Beberapa kali menemani si bungsu menonton berbagai film Marvel Comics, membuat saya menantangnya untuk ikut mencicipi DC Comics. Maklumlah sejak kecil saya penggemar Batman, kenapa ? ya karena Bruce Wayne berbeda dengan kebanyakan superhero, alias Batman sejatinya seorang manusia biasa. Si Bungsu bisa saja mengatakan bahwa Iron Man juga seorang manusia biasa, namun bagi saya Batman tetap memiliki nilai tambah yakni kemisteriusan, kegelapan, kemuraman dibanding Iron Man yang lebih terkesan sebagai selebriti.
Dan benar saja, film ini benar-benar muram, lagi-lagi kita disuguhkan saat dimana Bruce Wayne kecil harus menyaksikan kedua orang tuanya dibunuh, lalu mimpi-mimpi anehnya, seperti genangan darah yang mengalir dari makam ibunya Martha, atau ketika dia terjebak dalam medan perang bersama pasukan Parademon monster bersayap Darkseid yang serasa ikut meneror penonton. Puncak kemuraman film ini ditandai dengan matinya salah satu superhero , berkat adu domba Lex Luthor.
Berbeda dengan cerita Marvel yang jarang menyuguhkan kompleksitas psikologis karakter superhero, DC sebaliknya sengaja mengadu Batman dengan Superman. Di saat Superman dinilai terlalu berlebihan saat bertarung dengan General Zod dan meyebabkan collateral damage termasuk tangan kanan dan kantor cabang Bruce Wayne di Metropolis, dan Batman harus menjadi saksi superioritas Superman. Hal hal seperti ini adalah kelaziman dalam produk DC, mereka bisa saja mengubah karakter pahlawan secara ekstrim. Misalnya mengubah Batman menjadi Vampire atau hal-hal yang rasanya tidak mungkin dilakukan Marvel.
Film ini dibintangi dengan aktor-aktor berkelas seperti Ben Affleck (sebagai Batman), Jeremy Iron (pemeran Alfred dan pernah bermain di salah satu film favorit saya yakni The House of The Spirit), Laurence Fishburne (pemeran bos di Daily Planet dan juga pernah mengesankan saya saat bermain di Event Horizon, Holly Hunter (aktris kelas kakap dan pemeran senator June Finch), dll.
Meski pemeran Lois Lane (Amy Adams), pemeran Superman (Henry Cavill), ataupun pemeran Wonder Woman (Gal Gadot) relatif junior namun mereka juga bermain dengan tidak kalah baiknya. Khusus Jesse Eisenberg bermain dengan cantik, berhasil menyuguhkan karakter cerdas namun sekaligus "gila" saat memerankan Lex Luthor. Selain Eisenberg, Ben Affleck juga bermain baik, meski terlihat letih dan hampir dalam setiap adegan muncul dengan janggut yang tak tercukur.
Sayang seperti kebanyakan film-film Hollywood, sosok penjahat selain Rusia atau Alien masih selalu dilengkapi dengan sosok yang terkesan muslim, sebagaimana di adegan awal saat Lois Lane dijebak di Gurun Pasir Afrika. Sepertinya Hollywood masih saja belum puas menjadikan muslim sebagai sasaran black campaign dari film satu ke film yang lain. Ini juga mengingatkan saya akan penampakan tokoh antagonis bertampang middle east, dalam London Has Fallen, salah satu film terjelek yang pernah saya tonton. Ben Affleck sendiri sebenarnya melihat Islam dengan positif, rasanya masih jelas bagaimana ybs sempat dikecam media Amerika karena berdebat dengan Bill Maher dan Sam Harris karena itu, silahkan lihat link
http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/14/10/09/nd4zcw-media-as-serang-ben-affleck-karena-bela-islam-1
Bagi saya film ini interpretasi yang menarik dari karya seni Alex Ross, adegan saat Superman berada di sekeliling pemeran acara lokal bertopeng seram, salah satu yang menarik secara fotografis. Bagi saya film ini cukup setia terhadap benang merah yang tergambar lewat karya komiknya. Secara special efek, juga tidak mengecewakan dan terkesan layaknya adegan penghancuran ala hari akhir.
Buat seorang penggemar Batman seperti saya, film ini juga menunjukkan bagaimana kecerdasan Batman, mampu menaklukkan tokoh yang memiliki kemampuan super sebenarnya, dengan apa ? ya tentu saja kecerdasan ala Sherlock Holmes, penguasaan teknologi ala tokoh Doc (dalam Back To The Future) , dan fisik yang prima serta keberanian menghadapi tantangan. Masalah psikologis Batman juga tergambar dengan apik lewat mimpi-mimpi yang mencekam sepanjang film.
Setelah sebelumnya saya melihat anak-anak diajak menonton London Has Fallen, eh masih saja banyak orang tua yang membawa anak-anak kecil menonton film ini, mungkin mereka masih saja mengira, film superhero adalah film anak-anak, padahal secara adegan film ini tak layak ditonton anak-anak. Seperti munculnya Batman di langit-langit saat adegan bawah tanah dengan suasana ruang penyekapan gadis-gadis muda ala Hannibal Lecter, ekspresi marah Superman dengan mata menyala, saat Bruce Wayne harus menyaksikan kedua orang tuanya dibunuh, kelelawar jadi-jadian yang muncul secara mengagetkan dari balik batu nisan Martha Wayne dalam salah satu mimpi buruknya, transformasi alien, serta ekspresi kegilaan Lex Luthor.
Akhir kata, menyaksikan film ini memenuhi ekspektasi saya soal sosok Batman, casting dan aktor, skenario, special effect, music and theme song (Hans Zimmer), kejutan di akhir cerita, karakter-karakter antagonis, dll.
Dan benar saja, film ini benar-benar muram, lagi-lagi kita disuguhkan saat dimana Bruce Wayne kecil harus menyaksikan kedua orang tuanya dibunuh, lalu mimpi-mimpi anehnya, seperti genangan darah yang mengalir dari makam ibunya Martha, atau ketika dia terjebak dalam medan perang bersama pasukan Parademon monster bersayap Darkseid yang serasa ikut meneror penonton. Puncak kemuraman film ini ditandai dengan matinya salah satu superhero , berkat adu domba Lex Luthor.
Berbeda dengan cerita Marvel yang jarang menyuguhkan kompleksitas psikologis karakter superhero, DC sebaliknya sengaja mengadu Batman dengan Superman. Di saat Superman dinilai terlalu berlebihan saat bertarung dengan General Zod dan meyebabkan collateral damage termasuk tangan kanan dan kantor cabang Bruce Wayne di Metropolis, dan Batman harus menjadi saksi superioritas Superman. Hal hal seperti ini adalah kelaziman dalam produk DC, mereka bisa saja mengubah karakter pahlawan secara ekstrim. Misalnya mengubah Batman menjadi Vampire atau hal-hal yang rasanya tidak mungkin dilakukan Marvel.
Film ini dibintangi dengan aktor-aktor berkelas seperti Ben Affleck (sebagai Batman), Jeremy Iron (pemeran Alfred dan pernah bermain di salah satu film favorit saya yakni The House of The Spirit), Laurence Fishburne (pemeran bos di Daily Planet dan juga pernah mengesankan saya saat bermain di Event Horizon, Holly Hunter (aktris kelas kakap dan pemeran senator June Finch), dll.
Meski pemeran Lois Lane (Amy Adams), pemeran Superman (Henry Cavill), ataupun pemeran Wonder Woman (Gal Gadot) relatif junior namun mereka juga bermain dengan tidak kalah baiknya. Khusus Jesse Eisenberg bermain dengan cantik, berhasil menyuguhkan karakter cerdas namun sekaligus "gila" saat memerankan Lex Luthor. Selain Eisenberg, Ben Affleck juga bermain baik, meski terlihat letih dan hampir dalam setiap adegan muncul dengan janggut yang tak tercukur.
Sayang seperti kebanyakan film-film Hollywood, sosok penjahat selain Rusia atau Alien masih selalu dilengkapi dengan sosok yang terkesan muslim, sebagaimana di adegan awal saat Lois Lane dijebak di Gurun Pasir Afrika. Sepertinya Hollywood masih saja belum puas menjadikan muslim sebagai sasaran black campaign dari film satu ke film yang lain. Ini juga mengingatkan saya akan penampakan tokoh antagonis bertampang middle east, dalam London Has Fallen, salah satu film terjelek yang pernah saya tonton. Ben Affleck sendiri sebenarnya melihat Islam dengan positif, rasanya masih jelas bagaimana ybs sempat dikecam media Amerika karena berdebat dengan Bill Maher dan Sam Harris karena itu, silahkan lihat link
http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/14/10/09/nd4zcw-media-as-serang-ben-affleck-karena-bela-islam-1
Bagi saya film ini interpretasi yang menarik dari karya seni Alex Ross, adegan saat Superman berada di sekeliling pemeran acara lokal bertopeng seram, salah satu yang menarik secara fotografis. Bagi saya film ini cukup setia terhadap benang merah yang tergambar lewat karya komiknya. Secara special efek, juga tidak mengecewakan dan terkesan layaknya adegan penghancuran ala hari akhir.
Buat seorang penggemar Batman seperti saya, film ini juga menunjukkan bagaimana kecerdasan Batman, mampu menaklukkan tokoh yang memiliki kemampuan super sebenarnya, dengan apa ? ya tentu saja kecerdasan ala Sherlock Holmes, penguasaan teknologi ala tokoh Doc (dalam Back To The Future) , dan fisik yang prima serta keberanian menghadapi tantangan. Masalah psikologis Batman juga tergambar dengan apik lewat mimpi-mimpi yang mencekam sepanjang film.
Setelah sebelumnya saya melihat anak-anak diajak menonton London Has Fallen, eh masih saja banyak orang tua yang membawa anak-anak kecil menonton film ini, mungkin mereka masih saja mengira, film superhero adalah film anak-anak, padahal secara adegan film ini tak layak ditonton anak-anak. Seperti munculnya Batman di langit-langit saat adegan bawah tanah dengan suasana ruang penyekapan gadis-gadis muda ala Hannibal Lecter, ekspresi marah Superman dengan mata menyala, saat Bruce Wayne harus menyaksikan kedua orang tuanya dibunuh, kelelawar jadi-jadian yang muncul secara mengagetkan dari balik batu nisan Martha Wayne dalam salah satu mimpi buruknya, transformasi alien, serta ekspresi kegilaan Lex Luthor.
Akhir kata, menyaksikan film ini memenuhi ekspektasi saya soal sosok Batman, casting dan aktor, skenario, special effect, music and theme song (Hans Zimmer), kejutan di akhir cerita, karakter-karakter antagonis, dll.
No comments:
Post a Comment