Rabu malam sekitar jam 18:30 akhirnya kami mendapat kesempatan untuk jalan-jalan sebenarnya di Bangkok. Berangkat dari BTS Phloen Cat, kami menuju BTS National Stadium untuk berganti kereta. Dari sini kami turun di BTS Saphan Taksin dan menuju dermaga di Chao Phraya, dan langsung naik perahu kayu.
Perahu ini sudah dilengkapi dengan berbagai macam makanan laut yang disantap sambil menyusuri sungai. Sepanjang jalan kami juga disuguhi atraksi tiga penari wanita remaja berparas cantik dengan dua penari remaja pria.
Makanannya terdiri dari Tom Yam, Cap Cay, Udang Goreng Tepung, lalu kumpulan udang rebon yang dimasak bersama putih telur dan mengingatkan saya akan kremes ala Ayam Goreng Ny Suharti. Namun sepertinya saya harus berhati hati dengan makanan berbentuk perkedel yang rasanya pedas dengan bumbu rempah yang menyerang lidah layaknya teroris dengan sengit.
Sepanjang jalan perahu melewati berbagai bangunan bersejarah seperti kuil, rumah sakit, perguruan tinggi, jembatan yang mirip dengan Pasupati di Bandung. Sekitar jam 22:00 akhirnya perahu berlabuh, saya langsung menuju perahu shuttle menuju Asiatique. Bagi saya Asiatique benar-benar menyediakan segala oleh-oleh yang kita perlukan di Thailand, mulai dari pernik pernik seperti dompet, tas kulit, lalu berbagai makanan seperti manisan mangga, permen kelapa, kopi durian, berbagai sabun dari ekstrak buah, dll. Selain itu gang-gang diantara outlet juga relatif lega, sehingga memudahkan kita hilir mudik antara outlet yang satu dengan yang lain.
Saya membeli manisan mangga, manisan nenas, permen kelapa, coklat pisang, coklat durian, tas-tas sandang seharga 100 an Baht. Total belanja sekitar 1300 Baht, sayangnya tempat pinsil titipan Si Bungsu terlewat, karena waktu yang sangat terbatas. Sebelumnya untuk teman-teman kantor kami membeli beberapa tumbler di Starbuck Bangkok.
Dia Asiatique juga ada puluhan restoran, dan dengan diiringi band secara live anda bisa menikmati berbagai makanan khas Thailand, dan bahkan kebab yang dijual oleh penjual asli bertampang Turki. Asiatique dan juga Bangkok secara keseluruhan menunjukkan betapa sektor pariwisata benar-benar menjadi salah satu perhatian pemerintah Thailand.
Sayangnya karena waktu yang sangat terbatas dan perahu Shuttle terakhir hanya tersedia pada jam 23:00, saya terpaksa menyudahi belanja seru ini, meski sama sekali belum puas. Keesokan harinya, setelah acara kantor berakhir saya pun kembali pulang ke Indonesia tercinta, dengan pesawat GA889 serta mendarat di Soekarno Hatta yang langsung terkesan kuno dibanding Suvarnabhumi pada jam 21:30. Disambung dengan Primajasa menuju Bandung, akhirnya saya sampai di rumah pada hari Jumat 11 Desember jam 01:30 dinihari.
Perahu ini sudah dilengkapi dengan berbagai macam makanan laut yang disantap sambil menyusuri sungai. Sepanjang jalan kami juga disuguhi atraksi tiga penari wanita remaja berparas cantik dengan dua penari remaja pria.
Sepanjang jalan perahu melewati berbagai bangunan bersejarah seperti kuil, rumah sakit, perguruan tinggi, jembatan yang mirip dengan Pasupati di Bandung. Sekitar jam 22:00 akhirnya perahu berlabuh, saya langsung menuju perahu shuttle menuju Asiatique. Bagi saya Asiatique benar-benar menyediakan segala oleh-oleh yang kita perlukan di Thailand, mulai dari pernik pernik seperti dompet, tas kulit, lalu berbagai makanan seperti manisan mangga, permen kelapa, kopi durian, berbagai sabun dari ekstrak buah, dll. Selain itu gang-gang diantara outlet juga relatif lega, sehingga memudahkan kita hilir mudik antara outlet yang satu dengan yang lain.
Saya membeli manisan mangga, manisan nenas, permen kelapa, coklat pisang, coklat durian, tas-tas sandang seharga 100 an Baht. Total belanja sekitar 1300 Baht, sayangnya tempat pinsil titipan Si Bungsu terlewat, karena waktu yang sangat terbatas. Sebelumnya untuk teman-teman kantor kami membeli beberapa tumbler di Starbuck Bangkok.
Dia Asiatique juga ada puluhan restoran, dan dengan diiringi band secara live anda bisa menikmati berbagai makanan khas Thailand, dan bahkan kebab yang dijual oleh penjual asli bertampang Turki. Asiatique dan juga Bangkok secara keseluruhan menunjukkan betapa sektor pariwisata benar-benar menjadi salah satu perhatian pemerintah Thailand.
Sayangnya karena waktu yang sangat terbatas dan perahu Shuttle terakhir hanya tersedia pada jam 23:00, saya terpaksa menyudahi belanja seru ini, meski sama sekali belum puas. Keesokan harinya, setelah acara kantor berakhir saya pun kembali pulang ke Indonesia tercinta, dengan pesawat GA889 serta mendarat di Soekarno Hatta yang langsung terkesan kuno dibanding Suvarnabhumi pada jam 21:30. Disambung dengan Primajasa menuju Bandung, akhirnya saya sampai di rumah pada hari Jumat 11 Desember jam 01:30 dinihari.
No comments:
Post a Comment