Pada hari ketiga setelah istirahat dari perjalanan yang melelahkan di Disneyland, kami menuju Peak Tram. Untuk menuju kesana kami menggunakan MTR dari Tsim Sha Tsui ke Admiralty. Perjalanan ini menyeberangi Victoria Harbour via terowongan bawah laut karena letak Admiralty adanya di Hongkong Island. Lalu jalan kaki dari Admiralty Station melewati jembatan penyeberangan menuju One Pacific Place, hemm baru nyadar gedung ini memiliki kembaran di Jakarta. Untuk tiket-nya kami membeli paket terusan sudah sekalian dengan Madame Tussaud dan Sky Terrace. Sayang-nya meski saat di Disneyland cuaca cerah, pada hari ini cuaca agak berkabut kami berjalan kaki menuju lokasi Peak Tram melewati Hongkong Park. Di gerbang tersedia minuman gratis dan tidak seperti di Disneyland kali ini airnya cukup segar.
Perjalanan melewati tangga2 terjal, dan taman ini lumayan cukup menghabiskan energi, Sebelum menyebrang jalan kami berhenti dulu untuk beli es krim sambil melihat kumpulan TKI sedang kumpul dan jualan berbagai penganan seperti pecel dll. Mereka berkumpul begitu saja di bawah jembatan, dan menggelar dagangan, unik juga.
Ruang tunggu untuk menaiki Peak Tram ini tanpa tempat duduk, dan di dinding-nya nampak berbagai peninggalan seperti seragam petugas zaman dulu, bentuk tiket dan alat untuk melubangi tiket, seragam petugas, log book dll. Para calon penumpang berdiri begitu saja menunggu saat masuk ke Peak Tram. Lantas kami pun siap masuk ke Peak Tram, jaraknya sih cuma 1,4 km, dan tingginya sekitar 400 meter menuju Victoria Peak dengan keterjalan sekitar 30 derajat namun cukup bikin punggung serasa menempel kuat di sandaran. Dibuka pertama kali di tahun 1888, lokasi tujuan menjanjikan pemandangan yang cukup spektakuler kearah Victoria Harbour, khususnya jika udara cerah.
Dalam perjalanan Tram sempat berhenti 2x cukup menegangkan karena curam-nya tanjakan ini, tak jelas kenapa berhenti , penumpang tetap tenang karena masinis sepertinya bereaksi biasa2 saja. Tak lama Tram kembali berjalan. Kalau masinis sengaja membuat panik, lokasi berhenti ini sepertinya cukup strategis dan akan jadi atraksi sekaligus kenangan manis bagi penumpang. Perjalanan menuju The Peak penumpang menghadap kedepan, namun perjalanan sebaliknya penumpang memunggungi arah tujuan.
Sampai di The Peak, kami segera menuju ke Sky Terrace melewati pusat perbelanjaan. Kemudian setelah menyerahkan tiket, kami melihat lihat Hongkong dari ketinggian, namun sayang kabut begitu tebal, nyaris tak terlihat apapun. Setelah konfirmasi agar tidak di charge saat kembali lagi dan dicap di bagian tangan, kami memutuskan untuk ke Madame Tussaud dulu. Di sini tak banyak yang bisa saya ceritakan, kecuali pose2 gila2an dengan tokoh dunia. Disini Hitler pun ada, begitu juga George Bush, sampai Picasso, bahkan khusus yang terakhir ini juga lengkap dengan lukisan kubisme-nya. Namun untuk menghargai tokoh2 Hongkong, artis2 Hongkong disini bisa mencapai paling tidak 40% dari seluruh tokoh. Dibagian depan ada Bruce Lee, kalau yang ini sih gak perlu bayar tiket, namun tokoh2 tertentu harus menggunakan studio foto Madame Tussaud seperti Jacky Chan atau Barrack Obama.
Dari Madame Tussaud kami kembali ke Sky Terrace, namun lagi2 kabut masih sangat tebal, sehingga kami makan dulu di Burger King (disini kami memesan Fish Burger plus kentang biar aman, karena BK diluar Indonesia setahu saya juga tidak terjamin halal haram-nya). Anak saya sempat mengutarakan keinginan untuk makan di Bubba Gump Shrimp Co, namun saya kuatir soal halal dan haram-nya, dia ingin karena ngefans dengan film Forest Gump yang memang sejarah-nya berhubungan dengan restoran ini. Karena kabut masih tetap tebal, maka kami menuju studio di lantai bawah-nya dan membuat foto2 Sky Terrace. Sayang foto ini hilang entah kemana, sepertinya nyelip atau mungkin terjatuh. Saat turun sesaat kabut menghilang, lalu saya balik sendirian sementara rombongan menunggu di The Peak Galleria, bangunan diseberang The Peak. Setelah puas meski masih berkabut, saya kembali turun dan kami kembali ke pusat kota dengan Bis yang terminalnya berlokasi di basement The Peak Galleria menuju Pacific Place. Perjalanan dengan Bis ini menyuguhkan pemandangan yang sangat indah. Meski Singapore terlihat lebih resik, saya rasa Hongkong lebih indah, karena kontur alam-nya yang berbukit bukit. Sayang supirnya menyupir dengan terburu buru, sehingga sulit merekam pemandangan ini dari kaca jendela.
Dari Pacific Place kami kembali ke stasiun Admiralty dan menuju Mong Kok alias lokasi Ladies Market. Pikir2 Inggris pinter juga memilih lokasi jajahan, dan terbukti sd sekarang Hongkong dan Singapore masih menjadi pusat perdagangan kelas dunia, meski secara geografi bisa dibilang kecil. Amerika dan Australia yang juga jajahan Inggris membuktikan bawah bangsa satu ini memang tidak tanggung2 dalam kolonialisme meski terbukti kini jajahan-nya bahkan lebih sukses di banding Inggris sendiri. Di dalam MTR saya anak2 dan ponakan main tebak2an, apa lokasi yang paling bloon di rute MTR Hongkong, jawaban-nya “Ngau Tau Kok”.
Harga tiket Peak Tram adalah sekitar 22 KHD, namun kalau tiket terusan sekalian dengan Sky Terrace dan Madame Tussaud, maka harga yang harus dibayar sekitar 190 HKD.
Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/05/inspirasi-dari-hongkong-shenzen-dan_7084.html
No comments:
Post a Comment