Mitsubishi
Kuda Super Exceed 2000
Saat ingin membeli Daihatsu Taruna, saya
dan istri penasaran dengan sebuah Mitsubishi yang baru berusia dua tahun, berwarna
ungu dengan over fender silver. Saat masuk setelah test drive dengan Taruna, dan dibandingkan, saya lebih kagum lagi dengan interior Kuda yang jauh lebih mewah, fitur yang
lebih lengkap, sound system yang jernih dan sangat kedap. Maklum ini merupakan varian tertinggi dari
keluarga Mitsubishi Kuda generasi satu. Kira2 setara dengan Kijang Krista,
melihat harganya yang beda tipis, saya memutuskan untuk langsung memboyong Si
Kuda kerumah.
Selama tiga tahun Si Kuda menjadi mobil
andalan yang menyenangkan bagi saya sekeluarga. Namun di masa itu saya lebih suka
menggunakan Kereta Api, jadi dua tahun pertama istri yang lebih banyak pakai.
Di tahun ketiga gantian istri menggunakan Toyota Avanza dan saya yang memakai
Si Kuda. Dengan mobil ini saya pernah nyaris tewas di tabrak truk, untung di
detik2 terakhir saya masih sempat banting setir ke kiri, dan hanya bagian belakang kanan serta lampu rem yang mengalami
kerusakan bahkan sampai copot dan tergantung. Setelah diperbaiki di bengkel langganan Si
Kuda kembali mulus.
Harus diakui, ini merupakan salah satu
mobil kesayangan, dan tak aneh ketika akhirnya dijual Si Bungsu menangis sedih. Beberapa bulan setelahnya,
sempat saya bertemu kembali di jalan dan
Si Bungsu kembali berkaca-kaca melihatnya.
Sempat akan saya jual pada seorang teman
yang tinggal di Bogor, lalu saya pinjamkan untuk dibawa semalam ke Bogor, sayangnya
istri teman salah set terhadap instrumen AC, sehingga disetel dengan mode
sirkulasi udara luar saat hujan lebat, dengan cepat air membanjiri belakang
dashboard dan tergenang di sepertiga bagian depan lantai mobil. Keesokan
harinya ybs mengembalikan mobil dengan air yang masih menetes2 dari dashboard
dan urung membelinya.
Mitsubishi
Kuda Grandia 2003
Puas dengan Si
Kuda, kembali saya membeli Kuda generasi dua, kali ini tetap varian tertinggi
alias Kuda Grandia. Mobil ini saya dapatkan dari penjual di bilangan Cimahi,
kondisinya benar-benar mulus meski sudah berusia dua tahun, dan nyaris seperti
baru. Setelah tiga tahun berbarengan dengan pembelian SX4 Sedan, Si Kuda kedua
ini akhirnya saya lepas di Mobil 88.
Seorang teman kantor yang suka meledek Kuda dengan julukan satu-satunya mobil yang memiliki fasilitas tempat wudhu alias washtafel di dashboardnya, malah akhirnya ikut membeli juga setelah test drive keliling halaman kantor customer perusahaan kami, di DirJen Bea dan Cukai saat itu.
Mitsubishi
Pajero Sport Exceed 2012
Akhir tahun 2012,
saya tertarik dengan Pajero, setelah melepas Daihatsu Terios, akhirnya istri
setuju dengan syarat, istri yang memilih warnanya. Demi memiliki Pajero saya
mengalah memilih warna merah, dan nyaris empat tahun, lagi-lagi ini salah satu
mobil terbaik yang pernah saya miliki. Memakai Pajero, karena posturnya yang
bongsor dan tinggi sangat membuat kita percaya diri di jalanan. Jarak pandang
relatif bebas, dan sangat menyenangkan mendengar turbonya aktif mendesing,
meski yang saya beli adalah Exceed dan tidak menggunakan VGT, tetap saja desingan
kipasnya sedap terdengar.
Pajero juga terkenal hemat, meski 2500 cc, dalam kondisi normal dengan gaya eco drive, mobil ini bisa menempuh 1 liter untuk 15 km. Bagi pemakai diesel pertama kali pasti merasa mobil ini terkesan tidak responsif, memang perlu waktu untuk mengaktifkan turbo, saat kita membutuhkan respon cepat. Namun soal torsi, seperti saat mendaki di Cangar sekitar Pujon, mesin ini bolehlah, dan jangan lupa untuk daerah pertambangan dengan kondisi jalan off road, ini adalah satu pilihan terbaik.
Si Bungsu merasa ini adalah mobil yang menjawab kerinduan dia pada Si Kuda yang dulu sempat sangat dia sukai. Posisi duduk di baris kedua dan pertama relatif enak, meski baris ketiga masih terasa sempit.
Pajero juga terkenal hemat, meski 2500 cc, dalam kondisi normal dengan gaya eco drive, mobil ini bisa menempuh 1 liter untuk 15 km. Bagi pemakai diesel pertama kali pasti merasa mobil ini terkesan tidak responsif, memang perlu waktu untuk mengaktifkan turbo, saat kita membutuhkan respon cepat. Namun soal torsi, seperti saat mendaki di Cangar sekitar Pujon, mesin ini bolehlah, dan jangan lupa untuk daerah pertambangan dengan kondisi jalan off road, ini adalah satu pilihan terbaik.
Si Bungsu merasa ini adalah mobil yang menjawab kerinduan dia pada Si Kuda yang dulu sempat sangat dia sukai. Posisi duduk di baris kedua dan pertama relatif enak, meski baris ketiga masih terasa sempit.
Silahkan lanjut ke artikel berikutnya http://hipohan.blogspot.co.id/2015/10/kenangan-soal-mobil-part-6-dari-8.html
No comments:
Post a Comment