Beberapa hari yang lalu saya mengikuti pelatihan yang membahas integrated thinking, menariknya dalam pelatihan ini juga dimasukkan beberapa hal terkait kepemimpinan. Dibahas mengenai salah satu cara terbaik untuk mencapai hasil maksimal adalah bagaimana mengkomunikasikan tujuan organisasi pada subordinat. Untuk mempermudah pemahaman mengenai hal ini dilakukan beberapa kuis yang dua diantaranya sangat menarik dan membuat kita memahami bagaimana instruksi akan sangat mempengaruhi hasil akhir. Intinya bukan instruksi layak-nya “Do The Best !”yang harus digunakan namun juga kejelasan aturan main yang akan membuat subordinat dapat bekerja secara optimal.
Pada kuis pertama, setiap peserta dipersilahkan memggambar sekolah, beberapa menit kemudian muncul-lah gambar yang kesemuanya bernuansa bangunan sekolah dengan beberapa anak bermain di halaman. Lalu instruktur berkata, “lihat dengan instruksi yang tepat maka kreatifitas akan dilahirkan”. Lalu instruksi diubah, menjadi menggambar sekolah namun tidak boleh menggambarkan gedung-nya. Ajaib-nya maka saat itu juga kreativitas lahir, ada yang menggambar permainan basket, ada yang menggambar aktifitas di laboratorium, ada yang menggambar perpustakaan, dan banyak lain-nya.
Saat kami masih terhenyak dengan hasil yang didapat, instruktur cerita bahwa selama dia mengajar kadang dia menggunakan contoh yang berbeda, misalnya tugasnya adalah menggambar pemandangan. Ironisnya meski peserta berasal dari berbagai daerah yang berbeda, pemandangan yang digambar selalu sama, yakni dua buah gunung (yang lebih mirip piramid), jalan raya ditengah yang sering2 malah digambar dengan mistar, sawah yang batang padinya dilukis satu persatu, gumpalan awan, matahari lengkap dengan sinar2nya dan tidak ketinggalan kulit pisang..eh maksud saya burung2 yang terbang.
Lalu untuk memperjelas pemahaman instruktur membagi kami menjadi beberapa kelompok dan masing2 kelompok diberikan satu kotak kartu, setelah membaca instruksi maka setiap kelompok mulai bekerja, ada kelompok yang ekspresinya tawar (sebut saja kelompok “tawar”), ada yang diskusi serius dan saling berdebat (sebut saja kelompok “stress”), namun ada kelompok yang gembira dan bersemangat (sebut saja kelompok “senang”). Hemm kenapa ekpresi-nya berbeda ? kuncinya ada di instruksinya dan mari kita lihat hasilnya.
Nah apa instruksi-nya ? Kelompok “Stress” diinstruksikan membangun bangunan dengan aturan tinggi aturan luas, dan jarak antara kartu yang ketat, sehingga bangunan-nya justru tidak selesai, member tidak puas dengan performansi team.
Kelompok “Tawar” diberikan instruksi buatlah bangunan yang sederhana dan dibangun secepat mungkin, maka kelompok ini cuma membuat bangunan yang lebih mirip toilet, menyisakan banyak kartu tak terpakai lalu sibuk dengan mobile devices-nya sambil menunggu kelompok lain selesai.
Kelompok “Senang” bekerja dengan bersemangat dan menghasilkan bangunan terbaik dari semua kelompok yang ada, karena mereka diberikan instruksi buat lah bangunan seindah mungkin, dan dipersilahkan melakukan apapun pada kartu yang dimiliki. Kelompok “senang” bahkan menggunakan kotak kartu-nya sekalian sebagai asesoris atap bangunan.
Moral of the story-nya adalah memastikan instruksi yang anda berikan mampu mengubah atmosfir, mampu memotivasi, memberikan kesenangan dan kebanggaan bagi team yang akhirnya menghasilkan karya terbaik.
1 comment:
tulisan ini bener2 bermanfaat, pak
Post a Comment