Gareth Evans kali ini berhasil membuktikan dirinya seorang psikopat haus darah, tak tanggung2 film ini bahkan meninggalkan jauh kebrutalan film mengenai Sir William Wallace dalam karya Mel Gibson Braveheart (1995), dan juga tak ketinggalan karya Quentin Tarantino, yakni Kill Bill (2003/2004)".
Tema cerita utama nya masih seputar Rama yang kali ini ditugaskan menyusup ke sarang penjahat. Tak tanggung-tanggung, agar lebih bisa diterima, pemuda kampung yang bercita cita menjadi polisi ini sengaja dimasukkan dalam penjara, dan dengan demikin dia dapat menyusup ke dengan lebih mulus. Transisi peran dari polisi yunior dalam The Raid : Redemption dimainkan dengan cantik oleh Iko Uwais saat berubah menjadi polisi dalam penyamaran di The Raid 2 : Berandal.
Film ini dibintangi begitu banyak aktor berkelas dan terkenal seperti Tio Pasukadewo, yang adegan-nya menampar Arifin Putra sangat realistis. Dan juga aktor2 lain seperti Alex Abbad yang bermain sangat gemilang, Donny Alamsyah yang aktingnya dalam "Negeri 5 Menara", dengan perannya sebagai ustadz yang memotong kayu dengan parang tumpul masih terus dikenang hingga kini. Juga Zack Lee serta sebagai pemanis Julie Estelle yang berperan sebagai Hammer Girl. Tak ketinggalan juga tiga aktor Jepang Ryuhei Matsuda, Kenichi Endo, dan Kazuki Kitamura, dan aktor senior Indonesia seperti Roy Marten, Deddy Soetomo, Cok Simbara dll.
Untuk aktor senior nyaris semua bermain baik, kecuali Cok Simbara yang kata2nya kerap membingungkan antara penggunaan lu, gue, kamu dan saya yang rasanya sangat jarang dicampur-campur dalam kehidupan sehari hari. Untungnya Cok Simbara, mampu menunjukan ekspresi polisi senior yang terus menerus dalam tekanan saat harus bertarung dengan kelompok penjahat sadis ini. Sedangkan aktor Jepang, bagi saya hanya Kenichi Endo yang terlihat berkelas.
Film ini sangat sadis, dan saya sama sekali tidak habis pikir ketika melihat banyak anak2 kecil yang menonton di Trans Studio Mall. Puncak adegan sadis-nya ada dalam adegan Arifin Putra sebagai Ucok menggorok satu persatu musuhnya di penjara, yang sengaja dikorbankan Bejo, untuk mengambil hati Ucok, agar mengkudeta ayah-nya sendiri. Adegan ini megingatkan kita akan The Raid : Redemption dimana Tama yang diperankan oleh Ray Sahetapy membunuh korbannya satu per satu. Namun adegan tewasnya Bejo, dengan kepala berantakan juga tak kurang sadisnya, dan rasanya terlalu vulgar serta tak perlu. Di youtube kita juga bisa melihat beberapa adegan yang tak jadi dimunculkan di rilis versi resmi seperti saat dua gang baku bunuh dengan latar belakang pertunjukan tari topeng tradisional jalanan di sekitar lokasi perang gang.
Secara umum semua adegan relatif berkelas, kecuali adegan di karaoke yang ditujukan untuk menggambarkan sisi kelam psikologis Ucok, namun terkesan berlebihan dan banyak menggunakan dialog2 tak pantas. Meski karakter sakit nya Ucok terlihat jelas dan cukup berhasil disini.
Sementara adegan perkelahian terseru adalah pertempuran Rama melawan salah satu centeng Bejo diperankan Cecep Arif Rahman yang dilakukan di dapur. Meski tidak banyak bicara, Cecep sepertinya memiliki kemampuan tak kalah dengan Yayan Mad Dog Ruhian. Patut diacungi jempol adalah kreatifitas Evans mengangkat dua sosok kakak-adik Hammer Girl dan Baseball Bat Man, sebagai pembunuh bayaran, meski Hammer Girl yang buta-tuli tidak orisinil-orisinil amat karena mengingatkan kita akan tokoh remaja wanita berseragam sekolah dalam Kill Bill. Sayang kedua tokoh kakak beradik yang menarik ini mati begitu saja, padahal akan jadi ide yang menarik jika dibuatkan satu film lagi menggambarkan bagaimana sejarah mereka tercipta . Patut dicatat, Yayan Mad Dog Ruhian dengan demikian sudah 3x tewas dalam semua garapan Gareth Evans.
Saat masuk ke kerajaan Bejo, dan melihat Rama bertarung lantai demi lantai, sampai ke ruang rapat eksekutif mengingatkan saya akan pertarungan Bruce Lee di Game of Death (1973) yang juga rasanya menjadi inspirasi film Ong Bak (2003) dengan bintang Tony Jaa. Patut diacungi jempol, bagaimana koreografer pertarungan bisa menyusun perkelahian dengan jarak dekat, dan cepat, dengan segala macam teknik kuncian, bantingan yang memang dalam pencak silat relatif komplit.
Satu2 nya adegan lucu adalah saat Yayan Ruhian yang berpenampilan ala Ki Joko Bodo terlihat kikuk bertemu dengan mantan istrinya yang diperankan Marsha Timothy, di dalam kafe. Suasana kafe yang modern langsung suram saat Yayan muncul, dan terlihat sangat kontras dengan istrinya yang terlihat begitu modern. Casting terunik dalam film ini bagi saya bukan tampang innocent Julie Estelle dalam memerankan Hammer Girl, namun justru peran Epy Kusnandar sebagai pengusaha film mesum.
Akhir kata, dibutuhkan kematangan menonton film seperti ini, dan sangat tidak dianjurkan ditonton anak2, karena muatan kekerasan-nya sangat banyak dan masuk kategori sadistis. Dan menarik juga mengamati kenapa tokoh2 penjahatnya diperankan nama2 berbau Batak, seperti Ucok dan ayahnya Bangun, yang memang marga dalam salah satu suku Batak, semoga cuma kebetulan belaka.
Tema cerita utama nya masih seputar Rama yang kali ini ditugaskan menyusup ke sarang penjahat. Tak tanggung-tanggung, agar lebih bisa diterima, pemuda kampung yang bercita cita menjadi polisi ini sengaja dimasukkan dalam penjara, dan dengan demikin dia dapat menyusup ke dengan lebih mulus. Transisi peran dari polisi yunior dalam The Raid : Redemption dimainkan dengan cantik oleh Iko Uwais saat berubah menjadi polisi dalam penyamaran di The Raid 2 : Berandal.
Film ini dibintangi begitu banyak aktor berkelas dan terkenal seperti Tio Pasukadewo, yang adegan-nya menampar Arifin Putra sangat realistis. Dan juga aktor2 lain seperti Alex Abbad yang bermain sangat gemilang, Donny Alamsyah yang aktingnya dalam "Negeri 5 Menara", dengan perannya sebagai ustadz yang memotong kayu dengan parang tumpul masih terus dikenang hingga kini. Juga Zack Lee serta sebagai pemanis Julie Estelle yang berperan sebagai Hammer Girl. Tak ketinggalan juga tiga aktor Jepang Ryuhei Matsuda, Kenichi Endo, dan Kazuki Kitamura, dan aktor senior Indonesia seperti Roy Marten, Deddy Soetomo, Cok Simbara dll.
Untuk aktor senior nyaris semua bermain baik, kecuali Cok Simbara yang kata2nya kerap membingungkan antara penggunaan lu, gue, kamu dan saya yang rasanya sangat jarang dicampur-campur dalam kehidupan sehari hari. Untungnya Cok Simbara, mampu menunjukan ekspresi polisi senior yang terus menerus dalam tekanan saat harus bertarung dengan kelompok penjahat sadis ini. Sedangkan aktor Jepang, bagi saya hanya Kenichi Endo yang terlihat berkelas.
Film ini sangat sadis, dan saya sama sekali tidak habis pikir ketika melihat banyak anak2 kecil yang menonton di Trans Studio Mall. Puncak adegan sadis-nya ada dalam adegan Arifin Putra sebagai Ucok menggorok satu persatu musuhnya di penjara, yang sengaja dikorbankan Bejo, untuk mengambil hati Ucok, agar mengkudeta ayah-nya sendiri. Adegan ini megingatkan kita akan The Raid : Redemption dimana Tama yang diperankan oleh Ray Sahetapy membunuh korbannya satu per satu. Namun adegan tewasnya Bejo, dengan kepala berantakan juga tak kurang sadisnya, dan rasanya terlalu vulgar serta tak perlu. Di youtube kita juga bisa melihat beberapa adegan yang tak jadi dimunculkan di rilis versi resmi seperti saat dua gang baku bunuh dengan latar belakang pertunjukan tari topeng tradisional jalanan di sekitar lokasi perang gang.
Secara umum semua adegan relatif berkelas, kecuali adegan di karaoke yang ditujukan untuk menggambarkan sisi kelam psikologis Ucok, namun terkesan berlebihan dan banyak menggunakan dialog2 tak pantas. Meski karakter sakit nya Ucok terlihat jelas dan cukup berhasil disini.
Sementara adegan perkelahian terseru adalah pertempuran Rama melawan salah satu centeng Bejo diperankan Cecep Arif Rahman yang dilakukan di dapur. Meski tidak banyak bicara, Cecep sepertinya memiliki kemampuan tak kalah dengan Yayan Mad Dog Ruhian. Patut diacungi jempol adalah kreatifitas Evans mengangkat dua sosok kakak-adik Hammer Girl dan Baseball Bat Man, sebagai pembunuh bayaran, meski Hammer Girl yang buta-tuli tidak orisinil-orisinil amat karena mengingatkan kita akan tokoh remaja wanita berseragam sekolah dalam Kill Bill. Sayang kedua tokoh kakak beradik yang menarik ini mati begitu saja, padahal akan jadi ide yang menarik jika dibuatkan satu film lagi menggambarkan bagaimana sejarah mereka tercipta . Patut dicatat, Yayan Mad Dog Ruhian dengan demikian sudah 3x tewas dalam semua garapan Gareth Evans.
Saat masuk ke kerajaan Bejo, dan melihat Rama bertarung lantai demi lantai, sampai ke ruang rapat eksekutif mengingatkan saya akan pertarungan Bruce Lee di Game of Death (1973) yang juga rasanya menjadi inspirasi film Ong Bak (2003) dengan bintang Tony Jaa. Patut diacungi jempol, bagaimana koreografer pertarungan bisa menyusun perkelahian dengan jarak dekat, dan cepat, dengan segala macam teknik kuncian, bantingan yang memang dalam pencak silat relatif komplit.
Akhir kata, dibutuhkan kematangan menonton film seperti ini, dan sangat tidak dianjurkan ditonton anak2, karena muatan kekerasan-nya sangat banyak dan masuk kategori sadistis. Dan menarik juga mengamati kenapa tokoh2 penjahatnya diperankan nama2 berbau Batak, seperti Ucok dan ayahnya Bangun, yang memang marga dalam salah satu suku Batak, semoga cuma kebetulan belaka.
No comments:
Post a Comment