Monday, May 14, 2012

The Never Ending Way of ORwarriOR - Orphaned Land

Jika anda belum pernah mendengar group progressive metal timur tengah, apa yang kira2 anda pikirkan ? Tentu sulit membayangkan-nya, namun Orphaned Land (OL) menjawab semua kebingungan tsb dengan mantap lewat salah satu album-nya yang dirilis di 2010, dan berjudul “The Never Ending Way of ORwarriOR”. Apa yang kira2 menjadi kelebihan group Israel ini, tentu salah satunya adalah nada2 khas timur tengah, vokalis wanita dengan cengkok suara menakjubkan, kualitas vokalis pria yang mengingatkan saya akan SOAD, dimana dengan mudahnya dia menyanyikan lagu sendu namun juga dapat nge”growl” pada bagian lain, lalu yang terakhir gitaris yang kreatif, meski biasa2 saja di solo melodi namun bermain cantik dalam ritem.



ORwarriOR sendiri berarti ksatria cahaya, yang  menjadi simbol perlawanan terhadap kegelapan. Tidak tanggung2 album ini dikemas sebagai album konsep yang setiap track-nya saling berhubungan, dan membentuk jalinan yang utuh serta terbagi menjadi 15 track yang dikelompokkan  dalam tiga group dengan total waktu 79 menit.

Part I: Godfrey's Cordial – An ORphan's Life

1."Sapari" – 4:04 (***)
2."From Broken Vessels" – 7:36 (****)
3."Bereft in the Abyss" – 2:45 (***)
4."The Path (Part 1) – Treading Through Darkness" – 7:27 (*****)
5."The Path (Part 2) – The Pilgrimage to Or Shalem" – 7:45 (*****)
6."Olat Ha'tamid" – 2:38 (***)

Part II: Lips Acquire Stains – The WarriOR Awakens

7."The Warrior" – 7:11 (***)
8."His Leaf Shall Not Wither" – 2:31 (***)
9."Disciples of the Sacred Oath II" – 8:31 (****)
10."New Jerusalem" – 6:59 (***)
11."Vayehi Or" – 2:40 (***)
12."M i ?" – 3:27 (***)

Part III: Barakah – Enlightening the Cimmerian

13."Barakah" – 4:13 (***)
14."Codeword: Uprising" – 5:25 (***)
15."In Thy Never Ending Way" – 5:09 (****)

Track Sapari Ini salah satu track yang bisa dengan cepat menggambarkan style OL dalam bermusik, perpaduan irama padang pasir di Sapari namun dibumbui dengan jeritan maut Shiomit Levi, wanita yang mengisi additional vocal OL. Masuk track kedua kita disuguhi kolaborasi power chord metal ala Yossi Sa’aron dan Matti Svatitzki namun jangan kaget diantara komposisi, jika mendadak muncul suasana timur tengah, sepertinya istilah yang paling tepat menggambarkan ini adalah judul salah satu film nasional baru2 ini yaitu “Mendadak Dangdut”. Track ketiga atau “Bereft in The Abyss” sepintas sangat berbau Opeth, dan tentu saja hal ini bukan hal aneh mengingat keterlibatan Steven Wilson sebagai sound engineer pada beberapa album Opeth. Khusus “The Path”, sepertinya ini merupakan track yang menjadi nyawanya album ini, kompleksitas-nya, kemegahan-nya, dan perubahan2 beat-nya lebih unggul dibanding track2 lain. Lalu Part#1 ini ditutup dengan “Olat Ha’tamid”, yang banyak menggunakan instrumen2 lokal, sehingga membuat track ini kaya dengan bunyi2an unik.

Part #2, juga berisi enam track, dan langsung dimulai dengan track The Warrior yang dibuka dengan alat tiup tradisional, dan vokal Kobi Farhi yang seakan akan menjadi narator dari keseluruhan tema album konsep ini. Track "The Warrior" memiliki solo2 gitar yang panjang dengan nada melengking, setelah dalam track2 sebelumnya lebih banyak memainkan ritem. Lalu lagi2 track setipe dengan Opeth, yaitu “His Leaf Shall Not Wither”. Track  "Disciples of the Sacred Oath II" lalu memainkan harmonisasi selama delapan menit sekaligus terpanjang dengan syair yang diinspirasi dari Qur'an Surat An Nur, yang dianggap sejalan dengan tema utama album ini. Kemudian tensi yang sempat tinggi di track ini lalu di padamkan di “New Jerusalem” yang mengingatkan saya akan album Blackmore’s Night. Lalu dilanjutkan dengan “Vayehi Or” dan part#2 akhirnya ditutup oleh track "M i ?".

Part#3 dari Album ini dimulai dengan ritem panjang, penuh semangat  dan asyik dalam track “Barakah”, namun perubahan beat di tengah-nya disisipkan petikan akustik ala latin dapat memberikan kejutan manis. Track berikut-nya "Codeword: Uprising"  dimainkan dengan gaya progressive metal menyentak nyentak, sehingga tetap memberikan dinamika pada track ini dan vokal yang didominasi oleh growl. Akhirnya kesemua track dalam album ini ditutup dengan "In Thy Never Ending Way" yang setengah bagian track-akhirnya diisi dengan dentingan piano yang syahdu.


Pada akhirnya OL memberikan pengalaman yang sangat berbeda dari kebanyakan album progressive metal lain-nya, baik kualitas mixing-nya Steven Wilson yang jernih dan prima, penggunaan berbagai instrumen musik tradisionil timur tengah, vokalis nya yang memiliki multi karakter dan bernyanyi dengan tiga bahasa Arab, Hebrew dan Inggris, gitaris dengan ritem super kreatif,  dan kualitas additional musician-nya yang memperkaya album ini dengan cara-nya masing2 dan tentunya Steven Wilson yang juga terjun menjadi salah satu keyboardist. Tidak aneh jika album ini mendapatkan peringkat #1 dari MetalStorm di awal 2011 sebagai “Progressive Metal Album of The Year 2010” dan bahkan termasuk group metal yang disukai punggawa metal seperti Kirk Hammet sekalipun.

Catatan tambahan, meski mencoba menghargai berbagai keyakinan (baca : agama) penggemarnya, namun faktanya OL di tolak di beberapa negara sepertinya karena berasal dari Israel, namun demikian di negara seperti Turki mereka masih dimungkinkan untuk menemui para penggemarnya. Pernyataan Kobi mengenai paham yang mereka anut terkait foto personil band yang terdiri dari sosok mirip Yesus, dua orang Rabbi dan dua orang Arab yang sedang membaca Qur'an, dijelaskan-nya dengan cara yang cukup unik yaitu "Many people we're a bit confused by the first photos we did, so let us make it clear once and for all: we are not a religious band, we are not anti religion, we are not a black metal band, not a white metal band, we are about the unification of everything - all is one”, hemm sepertinya "all is one" agak mirip2 dengan pesan penyatuan dunia dibawah "New World Order" ?. Seorang teman yang juga menggemari OL menyatakan kekaguman-nya terhadap salah satu lagu OL yang menyuarakan perdamaian di Yerusalem bagi penganut tiga agama, namun menyuarakan perdamaian di atas tanah yang diduduki secara paksa terdengar ironis bagi saya. Tentu-nya hanya waktu yang bisa membuktikan dan tugas kita untuk mencermatinya meski musik adalah bahasa yang universal.



2 comments:

Anonymous said...

Pak.. Kalo saya lihat gambarnya penuh simbol2 pagan..
pertama : pusaran yang ditengah mirip mata "all seeing eyes" (walaupun ketutup tulisan "Orphaned Land")
kedua : garis lurus ditengah dan ada garis yang meliuk2, kalau diliat sekilas ujung garis yang meliuk2 itu mirip kepala ular. jadi gambar ini mirip gambar tongkat hermes.
ketiga : garis ilustrasi samping yang melekuk2 mirip siluet badan perempuan bagian bawah, ng-gambarin pemujaan feminitas..

IMHO Pak.. : )

oiya Pak.. tadi lagi iseng2 buka FB liat gambar cover album Binaural dari Pearl Jam. ada all seeing eyes-nya.. hahaha..
trus saya coba search di wiki, ini link-nya Pak :
http://en.wikipedia.org/wiki/Binaural_(album)
diliat dari crita & Judul2 lagunya 'Penuh' makna semua.. : )p


-Adit

Husni I. Pohan said...

Adit, thx infonya.