Thursday, October 24, 2013

To The Moon and Back

Gara2 dengar Savage Garden, sebuah band Australia di mobil istri, saya jadi ingat istilah "To The Moon and Back". Istilah ini sering dikaitkan dengan John F. Kennedy yang juga menjadi salah satu single di album perdana Savage Garden dan di rilis tahun 1996.

Bagaimana cerita mengenai Kennedy ? saat perang dingin dan terjadi perlombaan teknologi ruang angkasa. Soviet beberapa kali mengungguli Amerika, yakni saat mengirim pesawat ruang angkasa pertama, dan lalu saat menjadi negara yang melakukan misi pesawat ruang angkasa pertama yang menerbangkan mahluk hidup. Serta salah satu yang paling spektakuler yakni saat menerbangkan astronot pertama ke ruang angkasa yakni Yuri Gagarin di tahun 1961. Amerika yang tidak mau tinggal diam lalu melakukan percepatan riset dalam teknologi ruang angkasa.

Kennedy di bulan May 1961 lantas menyatakan "First, I believe that this nation should commit itself to achieving the goal, before this decade is out, of landing a man on the Moon and returning him safely to the Earth. No single space project in this period will be more impressive to mankind, or more important for the long-range exploration of space and none will be so difficult or expensive to accomplish". Hemm sebuah pernyataan yang sederhana namun sarat makna, yang membawa bangsa-nya meyakini sesuatu hal dan mau bersama sama mewujudkan-nya.



Kennedy membangun fasilitas besar2an dengan biaya "wah". Ketika kritik bertubi tubi di terima oleh Kennedy maka dia merespon-nya dengan datang ke lokasi. Alih2 pidato di depan semua petinggi pusat riset, Kennedy malah ke toilet dan bertanya pada seorang petugas cleaning services di sana. Pertanyaan-nya adalah apa yang kamu lakukan disini, si petugas menjawab membantu bangsa ini untuk melakukan misi perjalanan ke Bulan dan kembali. Kennedy tidak jadi pidato baginya statemen seorang level yang paling bawah sudah menunjukkan organisasi ini berjalan dengan baik. Sejarah kemudian membuktikan Amerika "berhasil" membuktikan lompatan pencapaian teknologi ruang angkasa (meski ada yang menuduh ini merupakan kebohongan).Makna kata "kembali" juga menunjukkan komitmen akan penyelesaian misi. 

Di Scholastic sebuah perusahaan buku anak2, eksekutifnya mengajak wartawan berkunjung ke bagian gudang. Di sana mereka secara random bertanya pada seorang operator forklift mengenai job desc-nya. Si operator menjawab "Tugas saya adalah agar anak2 senang membaca buku".

Dari kedua contoh diatas, terlihat bagaimana penting-nya membangun komunikasi yang membuat semua komponen perusahaan mengetahui apa tujuan mereka dalam bekerja.Saat ini kita sering mendengar betapa mudahnya pasangan bercerai, dan alasan klasik yang mereka gunakan adalah "komunikasi sudah tidak jalan". Hal ini mengingatkan saya akan kedua orang tua yang memang sering konflik, namun karena tujuan hidup mereka sama yakni agar keempat anak-nya menjadi orang berguna kelak, maka mereka memutuskan untuk terus melanjutkan penikahan mereka. Jadi mengkomunikasikan tujuan perusahaan bagi seluruh komponen adalah hal yang sangat penting bagi pencapaian perusahaan, dan dengan demikian menselaraskan perbedaan.   

Catatan
Penerbangan pertama "one way ticket" dengan mahluk hidup yakni seekor anjing cerdas bernama Laika dapat dilihat di
http://hipohan.blogspot.com/2012/07/laika-nya-nick-abadzis.html

Tuesday, October 22, 2013

Just So Stories - Rudyard Kipling

Ada yang tahu Baron van Munchhausen ? beliau seorang bangsawan Jerman (yang pernah berperang dengan Turki) sekaligus pakar dalam cerita berlebih lebihan, meski banyak yang mengatakan khusus dalam berbisnis sosok-nya justru sangat bisa dipercaya. Nah membaca karya Rudyard Kipling yang ini mengingatkan saya akan Munchhausen. Nyaris semua cerita benar2 khayalan, hanya saja dilakukan dengan lucu dan penuh dengan dialog detail antar pelaku cerita.

Kipling yang hidup setelah era Munchhausen dalam Just So Stories juga berkhayal tentang banyak hal. Cerita pertama-nya saja sudah membuat orang tersenyum geli. Kalau nama Kipling disebut umum-nya orang akan diingatkan akan karya terkenal-nya yakni Jungle Book. Karena dia lahir di India dan sempat tinggal selama 12 tahun di India dalam dua periode terpisah dengan diselingi tinggal di Inggris selama 10 tahun, maka penggambaran-nya mengenai suasana hutan di India sangat lah pas.



Mengingatkan saja di karya-nya yang berjudul Jungle Book ini lah kita berkenalan dengan Mowgli. Disamping itu Kipling juga berjasa memperkenalkan  Riki-riki Tavi (musang/monggus), dan tokoh2 binatang lain-nya. Dengan pena Kipling tokoh2 ini hidup, menyapa pembaca dan melakukan petualangan seru.

Nah bagaimana dengan karya-nya kali ini ? buku yang terdiri dari 12 cerita ini, cukup enak dibaca, dan dapat dibaca secara terpisah, karena memang berdiri sendiri. Gramedia juga melakukan kolaborasi dengan Staven Andersen yang membuat persepsi baru tentang apa yang ditulis Kipling. Terbukti dari cover-nya sangat menarik. Terjemahan Maggie Tiojakin yang juga penerjemah karya Edgar Alan Poe membuat buku ini menjadi lebih menarik.

Salah satu cerita paling menarik adalah percakapan seorang anak dan ayah suku pedalaman di era neolitik. Percakapan inilah yang menurut rekaan Kipling menjadi cikal bakal terbentuk-nya huruf. Ini salah satu cerpen terpanjang dalam koleksi karya Kipling. Namun ayah dan anak ini alias Tegumai dan Taffy juga muncul dalam cerpen lain-nya.  Yakni ketika ayah dan anak ini menciptakan bahasa gambar yang sekarang banyak ditemukan arkeolog di dinding2 gua.

Unik-nya Kipling juga mereka ulang cerita Nabi Sulaeman dan Ratu Balkis sebagai cerita penutup karya ini. Cerita ini juga sebagai nasihat bagi para istri agar bersikap baik dalam berhubungan dengan suami. Buku yang dibuat tahun 1902 ini ternyata masih tetap menarik dibaca, meski perlu waktu sejenak saat mambaca diantara dua cerpen. Teknik kumpulan cerpen memang sebaiknya tidak dibaca langsung dan berturut turut, karena keindahan setiap cerita seringkali menjadi saling tercampur.

Selain cerita2 diatas dalam buku yang tadinya dibuat untuk anak2 ini, Kipling membuat dongeng sendiri mengenai Paus, Unta, Armadillo, Badak, Kangguru, Kupu2, Kucing dll dimana semua mendapatkan peran penting. Kipling yang meraih nobel di dibidang sastra tahun 1907 ini mencerahkan kita ternyata betapa indahnya cerita dengan ide2 sederhana di sekeliling kita dengan sedikit bumbu imajinasi.



Sunday, October 20, 2013

Melukis Pelangi - Oki Setiana Dewi

Awalnya saya tertarik membaca buku ini adalah karena melihat Oki sempat muncul beberapa kali bersama Felix Siauw di salah satu TV nasional. Beberapa episode kebetulan saya tonton, di antaranya adalah saat Oki mewawancarai Jerry D. Gray. Melihat style Oki yang luwes dan komunikatif saya jadi tertarik membaca buku ini.

Meski Oki sukses sebagai artis dan meraih Pendatang Baru Wanita Terbaik di tahun 2010 dari Indonesia Movie Awards serta film KCB yang dia bintangi  meraih lima penghargaan, namun saya justru belum pernah sama sekali menonton film-nya. Jadi keputusan saya membaca buku ini hanya karena tertarik melihat rekomendasi banyak orang atas karya Oki ini selain melihat sosok-nya sebagai pembawa acara.

Harus diakui, cara Oki menulis sih biasa saja, namun secara cerita, kisah hidupnya memang seru, persis seperti menaiki roller coaster kehidupan. Oki yang tidak lahir dikeluarga religius memutuskan "hijrah" menjadi muslimah sebenarnya saat Ibu-nya sakit, dan disupport lingkungan-nya di SMUN 1 Depok yang memang dimasa itu lebih terkesan sebagai pesantren. 



Oki yang kemauan-nya keras ternyata sudah menunjukkan hal tsb saat kecil dimana dia kabur dari pengawasan orang tua saat empat tahun, karena kesal tidak dibelikan boneka. Kali lain dia menantang tiga anak lelaki yang kelasnya lebih tinggi karena mengganggu adik-nya. 

Saat remaja, diusia 16 tahun dia ke Jakarta dan memutuskan tinggal sendirian. Oki yang bercita cita jadi artis,  harus turun naik kendaraan umum, lalu casting disana sini, ternyata tak jua meraih sukses. Ketika dia mengira akhir-nya bisa muncul disalah satu sinetron nasional, dan semua anggota keluarga berharap melihat penampilan-nya di TV justru kemudian hanya kaki-nya yang terlihat, dan ironis-nya hanya Oki yang tahu persis kalau kaki itu milik-nya.

Aneh-nya berbagai tawaran sebagai artis unik-nya justru datang saat dia sudah mengenakan jilbab, namun dia tetap bertahan, dan Allah membuktikan skenario yang lebih pas bagi-nya menjadi artis sekaligus prestasi dengan semua yang dia yakini termasuk dengan jilbab yang dia pilih sebagai bagian diri-nya.

Buku ini juga menarik, karena ada bagian tulisan yang justru ditulis Ibu kandung Oki, dan satu bagian berisi doa panjang lebar sebagai penutup. Semoga menjadi inspirasi bagi banyak muslimah lain-nya dan juga orang yang memiliki cita2 meski dengan fasilitas seada-nya.

Thursday, October 17, 2013

Malam Terakhir - Leila S. Chudori

Rasanya masih jelas dalam ingatan saat membaca karya Leila mengenai seorang anak yang tinggal di asarama siswa katolik. Saat2 dia harus sendirian karena tak tahu harus pulang kemana sementara setiap teman-nya memiliki "rumah" untuk pulang di saat liburan. Karya Leila ini merupakan bonus dari majalah Hai, yang saat itu masih sangat menarik bagi remaja "sehat". Berbeda dengan Hai saat ini yang mengeksploitasi perempuan, dimasa lalu Hai membahas komik, misteri, humor, sains dan berbagai hal yang masih pantas bagi remaja.

Nyaris 20 tahun Leila meninggalkan dunia menulis dan pulang setelah anak perempuan-nya "menuntut" nya unutuk kembali ke "rumah sastra" nya yang hilang. Dan Malam Terakhir adalah salah satu karya yang di beri sentuhan ulang sebagai hadiah bagi peminat sastra Indonesia. Untuk karya yang terdiri dari sembilan bagian ini Leila memilih gaya cerita pendek, karena lebih dapat memaksa pembaca dan penulis untuk fokus hanya pada beberapa lembar cerita saja, sehingga fokus ke isi yang ingin ditunjukkan menjadi lebih tanpa basa basi. Cover-nya yang surealis juga menjadi salah satu alasan saya ingin membaca buku ini.



Cerita pertama langsung menohok kita mengenai petualangan gadis Indonesia di pelosok Paris, dan bertemu dengan sisi kelam kehidupan disana. Pemuda yang menderita kelainan jiwa, induk semang yang lebih mementingkan motif bisnis di banding kekeluargaan. Sesuatu yang hilang di kota2 besar Eropa dan nyaris hilang di Indonesia bila kita tidak mau mempertahankan-nya. Kesepian di tengah keramaian, mungkin tepat menjadi tema cerita pendek pertama yang sangat pantas ditempatkan di awal buku ini.

Dalam kumpulan cerpen ini, terlihat salah satu ciri khas Leila, yakni mereview buku2 yang dia baca, dan bahkan kadang tokoh dalam buku itu muncul dan mengajak tokoh utama dalam cerpen-nya bercakap cakap. Buku2 tersebut misal-nya Rainbow-nya DH Lawrence, Summerhill nya A.S. Neill, Journey To The East nya Herman Hesse atau juga membahas puisi2 dari tokoh penyair seperti T.S. Elliot.

Beberapa cerpen lain-nya kadang bicara hal yang sama, yakni transformasi dari seorang gadis kecil menjadi wanita dewasa. Sepertinya sebagian dari ini mengacu pada pengalaman Leila sendiri.  Kadang Leila melalui tokoh2nya membahas pemberontakan terhadap kemapanan. Cukup aneh bagi saya karena tidak terlihat secara keseluruhan aspek religius dari seorang Leila dalam kumpulan cerpen-nya ini, justru terkesan Leila mempertanyakan hal2 yang mungkin dianggap sebagai bagian dari etika dan budaya bangsa.

Barangkali remaja sekarang, begitu terpukau-nya dengan Dee, Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu namun sosok Leila S. Chudori lah salah satunya yang meraih tongkat estafet dari N.H. Dini, dan meneruskan "kegemilangan" karya sastra dari pena wanita Indonesia. Wanita yang pernah sempat mengasuh rubrik film ini, saat bekerja di Tempo, sepertinya sudah kembali pulang dan sepantasnya kita menyambutnya dengan menikmati karya2nya.


Wednesday, October 16, 2013

Dajjal The Anti Christ - Ahmad Thomson


Tahu hobi saya membaca, salah seorang Manager yang biasa berurusan dengan server maintenance, di kantor memberikan hadiah buku Ahmad Thomson ini, setelah menamatkan Inferno nya Dan Brown serta buku mengenai Illuminati di Garut nya Ahmad Samantho, barulah saya bisa memiliki waktu untuk eksplorasi buku ini. Berbeda dengan buku2 sejenis yang copy-cut-paste literatur sana-sini, atau googling kian kemari, Ahmad Thomson lebih fokus ke apa yang dia rasakan, atau apa yang dia hadapi sebagai bagian dari masyarakat modern. Karena sosok-nya hidup di negara maju, Thomson sebagai saksi mata sepertinya bisa menulis dengan lebih obyektif. 

Thomson melihat bahwa masyarakat maju tak lebih sebagai bagian dari suatu mekanisme kapitalis dalam rantai produsen-konsumen yang cenderung menilai segala sesuatu-nya dari materi. Perasaan kasih terhadap sesama menjadi luntur dan berganti menjadi yang kuat menghisap yang lemah. Siapa yang kuat akan bertahan, dan siapa yang lemah siap2 dihisap dan diinjak oleh yang kuat. Dunia menjadi terlihat sebagai dua pilihan yakni untuk memanfaatkan atau sebaliknya dimanfaatkan.

Salah satu kejelekan dari rantai produsen konsumen menurut Thomson, adalah menggaji karyawan sedemikian rupa sehingga seseorang terpaksa berhutang. Lalu bunga hutang-nya diset sedemikian rupa sehingga hutang tersebut tak pernah terbayar. Saat kondisi ini tercapai, maka seseorang akan terus bekerja meski apa yang dia inginkan tak pernah tercapai. Rasa cemas dan panik akan kepastian dalam kehidupan menyebabkan setiap orang terus menerus bekerja dan membeli apa yang sebenarnya tidak dia perlukan, dan bagi Thomson ini adalah pencarian tanpa akhir. Analoginya adalah seperti air laut, semakin kita minum makan semakin hauslah yang kita rasakan. Namun saya kira sepertinya ini bukan cuma masalah orang per orang tetapi juga negara. Indonesia yang begitu kaya saja akhirnya harus terus menerus berhutang dan hanya sanggup membayar bunga-nya saja. Bahkan bukan cuma Indonesia, Inggris dan Amerika pun adalah Negara yang pemerintah-nya penuh dengan hutang, jadi sebenar-nya kita bias menjawab siapa yang menjadi "pemerintah" sesungguhnya, yakni konspirasi di sektor finansil yang berlindung dibalik "kesaktian" uang kertas.




Contoh sederhana, kenapa pendidikan kedokteran modern misalnya dikendalikan oleh suatu badan yang tak mengizinkan seorang ahli kesehatan menggunakan ilmu turun temurun dan sudah terbukti berhasil. Padahal sebelum berdiri-nya universitas kedokteran, telah banyak sosok yang memiliki kemampuan untuk mengobati sesama dengan berbagai cara. Dunia kedokteran juga kini telah terintegrasi dengan produsen obat2an, produsen peralatan kedokteran, dan berhasil memaksakan pada banyak pemerintahan di dunia versi tunggal ilmu kedokteran, sekaligus melarang versi lain ikut mewujudkan masyarakat yang lebih sehat. Padahal kita tahu misalnya bagaimana unggul-nya ilmu kesehatan negara2 seperti China khususnya dalam menggunakan berbagai tanaman obat.

Ada banyak contoh lain selain dunia kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan ekonomi, politik, hukum termasuk globalisasi yang memaksakan standar yang sama di seluruh dunia. Buku ini memberi informasi pada kita, dunia seperti apa yang sebenarnya kita diami dan sistem apa yang selama ini kita yakini. Begitu juga dengan hal lain seperti  manipulasi media, dijelaskan oleh Thomson dengan tiga contoh kasus yakni Lord Northcliffe, Ezra Pound dan peradilan Nuremberg (saat WWII). Khusus untuk masalah hokum, Thomson juga membahasnya secara detail, bagaimana hukum modern justru semakin dilengkapi semakin rumit dan semakin membutuhkan pihak ketiga untuk menginterpretasikan-nya.

Thomson menjelaskan bahwa sejak hampir satu abad yang lalu dunia makin hari makin membentuk dirinya menjadi sebuah sistem yang lebih cocok disebut sebagai Anti Christ atau Dajjal. Baginya sebagai gejala sosial sistem ini sudah membudaya, dan saat ini hanya tinggal menunggu Sang Sutradara alias Dajjal nya saja yang belum muncul.

Gaya Thomson pengarang kulit putih sekaligus pengacara berkebangsaan Inggris namun lahir di Zambia ini menulis harus diakui agak membosankan, ada kesan bertele tele di sepanjang buku. Begitu juga terjemahan dalam buku ini sebenar-nya cukup baik, namun penggunaan istilah Taman untuk Surga dan Api untuk Neraka rasa-nya agak ganjil di hati. Tak jelas benar kenapa istilah itu yang digunakan.  Ada buku yang membuat kita penasaran membaca halaman berikutnya, namun tidak demikian dengan buku ini. Thomson juga memilih menggunakan kata2 sepenuhnya, dan tidak banyak memvisualisasikan pemikiran-nya dengan gambar. Namun demikian buku ini tetap penting, paling tidak karena dia mewakili pandangan seorang kulit putih mengenai apa yang sebenar-nya terjadi di negara2 maju.





Tuesday, October 15, 2013

Gravity (2013) - Alfonso Cuaron

Sebenarnya saya agak ragu menonton film ini, membayangkan kesenyapan diatas sana, dengan aktor berjumlah minim, sehingga sulit membayangkan skenario apa yang kira2 terjadi. Namun memang di TSM saat itu tidak banyak pilihan. Saya memilih menonton versi 3D meski mungkin versi IMAX 3D nya akan lebih asyik.

Minim-nya pemeran dalam film ini mengingatkan saya akan film Tom Hanks, Castaway saat terdampar sendirian di pulau. Namun juga mengingatkan saya akan film yang menggunakan jumlah pemeran minim lain-nya yakni Psycho nya Alfred Hitchcock.

Adegan bermula ketika astronot Matt Kowalsky (George Clooney) dan bio medical engineer Ryan Stone (Sandra Bullock), sedang memperbaiki modul telescope Hubble dalam keheningan jauh di angkasa. Disamping mereka berdua ada tiga awak lain. Keheningan ini mendadak buyar saat Rusia pada saat yang sedang meledakkan modul ruang angkasa mereka, dan puluhan puing2nya mengarah ke Explorer, pesawat yang digunakan oleh Kowalsky dan Stone.



Tiga awak lain-nya yang belum cukup dikenal oleh penonton ini akhirnya tewas, dan menyisakan Kowalsky dan Stone. Melayang di angkasa luar, untungnya Kowalsky dapat menemukan Stone dan menggiring-nya bagai "anjing piaraan" kembali ke Explorer. Sayang-nya Explorer dalam keadaan hancur, sehingga mereka terpaksa menuju modul International Space Station (ISS)  lain-nya, namun dalam perjalanan Kowalsky menghilang di angkasa, dan tinggal-lah Stone yang akhirnya menyadari bahwa modul ini sama sekali tak dapat digunakan.

Untung-nya Stone, masih memiliki keinginan hidup yang kuat sehingga tetap berusaha menuju modul berikutnya, yakni Tiangong, milik China.  Dalam keadaan setengah sadar akibat keracunan CO2 dan oksigen yang terus turun, mendadak Stone mendengar ketukan Kowalsky di jendela dan mengingatkan-nya untuk menggunakan modul jet pendarat untuk mendekati modul China.

Hemm saya sempat sebal dengan adegan Kowalsky mengetuk jendela, apalagi setiap kali ditanya Stone, Kowalsky selalu mengelak. Gaya mengelak Kowalsky ini mengingatkan saya akan salah satu episode Tintin di Negeri Emas Hitam karya Herge, saat Tintin diselamatkan Haddock yang entah datang dari mana, namun selalu menjawab "cerita-nya panjang" dan sampai dengan cerita selesai tetap tidak terjawab. Namun ternyata kedatangan Kowalsky hanya ilusi Stone yang mulai putus asa akan nasib-nya. 

Sayang sekali momen religius Stone dalam film ini tidak tergali maksimal. Padahal kebesaran ciptaan-Nya dan betapa lemah-nya manusia sebenarnya dapat menjadikan film ini inspirasi yang dahsyat.

Bagaimana pun ini merupakan film yang enak ditonton, di luar dugaan sama sekali tidak membosankan, dan merupakan pekerjaan hebat dari seorang Alfonso Cuaron, sebagai salah satu dari Three Amigos perfilman Meksiko. Keseriusan Cuaron terlihat dengan melibatkan aktor sekelas Ed Harris (The Abyss) meski hanya suara-nya saja. Casting-nya juga pas, wajah paranoid Sandra Bullock dan Clooney yang memerankan astronot senior dalam penerbangan terakhir.  Meski saat awal Cuaron sempat tertarik Angelina Jolie dan Robert Downey Jr. Tak aneh sekelas James Cameron, Quentin Tarantino dan pelaku dunia nyata kehidupan astronot seperti Buzz Aldrin memuji film ini.

Sunday, October 13, 2013

Garut Kota Illuminati - Ahmad Y. Samantho

Kalau saja tidak ada pengantar dari Ridwan Saidi, mungkin saya tidak akan membeli buku ini. Dan terbukti dari judul yang tidak begitu "nyambung" dengan isi. Buku yang nyaris 500 halaman ini ternyata hanya membahas Garut kurang dari 20% halaman.

Justru penulis membahas hal2 yang sebenarnya mudah ditemukan dalam buku2 lain seperti sejarah Uang dan keluarga Rothschild, hubungan perang dunia dengan keluarga Rothschild, atau bahkan Freeport dan Atlantis juga asal usul Hitler.
 



Hemm rasanya agak menyedihkan kalau kepentingan bisnis (dalam memberi judul) mengalahkan tujuan buku ini memberikan wacana yang "benar" tentang banyak hal lain-nya. Mengacu pada buku Van Der Veur, jelas bahwa loji Freemason sd 1940 an saja sudah menyebar sampai Semarang, Surabaya, Bogor, Magelang, Bandung, Salatiga, Tegal, Malang, Jember, Sukabumi, Purwokerto bahkan sampai Padang, Makassar, Medan dan Palembang. Jadi tidak ada keistimewaan Garut dalam hal Illuminati.

Kutipan yang diambil dari beberapa publikasi di internet juga di ambil terlalu apa adanya termasuk komentar dan diskusi para nara sumber yang kadang menyinggung hal2 diluar konteks seperti Indiana Jones, atau percakapan sehari-hari. Atau bahkan dalam bahasa Sunda tanpa terjemahan.

Pembaca juga tidak mendapat informasi atau kejelasan dipihak mana penulis sepakat, atau mana yang merupakan kesimpulan penulis dari berjejalnya informasi disana sini. Sebagai contoh gunung2 yang disinyalir sebagai piramid di Garut dan sekitar-nya, hanya memunculkan bahan2 yang lebih terlihat sebagai perbedaan pendapat. Namun buku ini berjasa dalam mengingatkan kita kembali metode yang dilakukan Turangga Seta. Dimana metode mereka dalam investigasi piramid yang membenarkan wawancara dengan penghuni alam lain, membuat kita mengerti kenapa publikasi mereka menjadi sulit diterima.  Penulis sepertinya harus belajar membuat kesimpulan yang bernas layak-nya kata pengantar Ridwan Saidi.

Namun demikian publikasi tentang dugaan bahasa Minang dengan Inggris yang ternyata mempunyai banyak kemiripan, cukup menarik untuk dibaca dan mendapatkan kesimpulan yang mengagetkan. Yakni adanya dugaan semua ini berasal dari satu sumber.

Megingat begitu banyak-nya misteri dalam sejarah kita, tak aneh kalau Ridwan Saidi mengatakan bahwa paradigma ilmu arkeologi Indonesia amat ketinggalan. Bagi Ridwan Saidi, arkeolog lebih banyak melanjutkan warisan Purbocaroko yang juga mewarisi-nya dari guru2 Belanda-nya di masa sebelum WWII. Sebagai contoh Ridwan mempertanyakan bagaimana mungkin Tarumanagara dan Sriwijaya dianggap sebagai kerajaan Hindu dan Budha sedangkan tidak ada penduduk Sumatera yang beragama Budha serta selama Tarumanagara berkuasa 300 tahun juga tidak ada penduduk Jawa bagian barat yang memeluk Hindu. Bagi Ridwan kedua kerajaan itu tak lebih dari perusahaan asing yang mengeksplorasi kekayaan lokal beserta penduduk-nya.

Contoh lain, Ridwan juga mempertanyakan bagaimana mungkin Borobudur dianggap candi Budha, sementara dalam relief-nya digambarkan Ramayana (yang nota bene kebudayaan Hindu) atau bahkan penggambaran hubungan sejenis *. Bagi Ridwan Borobudur adalah bangunan yang dibangun berbagai kebudayaan dengan bangsa Arya sebagai pemegang saham terbesar.  Ridwan juga mempertanyakan asumsi bahwa Borobudur di bangun Syailendra dengan alasan tanah di Sumatera tidak cocok untuk bangunan seberat itu, sementara kita menemukan di Muaro Jambi ada kompleks candi sebelum era Sriwijaya yang berkali lipat berat-nya.

Atau saat Ridwan menganalisa peran Gujarat di Indonesia, sementara kata Gujarat yang tersisa di Indonesia hanya Khanduri (kenduri). Sehingga berdasarkan kekerabatan bahasa, teori ini menjadi tak mungkin. Bagi Ridwan penyebar Islam yang sebenarnya adalah sosok Melayu Vietnam, bernama Syekh Kura (Quro) yang mendirikan pesantren di Pulau Kelapa. Jadi sudah saatnya kita menulis ulang sejarah kita dengan menguji-nya lewat genetika, fisika atau kekerabatan bahasa.

Catatan
* Mengenai penggambaran hubungan sejenis, saya belum mendapatkan informasi lebih jelas dengan apa yang dimaksud Ridwan Saidi.

Thursday, October 10, 2013

Apakah Anda Berbakat Menjadi Programer ?

Saya masih ingat teka teki saat masih kecil, teki teki tersebut berkisah tentang seorang petani, seekor anjing, seekor kambing dan seikat rumput yang mau menyebrangi sungai dari asal ke tujuan. Sayang-nya perahu untuk menyebrang hanya bisa mengangkut dua obyek saat yang bersamaan. Dilain pihak jika petani tidak berada disekitar bawaan-nya, maka kambing akan memakan rumput, atau anjing akan mengigit kambing.
 
Solusinya adalah si petani menyeberangkan kambing terlebih dahulu ke tujuan, lalu kembali untuk mengambil rumput di asal dan kembali ke tujuan, saat rumput sampai di tujuan, sebelum kambing memakan rumput, petani kembali ke asal dengan membawa kambing. Sebelum kambing di gigit anjing, petani lalu menyeberangkan anjing ketujuan, dan meninggalkan rumput dan anjing di tujuan dan terakhir kembali ke asal untuk membawa kembali rumput. Hemm cukup sulit bukan dan ternyata solusi diatas menyebabkan petani kembali ke asal dengan membawa muatan.
 
Nah tes seperti ini juga terjadi di microsoft, konon salah satu tes-nya untuk seleksi programmer adalah test tentang warna topi empat marinir. Perhatikan gambar dibawah ini



Ke-empat marinir dibawah adalah tawanan pasukan musuh. Mereka ditanam di pasir dengan hanya kepala saja yang muncul dari permukaan tanah. Setiap marinir tidak tahu warna topi masing2 dan hanya bisa melihat kedepan. Namun jenderal pasukan musuh mengatakan bahwa mereka berempat menggunakan dua topi putih sisanya topi hitam, lalu A ditempatkan diseberang dinding sedangkan diseberang-nya ada B, C dan D. Namun jika salah satu dari mereka bisa menebak warna topi yang mereka gunakan, maka mereka semua bebas, namun jika tidak mereka akan dihukum mati.

Mari kita analisa, A dan B tidak tahu warna topi A,B,C dan D, karena A dan B keduanya menghadap tembok.  Lalu C hanya tahu topi warna B, Terakhir D meski tahu warna B dan C namun dia juga tidak tahu warna topi-nya sendiri.

Apakah jawaban-nya ?, saat jenderal musuh bertanya, A hanya diam, demikian juga B, dan ternyata demikian juga dengan D. Kenapa D cuma bisa diam, jika saja B dan C menggunakan topi dengan warna yang sama maka dia pasti menggunakan topi dengan warna sebaliknya, namun B dan C menggunakan topi dengan warna yang berbeda sehingga D tidak bisa menebak warna topi-nya. Untunglah saat mendengar D diam saja, maka C tahu pasti warna dia dan B berbeda. Maka dengan melihat warna topi B dia tahu pasti warna topi-nya sendiri adalah warna kebalikan-nya alias hitam.



Micromanaged dan Blaming Organization

Dalam salah satu pelatihan dengan menggunakan integrated thinking yang saya ikuti, kelas dibagi menjadi beberapa group setiap group membahas problem yang diwakili salah satu member group. Kebetulan saat itu topik utama kelompok kami adalah mengenai human resources. Salah satu member di group kami menyanggupi menjadi nara sumber, karena kebetulan bidang ini merupakan job yang diberikan perusahaan pada-nya beberapa bulan terakhir.

Rekan yang menjadi nara sumber mengangkat topik tinggi-nya turn over menjadi salah satu issue yang perlu kami cari solusinya secara integrated thinking. Saat sedang hangat2-nya diskusi mengenai ini, trainer menghampiri kami sambil bertanya topik apa yang sedang kami bahas. Lalu kami jelaskan hal2 terkait topik dimaksud.

Lalu beliau bertanya berapa persentasi turn over yang terjadi. Saat nara sumber menyampaikan nilai persis-nya, trainer kami terlihat kaget, dan mengatakan sepertinya ada masalah dengan kepemimpinan dalam organisasi perusahaan kami, jika turn over-nya setinggi yang kami sampaikan. Kami yang memerlukan jawaban lantas bertanya apa penyebab yang biasa terjadi.

Menurut trainer, pada kasus dengan turn over setinggi itu biasanya hanya ada dua penyebab dominan, yakni micromanaged dan blaming. Micromanaged adalah gaya kepemimpinan yang mengatur segala sesuatu sampai dengan hal2 terkecil. Hal ini mengakibatkan karyawan kesulitan untuk berekspresi dengan potensi yang dia miliki. Bagi karyawan kreatif hal ini menyebabkan ketidaknyamanan, meski bagi karyawan yang tidak kreatif situasi justru lebih nyaman dan minim resiko.Penyebab dari manajemen dengan model seperti ini adalah karena masalah emosional /karakter sosok pimpinan atau ketidakpercayaan terhadap kompetensi karyawan. 

Sedangan blaming merupakan cara me-manage yang lebih fokus pada "kambing hitam" dibanding solusi. Situasi akan lebih parah jika koreksi dan teguran disampaikan secara terbuka dihadapan karyawan lain. Seorang konsultan manajemen Gerald Weinberg mengatakan blaming merupakan indikator ketahanan dan integritas organisasi. Beliau juga menekankan bahwa budaya blaming yang datang dari pimpinan biasanya direspon secara negatif oleh karyawan dengan akibat takut memutuskan sesuatu, potensil memunculkan kesalahan baru, dapat menimbulkan kecelakaan kerja, serta biasa ditanggapi secara pasif atau bahkan agresif.

Beberapa tahun yang lalu saya pernah membaca alasan untuk resign yang sering digunakan karyawan umumnya berhubungan dengan atasan, uniknya alasan yang sering digunakan untuk bertahan juga adalah berhubungan dengan atasan. Jadi faktor atasan adalah faktor yang sangat penting. Hal ini juga terjadi dalam dunia sepak bola sering2 seorang pemain mengikuti pelatih-nya, karena pelatih (atasan) yang cocok akan mampu mengembangkan potensi pemain-nya (bawahan). Sebagaimana saya sendiri jadi ingat pengalaman saat sekolah, nilai2 saya pada semua pelajaran ternyata sangat tergantung dari kenyamanan dengan guru pada mata pelajaran tersebut. 

 

Tuesday, October 08, 2013

Inferno - Dan Brown

Cukup lama sudah Dan Brown tidak memunculkan karya baru, dan seperti biasa Brown merilis karya dengan benang merah sejarah dan dirangkai sana sini seolah olah fakta. Tema apa yang kali ini yang menjadi inspirasi-nya ? Jika dalam novel sebelum-nya Brown banyak mengulas sejarah Katolik, disini Brown menjadikan karya Dante Alighieri berjudul Inferno (alias neraka)  sebagai inspirasi. Dikombinasikan dengan psikopat yang terobsesi dengan depopulasi manusia, maka ini lah yang menjadi tema utama Dan Brown kali ini. Tak lupa Brown juga mengangkat set dalam bentuk realita sehingga tokoh Langdon tertipu oleh kelompok pimpinan Provos yang menjadikan ilusi sebagai bagian dari pekerjaan mereka, dan sekaligus mengingatkan saya akan Truman Show, film besutan Peter Weir yang dibintangi Jim Carrey.

Inferno adalah dunia bawah yang muncul dalam puisi 14.233 baris Dante di abad 14 an, The Divine Comedy, dimana Neraka digambarkan secara rumit dan dihuni oleh arwah, jiwa tanpa raga yang terperangkap diantara hidup dan mati. Namun Inferno tidak berdiri sendiri, misalnya Brown juga mengangkat karya Botticelli alias Map of Hell, lukisan tentang tingkatan dalam neraka dengan warna2 neraka alias merah, sepia dan coklat yang terinspirasi dari karya Dante, begitu juga dengan Michelangelo yang ternyata pengagum Dante.


Selalu menarik membaca karya Brown yang adegan demi adegan-nya bergerak cepat dan berkejaran dengan adegan2 lain serta disusun dalam bab2 pendek dengan akhir menegangkan namun tak selesai, sehingga memaksa kita maju ke bab berikutnya.

Dalam buku ini Langdon tiba2 masuk rumah sakit di Florence dengan kepala berdarah, sedangkan dia sendiri tidak tahu bagaimana dia bisa ada di Florence dan dengan cara apa kepala-nya berdarah. Setiap bab memuncul pertanyaan baru, meski menjawab pertanyaan di bab sebelum-nya.

Tak lupa Brown memasukkan tokoh wanita sebagai pasangan Brown sekaligus salah satu resep menulis sukses-nya. Kali ini tokoh itu diperankan Sienna Brooks, gadis jenius yang mengalami masalah sosial karena kecerdasan-nya. Problem sosial gadis ini mengingatkan saya akan tokoh Lisbeth Salander dalam trilogi Stieg Larsson. Namun ketika kita mengira bahwa pasangan-nya kali ini adalah duet yang pas, maka kita masuk dalam jebakan Brown

Jadi lagi2 kita menyantap racikan Brown sebagai koki yang meramu sejarah, benda2 seni, simbologi, kode serta  sains di bidang genetika menjadi bacaan dengan intensitas tinggi. Apakah tema Brown ini sesuatu yang baru ?, saya rasa tidak, karena dua pengarang Indonesia yakni Zaynur Ridwan (Novus Ordo Seclorum) dan Rizki Ridyasmara (Codex) sudah membahas konspirasi dibalik rancangan kematian massal dalam novel mereka masing2 beberapa tahun yang lalu.

Salah satu bab cukup mengagetkan saya karena Brown mengutip suara adzan, dengan "La ilaha illa Allah" alias "Tiada Tuhan Selain Allah" saat setting cerita bergeser ke Istanbul. Brown juga sepintas membahas sejarah Islam di kawasan ini, termasuk peristiwa di Selat Bosphorus dan juga Muhammad Al Fatih. Serta memasukkan Istana Biru dan Hagia Sophia sebagai bagian dalam cerita.

Akhir kata, komentar yang paling kena terhadap buku yang menarik ini adalah dari USA Today "Brown sangat ahli membuat pembaca percaya bahwa buku dan gang tua berdebu menyamarkan konspirasi global".




Friday, October 04, 2013

Dokumentasi vs Kualitas


Dalam suatu organisasi yang maturity level-nya rendah, maka kualitas kerja akan sering sekali bergantung pada pahlawan. Sosok pahlawan seperti ini menjadi sangat vital, jika dia ada, maka organisasi berjalan dengan baik, namun jika dia tidak ada, maka organisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Namun dalam organisasi yang sudah mature sosok pahlawan seperti ini digantikan dengan SOP dan dokumentasi yang baik. Selama seleksi penerimaan pegawai berjalan dengan baik, lalu ada prosedur yang digunakan (dan terbukti berjalan dengan baik) serta didokumentasikan, maka setiap orang dapat menjadi  pahlawan.

Kita ambil contoh restoran fastfood terkenal semisal McDonald, kenapa mereka dapat menghasilkan rasa dan kualitas layanan yang sama meski kemampuan koki-nya berbeda beda walaupun ada di berbagai Negara ? karena sistem dan prosedur-nya (termasuk dokumentasi)  yang berperan, dan kedua hal ini jugalah yang menyebabkan rasa dan kualitas-nya relatif sama dan standar. Mulai dari seleksi supplier, alat yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan, berapa lama di masak , bumbu2 yang digunakan, di masak pada suhu berapa, alat yang digunakan untuk memasak, dll membuat kualitas produksi menjadi lebih terjamin.

Untuk mengingatkan oenting-nya dokumentasi, dalam salah satu pelatihan yang saya ikuti, peserta di beri nama, dibagi menjadi dua serta berbaris berhadapan. Masing2 barisan terdiri dari lima orang, dan kedua barisan berdiri berhadapan layak-nya lomba tarik tambang dimana diantara kedua barisan ini disediakan kotak yang membantu proses swap (pertukaran) dari barisan yang satu ke barisan yang lain. Setiap kelompok akan berusaha pindah ke barisan didepan-nya dengan dua syarat sebagaimana permainan halma, yakni boleh melangkah satu kotak kedepan, atau boleh melewati kotak lawan dan berhenti di kotak berikutnya. Sebut saja baris yang pertama dengan A,B, C, D dan E serta baris yang kedua dengan 1,2,3,4 serta 5.



Setelah berpikir keras dan berdiskusi akhirnya salah satu diantara kami menemukan cara paling mudah, dan trainer lalu mengangkat-nya menjadi leader. Lalu mendadak trainer membuat skenario dimana seakan akan leader tersebut dimutasi ke cabang lain. Lalu lagi2 organisasi yang di-tinggal melakukan reinventing the wheel, sehingga kami seakan akan memulai-nya dari nol lagi. Disitulah kami menyadari seandainya saja kami menjalankan prosedur dokumentasi sebelum-nya, maka kami tidak usah membuang waktu terlalu lama untuk kembali melakukan-nya. Sehingga dalam pelatihan ini kami disadarkan penting-nya dokumentasi.

Lalu setelah berdiskusi untuk memilih model dokumentasi, meski saya mengusulkan model dokumentasi ala permainan catur, kami akhirnya memilih model yang paling sederhana, yakni cukup menuliskan salah satu angka dari 1 sd 5 atau A sd E, untuk menunjukkan siapa yang harus jalan pada step tersebut.

 
Setelah dokumentasi selesai, maka peserta diminta melakukan proses swap dengan dipimpin leader baru, dan berjalan dengan mulus. Dengan demikian organisasi ini dapat berjalan dengan system serta prosedur yang sudah dibakukan dengan menghasilkan kualitas yang persis sama.
 
Moral of the story-nya pastikan semua pekerjaan anda memiliki SOP dan dokumentasi yang baik, dengan demikian pergantian orang, tidak membuat organisasi anda lumpuh atau terganggu. Lalu sempurnakan SOP dan dokumentasi  terus menerus sehingga dengan-nya, anda dapat meraih hasil yang lebih baik lagi. Dengan demikian kita mengubah yang tadinya "tidak bisa" menjadi "pernah bisa", dan lalu mengubah yang "pernah bisa" menjadi "selalu bisa", dan akhirnya mengubah "selalu bisa" menjadi "semua selalu bisa".


Thursday, October 03, 2013

The Illustrated Book of Laozi - Zhou Chuncai

Beberapa hari lalu saya melihat acara di Net. TV mengenai komik. Dalam acara tersebut salah satu nara sumber yakni Mansjur Daman (yang dikenal dengan komik Mandala pendekar sungai ular) cerita mengenai larangan membaca komik di masa itu. Namun generasi kini justru boleh membaca komik sesuka mereka, dan bahkan menggunakan komik untuk menjelaskan kompleksitas sains. Kita dapat dengan mudah menemukan komik fisika Larry Gonick, atau bahkan mengenai investasi karya Lukas dan Thomdean.

Siapa Zhou Chuncai ? Beliau adalah sorang pelukis dan juga penulis. Buku ini adalah salah satu karya-nya dalam memopulerkan kebudayaan China. Dengan menampilkan pemikiran Laozi dalam komik tentu kita berharap ini menjadi lebih "empuk" untuk dipahami. Namun ternyata komik ini tidak banyak membantu, sehingga gambar2 yang ada terkesan cuma pelengkap. Akan tetapi komik ini tetap layak dibaca, sambil berharap kebijaksanaan Laozi bisa kita serap dengan hati sekaligus hati2. Meski akhirnya kata2 lah yang lebih banyak membantu pemahaman kita. 
Waktu paling tepat untuk menghadapi permasalahan adalah sebelum permasalahan itu muncul. Hemm ini salah satu petuah Laozi yang hidup di abad ke 6 SM (era dinasti Zhou). Luar biasa bukan ?, dan beliau juga dikenal sebagai pendahulu Konfusius yang seakan akan hadir untuk memberikan kita cermin dalam menilai hidup kita sendiri.



Laozi juga tidak berbicara mengenai Tuhan secara eksplisit,namun  dia menggantinya dengan "Jalan Langit" atau kadang disebut "Yang Agung". Bagi Laozi "Jalan Langit" sudah ada sebelum langit dan bumi terbentuk, tidak bersuara dan tidak berwujud, berdiri sendiri dan tak pernah berubah, berputar tanpa pernah beristirahat, namun Laozi tak mampu menyebut nama-Nya secara eksplisit. Uniknya kata jalan yang berasal dari kata "Dao" dalam kamus Erya mengenai kata2 kuno berarti 'Jalan Yang Lurus" hemm sangat menarik dan selaras dengan Islam.

Kesan kuat lain yang saya tangkap atas apa yang disampaikan Laozi dalam nasihatnya, adalah keselarasan. Sebagai contoh bagi Laozi ada dan tiada adalah konsep yang saling melengkapi, sebuah gelas dianggap "ada" jika dia memiliki "ketiadaan" (ruang kosong) di dalam-nya. Sebagaimana "kebaikan" menjadi ada karena eksistensi "kejahatan". Kekurangan ada untuk menciptakan keutuhan, bengkok untuk menciptakan lurus, kerendahan untuk menciptakan ketinggian, lapuk untuk menciptakan baru. Bukan cuma itu Laozi juga menyimpulkan milikilah-lah sedikit agar mendapat lebih banyak, dan milikilah banyak maka kau akan kehilangan.
Laozi juga banyak menyinggung soal kepemimpinan, seperti jika seorang ingin menempatkan dirinya didepan semua orang (pemimpin) maka dia harus menempatkan kepentingan-nya di belakang semua orang. Hemm benar2 petuah yang menarik, sekaligus mengingatkan saya akan Khalifah Umar Ibnu Khatab.

Laozi menganggap ada tiga harta di dunia, yang pertama adalah "kasih", kedua adalah "kesederhanaan" dan yang ketiga "mendahulukan kepentingan yang lain". Kriteria pertama alias "kasih" membuat seorang menjadi "kehilangan ketakutan", kriteria kedua "kesederhanaan" adalah membuat seseorang menjadi "makmur" dan kriteria ketiga "mendahulukan yang lain" bagi Laozi adalah kriteria pemimpin sejati, karena orang akan memilih pemimpin yang tak mementingkan diri sendiri.

Kali lain Laozi menggambarkan orang2 yang memilih "Jalan Langit", jika tinggi ia diturunkan, jika rendah ia ditinggikan. Jika berlebihan ia dikurangi, dan jika kekurangan diisi kembali. Namun jalan manusia cenderung sebaliknya, yakni mengurangi yang kekurangan dan menambah yang berlebihan. Siapa yang dapat berlaku adil pada yang kelebihan dan yang kekurangan, dialah yang memilih jalan sebagai pegangan hidupnya. 

Bagi Laozi orang yang memilih "Jalan Langit", akan dapat mengetahui segala hal di dunia tanpa perlu keluar pintu, melihat apapun meski tak membuka jendela, dengan kata lain mampu memahami tanpa melihat, dan selalu memperoleh meski tak bertindak. Sebaliknya orang yang tidak memilih jalan, tidak mengetahui apapun meski sudah pergi kemana-mana, tidak melihat apapun, meski mata-nya tidak buta.

Laozi juga menekankan penting-nya menjadikan diri sendiri sebagai parameter, karena mengenal orang lain adalah kebijaksanaan, namun mengenali diri sendiri adalah kepandaian. Menaklukkan orang lain adalah kekuatan namun namun menaklukkan diri sendiri adalah kehebatan.

Buku Laozi ini terdiri dari dua bab besar yakni Dao (jalan) dan De (kebajikan) sehingga biasa digabung menjadi Daodejing. Dibuat dalam bentuk prosa liris sehingga sangat sesuai dengan filosofi yang dikandung-nya. Dao sendiri mungkin bisa dianalogikan sebagai hubungan dengan pencipta, sedangkan De adalah hubungan dengan sesama, lagi2 mirip dengan konsep hablum minallah (hubungan dengan pencipta) dan hablum minannas (hubungan dnegan sesama) dalam Islam yang harus berjalan bersama-sama.  Akhir kata membaca buku ini dengan hati sekali lagi menyadarkan kita akan makna hidup.