Wednesday, January 23, 2019

Jalan-jalan ke Gunung Lembu Part #4 dari #5 : Badega Gunung Parang


Dari lokasi parkir di lembah kami berbelok ke kanan, mengikuti Ibar dan Sofyan menuju lokasi Kang Baban yang dapat dicapai dengan jarak 500 meter. Lokasi Kang Baban jika di Googlemaps bernama “Via Ferrata Gunung Parang Purwakarta” atau bisa juga dengan “Badega Gunung Parang”.  Belokan ke kawasan ini agak tajam dan curam, sepertinya bakal sulit ke lokasi ini dengan menggunakan sedan atau MPV dengan ground clearance rendah. 

Kawasannya asri sekali, dilengkapi dengan berbagai bangunan yang tersebar di lembah, termasuk pondok penginapan, warung makanan, aula/pendopo dan tangga2 batu, serta spot pemotretan lengkap dengan balkon bambu dan ayunan serta rumah pohon di ketinggian. Kawasan ini dikelola mantan kepala desa yang juga ayahnya Kang Baban, anak bungsu dari lima bersaudara, dengan yang paling besar pria, wanita, lalu Kang Dadan, Kang Wawan dan Kang Baban. Mendengar nama ketiga bersaudara ini, sepertinya pembaca bisa menebak sendiri nama anak pertama dan kedua he he. 




Saya duduk menikmati minuman teh dengan ditemani ayah Kang Baban, pria kelahiran 1952 yang sempat dua kali menjadi Kepala Desa. Beliau sosok yang senang sekali bercerita berbagai hal sambil menemani tamu. Beliau mengatakan rute ini baru dimulai di 2016, Kang Wawan mendesain lokasinya, Kang Dadan fokus ke warung dan Kang Baban ke marketing serta guide buat pendakiannya. Beliau juga cerita soal kerjasama dengan Perhutani dalam pengelolaan lahan tersebut dan adat istiadat masyarakat setempat terkait pengelolaan tanah. 



Setelah shalat di mushalla di samping warung yang di kelola Kang Dadan, kami naik tangga batu keatas menuju pondok kayu yang lantai papan bolong2 yang berderak serta berayun setiap dilewati. Dinding terbuat dari anyaman bambu, dengan kamar mandi bernuansa batu serta gentong air dan gayung.  

Sambil menunggu malam tiba, kami naik lebih keatas berdua duduk dipinggir balkon bambu menatap bulan yang menyinari Danau Jatiluhur. Di permukaan danau lampu2 kecil ratusan keramba ikan bergoyang dipermukaan air dan di kejauhan nampak dinding bendungan dengan cahaya yang memantul di permukaan air. Bulan bersinar cerah, dan membuat suasana semakin terasa seperti di alam mimpi. 




Masjid indah berwarna putih megah, di kejauhan mengumandangkan adzan sayup-sayup sahdu bergema disekeliling kaki gunung. Ajaib rasanya pergi ketempat yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari Bandung namun suasananya benar-benar sangat berbeda. Jangkrik berbunyi bersahut2an dan suara tokek bergantian terdengar. 

Kami lalu langsung turun ke warung Kang Dadan di bagian bawah, dan telah disiapkan panas-panas tahu, tempe, ayam goreng, sayur asem masing-masing dua porsi, sebakul nasi yang mengepul dan sambal dadakan yang pedasnya menggigit serta seekor ikan asin renyah dan tentu saja sepapan pete goreng. Wah benar-benar sedap, tergoda untuk menambah nasi, namun kerlingan tajam istri menyurutkan niat saya he he. 

Kang Baban, menyanggupi menyiapkan guide yang bernama Kang Jeje keesokan paginya sehabis subuh, sekitar jam 05:00, sementara istri Kang Dadan menyiapkan 3 bungkus sarapan nasi, telor mata sapi, ayam dan tempe, untuk dimakan di puncak. Bagi saya dan istri,  keluarga besar Kang Baban ini terkesan sangat familiar, kedatangan kami kesana tak ubahnya seperti pulang kampung ke keluarga sendiri. 

Selanjutya ke link https://hipohan.blogspot.com/2019/01/jalan-jalan-ke-gunung-lembu-part-5-dari.html

No comments: