Saat mengambil magister s/w engineering aku berkenalan dengan salah seorang dosen unik yang mengajar matematika seputar probabilitas. Pembawaan-nya tenang dan sabar, berbeda dengan guru2 matematik ku saat SMA, yang cenderung berkarakter "killer". Nama-nya Pak Oerip, namun nama lengkapnya adalah Oerip Iman Setiono Santoso (Selanjutnya ku singkat menjadi OISS) dan beliau merupakan putra dari Slamet Iman Santoso, profesor yang mendirikan Fakultas Psikologi UI. Pada salah satu episode cara talkshow perspektif-nya Wimar Witoelar di SCTV, OISS cerita bahwa pendidikan-nya kedokteran, hobinya mengajar matematika, dan profesinya adalah pemain sekaligus guru piano. Lintas profesi ini bukan cuma monopoli beliau dalam keluarga Slamet Iman Santoso, karena kakak kandung beliau Boen Sri Oemarjati yang juga seorang Doktor, adalah pengajar Biologi (MIPA) dan sekaligus Sastra. Dan kakak kandung yang lain Soeprapti Soemarmo Markam juga professor di bidang psikologi klinis sekaligus pianis.
OISS mulai belajar piano pada usia 6 tahun hingga lulus tingkat Persiapan Konservatorium pada tahun 1965. Setelah lulus kedokteran UI, ia melanjutkan pendidikan-nya meraih gelar Master of Science in Computer di University of Wisconsin-Madison, universitas yang sama dimana ia juga mengambil studi piano dibawah bimbingan Gunnar Johansen. Lebih mengagumkan lagi, OISS melanjutkan studi pianonya dibawah bimbingan Magda Tagliaferro di Paris, bersamaan dengan menyelesaikan Doktor dalam bidang Informatika di Universitas Paris. Ia juga kerap kali mengadakan resital piano tunggal di Jakarta, Bandung, Paris, Hamburg, dan Berlin.
Pada tahun 1991, OISS menerima bintang tanda jasa Chevalier des Arts et des Lettres dari pemerintah Prancis atas prestasinya di bidang musik. Sebuah penghargaan prestisius, dimana penerimanya antara lain melibatkan nama-nama besar seperti Rudolf Nureyev (penari), Philip Glass (komposer), Ned Rorem (komposer), Sherrill Milnes (singer), Yohji Yamamoto (fashion designer), Jude Law (aktor), hingga George Clooney (aktor).
Cerita unik mengenai beliau antara lain, bahwa dia memang kadang agak pikun (namun tentu saja pikun yang aku maksud adalah pikun ala professor seperti tokoh Calculus dalam komik Herge). Suatu saat ketika naik angkot beliau lupa membawa dompet, menjelang kampus lalu dia bertanya pada penumpang yang lain, apakah ada yang mahasiswa ITB, untung saja ada, lalu beliau minta dibayarkan, namun tak jelas apakah OISS ingat membayar hutang pada mahasiswa tsb. Pada konsernya, hal yang sama pernah terjadi, yaitu ketika memainkan komposisi yang rumit dan lalu lupa memainkan-nya, namun dengan tenang-nya OISS berseru "Lupa !" dan lalu mengeloyor begitu saja meninggalkan panggung konser, unik-nya penonton tetap bertepuk kagum, dan mungkin mengira hal tsb bagian dari pertunjukan.
Cerita lain adalah, saat SMA OISS memohon pada kedua orang tua-nya untuk melanjutkan pendidikan di musik, namun kedua orang tua-nya tidak mengizinkan, dan memaksa OISS mengambil kedokteran. Dengan berat hati beliau lalu mengambil kedokteran dan setelah lulus OISS menyerahkan ijazah dokter pada kedua orang tua-nya. Saat menyerahkan ijzah, konon kabar-nya beliau mengatakan "Ini ijazah kedokteran yang papa dan mama inginkan, dan kini saatnya saya memilih apa yang saya inginkan". Lalu memutuskan mengambil jurusan yang dia inginkan.
Saat mengajar beliau selalu mengenakan kaos, celana jeans, dan sepatu kets. Untuk nilai beliau juga tidak pernah pelit, yang terbaik tentu saja akan mendapatkan nilai A, dan yang jelek B, seingat ku nilai C dan D sangat jarang terjadi kecuali ybs memang tidak mengikuti ujian yang diberikan beliau. Cara mengajar-nya unik dan hampir tanpa buku teks, fokus pada konsep dan langsung dengan contoh2 soal. Meski akhirnya menekuni numerik namun OISS tidak begitu saja melupakan kedokteran, justru OISS termasuk perintis salah satu prinsip dalam ilmu komputer yaitu spesialisasi kecerdasan buatan untuk kedokteran. OISS salah satu guru yang menjadi inspirasi bagi ku.
4 comments:
Wah saya nemu tulisan ini mas, apa kabar beliau ?..saya berkenalan dgn beliau di kereta parahyangan thn 93, salah satu org yg paling sederhana yg saya pernah bertemu namun sarat ilmu..dokter, pianis dan phd informatics..dan ingatan sangat kuat, karena 5thn kemudian bertemu beliau masih ingat saya..salah satu inspirasi dan pengalaman yg sgt unik buat saya brtemu dgn beliau
Salah satu dosen favorit, terkenal krn kesederhanaan beliau dan murah nilai :)
Saya rasanya kenal beliau, kalau tdk salah waktu smp sekelas di canisius college menteng jakarta. Tiap tahun nilai angkanya selalu A . Saya ingat karena pernah pinjam buku kerja rumahnya . Rumahnya memang di daerah cikini . Orangnya pendek kecil n kurus .
Apa kabar pak oerip? Apakah beliau masih mengajar di if itb? Saya pernah jadi mahasiswi bimbingannya waktu membuat TA.
Post a Comment