Tuesday, August 09, 2011

The Glorious - Abdurrahman Asy Syarqawi

Hemm apa yang membuat saya tertarik dengan buku ini, salah satunya adalah karena pengarang meski tokoh mesir, dan namun terbuka terhadap berbagai sumber bacaan termasuk dari kelompok Syiah selain sumber sumber Sunni. Selama dapat dipertanggung jawabkan, maka tokoh kita ini akan menggunakan sumber sumber tersebut untuk melengkapi ceritanya menjadi lebih komprehensif.

Lantas siapa yang dimaksud dengan The Glorious, tak lain dan tak bukan adalah menantu Nabi, yaitu Ali Bin Abi Thalib. Berikut ini beberapa kisah menarik yang dituliskan dalam buku tersebut.

Kisah pertama, suatu hari di masa khalifah Abu Bakar, seorang Yahudi bertanya siapa pewaris ilmu Nabi, ketika Ali ditunjuk untuk menjawab, maka Si Yahudi langsung bertanya dengan maksud menguji “Apa yang tidak dimiliki Allah, tidak ada pada Allah dan tidak diketahui Allah”, jawab Ali “Yang tidak dimiliki Allah adalah anak, yang tidak ada pada Allah, adalah perbuatan zalim pada hamba-Nya, dan yang tidak diketahui Allah adalah sekutu-Nya, karena sesungguhnya Allah tidak mempunyai sekutu”. Dan dengan demikian si Yahudi mengucapkan kalimat pengakuan dan bersaksi bahwa Nabi adalah utusan Allah.

Kisah kedua, pada masa Khalifah Umar, beberapa orang menemukan seorang lelaki aneh yang melontar kalimat2 yang membuat resah banyak orang, dia mengatakan “Aku seorang yang mencintai fitnah, membenci yang hak (benar), membenarkan Yahudi dan Nasrani, percaya pada yang belum aku lihat dan menetapkan yang belum diciptakan” ketika Ali mendengar apa yang dikatakan lelaki itu ia malah tertawa dan berkata bahwa yang dikatakan lelaki adalah kebenaran “Sebagaimana surat al anfaal 8:28 bahwa harta dan anak2 kita adalah fitnah sehingga lelaki itu mencintai fitnah, sebagaimana surat Qaf 50:19 ajal adalah sesuatu yang hak dan lelaki itu membenci kematian, sebagaimana Al Baqarah 2:113 bahwa kaum Nasrani dan kau Yahudi saling mengejek bahwa satu sama lain tidak memiliki pegangan sehingga lelaki itu mengatakan pernyataan kedua kaum itu benar, lalu dia beriman pada yang belum pernah dia lihat yaitu Allah dan menetapkan yang belum diciptakan atau terjadi yaitu kepastian datang-nya Kiamat”.

Kisah ketiga, pada masa Khalifah Umar, beliau didatangi tiga pendeta Yahudi, dan mereka mengatakan pada Khalifah bahwa mereka mempunyai pertanyaan yang kalau dapat dijawab Umar maka mereka yakin Islam agama yang benar tetapi kalau salah, maka Islam adalah agama yang batil dan Nabi Muhammad adalah nabi palsu. Umar mempersilahkan dan lalu mereka bertanya “Apa itu penutup langit, dan apa pembukanya, apakah kuburan yang bergerak membawa penghuninya, siapakah yang memberikan peringatan pada kaum-nya tetapi bukan jin dan bukan pula manusia, lima benda yang mampu berjalan diatas bumi tetapi tidak berasal dari rahim”, karena Umar kesulitan menjawab maka beliau minta bantuan Ali, maka Ali pun menjawab “Aku akan menjawab asalkan kalian menerima syaratku, yaitu kalian mengakui dan masuk Islam”, dan karena yakin Ali tidak mampu menjawab maka ketiga ulama Yahudi ini pun mau menerima syarat tersebut, maka Ali pun menjawab “Penutup langit adalah syirik atau menyekutukan Allah, pembuka langit adalah mengakui keesaan Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan-nya, kuburan yang bergerak adalah ikan raksasa yang membawa Nabi Yunus, sedangkan pemberi peringatan pada kaumnya yang bukan jin dan bukan pula manusia adalah semut yang sarang-nya nyaris diinjak Nabi Sulaeman sebagaima surat An Naml 27:18, dan lima mahluk yang mampu berjalan tetapi bukan berasal dari rahim adalah Nabi Adam, Siti Hawa, unta Nabi Saleh, domba Nabi Ibrahim dan tongkat Nabi Musa”.

Mendengar jawaban tersebut maka dua diantara ulama Yahudi akhirnya mengaku kalah dan mengucapkan kalimat syahadat, akan tetapi yang satu masih ingin mengajukan pertanyaan yaitu “Siapakah kaum yang mati selama 300 dan 9 tahun dan Allah menghidupkan mereka”, maka Ali menjawab “Ashabul Kahfi”, meski jawaban Ali benar, ulama Yahudi yang tersisa ini masih belum puas dan melanjutkan pertanyaan-nya “Siapa nama2 Ashabul Kahfi, nama Bapak-nya dan nama Kakek-nya, nama Kota mereka, nama Raja-nya, nama Anjing-nya, nama Gunung-nya dan nama Gua-nya” maka Ali dengan tenang menjawab nama semua Ashabul kahfi serta menyebutkan Bapak-nya dan Kakek-nya sekalian serta melanjutkan “Kota-nya Tharsus, Raja-nya Diqyanus, anjing-nya Qithmir, gunung-nya Bajalus, gua-nya Al Washid” setelahnya ulama Yahudi yang tersisa lalu tanpa ragu ragu mengucapkan kalimat syahadat.

Ada banyak kisah kisah Ali membantu para Khalifah sepeninggal Nabi dengan pendapat pendapatnya yang jernih dan cerdas khususnya untuk kasus2 yang tidak terjadi pada zaman Nabi Muhammad, rasanya tak salah ketika Nabi Muhammad mengatakan, “Jika aku gudang ilmu, maka Ali-lah kunci-nya.

No comments: