Friday, August 08, 2014

The Theory of Everything - Ayreon

Lama tak merilis album, Ayreon tiba tiba merilis album dahsyat dengan jumlah track tak tanggung-tanggung. Bayangkan 42 track dan masih dengan gaya album  konsep dimana setiap tracknya saling berhubungan membentuk satu cerita utuh. Namun meski 42 track, durasi totalnya cukup satu jam saja padahal seharusnya sesuai tradisi progressive, 42 track seharusnya bisa paling tidak mencapai durasi dua jam he he. Album ini juga sekaligus sebagai album kedelapan sang maestro Arjen Anthony Lucassen. 

Dalam album ini Lucassen membaginya menjadi empat phase yakni, Singularity (11 sub track), Symmetry (11 sub track), Entangelement (9 sub track), dan Unification (11 sub track). Seperti biasa ada banyak vokalis dalam album ini, dan setiap vokalis memiliki peran yang dimainkan layaknya opera. Lucassen sendiri sering mengingatkan saya akan Dave Mustaine tokoh kunci Megadeth, atau Ricthie Blacmore di Rainbow, semua personil boleh diganti kecuali mereka bertiga, karena sebagaimana Rainbow, Megadeth ataupun Ayreon, karya-karya mereka lebih terlihat sebagai proyek solo meski menggunakan nama group. Namun khusus untuk lirik, jika tujuh album sebelumnya penulisan lirik, dan aransemen diborong habis oleh Lucassen kali ini khusus buat lirik dia mau berbagi dengan Lori Linstruth.

Setelah Human Equation, rasanya baru kali ini ada album Ayreaon, yang bisa dibilang sekelas kalau tidak bisa dibilang lebih. Maklumlah Human Equation bahkan sempat mendapat julukan album progressive rock terbaik dari salah satu komunitas bergengsi di tahun 2004. Judul album kali ini juga cukup menarik, yakni Theory of Everything (TToE). Jika dulu Lucassen menulis tentang tata surya dan planet, kali ini beliau lebih tertarik dengan alam pikiran. Lirik "heboh" Lucassen seperti sosok yang terjebak di Mars dan hanya bisa menikmati planet biru alias Bumi tercinta dari kejauhan tidak lagi kita temukan dalam album ini.  

Vokalis yang diborong untuk memberikan warna dalam album ini, tidak tanggung-tanggung, mulai dari pentolan progressive John Wetton, Marco Hietala-Nightwish/Tarot, Christina Scabbia-Lacuna Coil, Janne Christofferson-Grand Magus, Tommy Karevik-Kamelot/Seventh Wonder. Juga jangan heran kalau and mendengar sebagian dari partitur khas-nya Keith Emerson (ex ELP) dan Rick Wakeman (ex Yes), dan bahkan Rudess (Dream Theater), serta tak lupa penemu teknik tapping Steve Hackett (ex Genesis). Entah untuk memudahkan para vokalis tamu yang masing-masing beru kali bekerja dengan Lucassen, album ini sempat dirilis dalam versi gratisan dimana semua vokal diisi oleh Wilmer Waarbroek, vokalis latar yang memang pernah bekerja sama dengan Lucassen sebelumnya. 

Senang sekali melihat bagaimana album ini mempertemukan legenda  antar generasi, persis seperti yang dilakukan Derek Sherinian saat mengundang Al Di Meola, Steve Lukather dan Yngwie Malmsteen dalam  album yang sangat saya sukai Black Utopia. Balik ke TToE, Seperti Yes yang setia degan Roger Dean, Lucassen juga setia dengan artwork yang masih di tangani oleh Jef Bertels.  Jangan lupa meski di era digital ini, artwork adalah bagian yang sulit dipisahkan dengan album progressive. 




Setelah dibuka dengan deburan ombak dan suara burung camar, lalu dentuman bas, bisikan, dan akhirnya dentingan gitar lembut yang mengiringi suara berat pria yang saling sahut-sahutan suara lembut sang vokalis wanita. Lalu masuk ke track dua dengan nuansa ala Jethro Tull, ditingkahi dengan suara organ ala Hammond 1970 an, dan lalu kita terjebak dalam keindahan puluhan komposisi Lucassen berikutnya. Oh ya di track tiga bagi yang merindukan violin ala Robbie Steinhard bisa menikmati komposisi ala Kansas di sini dan bahkan beberapa track sesudahnya. Memasuki track 42 atau yang terakhir kita masuk dalam kondisi gelap dan suram, dengan diiringi violin sember, serta vokalis pria di track pembuka, dan ditutup dengan bisikan serak yang menghembuskan kata "Help Me".   

Phase I: Singularity (23:29)

1. "Prologue: The Blackboard" 1:55
2. "The Theory of Everything Part 1" 3:01
3. "Patterns" 1:03
4. "The Prodigy's World" 1:31
5. "The Teacher's Discovery" 2:58
6. "Love and Envy" 2:39
7. "Progressive Waves" 3:16
8. "The Gift" 2:38
9. "The Eleventh Dimension" 1:46
10. "Inertia" 0:45
11. "The Theory of Everything Part 2" 1:50


Phase II: Symmetry (21:31)
12. "The Consultation" 3:49
13. "Diagnosis" 2:48
14. "The Argument 1" 0:24
15. "The Rival's Dilemma" 2:22
16. "Surface Tension" 0:57
17. "A Reason to Live" 0:45
18. "Potential" 3:14
19. "Quantum Chaos" 2:09
20. "Dark Medicine" 1:23
21. "Alive!" 2:29
22. "The Prediction" 1:05

Phase III: Entanglement (22:34)
1. "Fluctuations" 1:01
2. "Transformation" 3:13
3. "Collision" 3:26
4. "Side Effects" 2:59
5. "Frequency Modulation" 1:44
6. "Magnetism" 3:54
7. "Quid Pro Quo" 3:09
8. "String Theory" 1:29
9. "Fortune?" 1:36

Phase IV: Unification (22:20)
10. "Mirror of Dreams" 2:30
11. "The Lighthouse" 3:16
12. "The Argument 2" 0:49
13. "The Parting" 3:27
14. "The Visitation" 3:27
15. "The Breakthrough" 2:00
16. "The Note" 1:11
17. "The Uncertainty Principle" 2:09
18. "Dark Energy" 0:44
19. "The Theory of Everything Part 3" 1:29
20. "The Blackboard (Reprise)" 1:13

Akhir kata, bagi saya ini album dahsyat, tak percuma Lucassen "bertapa" lima tahun setelah album 01011001, yang sempat menuai kritik karena dianggap tidak membawa sesuatu yang baru. Istilah yang paling tepat saat menikmati album ini meminjam istilah seorang rekan senior penggemar proggressive rock adalah "menderita kenikmatan". Mungkin Tidak aneh juga kalau Jordan Rudess memasukkan album ini sebagai rangking 2 dari album favoritnya di 2013 dengan Haken - The Mountain di posisi 9. Hemm bersama-sama Haken - The Mountain, album TToT ini membuat saya menjadi lebih bersemangat dalam mengeksplorasi dunia progressive yang ternyata masih terus mampu memberikan kejutan nan indah.


No comments: