Toyota Kijang
SX 1996
Setelah menggunakan Suzuki Futura untuk
beberapa lama, kini saatnya membeli Toyota Kijang 1800, idaman keluarga
Indonesia. Pertama kali melihat di iklan sekitar tahun 1994, rasanya ingin sekali memiliki Kijang, namun
baru kesampaian beli bekasnya tahun 2000. Dalam iklan yang belakangan diprotes tersebut digambarkan sebuah Kijang diisi penuh dengan keluarga namun tanpa dinding mobil, alias mirip dengan truk-truk telanjang yang sering kita lihat di Tol Cikampek dengan supir berhelm.
Namun ada kisah aneh saat mobil ini dibeli
di salah satu showroom bersuasana gelap di bilangan jalan Buah Batu. Saat saya melihat odometernya masih puluhan ribu, dan interior
dalam keadaan mulus. Sesampainya di rumah ternyata odometer sudah 200.000
sekian dan dashboard pecah. Saya yang biasanya teliti seakan-akan kehilangan
ketelitian saya selama ini, sampai saat ini saya merasa ada faktor lain yang
membuat saya “tertipu”.
Toyota
Kijang SGX 1994
Tak lama menggunakan Kijang SX, setiap
kali lewat dijalan saya malah mulai tertarik dengan SGX, tampilan dengan
dashboard yang lebih lengkap fiturnya, velg yang lebih gagah, fitur2 lain
seperti power windows, footstep aluminium serta tentu saja over fender hitamnya yang memikat
membuat saya memutuskan membeli Kijang SGX. Kali ini saya peroleh dari pemilik showroom
keturunan Arab di bilangan Karawitan.
Meski justru lebih tua dua tahun akhirnya
cita-cita memiliki Kijang 1800 SGX tercapai juga , meski lagi-lagi tertipu
karena terlihat kalau mobil ini pernah tabrakan frontal yang cukup parah.
Seingat saya saat membeli hujan memang turun dengan derasnya, moral of storynya
jangan pernah memutuskan membeli sesuatu dengan terburu-buru, pikirkanlah dengan
matang dan tetap cermat. Tak apa sedikit terlambat ambil keputusan namun tiada penyesalan di belakang hari.
Toyota Avanza G 2004
Setelah bertahun tahun selalu membeli used
car, mobil inilah untuk pertama kali menjadi mobil pertama yang saya beli dari
baru, memang beda rasanya bisa memilih warna mobil yang biasanya sulit kita
lakukan dengan used car. Yang membuat
saya kagum dengan mobil ini adalah kaki-kakinya yang kuat, mesin bandel, dan
harga jual kembali tinggi, bayangkan saya beli dengan Rp. 110 juta di tahun
2004, dan dijual kembali dengan Rp. 105 juta di tahun 2009. Namun harga
sebenarnya adalah Rp 100 juta, karena indent enam bulan, saya memutuskan untuk
menambah dana Rp 10 Juta, agar bisa langsung dapat kurang dari seminggu. Sayang
meski tadinya ingin warna hijau, akhirnya karena butuh cepat, saya memutuskan setuju dengan warna
biru.
Mobil ini kami beli di Tunas Toyota, bilangan Jalan Gatot Subroto, tadinya saya pikir ini merupakan group yang sama dengan Astra, ternyata Tunas merupakan Partner Reseller, itu sebabnya layanan servicenya tidak menggunakan jaringan Auto2000, dan salesnya membuka kemungkinan untuk membeli secara "nakal" alias tanpa indent dengan memanfaatkan pemodal yang mau membeli duluan.
Mobil ini kami beli di Tunas Toyota, bilangan Jalan Gatot Subroto, tadinya saya pikir ini merupakan group yang sama dengan Astra, ternyata Tunas merupakan Partner Reseller, itu sebabnya layanan servicenya tidak menggunakan jaringan Auto2000, dan salesnya membuka kemungkinan untuk membeli secara "nakal" alias tanpa indent dengan memanfaatkan pemodal yang mau membeli duluan.
Salah satu pengalaman unik dengan mobil
ini adalah, saya termasuk pemakai pertama Avanza, dan langsung diboyong ke
Denpasar, menempuh perjalanan yang berkesan hingga kini. Mobil ini saat itu
banyak memancing perhatian karena memang masih sangat sedikit ditemui di
jalanan, apalagi warnyanya yang memang tidak umum alias biru, sementara saat
itu warna mobil yang paling umum adalah hitam dan silver.
Silahkan lanjut ke artikel berikutnya http://hipohan.blogspot.co.id/2015/10/kenangan-soal-mobil-part-5-dari-8.html
Silahkan lanjut ke artikel berikutnya http://hipohan.blogspot.co.id/2015/10/kenangan-soal-mobil-part-5-dari-8.html
No comments:
Post a Comment