Alm ayah saya mengidolakan beliau, sementara saya menganggap beliau presiden terbaik Indonesia. Menerima Indonesia saat krisis, ekonomi jatuh ke titik nadir, dimusuhi ex rezim Soeharto, namun dalam setahun beliau sanggup mengembalikan Indonesia back on the track again.
Di masa beliau pers tak lagi dikekang dan benar-benar menjadi salah satu pilar demokrasi.
Namun salah satu momen paling menyedihkan buat saya ketika negarawan hebat ini dicemooh wakil rakyat saat mengakhiri setahun kepemimpinannya. Padahal beliau orang pertama yang membawa Indonesia ke pilpres paling demokratis sejak 1945.
Kekurangan beliau cuma tak berhasil menegakkan hukum atas penyelewengan orde baru dan melepas Timor Timur yang membuat banyak prajurit TNI nan berjuang dengan mempertaruhkan nyawa sakit hati.
Momen paling berkesan buat saya ketika berziarah ke makam alm Ayah, beliau yg saat itu tak lagi menjadi presiden, juga ternyata sedang berziarah menjenguk kerabat beliau.
Seakan akan menyambungkan alm ayah dengan beliau, saya berhasil menjabat tangan beliau erat-erat, idola alm ayah yang tak pernah ayah temui dalam kehidupan nyata ternyata bisa saya temui di pelataran parkir Taman Makam Pahlawan Cikutra sementara makam ayah cuma 100 an meter dari tempat kami berjabat tangan.
Sambil menjabat beliau saya berkata lirih, "Pak Habibie, alm ayah saya yang dimakamkan disini (sambil menunjuk pemakaman umum di samping Taman Makam Pahlawan Cikutra) sangat mengidolakan bapak" dan saya seakan melihat ekspresi beliau yang saat itu tersenyum haru.
Di masa beliau pers tak lagi dikekang dan benar-benar menjadi salah satu pilar demokrasi.
Namun salah satu momen paling menyedihkan buat saya ketika negarawan hebat ini dicemooh wakil rakyat saat mengakhiri setahun kepemimpinannya. Padahal beliau orang pertama yang membawa Indonesia ke pilpres paling demokratis sejak 1945.
Kekurangan beliau cuma tak berhasil menegakkan hukum atas penyelewengan orde baru dan melepas Timor Timur yang membuat banyak prajurit TNI nan berjuang dengan mempertaruhkan nyawa sakit hati.
Momen paling berkesan buat saya ketika berziarah ke makam alm Ayah, beliau yg saat itu tak lagi menjadi presiden, juga ternyata sedang berziarah menjenguk kerabat beliau.
Seakan akan menyambungkan alm ayah dengan beliau, saya berhasil menjabat tangan beliau erat-erat, idola alm ayah yang tak pernah ayah temui dalam kehidupan nyata ternyata bisa saya temui di pelataran parkir Taman Makam Pahlawan Cikutra sementara makam ayah cuma 100 an meter dari tempat kami berjabat tangan.
Sambil menjabat beliau saya berkata lirih, "Pak Habibie, alm ayah saya yang dimakamkan disini (sambil menunjuk pemakaman umum di samping Taman Makam Pahlawan Cikutra) sangat mengidolakan bapak" dan saya seakan melihat ekspresi beliau yang saat itu tersenyum haru.
No comments:
Post a Comment