Sepertinya momen munculnya film ini terlalu jauh dengan film pertama (Laskar Pelangi 2008), sehingga pemeran Ikal, Lintang, Arai saat remaja terlihat jauh lebih tua dalam film ini. Selain itu pemilihan Lukman Sardi sebagai Ikal dewasa yang sepertinya didasari ada kemiripan dengan Ikal remaja, namun bagi saya justru menjadi blunder karena Lukman terlihat jauh lebih tua dibanding usia tokoh Ikal yang sebenarnya.
Film yang sepertinya menggabungkan Sang Pemimpi dengan Edensor ini juga seakan akan tidak memiliki klimaks, dan terasa agak membosankan. Untung saja ada sedikit konflik antara Arai (yang diperankan Abimana Aryasatya) dan Ikal, sehingga setidaknya dapat memberi warna dalam film ini. Abimana bermain sangat baik dalam film ini, meski nyaris tidak ada kemiripan dengan wajah Arai remaja. Namun patut dipuji untuk keputusan yang sangat baik terkait penggantian aktor pemeran Arai menjelang dewasa (yang akhirnya tersangkut kasus video tak senonoh) dengan Abimana Aryasatya, sehingga menolong image pendidikan dan Mizan dalam film ini.
Adegan awal juga secara setting bisa dikatakan mengecewakan, sangat terasa suasana studio yang jauh dari natural, saat Ikal dan Arai diusir dari sebuah penginapan milik Simon Van Der Wall. Tak jelas kenapa dipilih adegan pembuka yang tidak natural ini. Begitu juga dengan kematian Weh yang lebih terlihat sebagai boneka saat terayun ayun di tiang kapal. Tak juga terlihat megahnya Sorbonne, yang menjadi obesi Ikal sejak dulu, melainkan cuma setting ruang kelas yang terasa sangat biasa. Aura Sorbonne yang melahirkan Montesquieu, Voltaire, Pascal, Pasteur, Descartes, Derrida dan Beaudelaire terasa lenyap. Uniknya makam Jim Douglas Morisson, vokalis The Doors justru mendapatkan porsi lebih dari cukup.
Juga tak terlihat upaya team kreatif membuat Ikal terlihat lebih muda, misalnya dengan rambut yang lebih lebat dan ikal, rambut Lukman Sardi justru sering sekali terlihat tipis dan jauh dari ikal. Tim kreatif juga sepertinya melakukan blunder dengan eksperimen Arai yang terlihat lebih mirip dengan eksperimen kimia dibanding biologi dalam tempat tinggal mereka.
Namun beberapa adegan saat tokoh Ayah (Mathias Mucus) dan Ikal sedang memancing, menampilkan pemandangan yang indah, begitu juga saat Ayah dan Ikal menaiki sepeda melewati pasir2 dengan batu-batu besar yang menjadi ciri khas di Belitung. Juga adegan kejar-kejaran antara Ikal dan Aling (diperankan oleh Syalvinne Chang) di Paris juga cukup menarik meski masih kurang dramatis.
Film ini juga menjadi serba tanggung, untuk konsumsi anak terasa tidak pas, namun untuk konsumsi dewasa, hanya cocok bagi yang sudah menonton film pertama-nya agar ada kesinambungan. Namun untuk anda yang memang sudah membaca tetralogi karya Andrea Hirata ini, hal ini tak terlalu menjadi masalah. Selain kualitas film, OST Laskar Pelangi 2 Edensor juga terasa kalah kelas, sepertinya justru blunder memunculkan Coboy Junior sebagai pengganti Nidji, Netral, dll yang sangat sukses di Laskar Pelangi 1. Tokoh papan atas yang bertaburan di Laskar Pelangi 1, juga berkurang drastis di Laskar Pelangi 2. Untung masih ada suara asli Rhoma Irama, sehingga masih terkesan adanya upaya yang cukup serius dari team kreatif.
Adegan di akhir cerita, cukup menarik saat menampilkan Andrea Hirata seakan akan selesai bercerita bagi semua penonton, dengan langsung menampilkan suasana Belitung dan rumah Andrea saat ini. Bagi Mizan merupakan sebuah keberanian menggusur team Mira Lesmana - Riri Riza (Miles Production) dengan Putut Wijanarko - Benni Setiawan (Falcon Pictures) meski bagi saya terasa kurang sukses.
Film yang sepertinya menggabungkan Sang Pemimpi dengan Edensor ini juga seakan akan tidak memiliki klimaks, dan terasa agak membosankan. Untung saja ada sedikit konflik antara Arai (yang diperankan Abimana Aryasatya) dan Ikal, sehingga setidaknya dapat memberi warna dalam film ini. Abimana bermain sangat baik dalam film ini, meski nyaris tidak ada kemiripan dengan wajah Arai remaja. Namun patut dipuji untuk keputusan yang sangat baik terkait penggantian aktor pemeran Arai menjelang dewasa (yang akhirnya tersangkut kasus video tak senonoh) dengan Abimana Aryasatya, sehingga menolong image pendidikan dan Mizan dalam film ini.
Adegan awal juga secara setting bisa dikatakan mengecewakan, sangat terasa suasana studio yang jauh dari natural, saat Ikal dan Arai diusir dari sebuah penginapan milik Simon Van Der Wall. Tak jelas kenapa dipilih adegan pembuka yang tidak natural ini. Begitu juga dengan kematian Weh yang lebih terlihat sebagai boneka saat terayun ayun di tiang kapal. Tak juga terlihat megahnya Sorbonne, yang menjadi obesi Ikal sejak dulu, melainkan cuma setting ruang kelas yang terasa sangat biasa. Aura Sorbonne yang melahirkan Montesquieu, Voltaire, Pascal, Pasteur, Descartes, Derrida dan Beaudelaire terasa lenyap. Uniknya makam Jim Douglas Morisson, vokalis The Doors justru mendapatkan porsi lebih dari cukup.
Juga tak terlihat upaya team kreatif membuat Ikal terlihat lebih muda, misalnya dengan rambut yang lebih lebat dan ikal, rambut Lukman Sardi justru sering sekali terlihat tipis dan jauh dari ikal. Tim kreatif juga sepertinya melakukan blunder dengan eksperimen Arai yang terlihat lebih mirip dengan eksperimen kimia dibanding biologi dalam tempat tinggal mereka.
Namun beberapa adegan saat tokoh Ayah (Mathias Mucus) dan Ikal sedang memancing, menampilkan pemandangan yang indah, begitu juga saat Ayah dan Ikal menaiki sepeda melewati pasir2 dengan batu-batu besar yang menjadi ciri khas di Belitung. Juga adegan kejar-kejaran antara Ikal dan Aling (diperankan oleh Syalvinne Chang) di Paris juga cukup menarik meski masih kurang dramatis.
Film ini juga menjadi serba tanggung, untuk konsumsi anak terasa tidak pas, namun untuk konsumsi dewasa, hanya cocok bagi yang sudah menonton film pertama-nya agar ada kesinambungan. Namun untuk anda yang memang sudah membaca tetralogi karya Andrea Hirata ini, hal ini tak terlalu menjadi masalah. Selain kualitas film, OST Laskar Pelangi 2 Edensor juga terasa kalah kelas, sepertinya justru blunder memunculkan Coboy Junior sebagai pengganti Nidji, Netral, dll yang sangat sukses di Laskar Pelangi 1. Tokoh papan atas yang bertaburan di Laskar Pelangi 1, juga berkurang drastis di Laskar Pelangi 2. Untung masih ada suara asli Rhoma Irama, sehingga masih terkesan adanya upaya yang cukup serius dari team kreatif.
Adegan di akhir cerita, cukup menarik saat menampilkan Andrea Hirata seakan akan selesai bercerita bagi semua penonton, dengan langsung menampilkan suasana Belitung dan rumah Andrea saat ini. Bagi Mizan merupakan sebuah keberanian menggusur team Mira Lesmana - Riri Riza (Miles Production) dengan Putut Wijanarko - Benni Setiawan (Falcon Pictures) meski bagi saya terasa kurang sukses.
No comments:
Post a Comment