Friday, August 31, 2012

The Girl Who Kicked The Hornets Nest - Stieg Larsson

Penasaran dengan sequelnya The Girl With The Dragon Tattoo, saya langsung mencari kedua buku bagian dari trilogi karya Stieg Larsson yang meninggal kena serangan jantung hanya beberapa minggu setelah menyelesaikan trilogi ini di 2004. Namun sayangnya sudah beberapa toko buku Gramedia saya satroni, hanya ada trilogi bagian ke tiga itupun tinggal satu2nya, apa mau dikata, sorenya langsung saya lahap saja buku ketiga dengan tebal hampir 1000 halaman.

Dalam buku ketiga, Blomkvist lagi2 berhubungan "khusus" dengan Erika, bahkan juga dengan polisi wanita berotot Figuerola, sepertinya inilah stereotip hero masa kini, selama suka sama suka dianggap sah2 saja meski istri orang lain. Khusus Erika memang digambarkan kehidupan seksualnya relatif bebas, karena bukan cuma hubungan dia dengan Blomkvist,  dia dan suaminya bahkan digambarkan pernah mengundang pihak ketiga dalam salah satu hubungan mereka di saat yang sama. Jadi secara pribadi, bagi saya bagian2 seperti ini cukup menganggu meski buku ini sangat menarik dibaca.


Kali ini Erika diceritakan keluar dari Millenium dan bergabung dengan salah satu harian paling terkemuka di Swedia. Penggambaran suasana kantor termasuk intrik dan politiknya sangat realistik, termasuk konflik Erika dengan salah satu redaksi senior Holm, surat kaleng, dan kesulitan Erika ketika bos-nya yang baru yaitu Borgsjo justru akan dibuka topeng-nya oleh Millenium. Borgsjo terlibat penyalah gunaan kerjasama dengan mitra-nya yang terbukti memperkerjakan anak di bawah umur di Vietnam.



 Topik utama-nya sebenarnya berkisah tentang hal2 salah / pelanggaran konstitusi yang dilakukan Seksi Analisa Khusus Swedia dalam rangka melindungi pembelot Rusia Zalachenko. Dalam hal ini adalah pembiaran kasus ibu Salander sekaligus pasangan Zalachenko yang dianiaya secara fisik berkali kali, dan Salander yang dicap sebagai penderita kelainan jiwa. Toleransi dinas khusus sedemikian rupa sehingga ini berpotensi menjadi kejadian memalukan bagi pemerintahan Swedia.


Dalam kisah ini Blomkvist juga mengalami percobaan pembunuhan oleh preman Serbia yang disewa Seksi Analisa Khusus, disamping penjebakan dengan uang dan kokain yang sengaja ditaruh di apartemen-nya. Seksi ini memang nyaris menghalalkan segala cara, termasuk membunuh saksi, penyuapan, penyadapan, pemerasan, mengatur jebakan bunuh diri, dan hal2 yang melanggar hukum lain-nya.


Larsson juga sangat ahli menggambarkan bagaimana perusahaan security swasta bekerja, sepertinya ini berhubungan dengan kisah hidupnya yang sering mendapat ancaman dari Neo Nazi. Mungkin itu juga sebabnya keluarga Hendrik Vanger di trilogi bagian satu digambarkan sebagai antisemit. Bagi saya mana yang realita dan mana yang imajinasi dalam buku ini sangat tidak jelas batas-nya. Ada kesan sebagai wartawan Larsson memang menulis sebagian dari kisah hidup-nya.

No comments: