditempuh a.l. ;
Brosur, leaflet, selebaran dan sejenis itu tidak lagi populer dewasa ini. Informasi jenis itu segera dibuang ke tong sampah. Brosur-brosur itu dikemas dalam buku (tebal) dengan mengaitkannya dengan informasi lain yang masa simpannya relatif lama. Satu-satunya selebaran yang perlu dibuat adalah buku Perkenlan dengan Organisasi X yang berisi;


• anggaran dasar dengan anggaran rumah tangga X,
• formulir isian untuk menjadi anggota X,
• formulir isian berlangganan koran / harian dan s.s.k. lainnya yang bersedia membayar,
• berbagai iklan dari perusahaan-perusahaan seperti hotel, otomotif, eksportir / importir, seperti yang dijumpai pada buku telepon,
• prosedur yang harus ditempuh untuk berpartisipasi dalam berbagai program,
• petunjuk singkat, tuntunan pembuatan feasibility study,
• latar belakang pendirian X dan.......
• informasi tentang kode pos.


Mengaitkan buku itu dengan kode pos diperoleh beberapa keuntungan ,
1. penyebaran brosur lebih mudah melalui 3.821 kantor pos dengan hanya mengantarkannya kantor pos yang tersebar diseluruh nusantara,
2. masa simpan buku relatif lama,
3. beaya penyebaran relatif rendah dengan adanya kode pos dan berbagai informasi tentang produk-produk POS dan GIRO serta consumer education POS dan GIRO, dan
4. informasi yang seluas-luasnya dapat ditampung dalam buku itu dengan lebih bebas.

Manajemen Gotong Royong #6b : Promosi – Jalur Pemerintah

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Bermitra dengan pemerintah adalah suatu keuntungan yang tak dapat ditakar. Berkesempatan bertatap muka dengan para gubernur, bupati, camat, DPR baik pusat dan daerah adalah kesempatan yang sangat berharga yang tidak semua orang dapat memperolehnya. Agar tatap muka lebih “berharga” kesempatan itu perlu dikaitkan dengan berbagai ceramah tentang :

• Etos kerja,
• Efisiensi dan produktivitas,
• Pemanfaatan lahan pekarangan,
• Mukjizat GOTONGROYONG, KOPERASI , dan
• topik lainnya yang berguna bagi masyarakat.

Manajemen Gotong Royong #6c : Promosi – Jalur Media Massa

Pengantar : Tulisan ini merupakan satu dari sekian tulisan almarhum Ayah saya Saiful Parmuhunan Pohan, yang telah berpulang di bulan Juli tahun 2002, namun tulisan-nya yang mengalir, dan penuh dengan ide masih sangat relevan dengan kekinian. Saya dedikasikan bagi almarhum semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup dan menjadi amal baik bagi-nya di alam sana. Untuk bahasan kali ini adalah mengenai manajemen gotong royong yang terdiri dari 7 bagian, yaitu pengantar, makna, contoh, sumber dana, administrasi dana, promosi serta penutup dan terdiri dari 16 tulisan.

Konperensi pers, tatap muka, temu wicara adalah jalur yang selalu efektif. Nada menggurui tidak diminati. Nada bertanya, seakan-akan kita kehilangan akal adalah kiat yang biasanya berhasil. Lewat “perundingan” dengan pembaca kita memperoleh banyak masukan. Bagaimana logo yang baik dan motonya dapat “dirundingkan” dengan pembaca.

Diskusi di televisi dengan tokoh-tokoh panutan dengan tanya jawab (yang lebih dulu direkayasa) adalah informasi-informasi (=acara) yang tidak mungkin ditinggalkan pemirsa. Pertanyaan-pertanyaan, seperti Siapa saja yang bisa masuk menjadi anggota koperasi tertentu, dan apa keuntungan yang akan dinikmatinya, Koperasi apa yang perlu diikuti oleh seorang dokter, tukang cukur, pedagang rokok, pengemudi,, sejauh mana peluang seorang pengemudi dapat memiliki sendiri kendaraan bila menjadi anggota KOPANGDRI (=koperasi angkutan mandiri), apa perbedaan gotongroyong konvensional dengan gotongroyong modern yang dikelola X, manajemen gotongroyong dan puluhan pertanyaan lainnya yang sangat menarik.

Salah satu yang penting melalui jalur ini X harus mempersiapkan sebuah tulisan (feature) untuk dimuat oleh mas-media. Jauh sebelum wawancara di TV itu harus diumumkan di harian.
Bab ini adalah bab yang sangat teknis yang berada di luar kemampuan kami.