Sebagai seorang blogger lulusan antropologi UGM, Suluh Pratitasari memiliki kecermatan dalam menulis budaya lokal. Tak aneh dia sempat kecewa saat ke Kalimantan dan berharap memotret budaya setempat, ehh ternyata lokasi yang dikunjungi ternyata lokasi transmigran asal Jawa. Menurut-nya, beberapa daerah memang akhirnya kehilangan budaya lokal dengan adanya kebijakan ini, mungkin bisa dianalogikan dengan budaya Aborigin di Australia dan Indian di Amerika. Alhasil Tita banyak menemui orang sesuku-nya saat bertualang di dalam negeri.
Tita (kita sebut demikian agar singkat), yang memiliki blog dengan link http://matatita.com ini juga memiliki selera humor dan kemampuan menulis yang mengalir, membuat kita kadang2 tertawa dan tidak terasa letih membaca buku tipis yang padat dengan informasi perjalanan. Seperti saat Tita menyimpulkan jangan takut sulit menemukan tempat makan, khususnya untuk wisata lokal, sebab nyaris disemua tempat termasuk Papua, Tita menemukan RM Padang sambil mengutip Neil Amstrong menemukan RM Padang saat menginjakkan kaki di bulan.
Sayang-nya buku ini memiliki sangat sedikit foto, dan hitam putih pula, namun foto paling berkesan bagi saya, adalah foto "nakal" Tita yang meleletkan lidah diapit dua pria Papua sambil memegang ujung koteka kedua pria tsb.
Tita sudah mengunjungi banyak tempat di dunia, meski belum pernah mendaki gunung sama sekali, karena dia bukan tipe pencinta alam, namun lebih ke peminat budaya, Seperti yang diakui Tita, diving memang menarik, sayang ikan tidak bisa diajak ngobrol. Nepal, Edinburg, Asmat, Kamboja, Ubud, Thailand, Maluku, Lombok sampai pedalaman Kalimantan untuk memotret kehidupan Dayak adalah beberapa lokasi yang pernah disinggahi Tita.
Untuk buku panduan Tita juga membahas beberapa buku seperti Lonely Planet dimana Tita mengakui dia sorang pengagum Tony Wheeler, dan juga buku terbitan Periplus khususnya yang ditulis Kal Muller antropolog Hungaria. meski Periplus jarang memberikan informasi bagaimana mencapai suatu tujuan namun lebih ke informasi lokasi menarik dan budaya. Selain kedua buku itu, dibahas juga sedikit mengenai buku lain seperti Rough Guides, Insight, dll.
Tidak banyak kesalahan dalam buku ini seperti nama upacara yang Tita sendiri lupa saat di Bali, atau ketika menyebut perseneling, Tita malah menyebut kopling di halaman 200, saat duduk disamping Supir. Dimana bagian depan dijejali empat penumpang sementara tangan supir yang hitam bereringat memainkan tongkat perseneling diantara kedua paha Tita dan membuat Tita sejak saat itu tak lagi mau duduk di depan.
Dia akhir artikel, Tita memberikan kesimpulan tips dan tricks, maklum Tita memiliki pengalaman, hotel yang sudah dibooking ternyata disewakan ke pihak lain, ketinggalan kereta, pisah dengan rombongan, kecopetan, dijebak konspirasi angkot setempat pedagang dengan modus keliling2 untuk membeli permata, dll.
Tita (kita sebut demikian agar singkat), yang memiliki blog dengan link http://matatita.com ini juga memiliki selera humor dan kemampuan menulis yang mengalir, membuat kita kadang2 tertawa dan tidak terasa letih membaca buku tipis yang padat dengan informasi perjalanan. Seperti saat Tita menyimpulkan jangan takut sulit menemukan tempat makan, khususnya untuk wisata lokal, sebab nyaris disemua tempat termasuk Papua, Tita menemukan RM Padang sambil mengutip Neil Amstrong menemukan RM Padang saat menginjakkan kaki di bulan.
Sayang-nya buku ini memiliki sangat sedikit foto, dan hitam putih pula, namun foto paling berkesan bagi saya, adalah foto "nakal" Tita yang meleletkan lidah diapit dua pria Papua sambil memegang ujung koteka kedua pria tsb.
Tita sudah mengunjungi banyak tempat di dunia, meski belum pernah mendaki gunung sama sekali, karena dia bukan tipe pencinta alam, namun lebih ke peminat budaya, Seperti yang diakui Tita, diving memang menarik, sayang ikan tidak bisa diajak ngobrol. Nepal, Edinburg, Asmat, Kamboja, Ubud, Thailand, Maluku, Lombok sampai pedalaman Kalimantan untuk memotret kehidupan Dayak adalah beberapa lokasi yang pernah disinggahi Tita.
Untuk buku panduan Tita juga membahas beberapa buku seperti Lonely Planet dimana Tita mengakui dia sorang pengagum Tony Wheeler, dan juga buku terbitan Periplus khususnya yang ditulis Kal Muller antropolog Hungaria. meski Periplus jarang memberikan informasi bagaimana mencapai suatu tujuan namun lebih ke informasi lokasi menarik dan budaya. Selain kedua buku itu, dibahas juga sedikit mengenai buku lain seperti Rough Guides, Insight, dll.
Tidak banyak kesalahan dalam buku ini seperti nama upacara yang Tita sendiri lupa saat di Bali, atau ketika menyebut perseneling, Tita malah menyebut kopling di halaman 200, saat duduk disamping Supir. Dimana bagian depan dijejali empat penumpang sementara tangan supir yang hitam bereringat memainkan tongkat perseneling diantara kedua paha Tita dan membuat Tita sejak saat itu tak lagi mau duduk di depan.
Dia akhir artikel, Tita memberikan kesimpulan tips dan tricks, maklum Tita memiliki pengalaman, hotel yang sudah dibooking ternyata disewakan ke pihak lain, ketinggalan kereta, pisah dengan rombongan, kecopetan, dijebak konspirasi angkot setempat pedagang dengan modus keliling2 untuk membeli permata, dll.
No comments:
Post a Comment