Hemm jika anda berharap mendapatkan informasi yang terkini dari buku ini, maka anda salah. Buku ini hanya bercerita tentang satu masa dari keberadaan organisasi yang ternyata sudah ada sejak datang-nya VOC ke Indonesia. Namun buku ini penting karena mungkin hanya satu dari dua buku langka yang membahas Freemason khusus-nya di Indonesia selain karya Dr.Th. Stevens.
Jangan kaget kalau Freemansory ternyata sudah ada di Indonesia sejak lama bahkan sampai tahun 1940, kuil2 nya atau biasa disebut Loji/Lodge ada lebih dari satu cabang di Batavia saja, lalu Semarang, Surbaya, Pondok Gedeh, Yogyakarta, Surakarta, Probolinggo, Buitenzorg (Bogor), Magelang, Bandung, Salatiga, Tegal, Malang, Blitar, Kediri, Jember, Purwokerto, Sukabumi. Bukan cuma Jawa, Freemansory juga merambah Sumatera dengan Loji/Lodge di kota2 seperti Padang, Kota Radja (Kutaraja ?), Makassar, Medan dan Palembang.
Antara 1922 dan 1940, ada sekitar 40 anggota yang direkrut dari suku Jawa dan sekitar 15 keturunan Tionghoa, yang semuanya merupakan orang2 kelas atas serta penentu kebijakan. Unik-nya buku ini juga dilengkapi oleh daftar nama anggota Freemason dimasa itu. Gubernur Jawa Tengah, walikota Bandung, Batavia dan Semarang, lalu Bupati Magelang, Bodjonegoro adalah beberapa tokoh yang terindikasi merupakan anggota Freemason di masa itu.
Mengenai kenapa banyak merekrut suku Jawa, salah satu tokoh-nya yang juga bupati Semarang yaitu RM Poerbo Hadiningrat mengatakan "Kami orang Jawa menyukai upacara dan ritual" merujuk pada acara inisiasi yang dia ikuti.
Presiden Soekarno yang sempat berdiskusi dengan kelompok ini sepertinya masih terus curiga. Lalu pada diskusi satu jam di bulan Maret 1950 dengan petinggi Freemansory Indonesia, beliau mengajukan berbagai pertanyaan. Pertanyaan tersebut antara lain soal kaitan dengan atheisme, panteisme, freethinker, keanggotaan terbatas, asal nama freemason, julukan "rumah setan" yang diberikan masyarakat dll.
Namun baru di Februari 1961, Presiden Soekarno menanda tangani undang2 Komando Militer Tertinggi yang melarang organisasi ini. Dengan alasan "Dasar dan sumber yang berasal dari luar Indonesia dan tidak selaras dengan kepribadian nasional" sekaligus mengakhiri dua abad Freemason di Indonesia.
Mungkin juga tidak banyak yang tahu bahwa Raffles, Raden Saleh adalah sedikit dari tokoh2 yang diduga merupakan anggota serikat rahasia ini di Indonesia dan sekitar-nya. Sayang-nya tak ada informasi mengenai gerak gerik organisasi ini sejak Gus Dur kembali mengizinkan mereka beraktivitas pr bulan Mei 2000, sekaligus mengakhiri pelarangan Presiden Soekarno pada organisasi2 lain-nya seperti Liga Demokrasi, Rotary Club, Divine Life Society, Vrijmetselaren Loge, Moral Rearmament Movement, Ancient Mystical Organization of Rosi Crucian.
Siapa Van Der Veur ? Meski tidak ditulis secara eksplisit, ada kesan dia merupakan bagian dari organisasi ini meski tidak jelas sejauh mana. Dia merupakan keturunan Belanda di Indonesia, yang lalu menjadi profesor di Ohio University setelah menyelesaikan master di University of Minnesota dan doktor di Cornell University. Dia meninggal 20 Januari 2011. Dia juga pernah ikut bertempur melawan pendudukan Jepang.
Meski demikian buku ini tetap membantu pemahaman kita terhadap eksistensi Freemason sejak ratusan tahun lalu. Kita bisa menyimpulkan dengan menyimpan rahasia di level tertinggi anggota, mereka juga berhasil merekrut tokoh masyarakat yang belum tentu menyadari agenda sebenar-nya misalnya seperti pembangunan Kuil Solomon. Secara isi, buku ini juga memiliki keunikan sendiri, karena sedikit-nya materi yang ada, sehingga nyaris disamai dengan jumlah halaman catatan tambahan dari penerjemah.
Jangan kaget kalau Freemansory ternyata sudah ada di Indonesia sejak lama bahkan sampai tahun 1940, kuil2 nya atau biasa disebut Loji/Lodge ada lebih dari satu cabang di Batavia saja, lalu Semarang, Surbaya, Pondok Gedeh, Yogyakarta, Surakarta, Probolinggo, Buitenzorg (Bogor), Magelang, Bandung, Salatiga, Tegal, Malang, Blitar, Kediri, Jember, Purwokerto, Sukabumi. Bukan cuma Jawa, Freemansory juga merambah Sumatera dengan Loji/Lodge di kota2 seperti Padang, Kota Radja (Kutaraja ?), Makassar, Medan dan Palembang.
Antara 1922 dan 1940, ada sekitar 40 anggota yang direkrut dari suku Jawa dan sekitar 15 keturunan Tionghoa, yang semuanya merupakan orang2 kelas atas serta penentu kebijakan. Unik-nya buku ini juga dilengkapi oleh daftar nama anggota Freemason dimasa itu. Gubernur Jawa Tengah, walikota Bandung, Batavia dan Semarang, lalu Bupati Magelang, Bodjonegoro adalah beberapa tokoh yang terindikasi merupakan anggota Freemason di masa itu.
Mengenai kenapa banyak merekrut suku Jawa, salah satu tokoh-nya yang juga bupati Semarang yaitu RM Poerbo Hadiningrat mengatakan "Kami orang Jawa menyukai upacara dan ritual" merujuk pada acara inisiasi yang dia ikuti.
Presiden Soekarno yang sempat berdiskusi dengan kelompok ini sepertinya masih terus curiga. Lalu pada diskusi satu jam di bulan Maret 1950 dengan petinggi Freemansory Indonesia, beliau mengajukan berbagai pertanyaan. Pertanyaan tersebut antara lain soal kaitan dengan atheisme, panteisme, freethinker, keanggotaan terbatas, asal nama freemason, julukan "rumah setan" yang diberikan masyarakat dll.
Namun baru di Februari 1961, Presiden Soekarno menanda tangani undang2 Komando Militer Tertinggi yang melarang organisasi ini. Dengan alasan "Dasar dan sumber yang berasal dari luar Indonesia dan tidak selaras dengan kepribadian nasional" sekaligus mengakhiri dua abad Freemason di Indonesia.
Mungkin juga tidak banyak yang tahu bahwa Raffles, Raden Saleh adalah sedikit dari tokoh2 yang diduga merupakan anggota serikat rahasia ini di Indonesia dan sekitar-nya. Sayang-nya tak ada informasi mengenai gerak gerik organisasi ini sejak Gus Dur kembali mengizinkan mereka beraktivitas pr bulan Mei 2000, sekaligus mengakhiri pelarangan Presiden Soekarno pada organisasi2 lain-nya seperti Liga Demokrasi, Rotary Club, Divine Life Society, Vrijmetselaren Loge, Moral Rearmament Movement, Ancient Mystical Organization of Rosi Crucian.
Siapa Van Der Veur ? Meski tidak ditulis secara eksplisit, ada kesan dia merupakan bagian dari organisasi ini meski tidak jelas sejauh mana. Dia merupakan keturunan Belanda di Indonesia, yang lalu menjadi profesor di Ohio University setelah menyelesaikan master di University of Minnesota dan doktor di Cornell University. Dia meninggal 20 Januari 2011. Dia juga pernah ikut bertempur melawan pendudukan Jepang.
Meski demikian buku ini tetap membantu pemahaman kita terhadap eksistensi Freemason sejak ratusan tahun lalu. Kita bisa menyimpulkan dengan menyimpan rahasia di level tertinggi anggota, mereka juga berhasil merekrut tokoh masyarakat yang belum tentu menyadari agenda sebenar-nya misalnya seperti pembangunan Kuil Solomon. Secara isi, buku ini juga memiliki keunikan sendiri, karena sedikit-nya materi yang ada, sehingga nyaris disamai dengan jumlah halaman catatan tambahan dari penerjemah.
No comments:
Post a Comment