Thursday, December 28, 2017

Jalan-Jalan ke Purwakarta #1 Dari 5 : Waduk Jatiluhur dan Sate Maranggi


Tanggal 2 Desember 2017, saya sekeluarga bersama keluarga besar istri jalan-jalan ke Purwakarta, sebelumnya kami sudah pernah ke Waduk Jatiluhur, salah satu instalasi yang mengesankan dan dibuat pada zaman Presiden Soekarno, namun diresmikan pada zaman Presiden Soeharto. Selain itu tentu saja Purwakarta dikenal karena peran wisata kuliner Sate Maranggi Hj Yetty di Cibungur, namun diluar kedua destinasi tsb, belum pernah kami secara serius menjelajahi Purwakarta.  Kuliner lainnya di Purwakarta adalah restoran Alam Sari, juga RM Sari Rasa yang terkenal dengan sambal tomat hijaunya, dan jangan lupa Ibu Haji Ciganea yang terkenal dengan menu burung Malon Gorengnya.




Untuk wisata ke Waduk Jatiluhur jika tertarik melihat mekanisme yang terjadi pada PLTA, pastikan anda memiliki izin untuk masuk ke kawasan turbin raksasa dibawah danau buatan. Sedangkan jika hanya wisata air dan kuliner dapat langsung masuk kawasan, melakukan berbagai macam olah raga air, atau makan di pinggiran danau berbagai sajian ikan air tawar, atau sekalian menaiki perahu ke tengah danau dan menikmati berbagai penganan di warung terapung.

Waduk ini mulai dibangun tahun 1957, dan memiliki daya tampung air sebesar 12,9 miliar m3, Pembangunan waduk ini akhirnya selesai di tahun 1967, dengan biaya 230 juta USD. Desa yang ditenggelamkan sebanyak 14 desa dengan sekitar 5000 an penduduk.




Teman-teman saat saya masih bekerja di ITB dulu,  via Whatsapp Group mengingatkan, bahwa kandungan toksin pada ikan-ikan di Jatiluhur cukup tinggi karena merupakan salah satu saluran penampung air kotor khususnya dari daerah industri di Bandung. Selain itu dampak dari bahan kimia yang ada pada pakan ikan. Berikut salah satu link mengenai kandungan zat berbahaya.


Namun karena memang tidak dikonsumsi terus menerus, dan ada link-link lain yang menyatakan adanya mekanisme pengecekan dari dinas terkait, maka saat itu, kami memutuskan untuk parkir di salah satu spot pelabuhan, dan lanjut ke tengah danau untuk menikmati ikan bakar. Bagi yang ingin menginap pihak pengelola danau juga menyediakan beberapa lokasi penginapan dari yang sederhana sampai dengan yang kelas menengah.




Destinasi pilihan lainnya tentu saja wisata kuliner Sate Maranggi yang sudah sangat melegenda dan tidak memiliki cabang. Bagi saya kombinasi terbaik adalah seporsi Sate Sapi dengan bumbu khas tomat dan rawit merah, dua porsi nasi (yang menggunakan kemasan daun pisang) dan segelas besar es kelapa muda. Pembeda  dengan sate lainnya adalah bumbu dagingnya yang diolah hingga memiliki cita rasa unik-asam, manis, pedas. Selain sate sapi ada juga sate kambing, sayangnya berbeda dengan sapi yang daging murni, sate kambing disini justru dengan menyertakan lemaknya. 

Jalan-jalan ke Purwakarta #2 Dari 5 : Stasiun Kereta Api Purwakarta


Ketika keluarga besar istri berkumpul di rumah kami, kembali tercetus ide untuk jalan-jalan ke Purwakarta, apalagi karena destinasi Lembang nyaris selalu stuck di Setiabudi, sementara Garut ada kemungkinan stuck juga di Nagrek.  Maka kami langsung surfing dan menemukan beberapa spot baru menarik, dan langsung dibuatkan itinerary kilat, sebagai berikut;

  • Stasiun Kereta Api Purwakarta
  • Taman Air Sri Baduga
  • Giri Tirta Kahuripan
  • Sate Anwar
  • Penginapan Pondok Asri 
Sempat pangling juga saat akhirnya memasuki kawasan Purwakarta dan disambut berbagai patung kreasi Bupati Purwakarta yang terkenal kontroversial dengan paham berbau Sunda Wiwitan. Paham ini juga yang menyebabkan ybs beberapa kali terlibat selisih pendapat dengan ulama Purwakarta.

Purwakarta terdiri dari 17 kecamatan, 183 desa dan 9 kelurahan. Purwakarta berasal dari suku kata "purwa" yang artinya permulaan dan "karta" yang berarti ramai atau hidup. Lokasi kabupaten yang memiliki sekitar 1 juta penduduk ini sangat strategis karena dilewati rute di antara dua kota besar Bandung dan Jakarta (atau bahkan Cirebon via Cipali), yang menyebabkan daerah ini relatif selalu ramai.  

Kami langsung menuju stasiun Kereta Api,  karena tertarik dengan berbagai berbagai publikasi mengenai stasiun ini. Disini kebanyakan kereta yang sudah tak aktif ditumpuk begitu saja. Mereka yang dulu begitu berjasa pada banyak orang seakan akan berhenti disini sebagai perhentian terakhir. Bagi yang suku cadangnya masih bisa digunakan akan dikanibal sampai benar-benar habis kecuali gerbong tua.




“Pemakaman” kereta disini berasal dari seluruh kereta rel listrik ekonomi non-AC yang pernah beroperasi di lintas Jabodetabek sejak dihapuskannya KRL non-AC tanggal 25 Juli 2013. Di sini terdapat KRL Rheostatik, BN-Holec, dan Hitachi. Tidak ketinggalan, sisa gerbong KRL AC seri Tōyō Rapid 1000 dan Tokyo Metro 5000.

Sayang beberapa bangunan tua dibagian dalam tak bisa kami eksplorasi lebih jauh karena memerlukan izin dari kantor pusat PT KAI di Bandung. Padahal dari berbagai link yang saya lihat, ada bangunan gudang PT KAI peninggalan kolonial di bagian dalam dengan dinding merah yang terlihat artistik. Jadi kami hanya bisa menyaksikan onggokan kereta tua bertingkat-tingkat dari balik pagar. Selesai disini kami langsung menuju Taman Air Sri Baduga. 

Part berikutnya di link http://hipohan.blogspot.co.id/2017/12/jalan-jalan-ke-purwakarta-3-dari-5.html

Jalan-jalan ke Purwakarta #3 dari 5 : Taman Air Sri Baduga


Unik juga melihat taman air di komplek seluas dua hektar ini, kami harus melewati antrian panjang namun lebih merupakan antrian untuk masuk. Sambil menunggu jam tayang untuk memulai antrian, kami menikmati berbagai sajian tradisional seperti kacang rebus. Lalu makan siang di semacam pusat jajan serba ada di seberang jalan. Sama sekali tidak ada antrian loket, karena Bupati Dedi Mulyadi sengaja menggratiskan dengan asumsi ekonomi takyat yang digerakkan dengan adanya aktifitas ini justru lebih berharga ketimbang pemasukan tiket.




Jika kita masuk sebelum gelap, karena atraksi memang dimulai malam hari, maka penampilan kawasan ini terlihat agak kurang meyakinkan apalagi air kolamnya terlihat keruh. Namun saat malam hari, dan atraksi air dimulai, penampilan tak meyakinkan tadi sontak berubah.  Sayang kami tidak berhadapan langsung dengan patung yang berada di tengah, sementara atraksi tari-tarian justru dilakukan di depan patung. pertunjukan disini seklias mengingatkan kami akan atraksi air yang mirip di Sentosa Island, Singapore. 

Atraksi ini hanya dilakukan setiap Sabtu malam dalam 3 sesi, dihari lain kita tidak bisa menyaksikan atraksi air ini. Namun inisiatif Arief Yahya menteri pariwisata memasukkan Taman Sri Baduga dalam top 5 parisiwata Indonesia, sepertinya agak berlebihan bagi saya. Pulau Komodo, Danau Kelimutu, Candi Borobudur, Kawah Ijen, Bromo, Danau Toba, Dieng, Gunung Rinjadi, Pulau Lombok, juga Pulau Bali dan lain sebagainya jelas lebih unggul.

Salah satu yang perlu diperhatikan adalah lokasi parkir yang sangat terbatas. Saya terpaksa parkir di lahan kosong yang dikelola preman setempat, dan akibat penataan parkir yang serampangan masuk keluarnya sangat sulit karena terhalang mobil-mobil lain.

Malam hari kami pun menuju penginapan ala rumahan di rute menuju Giri Tirta Kahuripan, yang di kelola seorang pria  asal Sumatera Barat. Penginapan tersebuut bernama Pengunapan Pondok Asri  di Jalan Terusan Kapten Halim, yang berjarak kira-kira 7,5 km dari Giri Tirta Kahuripan. Tak ada yang khusus dari penginapan ini, segala sesuatunya relatif standar, dengan slot parkir pas-pasan. 

Jalan-jalan ke Purwakarta #4 dari 5 : Giri Tirta Kahuripan


Pagi-pagi setelah sarapan di warung rumah penduduk kira-kira 1 km sebelum Giri Tirta Kahuripan, akhirmya sampailah kami di lapangan parkir yang cukup luas. Mendadak dua pemuda berpenampilan agak sangar dan mengaku Karang Taruna setempat, mendekati kami, dan mengatakan ada program khusus jika tamu dibawa oleh Karang Taruna, sehingga tiket kolam 60 ribu dan tiket keliling kawasan wisata dan kebun buah 25.000 mendapatkan potongan 25.000.

Percaya dengan omongan kedua pemuda tsb, maka kami menitipkan uang tiket rombongan pada mereka, termyata mereka hanya membayar sebagian, meski akhirnya rombongan kami bisa masuk semua, namun yang mendapatkan gelang khusus tanda masuk hanya beberapa orang saja. Saya menduga keras ada permainan antara petugas loket, security dan Karang Taruna setempat.  Namun ya sudahlah tidak ingin memperpanjang kami langsung menceburkan diri ke kolam raksasa diatas perbukitan ini.




Kolamnya tidak memiliki air panas, jadi kalau kebetulan cuacanya tidak cukup terik, air disini bisa terasa cukup dingin. Puas berenang, kami lalu menaiki kendaraan shuttle untuk mengelilingi kompleks Giri Tirta Kahuripan, melewati arena outbond, kebun buah (beberapa diantaranya Buah Manggis dan Buah Naga), penginapan ala cottage dan restoran menempuh jalanan dengan bukit-bukit kecil yang cukup terjal dengan didampingi supir yang kocak dan bercanda sepanjang jalan.  




Outbondnya antara lain menyediakan fasilitas ATV, Flying Fox, Kolam Pancing, Bermain Futsal, Area Camping. Juga ada beberapa hewan sebagai daya tarik kompleks argo wisata ini seperti seperti Burung Kakak Tua, Merak, Rusa Timor, Ikan Arapaima (ikan besar dari sungai Amazon), Buaya Muara, Siamang, Monyet dll

Part berikutnya di link http://hipohan.blogspot.co.id/2017/12/jalan-jalan-ke-purwakarta-5-dari-5-sate.html

Jalan-jalan ke Purwakarta #5 dari 5 : Sate Anwar


Setelah puas berenang dan mengelilingi kompleks Giri Tirta Kahuripan, kamipun meluncur menuju Bandung dan tak lupa singgah di Sate Anwar di jalan Kapten Halim, sekitar 8,3 km dari lokasi Giri Tirta Kahuripan. Tadinya kami ingin mengakhiri perjalanan ini di Sate Maranggi sayang googlemaps menunjukkan jalur merah alais padat, sementara perut sudah keroncongan.

Kejutan buat kami, Sate Anwar benar-benar lezat, dan sopnya bahkan lebih nikmat dari sop di Sate Maranggi Cibungur. HIdangan makan siang disini, lebih nikmat lagi dengan ditutup oleh Kelapa Muda. Akhirnya kamipun berpisah dengan rombongan keluarga yang kembali ke Jakarta.


Apakah dengan destinasi di atas Purwakarta sudah kami jelajahi seluruhnya ? tentu saja tidak, saat ini Purwakarta sudah mulai melengkapi dirinya dengan Hotel Gantung di Gunung Parang. Selain itu ada juga landscape indah danau dan kota Purwakarta yang bisa di nikmati dari ketinggian 792 DPL di puncak Gunung Lembu atau batu eksotis di Gunung Bongkok 975 DPL. 

Bagi penduduk Bandung, saat ini Purwakarta menjadi alternatif wisata dekat dan relatif murah, selain wisata Garut, Lembang atau Sumedang. Namun tentu saja masih banyak yang harus dibenahi Purwakarta, seperti tata tertib terkait tiket masuk Giri Tirta Kahuripan, lokasi parkir di Taman Air Mancur Sri Baduga, dll. 

Beberapa link menarik mengenai 



Wednesday, December 13, 2017

Dia Yang Berjanji, Kenapa Kamu Yang Dibully ?

Meski bukan penduduk Jakarta, namun karena bekerja di Jakarta selama 16 tahun terakhir, kadang di dalam hati saya juga merasa ikut "memiliki" dan ikut terlibat dalam persoalan Jakarta. Kalaupun tulisan saya masih dianggap tidak pas, izinkan saya menulis setidaknya karena Jakarta juga ibu kota Indonesia, negara dimana saya juga lahir, besar dan tentu saja mencintai negara ini. 

Langsung ke inti tulisan, saya sempat bertanya tanya, kenapa tak ada poin spesifik penanganan banjir dalam 23 janji Anies dan Sandi pada link di bawah ini ? Apakah karena banjir ini sangat sulit untuk diatasi, atau sekedar lupa dicantumkan ? atau justru dianggap tidak penting. 

https://m.detik.com/news/berita/d-3341915/23-janji-anies-baswedan-sandiaga-uno-kjp-plus-sampai-setop-reklamasi/2#detailfoto

Sebaliknya duet Jokowi dan Ahok pada tahun 2012  pernah berjanji soal penanganan banjir sebagai mana berikut;

1. Pembangunan kolam penampung air di tiap kelurahan.
2. Membeli daerah tangkapan air di hulu Jakarta.
3. Membentuk otoritas pengendali sungai.
4. Mengintegrasikan drainase dengan kanal banjir.

Lalu meski tak berhasil mengatasi banjir dalam dua tahun pertama, maka Jokowi lanjut dengan janji berikutnya saat maju dalam pemilihan presiden dengan "Banjir akan lebih mudah diatasi jika jadi presiden".  

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/03/24/1553111/Jokowi.Macet.dan.Banjir.Lebih.Mudah.Diatasi.jika.Jadi.Presiden

Sementara Ahok dalam tiga tahun masa menjabat setelah sibuk menyalahkan kulit kabel, laut pasang, pompa rusak, PU, lurah, walikota Jakut, walikota Depok dan juga PLN tak jua mewariskan sistem yang kredibel dan berkesinambungan dalam penanganan banjir dan malah ada indikasi diperburuk gugusan reklamasi dalam menghadang aliran banjir ke laut lepas. Saat itu saking banyaknya kambing hitam banjir ciptaan Ahok, netizen berkelakar, hanya Tuhan saja yang belum disalahkan Ahok. 

Tak masuk akal bagi saya, kini setelah 5 tahun soal banjir ini tak jua selesai sesuai janji, lalu seakan akan menjadi sepenuhnya tanggung jawab Anies dan Sandi yang baru menjalankan roda pemerintahan selama dua bulan ? Bahkan Anies dan Sandi disalahkan gara2 atap bocor, bioskop jadi banjir. Siapa yang berjanji dan siapa yang dibully ?  

https://kumparan.com/@kumparannews/atap-jebol-akibat-hujan-lebat-bioskop-planet-hollywood-tergenang-air

Meski masalah banjir belum jua menemukan solusi, satu hal yang membuat saya respek adalah tidak cuma terjun langsung ke lokasi, Anies dengan besar hati memilih memikul tanggung jawab tsb ketimbang mencari kambing hitam. 

https://m.kumparan.com/@kumparannews/anies-banjir-jakarta-tanggung-jawab-saya

Akhir kata bagi bagi penduduk Jakarta, mari awasi janji-janji kampanye Anies dan Sandi, tetap santun dalam memberikan kritik dan pastikan data yang anda gunakan akurat. Jika Anies dan Sandi gagal, maka tentu anda juga yang menderita, namun jika berhasil maka, anda juga yang akan menikmatinya.