Saturday, March 19, 2016

Haji Murad - Leo Tolstoy

Jika mendengar nama Leo Tolstoy, maka karya seperti Anna Karenina (1877) atau War and Peace (1869) lah yang pertama kali terlintas. Namun sama sekali diluar dugaan ada buku berjudul seperti ini lahir dari salah satu sastrawan terbesar Rusia ini. Sepertinya sosok Haji Murad pejuang Bangsa Avar yang lahir di akhir 1790 an dan tewas dipenggal tentara Rusia 23 April 1852 ini menginspirasi Tolstoy. Perjuangan Haji Murad mewakili rakyat Dagestan dan Chechnya merupakan kepingan puzzle pada periode perlawanan 1811 dan 1864. 

Bangsa Avar sejatinya adalah masyarakat proto Turki, bangsa pengembara dari Suku Hun di Tartar, daerah luas di Asia Tengah yang terhampar mulai dari pegunungan Ural hingga Samudera Pasifik. Perlawanan Rakyat Dagestan dan Chechnya sendiri bermula dari Kazi Mullah (1794-1832) yang mengibarkan perang suci melawan Rusia. 




Buku ini pertama kali diterbitkan pada 1912, dua tahun setelah kematian Tolstoy. Kejutan buat saya ketika menyadari Leo Tolstoy adalah sosok penulis yang realis namun juga bernuansa religius. Riset beliau yang rinci dalam buku ini menjelaskan kenapa Tolstoy bahkan sampai dapat menulis ucapan saat muslim bertemu, tata cara wudhu dan sholat, dan lain-lain. 

Tolstoy menggunakan antara lain memoar Vladimir Poltoratsky, surat menyurat Franz Klugenau dengan Haji Murad, seorang letnan jenderal pasukan Rusia di utara Dagestan, transkrip percakapan Mikhail Loris-Melikov dan Haji Murad, salah satu negarawan penting yang akhirnya menjadi menteri dalam negeri, surat menyurat Vorontsov dengan Alexander Chernyshov, salah satu komandan kavaleri Rusia. 

Tolstoy menggambarkan dilema Haji Murad dengan baik saat terpaksa harus bersekutu dengan Rusia karena keluarganya disandera oleh musuhnya Shamil. Kematiannya yang tragis dalam percobaan melarikan diri dari pasukan Rusia mengingatkan saya akan perlawanan Jim Bowie di Benteng Alamo.  

Riset yang detail dimasa dimana sangat sulit mencari literatur membuat karya Tolstoy ini mengagumkan bagi saya. Sehingga terkesan seakan akan buku sejarah dibanding karya sastra. Jelas Tolstoy bukan tokoh sembarangan, mengingat pemikiran dan tulisannya yang terasa begitu jujur, dan turut mempengaruhi Mahatma Gandhi dan Martin Luther King dalam perjuangan tanpa kekerasan. 

No comments: