Remember Red,
hope is a good thing,
maybe the best
of things,
and no good thing ever dies.
Andy Dufresne (letter to Ellis “Red” Redding)
Sebagian orang
mungkin langsung berpikir 1994 ? film tua ? jangan salah, film bagus tetaplah
film bagus tak perduli kapan dia dibuat. Tidak percaya ? lihat saja Sound of Music,
meski dibuat tahun 1965, film ini terus menerus membuat orang-orang kagum,
mulai dari kamera panorama yang digunakan, pemeran yang pas, cerita yang bagus
dan theme song/sound track yang indah.
Lama tak bertemu sahabat
ex teman sekantor saat di Metrodata beberapa tahun lalu, kami berdua janjian bertemu
saling bercerita di salah satu restoran Manado di bilangan Jalan Panjang. Setelah
banyak diskusi soal band progressive kesukaan kami, yang saat ini masih menjadi
lokomotif progressive rock alias Dream Theater, ujung-ujungnya kami bicara mengenai
hobby masing2 dimana ybs ternyata mengoleksi 100 film terbaik versi IMDb. Salah
satu yang paling berkesan buat dia adalah The Shawshank Redemption (1994) karya
Frank Darabont, yang memang masuk dalam urutan 2 selama bertahuin-tahun
bersama-sama lima besar seperti Schindler’s list atau The Godfather yang meraih
posisi pertama.
Film ini
merupakan salah satu dari beberapa karya Steven King yang difilmkan selain
Misery, IT, The Mist, The Shining, Carrie, Stand by Me juga Pat Sematery. Karena
memang sudah pernah menonton IT dan Misery, saya jadi tertarik eksplorasi film
ini. Namun lama tak mendapatkan waktu yang pas untuk nonton bersama keluarga,
saya akhirnya memutuskan untuk eksplorasi sendiri.
Ceritanya berawal
pada tahun 1947, mengenai dari tokoh utama bernama Andy Dufresne yang
diperankan dengan sangat baik oleh Tim Robbins. Sosok bankir dituduh membunuh
istri dan selingkuhannya. Andy sendiri tak yakin apakah dia memang bersalah,
sepanjang yang dia ingat meski berniat, namun urung dilaksanakan. Sayangnya saat
itu dia mabuk, dan gagal membuktikan dia tidak bersalah serta harus menerima
keputusan untuk masuk ke penjara selama 20 tahun.
Saat melihat
wajah Tim Robbins di adegan awal, saya langsung teringat Jacob’s Ladder, salah
satu film Tim Robbins di tahun 1990 yang membuat saya terkesan. Jacob’s Ladder berkisah mengenai trauma
prajurit AS yang ditugaskan di Vietnam dalam rangka eksperimen zat kimia yang
mempengaruhi psikologi prajurit. Kembali ke The Shawshank Redemption, di dalam
penjara Andy mengalami berbagai perlakuan tak menyenangkan dari komunitas gay
yang dipimpin Bogs (Mark Rolston).
Namun pelan-pelan
Andy akhirnya diberi kepercayaan oleh Samuel Norton sang kepala penjara (yang
diperankan dengan baik sekali oleh Bob Gunton), berkat kemampuan Andy dalam
keuangan yang memungkinkan Samuel Norton menghindari pajak, dan mengeksploitasi
narapidana secara bisnis sehingga memberikan keuntungan pribadi. Samuel Norton
dan tangan kanannya Byron Hadley (yang diperankan oleh Clancy Brown). Buat saya
casting dengan memilih Bob Gunton dan Clancy Brown benar-benar pas, ekspresi
dingin ala perwira Nazi sangat pas menggambarkan suasana penjara yang ditangani
secara otoriter oleh Samuel Norton lengkap dengan penyiksaan dan bahkan
pembunuhan kalau diperlukan.
Penjara yang
settingnya mirip dengan film Shocker karya Wes Craven besutan 1989 (dengan
soundtrack group metal Megadeth) , kamar-kamar yang disusun bertingkat dengan
tangga besi di bagian tengah dan warna-warna buram inilah yang menjadi lokasi
sebagian besar adegan. Selain hal-hal diatas, salah satu yang membuat film ini
berkesan adalah persahabatan Andy dengan Brooks sang penjaga perpustakaan
penjara (narapidana tua yang diperankan oleh James Whitmore) serta tentu saja Ellis
Redding (Morgan Freeman).
Hingga ¾ film,
saya masih sedikit heran kenapa ranking IMDb film ini begitu tinggi dan
bertahan selama bertahun-tahun, sampai akhirnya muncul tokoh Tommy Williams
(Gil Bellows) yang mengungkap proses hukum yang tak adil bagi sosok Andy. Tentu
saya tidak bisa menceritakan adegan pamungkas dalam film ini, yang jelas
sebagaimana film legendaris One Flew Over the Cuckoo's Nest, kita memang harus
bersabar untuk menonton adegan puncaknya hingga akhir. Ada hal menarik dalam
film ini, yakni ekspose koleksi buku Brooks almarhum yakni The Count of Monte
Cristo karya Alexandre Dumas, saat renovasi perpustakaan. Saya kira ini sudah
merupakan pesan implisit yang menggambarkan akhir dari film ini. Akhir kata selamat menonton, dan jangan
terlalu berharap banyak soal akhir yang mengejutkan, meski tema utama film ini
adalah mengenai pentingnya harapan.
Artikel
menarik mengenai film ini dapat dilihat di link https://www.merdeka.com/ireporters/artis/6-hal-yang-tidak-anda-ketahui-tentang-shawshank-redemption.html
No comments:
Post a Comment