Buku ini dibuat oleh Deborah Baker, mengenai sosok Margareth Marcus seorang wanita Yahudi warga negara Amerika yang memutuskan untuk mengubah kehidupan-nya dengan tinggal di Pakistan, memeluk agama yang berbeda, hidup dan akhirnya menikah dengan lelaki setempat.
Siapa Deborah ?, lahir di Charlottesville dan merupakan alumnus Virginia University. Deborah juga dikenal sebagai penulis beberapa buku dan karyanya sempat menjadi finalis PutlizerPrice. Deborah menikah dengan Amitav Ghosh, dan dengan dua anak-nya dia membagi bagi waktunya sebagai penulis dan bepergian diantara beberapa kota seperti Goa, Kalkutta, dan Brooklyn New-York. Karya nya mengenai Maryam Jameelah alias Margareth Marcus dipublikasikan di tahun 2012.
Deborah menulis, bahwa Margareth yang kemudian dikenal dengan nama baru-nya Maryam Jameelah (dan bukan Mulan Jameelah) adalah sosok yang sangat kritis, selalu bertanya tentang segala hal, penyuka diskusi dan menghabiskan banyak waktunya untuk menulis. Sikapnya kritis-nya (belakangan bahkan diiringi kondisi khusus saat tengah tidur seperti mengigau) ini membuat orang tua-nya sempat berkali kali mengirim-nya ke rumah sakit jiwa. Saat orang tua-nya memutuskan bepergian ke tempat jauh dan menjual semua yang mereka miliki membuat Margareth akhirnya menuntaskan impian-nya menuju Pakistan untuk tinggal dibawah perlindungan tokoh pemikir Pakistan Maulana Mawdudi.
Mawdudi yang pada awalnya terkesan dengan Margareth, cukup kaget karena sosok-nya sebagai penulis saat mereka sering berkorespondensi sangat berbeda dengan sosok sebagai Margareth yang dikenal secara langsung. Margareth sangat agresif dalam berdiskusi dan nyaris tak pernah lelah membuat Mawdudi yang memang sudah sepuh cukup kewalahan. Tak jelas benar mengenai kondisi psikologis Margareth, meski sempat dijelaskan saat kanak2 dia mengalami pelecehan seksual dari sekelompok anak. Kondisi ini dan hal2 lain seperti saat dia dilempari batu oleh sekumpulan anak lain sambil dimaki sebagai "pembunuh Yesus" karena keturunan Yahudi, sepertinya membentuk karakternya yang akhirnya mengkritisi segala hal di sekeliling-nya khususnya kebudayaan barat.
Saat di Pakistan, energi Margareth yang berlebih membuat dia menghasilkan sangat banyak buku (lebih dari 30) mengenai pemikiran Margareth. Buku karya-nya a.l. Islam and Western Society, Islam and Orientalis, Islam in Theory and Practice, dan Islam and the Muslim Woman Today. Buku ini juga dipublikasikan oleh suami-nya sehingga tetap dapat dinikmati oleh orang banyak.
Kenapa Margareth tidak tertarik pada Yahudi ? Pada awalnya setelah mengalami banyak pengalaman tidak mengenakkan, Margareth sempat sinis terhdap semua agama, dan menjadi atheis. Bagi Margareth agama Yahudi sangat kesukuan, sedangkan kebenaran harusnya menjadi hak semua orang dan tentu saja universal.
Margareth menulis kekecewaan-nya mengenai janji palsu peradaban barat, dari Yunani hingga Sigmund Freud. Margareth mengkritik Yunani yang mengatakan bahwa kehormatan manusia bukan pada agama melainkan perbuatan-nya, dan tidak adanya hubungan antara theologi dan moral. Renaissance di mata Margareth hanya beranggapan kreatifitas manusia yang mencipatakan surga dunia. Francis Bacon menganggap sains lah kunci kebahagiaan dan lebih penting dari dogma agama, sehingga penghapusan agama akan menghilangkan fanatisme, kesewenangan dan tirani. Lalu Marx yang menganggap surga kelas pekerja lah satu2nya jawaban pada ketidak adilan sosial. Dan yang paling parah di mata Margareth bagaimana Freud mengkambinghitamkan seksual sebagai asal muasal konflik, sehingga manusia harus dibebaskan dari larangan2. Puncak semua kekecewaan itu berakhir saat Margareth mempelajari Islam dan memutuskan untuk memeluknya di 1961. Buku karya Leopold Weiss alias Muhammad Asad seorang Yahudi yang akhirnya memeluk Islam berjudul The Road To Mecca termasuk yang menginspirasinya untuk mengikuti jejak yang sama.
Margareth juga mengkritisi pendudukan Palestina, yang bagi-nya tidak ada lagi beda-nya Israel dan Nazi Jerman. Margareth sangat kecewa dengan pembantaian di Deir Yassin yang dilakukan Israel pada penduduk Palestina, belum lagi pengusiran paksa yang dilakukan. Margareth menganalogikan-nya dengan perampok yang merampas rumah kita dan memaksa kita mengakui bahwa mereka secara sah berhak atas tanah dan rumah yang kita miliki. Namun karena dunia mengakui Israel, maka Arab terpaksa menerima-nya sebagai suatu ketentuan. Menurut Margareth jika hal ini diterima, maka Amerika harus mengembalikan Amerika pada Indian. Hal2 itulah yang akhirnya membuat Margareth tidak lagi menganggap dirinya sebagai bagian dari Yahudi.
Namun dia sempat lagi2 masuk rumah sakit jiwa karena perangai-nya yang sulit dan keras. Setelah dia menikah dengan Muhammad Yusuf Khan dan memiliki lima anak, situasinya berubah, dan sepertinya kehidupan rumah tangga, menarik Margareth ke dunia yang lebih realistis. Pada tanggal 31/10/2012 Margareth yang dilahirkan 23/5/1934 di New York akhir-nya meninggal dunia dengan meninggalkan warisan pemikiran yang penting bagi umat.
Terus terang ini bukan buku yang mudah dibaca, kadang tercampur antara pendapat Deborah Baker dan catatan / surat2 Margareth, sehingga informasinya menjadi bias. Namun buku ini membuktikan bahwa setiap manusia berhak berpendapat dan memiliki sikap.
No comments:
Post a Comment