Tuesday, August 05, 2014

Mengenang Sahabat Saya Oedoeth

Pagi ini di group whatsapp teman SMA, sempat dibahas radio YG (Young Generation) yang kelak berganti nama jadi GMR (Generasi Muda Radio - Rock Station). Gara-gara topik tersebut saya jadi terkenang misteri kematian Samuel Marudut, putra pemilik radio berdarah Batak, yang juga usaha konveksi dengan merk YeeGee saat itu.

Dimasa itu, jasa radio ini bagi perkembangan musik rock di Bandung sangat lah besar khususnya tahun 1990-an. Banyak acara seperti publikasi album baru, penjualan poster, dll yang dipusatkan distribusinya melalui radio ini.  Namun tahun 2000 an, menurut Ridwan Hutagalung salah satu penyiarnya di masa itu, banyak terjadi pergantian penyiar, dan karena ketidak mampuan radio ini mengikuti trend, pelan-pelan pamor radio ini semakin memudar. Penyiar lalu datang hanya pada jam-nya saja, sehingga suasana menjadi semakin sepi. Bahkan kadang menurut Suryo salah satu penggemar musik progressive, yang pernah datang berkunjung sekitar jam 21:00 saat kehidupan radio mulai kembang kempis, di area seluas itu yang biasanya ramai, hanya ada satu orang saja yang siaran. 



Bagi saya Samuel adalah sahabat, diantara komunitas penggemar musik progressive rock,yang biasa mangkal di Cihapit kala itu, kami biasa memanggil nya Oedoeth. Saat itu, seingat saya dia mahasiswa UNPAD tingkat akhir, tapi saya tidak ingat persis jurusan apa yang beliau ambil. 

Oedoeth merupakan sosok yang cerdas melebihi kebanyakan orang. Namun kecerdasannya itu juga menyebabkan dia seperti hidup sendiri dalam dunianya. Minat-nya adalah koleksi musik-musik aneh, menjadi penyiar dan bermain keyboard. Bagi kami kaum minoritas penggemar musik progressive, siaran Oedoeth adalah salah satu referensi terbaik saat itu. 

Banyak orang mungkin mengenal PAS Band, sebagai salah satu pelopor band indie, namun tak banyak yang tahu kalau di era GMR, Oedoeth lah sebagai salah satu tokoh kunci yang turut mendorong album pertama Four Through The SAP (1993/1995) lahir. Tidak tanggung-tanggung Oedoeth juga lah yang membiayai distribusi album yang bisa dikatakan sukses ini. Namun saat PAS akhirnya diterima oleh Major Label, Oedoeth telah berpulang ke hadiratNya. Yuki, vokalis PAS dalam sebuah wawancara juga mengatakan, bahwa Oedoeth lah otak di balik perlawanan Indie Label terhadap Major Label, dengan posisinya di GMR dia berhasil memaksakan band-band yang didukungnya memilki ruang-nya sendiri, dia melakukannya dengan mengimplementasikan konsep Do It By Yourself.  Oedoeth sendiri secara bercanda pernah mengatakan kenapa dinamakan PAS band, karena segalanya serba ngepas alias paspasan. 

Kalau kami diskusi, dia sering bilang kalau dia merasa salah jurusan dalam perkuliahan, namun sekaligus merasa tak ada jalan keluar baginya. Dilain waktu saya juga sempat tukar menukar koleksi musik dengannya. King Crimson album Discipline produksi perekam Yess asal Bandung milik saya akhirnya saya relakan menjadi bagian dari koleksinya. Oedoeth juga yang mengenalkan saya dengan musik Enya, salah satu musik aneh saat itu yang sekarang masih sering diputar sebagai musik pengiring di televisi swasta.   

Tak jelas pula apakah sebenarnya Oedoeth merasa dunia seharusnya di musik, karena dengan bakat musik sehebat dia tidak aneh rasanya kalau dia suka meledek permainan maestro keyboard sekelas Jockie Suryoprayogo, pentolan God Bless. Soalnya partitur sekelas Tony Banks dan Keith Emerson bisa dia mainkan dengan santai nyaris tanpa dahi berkerut.

Pengalaman hidupnya juga kadang ajaib, suatu hari Oedoeth yang kemana-mana lebih suka jalan kaki dan pakai angkutan kota, ketemu dengan saya di Cihapit seperti biasa. Namun kali itu kepalanya berlumuran darah dan dan hanya diikat sapu tangan. Anehnya dia cuek saja sambil seperti biasa diskusi musik dan membolak balik koleksi Jon Sitanggang (dan abang-nya Hendrix Sitanggang) , si gondrong pedagang lapak. Ketika kita bertanya dengan tenangnya dia bilang lewat proyek bangunan, tukangnya salah lempar, entah genteng entah batu bata, pas dia kebetulan lewat dibawahnya.

Saya juga pernah main ke rumah almarhum, di pinggir jalan kereta api, daerah jalan Sunda. Saya ingat ruang tamunya penuh dengan berbagai macam kemeja, hasil produksi konveksi perusahaan keluarga. Saat itu umum bagi kolektor musik untuk saling meninjau koleksi masing-masing, sambil mencari peluang untuk saling tukar menukar koleksi. Begitu juga saat saya datang ke kantor radio, ketika beliau siaran di jalan DR Hatta 15, yang langsung disambut dengan hangat, dan bahkan diminta jadi nara sumber dadakan. 

Misterinya berpulang-nya Oedoeth sampai kini tidak terungkap, karena sebab yang tak jelas, beliau diduga mengakhiri hidupnya begitu saja, ada juga kabar lain yakni karena kecelakaan lalu lintas, namun kabar lainnya mengatakan almarhum meninggal di rumah Krisna "Sucker Head" di daerah Kalibata tanggal 15/10/1994 pada usia 24 tahun. Kalaupun ini terjadi karena almarhum berpikiran pendek, bisa jadi karena mungkin, saat itu karena dia merasa tak ada orang yang mengerti dia dan didorong kegelisahan jiwa yang memang umum menimpa orang-orang eksentrik. Konon kabarnya Krisna mengakui kejadian ini, dan mengatakan lagu terakhir yang diputar almarhum adalah The End dari The Doors. Beberapa tahun tidak ketemu, saya sangat kaget mendengar berita berpulang-nya beliau, dan sampai sekarang masih merasa kehilangan. 

Kadang kalau melihat salah satu koleksi saya, super group Genesis album Foxtrot hasil tukar-menukar dengan beliau dan tulisan Oedoeth disampulnya, saya ingat betapa baiknya dia sebagai sahabat, semoga beliau tenang di alam sana, meski mungkin buat sebagian orang caranya mengakhiri hidup adalah kesalahan.

Bagi yang ingin mengetahui sejarah YG dan GMR, juga peran almarhum dalam lahirnya PAS silahkan ke link sbb; 

http://addicuz.blogspot.com/2010/10/sejarah-gmr-fm-rock-radio-bandung-in.html
http://www.uncluster.com/IN/interviews/yukie-arifin-di-balik-skill-apapun-yang-utama-adalah-soul/
http://radiobandung.wordpress.com/2010/10/23/gmr-rock-station-1044-fm-lahirkan-banyak-bintang/
http://rockabilia.blogspot.com/2009_11_29_archive.html

1 comment:

Unknown said...

eeemmmm...jadi mengingatkan masa lalu....hampir sering saya berkunjung ke studio nya jika dia siaran jam 9 malam...yappp...pulang bareng soalnya rumah saya deket rumahnya.ya jika enggak dapet angkot jalan kaki sampai setengah 12 malam.....dia bukan saja sahabat saya tapi juga sahabat keluarga saya...kadang saya sekolah siang...pas sampe rumah ehhh taunya lagi nongkrong ama ibu +abg abg tetangga....makan pun enggak pilih pilih 3t..(tahu telor tempe)...sikat...seingat saya 1 minggu sebelum kepergiannya..sempat makan lotek di rumah saya.....dan memang sepertinya kondisi mental dia sedang dropp banget...salam