Buku yang menarik dan seperti yang ditulis dalam buku ini, sosok Julian Assange sang kutu buku dengan IQ 170, memang nyaris mendekati Blomkvist, tokoh rekaan novelis Swedia, Stieg Larsson dalam millenium trilogy *. Sebagian lain menyamakannya dengan Robin Hood yang "merampas" hak transparansi informasi dari pemerintah untuk dibagikan pada kaum yang berhak, yang selama ini tanpa sadar membiayai aksi-aksi pemerintah melakukan segala aksi kotornya. Namun jika mengatakan semua isi dokumen ini adalah fakta, tentu saja belum bisa, karena dokumen ini menggambarkan pandangan pemerintah Amerika terhadap semua negara non Amerika.
Amerika juga menjuluki pemimpin negara lain dengan gaya olok2 seperti Angela Merkel dengan "Teflon", duo pemimpin Rusia Medvedev dan Putin sebagai "Batman dan Robin", Vladimir Putin sendiri disebut sebagai "Anjing Alpha" dan lain kesempatan disebut "Mata Pembunuh", Sarkozy sebagai "Raja Tak Berbaju" atau "PM dengan sepatu disco" , Hamid Karzai sebagai "Paranoid", Berlusconi sebagai "Lemah dan Sia-sia", Chavez sebagai "Hitler". Beruntung SBY hanya mendapat julukan "The Thinking General".
Dokumen yang bocor meliputi email Sarah Palin, Guantanamo Bay, Laporan Pengadilan Kenya, Laporan Pengadilan Timor Leste, daftar anggota partai Inggris yang beraliran Neo Nazi, video pembantaian warga sipil Irak termasuk wartawan Reuters (yang dilakukan tentara Amerika sambil tertawa tawa di helicopter Apache), dokumen perang Afghanistan, belum lagi puluhan ribu kawat diplomatik Amerika diantaranya aksi Hillary Clinton memata-matai PBB, yang membuat Amerika malu luar biasa.
Wikileaks juga menyatakan mereka sengaja mencicil dokumen yang dirilis, agar setiap tema mendapat perhatian yang memadai. Juga untuk membuktikan kontradiksi antara penampilan Amerika di depan umum dan aksi di belakang layar.
Isi dokumen membuka sejumlah rahasia, misalnya kenapa Turki begitu sulit diakui sebagai bagian dari Eropa meski telah menerapkan sekularisme, karena campur tangan Vatikan yakni melalui Ratzinger. Atau campur tangan Inggris dalam pembunuhan massal lewat tangan tangan terlatih didikan Inggris yakni, Batalion Aksi Cepat, Bangladesh. Begitu juga konspirasi rahasia Yaman dengan Amerika dalam menumpas Al Qaeda. Tak kalah memalukannya, desakan kerajaan Arab Saudi ke Amerika untuk memotong kepala "ular" alias Iran. Juga terbuka-nya pesta2 liar anggota kerajaan Arab yang memiliki ribuan pangeran.
Tak ketinggalan soal Indonesia, dimana kawat diplomatik, mengungkap kasus pembunuhan Munir, keterlibatan Wiranto di Timor, dan bahkan analisa kekuatan partai peserta pemilu serta konspirasi TNI dan Polisi dalam "memeras" Freeport. Jadi memang dugaan selama ini bahwa Amerika selalu memata-matai negara lain, adalah benar adanya. Tak aneh kalau CIA diduga terlibat dalam skenario jatuhnya Soekarno dan naik-nya Soeharto.
Akibat-nya Assange dicari cari, dijebak, dan institusi pendukungnya seperti Amazon, Paypal, Mastercard, semuanya dipaksa menjauh dari "penyakit" bernama Wikileaks. Untungnya Assange mendapat dukungan dari Anonymous yang segera merekrut 4000 hacker untuk balik menyerang institusi tersebut. Politikus senior Amerika, Mike Huckabee, bahkan menganggap Assange layak dihukum mati. Uniknya Hillary Clinton menganggap ini merupakan serangan pada komunitas internasional, seakan akan Clinton berusaha mengalihkan issue bahwa ini lebih berdampak ke Amerika sendirian.
Tepat sekali judul kata pengantar yang dibuat Idi Subandy dalam buku ini yakni " Ketika Rahasia menjadi Tontonan". Saya tutup review ini dengan kata-kata Julian Assange
"Jika kita hanya bisa hidup satu kali, maka jadikanlah hidup itu sebuah petualangan berani yang memeras seluruh kekuatan kita".
* Catatan
Jika anda tertarik dengan novel Stieg Larsson silahkan baca review saya pada link berikut;
http://hipohan.blogspot.com/2012/08/the-girl-with-dragon-tatto-nya-stieg.html
http://hipohan.blogspot.com/2012/08/the-girl-who-kicked-hornets-nest-nya.html
http://hipohan.blogspot.com/2012/09/the-girl-who-played-with-fire-nya-stieg.html
Amerika juga menjuluki pemimpin negara lain dengan gaya olok2 seperti Angela Merkel dengan "Teflon", duo pemimpin Rusia Medvedev dan Putin sebagai "Batman dan Robin", Vladimir Putin sendiri disebut sebagai "Anjing Alpha" dan lain kesempatan disebut "Mata Pembunuh", Sarkozy sebagai "Raja Tak Berbaju" atau "PM dengan sepatu disco" , Hamid Karzai sebagai "Paranoid", Berlusconi sebagai "Lemah dan Sia-sia", Chavez sebagai "Hitler". Beruntung SBY hanya mendapat julukan "The Thinking General".
Dokumen yang bocor meliputi email Sarah Palin, Guantanamo Bay, Laporan Pengadilan Kenya, Laporan Pengadilan Timor Leste, daftar anggota partai Inggris yang beraliran Neo Nazi, video pembantaian warga sipil Irak termasuk wartawan Reuters (yang dilakukan tentara Amerika sambil tertawa tawa di helicopter Apache), dokumen perang Afghanistan, belum lagi puluhan ribu kawat diplomatik Amerika diantaranya aksi Hillary Clinton memata-matai PBB, yang membuat Amerika malu luar biasa.
Wikileaks juga menyatakan mereka sengaja mencicil dokumen yang dirilis, agar setiap tema mendapat perhatian yang memadai. Juga untuk membuktikan kontradiksi antara penampilan Amerika di depan umum dan aksi di belakang layar.
Isi dokumen membuka sejumlah rahasia, misalnya kenapa Turki begitu sulit diakui sebagai bagian dari Eropa meski telah menerapkan sekularisme, karena campur tangan Vatikan yakni melalui Ratzinger. Atau campur tangan Inggris dalam pembunuhan massal lewat tangan tangan terlatih didikan Inggris yakni, Batalion Aksi Cepat, Bangladesh. Begitu juga konspirasi rahasia Yaman dengan Amerika dalam menumpas Al Qaeda. Tak kalah memalukannya, desakan kerajaan Arab Saudi ke Amerika untuk memotong kepala "ular" alias Iran. Juga terbuka-nya pesta2 liar anggota kerajaan Arab yang memiliki ribuan pangeran.
Tak ketinggalan soal Indonesia, dimana kawat diplomatik, mengungkap kasus pembunuhan Munir, keterlibatan Wiranto di Timor, dan bahkan analisa kekuatan partai peserta pemilu serta konspirasi TNI dan Polisi dalam "memeras" Freeport. Jadi memang dugaan selama ini bahwa Amerika selalu memata-matai negara lain, adalah benar adanya. Tak aneh kalau CIA diduga terlibat dalam skenario jatuhnya Soekarno dan naik-nya Soeharto.
Akibat-nya Assange dicari cari, dijebak, dan institusi pendukungnya seperti Amazon, Paypal, Mastercard, semuanya dipaksa menjauh dari "penyakit" bernama Wikileaks. Untungnya Assange mendapat dukungan dari Anonymous yang segera merekrut 4000 hacker untuk balik menyerang institusi tersebut. Politikus senior Amerika, Mike Huckabee, bahkan menganggap Assange layak dihukum mati. Uniknya Hillary Clinton menganggap ini merupakan serangan pada komunitas internasional, seakan akan Clinton berusaha mengalihkan issue bahwa ini lebih berdampak ke Amerika sendirian.
Tepat sekali judul kata pengantar yang dibuat Idi Subandy dalam buku ini yakni " Ketika Rahasia menjadi Tontonan". Saya tutup review ini dengan kata-kata Julian Assange
"Jika kita hanya bisa hidup satu kali, maka jadikanlah hidup itu sebuah petualangan berani yang memeras seluruh kekuatan kita".
* Catatan
Jika anda tertarik dengan novel Stieg Larsson silahkan baca review saya pada link berikut;
http://hipohan.blogspot.com/2012/08/the-girl-with-dragon-tatto-nya-stieg.html
http://hipohan.blogspot.com/2012/08/the-girl-who-kicked-hornets-nest-nya.html
http://hipohan.blogspot.com/2012/09/the-girl-who-played-with-fire-nya-stieg.html
No comments:
Post a Comment