Di Macau, jalan kecil dinamakan Rua, namun jalan besar dengan dua jalur dinamakan Avenida. Setiap plang nama jalan biasanya menggunakan dua nama, yaitu nama Portugis dan nama China. Untuk aman-nya jika mencari alamat sebaiknya anda memiliki kedua versi nama ini dan sebaiknya tertulis, karena cara mereka mengeja cukup jauh berbeda dengan kebanyakan lidah Indonesia. Oh ya di Macau juga ada beca, meski jarang2 terlihat, pengendara-nya duduk di depan seperti beca di Sumatera Utara.
Pagi2 saya istri dan adik perempuan-nya segera mencari sarapan, kami berjalan kaki kembali ke Senado Square untuk membeli paket sarapan di pagi hari. Terus berjalan kaki mencoba melewati jalan yang berbeda kembali ke Hotel, eh saat istri berbicara agak keras, seorang wanita bertampang Indonesia menghampiri kami sambil bertanya mau cari apa, setelah kami jelaskan dia mengajak kami ke Rua Dos Mercadores dekat dari Senado Square. Haaaaah ternyata disana ada warung Indonesia bernama Warung Barokha, mulai dari Teh Kotak, Beras Kencur, Kiranti, Indomie, bahkan sampai jajanan seperti Bakwan, Lumpia, Tempe Goreng, Nasi, Ikan Balado, Semur Ati Ampela tersedia disana, ternyata wanita pemiliknya orang Indonesia yang menikah dengan orang Pakistan, sayang seribu sayang kami sudah keburu beli sarapan di McDonald. Si Sulung yang sudah terbayang2 masakan Indonesia hanya bisa menelan air liur membayangkan Nasi Ikan Goreng Sambal Balado ketika saya cerita. Saya yang tergoda tak urung menyantap sepotong tempe goreng tepung dan lumpia, wuihhh rasanya saya tidak sanggup meninggalkan Indonesia lama2.
Istri yang senang sekali diajak ke warung ini ngobrol ngalor ngidul dengan si wanita yang mengantar kami tadi. Ternyata dia berasal dari Subang dan sudah 2,5 tahun di Macau. Dia bilang bekerja di rumah tangga di Macau sangat menyenangkan, pendapatan-nya lumayan, dan juga karena rumah2nya kecil2 sehingga gampang dirawat. Dia bersama pekerja asal Indonesia lain-nya tidak tinggal bersama tuan rumah, melainkan mengontrak sebuah tempat yang digunakan bersama.
Setelah semua siap, kamar sudah dicek ulang, kami semua kumpul di Lobby, sedih meninggalkan Macau yang cantik ini apalagi Fisherman’s Warf, City of Dream, Semenanjung Macau belum sempat kami saksikan. Begitu juga Klapper Tart belum sempat disantap, meski renyah-nya Egg Tart-nya sudah kami nikmati. Rasanya senang di wisata Macau, yang eksotis dan polisi2 berpakaian biru muda dan celana biru tua yang ramah2 ini. Diluar hujan turun dengan deras-nya sementara kami harus segera sampai di Shenzhen sebelum terlalu larut, maklum masih ada agenda Windows of The World dan Splendid China menunggu di Shenzhen. Begitu rintik2 kami segera berjalan dibawah gerimis menuju Bus Stop terdekat ke perlabuhan Ferry untuk menuju Shekou Ferry Terminal di Shenzhen. Di Macau cukup banyak mobil KIA All New Sportage, saya bahkan sempat melihat delapan buah mobil, termasuk dua unit yang berwarna oranye.
Kali ini Ferry-nya lebih bagus dan bernama Xunlong, berbeda dengan Turbo Jet, Xun Long ada pramugari-nya dan cukup kaget melihat pramugari Xunlong yang cantik, tinggi dan semampai. Namun sepertinya tidak banyak yang mereka lakukan hanya berdiri di sebuah bar sambil menatap penumpang. Di dalam ada juga seorang pramugara, sepertinya pengelolaan sumber daya di Ferry Xunlong ini terkesan berlebihan. Tak lama sepertinya Kapten Kapal keluar dan berbicara dengan nada membentak pada pramugara, didepan semua penumpang, caranya berbicara sempat menimbulkan suasana tidak nyaman.
Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/05/inspirasi-dari-hongkong-shenzen-dan_9783.html
Pagi2 saya istri dan adik perempuan-nya segera mencari sarapan, kami berjalan kaki kembali ke Senado Square untuk membeli paket sarapan di pagi hari. Terus berjalan kaki mencoba melewati jalan yang berbeda kembali ke Hotel, eh saat istri berbicara agak keras, seorang wanita bertampang Indonesia menghampiri kami sambil bertanya mau cari apa, setelah kami jelaskan dia mengajak kami ke Rua Dos Mercadores dekat dari Senado Square. Haaaaah ternyata disana ada warung Indonesia bernama Warung Barokha, mulai dari Teh Kotak, Beras Kencur, Kiranti, Indomie, bahkan sampai jajanan seperti Bakwan, Lumpia, Tempe Goreng, Nasi, Ikan Balado, Semur Ati Ampela tersedia disana, ternyata wanita pemiliknya orang Indonesia yang menikah dengan orang Pakistan, sayang seribu sayang kami sudah keburu beli sarapan di McDonald. Si Sulung yang sudah terbayang2 masakan Indonesia hanya bisa menelan air liur membayangkan Nasi Ikan Goreng Sambal Balado ketika saya cerita. Saya yang tergoda tak urung menyantap sepotong tempe goreng tepung dan lumpia, wuihhh rasanya saya tidak sanggup meninggalkan Indonesia lama2.
Istri yang senang sekali diajak ke warung ini ngobrol ngalor ngidul dengan si wanita yang mengantar kami tadi. Ternyata dia berasal dari Subang dan sudah 2,5 tahun di Macau. Dia bilang bekerja di rumah tangga di Macau sangat menyenangkan, pendapatan-nya lumayan, dan juga karena rumah2nya kecil2 sehingga gampang dirawat. Dia bersama pekerja asal Indonesia lain-nya tidak tinggal bersama tuan rumah, melainkan mengontrak sebuah tempat yang digunakan bersama.
Setelah semua siap, kamar sudah dicek ulang, kami semua kumpul di Lobby, sedih meninggalkan Macau yang cantik ini apalagi Fisherman’s Warf, City of Dream, Semenanjung Macau belum sempat kami saksikan. Begitu juga Klapper Tart belum sempat disantap, meski renyah-nya Egg Tart-nya sudah kami nikmati. Rasanya senang di wisata Macau, yang eksotis dan polisi2 berpakaian biru muda dan celana biru tua yang ramah2 ini. Diluar hujan turun dengan deras-nya sementara kami harus segera sampai di Shenzhen sebelum terlalu larut, maklum masih ada agenda Windows of The World dan Splendid China menunggu di Shenzhen. Begitu rintik2 kami segera berjalan dibawah gerimis menuju Bus Stop terdekat ke perlabuhan Ferry untuk menuju Shekou Ferry Terminal di Shenzhen. Di Macau cukup banyak mobil KIA All New Sportage, saya bahkan sempat melihat delapan buah mobil, termasuk dua unit yang berwarna oranye.
Kali ini Ferry-nya lebih bagus dan bernama Xunlong, berbeda dengan Turbo Jet, Xun Long ada pramugari-nya dan cukup kaget melihat pramugari Xunlong yang cantik, tinggi dan semampai. Namun sepertinya tidak banyak yang mereka lakukan hanya berdiri di sebuah bar sambil menatap penumpang. Di dalam ada juga seorang pramugara, sepertinya pengelolaan sumber daya di Ferry Xunlong ini terkesan berlebihan. Tak lama sepertinya Kapten Kapal keluar dan berbicara dengan nada membentak pada pramugara, didepan semua penumpang, caranya berbicara sempat menimbulkan suasana tidak nyaman.
Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/05/inspirasi-dari-hongkong-shenzen-dan_9783.html
No comments:
Post a Comment