Friday, June 22, 2018

Jalan-Jalan ke Belitung Part #3 dari 8 : Mie Belitung Acin, Replika SD Muhammadyah Gantung dan Rumah Keong.


Kami langsung menuju resto Hanggar21 yang menyediakan Mie Belitung, sayangnya tutup, Ajie lalu lanjut ke Tanjung Pandan yang berjarak sekitar 15 km dari Bandara Hanandjoeddin untuk menikmati Mie Belitung di Warung Atep, eh lagi-lagi lokasi kedua ternyata juga tutup. Dalam perjalanan kami sempat melintasi Tugu Satam, monumen berpilar lima dengan dengan batu meteor di puncaknya, yang menjadi salah satu landmark Belitung.  Akhirnya kami sampai di lokasi ketiga yakni Mie Belitung Acin dan langsung pesan 4 porsi Mie Belitung dan 4 Gelas Es Jeruk Kunci. Sambil menunggu pesanan datang kami menyantap otak-otak yang benar-benar terasa ikannya. Mie Belitung terdiri dari Mie Kuning, Kuah Kaldu Udang (kadang disertakan juga potongan2 kecil udang), Kentang, Tauge, Tahu dan Emping.  Rasanya benar-benar sedap, dan mengobati rasa lapar karena kami memang belum sempat sarapan. 





Apa itu Jeruk Kunci, ini jeruk khas Belitung yang ukurannya kecil sekali, namun paduan yang pas dengan air, es dan gula bisa menghasilkan kenikmatan khusus. Dahulu jeruk ini salah satu komponen kuah cuka untuk pendamping Pempek. Kadang dengan bercanda, orang-orang di Belitung sering mengatakan Jeruk Kunci adalah Buah yang dikutuk karena ukurannya yang kecil. 




Rencana dari hari pertama kunjungan kami ke Pulau Belitung, fokusnya adalah Belitung Timur, yakni satu dari dua kabupaten di Pulau Belitung.  Populasi penduduk di Belitung Timur hanya sekitar 120.000 jiwa berdasarkan sensus 2015. Bupatinya saat ini adalah Yuslih Ihza Mahendra kakak kandung Yusril Ihza Mahendra, yang sempat bersaing ketat dengan Basuri Tjahja Purnama yang juga adik Ahok. Destinasi wisata di Belitung Timur antara lain, Replika SD Muhammadiyah Gantung, Kampung Ahok, Museum Kata Andrea Hirata, Panai Gusong Cine, Vihara Dewi Kwan Im, Bendungan Pice,  Gunung Lumot, Pantai Burung Mandi dan Pantai Serdang.  

Dari Tanjung Pandan perlu sekitar 76 menit, menempuh jarak 70 km untuk mencapai Replika SD Muhammadiyah di Belitung Timur. Jadi jelas memang Belitung bukanlah pulau kecil seperti yang saya kira sebelumnya. Setelah terkantuk-kantuk sepanjang jalan, sampailah kami di replika SD Muhammadiyah Gantung. Kenapa bukan sekolah aslinya ?, ya karena memang sekolah aslinya sudah lama hancur. Maka dibuatlah replika gedung sekolah lengkap dengan lantainya yang miring-miring, dinding yang disangga batang pohon, atap seng bocor, dua ruang kelas dengan perabotan reyot plus beberapa gambar pahlawan. 

Konon kabarnya beberapa sisa bangunan lama, ikut digunakan dalam membangun replika ini. Kalau cuma replika, kenapa SD ini menjadi destinasi favorit bagi wisatawan ?, karena ya memang nilai-nilai inspiratif yang dikandungnya. Bayangkan seorang anak di pedalaman, bercita-cita sekolah di Sorbonne, Perancis dan tercapai sekian tahun kemudian saat meraih master.  Dari beberapa artikel yang saya baca, perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat mengakui pengaruh novel Andrea Hirata yang diterjemahkan ke 25 bahasa sampai dengan 2015, memang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Belitung Timur. 




Lalu kami menuju Rumah Keong Dermaga Kirana yang terletak berhadap-hadapan dengan SD Muhammadiyah, yakni sekumpulan bangunan yang dibuat dengan rotan dan didesain layaknya rumah keong, yang disusun di atas landasan papan kayu artifsial dan disusun seperti dermaga, menghubungkan kumpulan rumah keong satunya dengan rumah keong lainnya. Dibagian belakang terdapat dermaga dengan sekumpulan perahu yang bisa disewa mengarungi kolam bekas penambangan timah dengan air yang sangat jernih. Sayangnya meski secara arsitektur menarik, belum jelas konsep seperti apa yang ditawarkan oleh lokasi ini. Tengah tahun 2017, Rumah Keong ini sempat dihantam banjir, untung saja tidak hanyut. 





No comments: