Hari keempat perjalanan sekaligus melewati tiga malam di Hongkong, kami membagi tugas, Ibu2 membeli beberapa oleh2 yang masih kurang di pertokoan seputar Nathan Road. Maklum orang Indonesia susah pulang kalau tidak membawa buah tangan. Sementara para pria menukarkan Octopus Card di Tsim Sha Tsui. Keempat kartu yang saya pegang masih bisa ditukarkan dengan sekitar 500 HKD. Selesai belanja karena masih ada sisa, kami membeli beberapa botol soya bean di 7Eleven, wuih rasanya sedap banget.
Untuk sarapan pagi, karena sudah rindu banget sama nasi, Ibu2 membeli nasi jagung teriyaki, yah lumayan lah buat mengobati rindu. Teriyaki nya dan nasi yang sudah kadung terbumbui saya pindahkan ke piring anak, lantas dengan beberapa potong rendang yang sudah menghitam dari tanah air yang sudah semakin menipis persediaanya, sarapan pagi itu saya nikmati sambil mengenang tanah air. Mulai ada pembicaraan diantara anggota rombongan betapa nikmatnya kalau saja ada nasi padang dengan gulai kepala ikan kakap, wuihhhh sedeppp.
Setelah semua rombongan siap2, kami keluar Mirador dan langsung ke kanan menuju masjid Kowloon, rencananya singgah sebentar di Masjid lalu lewat gerbang Kowloon Park disamping Masjid kami jalan kaki ke Harbour City. Ups taman ini cukup luas dan harus menaiki tangga curam, lumayan ngos2an karena sambil mengangkat koper yang sudah tambah gemuk saja.
Selamat tinggal Hongkong, sayang kami belum sempat ke Hongkong Sky 100 (menara tertinggi di Hongkong), juga Ocean Park yang konon kabarnya lebih seru dari Disneyland, jalan2 pakai Big Bus Tours, Hongkong Heritage Tour, Hongkong Wetland Park, Ngong Ping Cable Car 360 dan juga Victoria Park yang kabarnya menjadi jajahan para pekerja asal Indonesia di hari Minggu. Namun waktu memang cukup sempit dan karena memang target kami adalah juga mencakup Macau dan Shenzhen, ya mau tak mau kami harus meninggalkan tempat menarik ini.
Sesampai di Harbour City, kami memesan tiket menuju Macau lantas lewat pos imigrasi yang sangat lancar proses-nya, dan tak lama kami sudah berada di salah satu kapal Turbo Jet, Ferry yang akan membawa kami ke Macau. Bagasi ditaruh di bagian belakang, meski tempatnya terbatas, tetapi yang bawa koper seperti kami ternyata tidak banyak. Tak terasa satu jam kemudian kami sudah sampai di Macau, lantas turun untuk menuju pos imigrasi, sebelumnya foto2an bentar di depan Fisherman’s Warf yang terlihat diseberang terminal ferry. Fisherman’s Warf ini merupakan taman hiburan pertama di Macau, bentuk-nya unik, hemm saya rasa ide Bondan Winarno mengenai sudah saatnya destinasi wisata itu sengaja dibuat dan bukan sekedar mengandalkan alam, seperti yang dia buktikan dengan Ah Poong di Sentul City betul juga. Anehnya lokasi ini terlihat sepi2 saja, padahal secara bangunan kualitas estetik-nya tergolong bagus. Bangunan paling mencolok yang bentuk-nya mirip benteng kaisar China, padahal didalam-nya sebenarnya Casino alias tempat judi.
Lalu kami mencari bis ke arah hotel East Asia Hotel sekitar 100 meter dari Senado Square. Meski disini banyak yang bisa berbahasa asing, namun hati2 dengan pengucapan tempat, sering sekali tidak sesuai dengan apa yang tertulis. Di perhentian bus, lokasi2 yang disinggahi setiap bis disajikan tidak dalam bentuk peta, melainkan silinder yang berputar putar, cukup pusing memastikan apakah bis melalui lokasi dimaksud, karena kadang pada saat yang sama ada orang2 lain yang turut memutar silinder informasi tersebut.
Walau kami seharusnya menggunakan rute 3A, namun karena tidak kunjung datang maka kami menggunakan rute 3, dirayu penjelasan supir yang sepertinya sangat semangat agar kami dapat turut dalam bis-nya. Macau kota yang unik, sangat Eropa di satu sisi, namun mirip2 Hongkong di sisi yang lain. Sisi Eropa-nya diwarnai dengan bangunan era Portugis, trotoar sempit nan unik kombinasi batu2 putih dan hitam dengan motif2 sepanjang jalan. Setelah sempat berputar putar nyasar, akhirnya kami membagi dua rombongan, Adik ipar survey dulu tanpa membawa tas2 kami yang semakin membuncit dan berat, dan tak berapa lama kami sampai di Hotel.
Hotelnya tergolong bagus, kalau Mirador dapat nilai 4, East Asia mungkin layak dapat nilai 7,5. Namun secara lokasi kedua hotel ini sangat strategis dan khusus East Asia terletak di Rua De Madeira. Kamarnya bersih, dan cukup luas, kamar mandinya juga resik dan lapang, serta tempat tidur ala Nabi sudah tidak lagi kami temukan disini.
Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/05/inspirasi-dari-hongkong-shenzen-dan_2743.html
No comments:
Post a Comment