VW Variant 1968
Awalnya ini adalah punya almarhum Uwa
alias abang ayah yang juga seorang purnawirawan ABRI dan mobil ini merupakan
bawaan beliau dari USA setelah kembali
dari misi ke Congo. Setelah Uwa
meninggal, Ayah membeli mobil ini dari istri Uwa. Ayah juga lah yang pertama
kali berhasrat bisa mengendarai mobil ini, namun suatu hari setelah beberapa
hari berlatih, beliau mengajak saya ikut, dan pulangnya sudah langsung saya
kendarai ke rumah, menelusuri jalan ke arah Awiligar yang sempit dan curam.
Saat itu saya berlatih di tol Pasteur yang masih baru dibuat, seingat saya
sekitar tahun 1991.
Sehari hari saya service di Padasuka
motor, bengkel khusus VW. Kalau
tidak salah nama montirnya Pak Aja. Ketika utak atik sendiri, suatu waktu
karburatornya bocor, tidak berhasil menyelesaikannya sendiri, saya bawa ke
Padasuka Motor, dan dengan tenang Pak Aja membuat motif packing karburator
menggunakan kertas kardus bekas sepatu, lalu digunting dan Jrenggg ! VW Variant kesayangan kembali meluncur di
jalan.
Saat itu khusus mobil Eropa, packing tidak
bisa dibeli secara satuan, melainkan harus satu set. Jadi kotak sepatu ini serta keahlian Pak Aja, menyelamatkan isi dompet
saya di bulan itu. Saya juga berburu spion, logo depan, emblem belakang, lalu
melengkapi asesoris lain, seperti radio tape, melapis seluruh jok, dll. Karena sayangnya pada mobil ini, saya rela jalan kaki kemana-mana meski hujan deras
asalkan VW kesayangan mengkilap. Namun akhirnya karena istri kurang nyaman,
Si Putih dijual 10.000.000 tahun 1995 ke abang saya, dan beberapa tahun
kemudian dijual oleh abang saya 30.000.000 ke seorang kolektor mobil antik.
Mobil ini saya bangun kembali dengan gaya
orisinal, mungkin itu sebabnya beberapa kali orang meminta saya berhenti dan
bertanya berapa harganya. Namun saat itu saya belum mau menjualnya. Beberapa pengalaman saya, pernah saat hujan deras seorang Enci, mengetok kaca jendela minta dijual, atau saat menambal ban, seorang pria bermobil mewah berhenti dan minta agar dijual.
Pengalaman menarik selain ditawar orang ketika sedang dipakai, adalah menyundul pelan jip di lampu merah, karena salah memperkirakan jarak. Namun yang lebih parah saat menyundul becak di jalur tengah Jalan Pahlawan kala hujan lebat, meski Tukang Becak sempat terlempar mendahului becaknya dan ban belakang becak terlipat, namun syukur tidak ada korban jiwa. Lalu komponen transimisi patah, karena saya sempat parkir di jalan curam hanya dengan mengunci gigi di posisi satu.
Pengalaman menarik selain ditawar orang ketika sedang dipakai, adalah menyundul pelan jip di lampu merah, karena salah memperkirakan jarak. Namun yang lebih parah saat menyundul becak di jalur tengah Jalan Pahlawan kala hujan lebat, meski Tukang Becak sempat terlempar mendahului becaknya dan ban belakang becak terlipat, namun syukur tidak ada korban jiwa. Lalu komponen transimisi patah, karena saya sempat parkir di jalan curam hanya dengan mengunci gigi di posisi satu.
VW Golf 1978
Ketika merasa sudah perlu dua mobil, saya
memutuskan untuk mencari mobil antik saja, sehingga saya dan istri dapat tetap
menjalankan aktifitas dengan kendaraan masing-masing. Saya memilih VW Golf,
setelah berburu berminggu-minggu akhirnya dapatlah sebuah VW Golf berwarna
hijau yang sudah bertahun-tahun tidak digunakan.
Akhirnya saya boyong pulang Si Golf ini,
harus diakui bentuknya masih manis dan baunya khas mobil-mobil Eropa. Untuk
servis saya menggunakan jasa bengkel VW kakak beradik di terusan Buah Batu..
Namun suatu hari, moil ini mogok setelah terdengar suara krek di bagian
transmisi, setelah bengkel VW kakak beradik menarik mobil ke bengkel, akhirnya bisa
kembali jalan.
Suatu hari, saat melihat ke bagian bawah di
tengah diantara dua kursi depan, saya melihat dudukan transmisinya sudah berkarat, hemm
karena duit terbatas sepertinya lebih baik Si Golf dilepas pada pemilik yang lebih mampu dibanding saya.
Setelah memasang iklan beberapa kali akhirnya seorang pemuda yang ternyata
putra seorang pelukis ternama di Bandung tertarik. Sayangnya sebelum mengantar
Si Golf inisiatif saya mencuci Si Golf pagi-pagi berbuah sial, karena relaynya basah dan
akhirnya membuat kipas cadangan gagal berputar, alhasil mobil sampai dalam
keadaan panas, dan nyaris menggagalkan transaksi.
Pengalaman lain adalah saat mogok di terusan buah batu, ternyata salah satu komponen transimisi ada yang patah. Mesin tidak dapat menyalurkan tenaga ke roda, untung ada sepasang kakak adik pemilik bengkel VW di daerah tersebut, mobil akhirnya ditarik dan di servis di bengkel mereka.
Pengalaman lain adalah saat mogok di terusan buah batu, ternyata salah satu komponen transimisi ada yang patah. Mesin tidak dapat menyalurkan tenaga ke roda, untung ada sepasang kakak adik pemilik bengkel VW di daerah tersebut, mobil akhirnya ditarik dan di servis di bengkel mereka.
VW Beetle 1967
Sejarah awalnya mirip dengan Si Golf,
mobil ini saya beli di daerah kompleks perumahan dosen di Dago atas. Sayangnya
dimodifikasi habis dengan suspensi keras luar biasa, lalu demikian juga dengan
over fendernya dibuat lebih lebar, sehingga saat melintasi polisi tidur
berulang kali terkena ban. Perlahan-lahan saya kembalikan mobil ini ke model orisinilnya, termasuk memotong over fender, lalu mengganti shock breaker depan.
Catnya sangat bagus, menggunakan Sikkens
oranye, dengan velg keren, sayang suatu saat istri rebutan jalan dengan angkot
di daerah Pasar Kordon, si angkot yang memiliki bemper besi tambahan menyeret over
fender ban kiri sampai penyok terlipat. Meski memberikan KTP-nya namun si supir, yang bernama Suhaya akhirnya kabur dari kewajibannya.
Silahkan lanjut ke artikel berikutnya http://hipohan.blogspot.co.id/2015/10/kenangan-soal-mobil-part-4-dari-8-toyota.html
No comments:
Post a Comment