Tanggal : 19/12/2015
Target
- Pempek VICO – Jalan Letkol Iskandar
- Jembatan Ampera – Jalan Sutan Mahmud Badaruddin
- Pasar Kuliner Jembatan Ampera – Jalan Pasar 16 Ilir
- Benteng Kuto Besak – Sebelah Utara Sungai Musi (dekat Jembatan Ampera)
- Martabak Har – Jalan Jendral Sudirman
- Mie Celor H Syafei – Jalan KH Ahmad Dahlan No 2 6 Ilir
- Pempek Lenggang Bakar Saga – Jalan Merdeka
- Souvenir Nyenyes – Jalan Kapten Rivai
- Pasar Cinde – Jalan Jend Sudirman
Penginapan
- Red Planet - Jalan Jend Sudirman
Kondisi Jalan
- Total jarak : 484 km / 10 Jam
- Melalui Lintas/Pantai Timur : Maringgai, Menggala dan Pedamaran
- 85% mulus, ada beberapa rusak berat dan harus dilalui bergantian, esktra hati-hati dengan motor yang mendadak ketengah saat menghindari lubang, dan anak muda kampung yang kebut-kebutan.
Sesuai saran Dani salah satu sahabat kuliah yang cukup sering ke Sumatera Selatan karena istrinya memang berasal dari Palembang, untuk mengejar waktu lebih baik jika kami melewati Pantai/Lintas Timur, namun dengan sendirinya kami tidak sarapan di Bandar Lampung seperti rencana semula.
Menyenangkan sekali saat-saat menyambut
sentuhan pertama ban mobil kami ke Tanah Sumatera, dan langsung disambut dengan
jalanan naik dan turun serta berkelok kelok, sebuah Pajero Putih dengan
cepatnya menyalip kami dan langsung jauh meninggalkan, meski tadinya sempat
saya targetkan untuk diikuti.
Tak lama dengan badan yang lengket oleh keringat, jam 06:45 kami sampai disebuah SPBU, segera kami berhenti untuk cuci muka ala kadarnya, dan membuka bekal rendang yang sudah kami siapkan. Makan dibawah sinar matahari pagi rasanya sungguh nikmat. Pintu bagasi mobil dibuka, dan makanan disiapkan secara prasmanan.
Kami sempat berpapasan juga dengan Chevrolet Captiva dengan antena unik berbentuk bulatan dan tulisan Google besar disampingnya. Luar biasa juga Google dalam keseriusan membuat peta dengan akurasi tinggi, sayang karena sinyal kadang putus, terpaksa saya menggunakan peta Google secara manual dengan menggerak-gerakkan peta di layar. Saya tidak sempat memotret penampakan mobil ini, namun di internet saya menemukan mobil yang saya maksud.
Akhirnya kami sampailah di Palembang, dan
langsung menuju Pempek VICO melewati Jembatan Ampera. Anak-anak sangat gembira
ketika kami akhirnya melintasi jembatan terkenal ini. Jembatan ini memiliki panjang 1.117 meter, dengan lebar 22 meter, dan tinggi sekitar 11,5 meter dari permukaan air. Sedangkan kedua menara memiliki ketinggian 63 meter dengan jarak antara menara 75 meter. Kenapa jembatan ini berdiri, idenya adalah menyambungkan antara Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Itu sebabnya alamat di Palembang sering menyebutkan soal Ulu dan Ilir ini.
Diresmikan 1965 oleh Bung Karno dan sempat dinamai Jembatan Bung Karno, karena beliaulah yang dinilai sebagai sosok yang berada di balik penyelesaian Jembatan tersebut, namun situasi politik yang berubah menyebabkan nama Jembatan yang didanai dengan Harta Pampasan Perang Jepang ini berubah menjadi Ampera yang merupakan singkatan Amanat Penderitaan Rakyat. Pada awal pembuatan, bagian tengah jembatan dapat terangkat menggunakan bandul pemberat agar kapal besar dapat berlayar di bawahnya, namun karena proses pengangkatan yang sangat lama dan menyebabkan kemacetan, akhirnya kedua bandul tersebut diturunkan.
Makan di Pempek VICO ternyata enak sekali, khususnya Tek Wan yang disajikan panas-panas, bersama-sama dengan Es Kacang Merah, maka potongan pempek mampir di perut kami yang sudah kelaparan. Satu porsi Tek Wan dihargai Rp. 15.000, Satu Porsi Pempek Telor dihargai Rp. 20.000, sedangkan Es Kacang Merah pergelasnya Rp.15.000. Disini kami menghabiskan Rp. 236.000.
Diresmikan 1965 oleh Bung Karno dan sempat dinamai Jembatan Bung Karno, karena beliaulah yang dinilai sebagai sosok yang berada di balik penyelesaian Jembatan tersebut, namun situasi politik yang berubah menyebabkan nama Jembatan yang didanai dengan Harta Pampasan Perang Jepang ini berubah menjadi Ampera yang merupakan singkatan Amanat Penderitaan Rakyat. Pada awal pembuatan, bagian tengah jembatan dapat terangkat menggunakan bandul pemberat agar kapal besar dapat berlayar di bawahnya, namun karena proses pengangkatan yang sangat lama dan menyebabkan kemacetan, akhirnya kedua bandul tersebut diturunkan.
Makan di Pempek VICO ternyata enak sekali, khususnya Tek Wan yang disajikan panas-panas, bersama-sama dengan Es Kacang Merah, maka potongan pempek mampir di perut kami yang sudah kelaparan. Satu porsi Tek Wan dihargai Rp. 15.000, Satu Porsi Pempek Telor dihargai Rp. 20.000, sedangkan Es Kacang Merah pergelasnya Rp.15.000. Disini kami menghabiskan Rp. 236.000.
Dari sini kami menuju Jembatan Ampera
menyaksikan keriuhan di waktu malam, suasananya sangat ramai, namun tidak
tertata dengan baik. Puluhan pedagang liar dan sampah ada dimana-mana, padahal
secara landscape, Jembatan ini terlihat indah memesona. Lokasi Jembatan Ampera
ini juga berdekatan dengan Benteng Kuto Besak. Tiba-tiba tukang parkir menjadi sangat ramah saat melihat plat D, ternyata ybs memiliki istri asal Sukabumi.
Benteng Kuto Besak sendiri adalah merupakan Kraton Kesultanan Palembang, dimulai oleh Sultan Mahmud Baharuddin dan diselesaikan oleh Sultan Mahmud Bahauddin serta diresmikan tahun 1797. Saat ini Benteng yang dibuat dengan perekat kapur dan putih telor serta dibangun selama 17 tahun ini ditempati oleh Komando Daerah Militer Sriwijaya.
Sebelum menuju Hotel Red Planet yang dulu
merupakan salah satu group Tune Hotel, kami mampir di Martabak Har, salah satu
kuliner terkenal di Palembang. Hanya membeli 2 porsi untuk mengobati rasa
penasaran saja, dan ternyata memang kurang cocok buat lidah kami. Di Red Planet kami memesan dua kamar, dimana
Si Bungsu tidur bersama kami, sementara adik sekeluarga menggunakan kamar yang
lain, untuk harga kamar kami diminta membayar 2 x Rp. 368.000.
Benteng Kuto Besak sendiri adalah merupakan Kraton Kesultanan Palembang, dimulai oleh Sultan Mahmud Baharuddin dan diselesaikan oleh Sultan Mahmud Bahauddin serta diresmikan tahun 1797. Saat ini Benteng yang dibuat dengan perekat kapur dan putih telor serta dibangun selama 17 tahun ini ditempati oleh Komando Daerah Militer Sriwijaya.
Keesokan paginya kami menuju seputaran
Ahmad Dahlan, untuk menikmati Mie Celor H. Syafei, rasanya cukup aneh namun
tujuh porsi yang kami pesan habis tidak bersisa. MIe Celor satu porsinya Rp. 15.000, beserta minuman kami menghabiskan Rp 158.000 disini. Minuman paling pas untuk menikmati hidangan ini adalah Teh Susu seharga Rp. 6000 per gelas.
Lalu lanjut ke Pempek Lenggang Bakar Saga Sudi Mampir, disini kami hanya memesan tiga porsi Lenggang Bakar dan dikeroyok beramai-ramai. Total yang harus dibayar adalah Rp. 85.000 beserta minuman, dimana setiap porsi pempek bakar harganya adalah Rp. 20.000.
Lalu disebelahnya, Warung Makan Pempek Jolin, kami membeli Pindang Patin, dan Pindang Tulang sebagai bekal makan siang dalam perjalanan berikutnya. Pindang Patin seporsinya Rp. 25.000 sedangkan Pindang Tulang (Iga) seporsinya Rp.30.000, beserta nasi putih total yang harus kami bayar Rp. 87.000.
Lanjut ke http://hipohan.blogspot.co.id/2015/12/jelajah-sumatera-part-4-dari-10-menuju.html
No comments:
Post a Comment