Unik juga melihat
taman air di komplek seluas dua hektar ini, kami harus melewati antrian panjang
namun lebih merupakan antrian untuk masuk. Sambil menunggu jam tayang untuk
memulai antrian, kami menikmati berbagai sajian tradisional seperti kacang
rebus. Lalu makan siang di semacam pusat jajan serba ada di seberang jalan. Sama
sekali tidak ada antrian loket, karena Bupati Dedi Mulyadi sengaja
menggratiskan dengan asumsi ekonomi takyat yang digerakkan dengan adanya
aktifitas ini justru lebih berharga ketimbang pemasukan tiket.
Jika kita masuk
sebelum gelap, karena atraksi memang dimulai malam hari, maka penampilan
kawasan ini terlihat agak kurang meyakinkan apalagi air kolamnya terlihat
keruh. Namun saat malam hari, dan atraksi air dimulai, penampilan tak
meyakinkan tadi sontak berubah. Sayang
kami tidak berhadapan langsung dengan patung yang berada di tengah, sementara
atraksi tari-tarian justru dilakukan di depan patung. pertunjukan disini seklias mengingatkan kami akan atraksi air yang mirip di Sentosa Island, Singapore.
Atraksi ini hanya dilakukan setiap Sabtu malam dalam 3 sesi, dihari lain kita tidak bisa menyaksikan atraksi air ini. Namun inisiatif Arief Yahya menteri pariwisata memasukkan Taman Sri Baduga dalam top 5 parisiwata Indonesia, sepertinya agak berlebihan bagi saya. Pulau Komodo, Danau Kelimutu, Candi Borobudur, Kawah Ijen, Bromo, Danau Toba, Dieng, Gunung Rinjadi, Pulau Lombok, juga Pulau Bali dan lain sebagainya jelas lebih unggul.
Atraksi ini hanya dilakukan setiap Sabtu malam dalam 3 sesi, dihari lain kita tidak bisa menyaksikan atraksi air ini. Namun inisiatif Arief Yahya menteri pariwisata memasukkan Taman Sri Baduga dalam top 5 parisiwata Indonesia, sepertinya agak berlebihan bagi saya. Pulau Komodo, Danau Kelimutu, Candi Borobudur, Kawah Ijen, Bromo, Danau Toba, Dieng, Gunung Rinjadi, Pulau Lombok, juga Pulau Bali dan lain sebagainya jelas lebih unggul.
Salah satu yang
perlu diperhatikan adalah lokasi parkir yang sangat terbatas. Saya terpaksa
parkir di lahan kosong yang dikelola preman setempat, dan akibat penataan parkir
yang serampangan masuk keluarnya sangat sulit karena terhalang mobil-mobil
lain.
Part berikutnya di link http://hipohan.blogspot.co.id/2017/12/jalan-jalan-ke-purwakarta-4-dari-5-giri.html
No comments:
Post a Comment