Meski sempat membuat Indonesia Incorporated, ataupun The Book of Codes yang tema-nya berbeda dengan tiga buku sebelumnya mengenai teori konspirasi (The Greatest Design, The Khilafah dan Novus Ordo Seclorum) , kali ini Zaynur Ridwan membuat novel yang sampai dengan setengah buku justru terasa lebih ngepop.
Ada-nya cerita penangkapan artis ala BNN (yang mengingatkan saya akan artis RA yang kebetulan inisialnya sama dengan judul buku ini), dunia advertising, kehidupan artis, dan sempat membuat saya masih saja tidak percaya dengan tema karya beliau terakhir ini. Buku ini sendiri secara tak sengaja saya temukan saat menuliskan keyword "Zaynur Ridwan" di salah satu mesin pencari di Gramedia. Dan cukup kaget melihat judulnya bukunya yang sangat berbeda dengan karya2 sebelumnya, sepertinya judul2 seperti The Final Day misalnya akan lebih cocok buat karya Zaynur Ridwan. Namun setelah setengah buku, bau2 riset ala Zaynur Ridwan yang memang menjadi ciri khas-nya mulai tercium.
Topik kali ini adalah jilbab, diwakili tokoh aku alias Annisa Saraswati model shampo produk asal China Morning Dew, yang mulai menemukan satu demi satu peristiwa2 yang menyeretnya untuk mengambil sikap mengenai pakaian yang justru membebaskan wanita, tidak seperti yang dikira orang selama ini.
Sebagaimana kita ketahui, kenyataan-nya perempuan yang mengenakan burqa dan niqab di Prancis dan Belgia ditangkap. Di Amerika CIA dan pemerintah-nya mengawasi para perempuan berjilbab dan burqa. Di Italia bahkan dipaksakan dalam UU agar jilbab di larang, sampai2 Roberto Maroni, Menteri dalam negeri mengatakan bahwa tidak seharusnya pakaian seperti itu dilarang, karena bahkan Bunda Maria pun, yang dipercaya sebagai Ibu Yesus juga mengenakan-nya.
Dan sepertinya tidak banyak yang menyadari bukan cuma Islam, bahkan Kristen dan Hindu sekalipun menganjurkan penggunaan Jilbab, meski memang Islam lebih tegas melalui ayat QS : Al Ahzab 59 yang artinya “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anakmu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka tidak diganggu". Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Dalam Korintus 11 ayat 5-15, wanita Kristen diperintahkan menggunakan kerudung terutama saat berdoa, begitu juga Hindu dalam kitab Rig Veda, buku 8, himne 33 ayat 19 menjelaskan esensi yang sama khususnya ketika berhadapan dengan Brahma. Orang2 juga perlu tahu bahwa model pakaian ini sudah berusia lebih dari 4000 tahun.
Bangsa2 barat mengakui bahwa kebebasan ekspresi adalah bagian dari HAM. Bukan hanya di negeri sendiri, teropong mereka jauh sampai memotret HAM di negara lain. Kebebasan tersebut bahkan sampai tahap "boleh" menghina nabi agama lain, alias kebebasan yang justru menganggu kebebasan kaum lain-nya. Ironisnya mereka malah diam saat pakaian seperti ini dilarang di justru di barat sendiri.
Buku ini juga mengingatkan kita akan pembunuhan Marwa El Sherbini, di Jerman oleh Alex Wiens, seorang imigran Rusia yang menjadi warga negara Jerman. Marwa seorang wanita aktivis pengajaran agama dan sosial yang bersuamikan Elwy Ali Okaz seorang Doktor dalam bidang biologi molekuler dan genetika. Alex yang menghina Marwa hanya karena jilbab yang dia kenakan akhirnya dituntut di pengadilan Jerman. NamunAlex menikam Marwa yang tengah hamil anak kedua-nya dan gugur dengan 18 tusukan saat keluar ruang pengadilan. Hari kematian-nya 1/Juli/2009 diperingati sebagai Hari Jilbab Sedunia.
Sementara itu, baru2 ini di Beijing sesuai informasi yang saya baca tindakan pelecehan seksual semakin meningkat, dan menyebabkan otoritas setempat sangat menganjurkan pakaian yang sopan khususnya bagi karyawati disana. Namun harus diakui banyak wanita yang memang menikmati perhatian saat mereka menggunakan pakaian terbuka, padahal jelas berkorelasi dengan kualitas pria seperti apa yang mereka bisa tarik perhatian-nya. Sebaliknya sebagian kaum pria kadang menikmati perhatian pria lain terhadap pasangan mereka dan justru menganjurkan cara berpakaian yang menarik lawan jenis, tanpa sadar itu justru mempermalukan mereka.
Tak melulu unik secara isi, desainer cover buku Gobaq Sodor, juga membuat desain yang mengingatkan kita akan novel2 Habiburrahman El Shirazy. Jadi lengkap sudah keunikan karya yang ini dibanding karya Zaynur lain-nya. Akhir kata tetap buku yang menarik, meski mungkin sedikit dibawah karya Zaynur yang lain, namun tetap membuka wawasan sekaligus mencerdaskan.
Ada-nya cerita penangkapan artis ala BNN (yang mengingatkan saya akan artis RA yang kebetulan inisialnya sama dengan judul buku ini), dunia advertising, kehidupan artis, dan sempat membuat saya masih saja tidak percaya dengan tema karya beliau terakhir ini. Buku ini sendiri secara tak sengaja saya temukan saat menuliskan keyword "Zaynur Ridwan" di salah satu mesin pencari di Gramedia. Dan cukup kaget melihat judulnya bukunya yang sangat berbeda dengan karya2 sebelumnya, sepertinya judul2 seperti The Final Day misalnya akan lebih cocok buat karya Zaynur Ridwan. Namun setelah setengah buku, bau2 riset ala Zaynur Ridwan yang memang menjadi ciri khas-nya mulai tercium.
Topik kali ini adalah jilbab, diwakili tokoh aku alias Annisa Saraswati model shampo produk asal China Morning Dew, yang mulai menemukan satu demi satu peristiwa2 yang menyeretnya untuk mengambil sikap mengenai pakaian yang justru membebaskan wanita, tidak seperti yang dikira orang selama ini.
Sebagaimana kita ketahui, kenyataan-nya perempuan yang mengenakan burqa dan niqab di Prancis dan Belgia ditangkap. Di Amerika CIA dan pemerintah-nya mengawasi para perempuan berjilbab dan burqa. Di Italia bahkan dipaksakan dalam UU agar jilbab di larang, sampai2 Roberto Maroni, Menteri dalam negeri mengatakan bahwa tidak seharusnya pakaian seperti itu dilarang, karena bahkan Bunda Maria pun, yang dipercaya sebagai Ibu Yesus juga mengenakan-nya.
Dan sepertinya tidak banyak yang menyadari bukan cuma Islam, bahkan Kristen dan Hindu sekalipun menganjurkan penggunaan Jilbab, meski memang Islam lebih tegas melalui ayat QS : Al Ahzab 59 yang artinya “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anakmu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka tidak diganggu". Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Dalam Korintus 11 ayat 5-15, wanita Kristen diperintahkan menggunakan kerudung terutama saat berdoa, begitu juga Hindu dalam kitab Rig Veda, buku 8, himne 33 ayat 19 menjelaskan esensi yang sama khususnya ketika berhadapan dengan Brahma. Orang2 juga perlu tahu bahwa model pakaian ini sudah berusia lebih dari 4000 tahun.
Bangsa2 barat mengakui bahwa kebebasan ekspresi adalah bagian dari HAM. Bukan hanya di negeri sendiri, teropong mereka jauh sampai memotret HAM di negara lain. Kebebasan tersebut bahkan sampai tahap "boleh" menghina nabi agama lain, alias kebebasan yang justru menganggu kebebasan kaum lain-nya. Ironisnya mereka malah diam saat pakaian seperti ini dilarang di justru di barat sendiri.
Buku ini juga mengingatkan kita akan pembunuhan Marwa El Sherbini, di Jerman oleh Alex Wiens, seorang imigran Rusia yang menjadi warga negara Jerman. Marwa seorang wanita aktivis pengajaran agama dan sosial yang bersuamikan Elwy Ali Okaz seorang Doktor dalam bidang biologi molekuler dan genetika. Alex yang menghina Marwa hanya karena jilbab yang dia kenakan akhirnya dituntut di pengadilan Jerman. NamunAlex menikam Marwa yang tengah hamil anak kedua-nya dan gugur dengan 18 tusukan saat keluar ruang pengadilan. Hari kematian-nya 1/Juli/2009 diperingati sebagai Hari Jilbab Sedunia.
Sementara itu, baru2 ini di Beijing sesuai informasi yang saya baca tindakan pelecehan seksual semakin meningkat, dan menyebabkan otoritas setempat sangat menganjurkan pakaian yang sopan khususnya bagi karyawati disana. Namun harus diakui banyak wanita yang memang menikmati perhatian saat mereka menggunakan pakaian terbuka, padahal jelas berkorelasi dengan kualitas pria seperti apa yang mereka bisa tarik perhatian-nya. Sebaliknya sebagian kaum pria kadang menikmati perhatian pria lain terhadap pasangan mereka dan justru menganjurkan cara berpakaian yang menarik lawan jenis, tanpa sadar itu justru mempermalukan mereka.
Tak melulu unik secara isi, desainer cover buku Gobaq Sodor, juga membuat desain yang mengingatkan kita akan novel2 Habiburrahman El Shirazy. Jadi lengkap sudah keunikan karya yang ini dibanding karya Zaynur lain-nya. Akhir kata tetap buku yang menarik, meski mungkin sedikit dibawah karya Zaynur yang lain, namun tetap membuka wawasan sekaligus mencerdaskan.
1 comment:
Good review...
Thanks a lot..🙏🏻🤗
Post a Comment