Sebenar-nya sih ini cerita sederhana mengenai bagaimana kita menghadapi perubahan. Hemm seperti yang saya simpulkan sendiri mengenai perubahan, saat kita lulus kuliah, kita mulai menerima undangan pernikahan teman, lalu undangan syukuran kehamilan teman atau pasangan-nya, undangan perayaan kelahiran anak teman, undangan khitanan anak teman, berita berpulang-nya orang tua teman atau bahkan orang tua kita sendiri, berita pernikahan anak teman, sd berita meninggal-nya teman atau pasangan-nya satu persatu, lalu akhirnya kita sendiri. Ini contoh yang sadar tidak sadar terjadi disekeliling kita.
Di lain pihak ada yang mengatakan kenapa sih begitu terikat-nya kita dengan materi, padahal sebelum menjadi milik kita, materi tsb adalah milik orang sebelum kita, dan kelak menjadi milik orang setelah kita. Hemm ini pun merupakan bagian dari perubahan yang harus kita sadari.
Lalu kita yang lahir tanpa gigi, penglihatan kabur, tak mampu berjalan, tak mampu mencari makan sendiri, maka setelah dewasa akan kita akan kembali tanpa gigi, kabur penglihatan, kesulitan berjalan dan juga tak mampu mencari makan alias mengandalkan diri pada orang lain.
Intinya dari tiga hal diatas, bahwa hidup ini penuh dengan perubahan, tidak ada yang abadi, suatu masa mungkin apa yang bisa kita lakukan dibutuhkan orang lain, namun kali yang lain mungkin saja sudah ada hal baru yang diterapkan dan tak memerlukan keahlian yang kita miliki, contoh jika ban padat sudah diproduksi maka tidak akan ada profesi tambal ban, jika transaksi digital sudah tersedia, maka orang mungkin tak lagi perlu ke pasar, saat HP menjadi trend maka “pager” tinggal kenangan, dan tadi pagi di televisi, saya melihat beberapa restoran mie hanya ditangani oleh satu orang dan beberapa robot pembuat mie. Si pemilik restoran berkilah dia membayar lebih murah untuk kualitas masak yang dijamin selalu sama.
Cerita ini dibuat oleh Spencer Johnson, pengarang buku, pembicara dan konsultan yang juga terkenal dengan bukunya serial “One Minute” seperti One Minute Mother, One Minute Father, dll. Alih2 menasehati orang dengan kata2 mutiara mengenai perubahan, Johnson membuat cerita lucu yang dibintangi 2 ekor tikus (Sniff dan Scurry) dan 2 kurcaci (Hem dan Haw). Mereka berempat yang tinggal di labirin, suatu saat menemukan persediaan keju yang mereka pikir tidak akan habis, terlena dengan situasi itu, mereka akhirnya sangat “shock” saat mengetahui tak ada yang abadi, dan 2 kurcaci yang merasa dirinya lebih pintar khususnya justru belajar banyak dari tikus, yang tidak mau mempermasalahkan kenapa keju mendadak habis, dan memilih terus mencari persediaan keju baru.
Kadang2 memang lebih baik untuk fokus terus dengan berusaha dibandingkan mempertanyakan, menyesali semua keadaan yang toh sudah terjadi. Untunglah kedua kurcaci akhirnya dapat menyimpulkan strategi untuk menghadapi ketidak pastian masa depan sbb;
Change Happens - They Keep Moving The Cheese
Anticipate Change - Get Ready For The Cheese To Move
Monitor Change - Smell The Cheese Often So You Know When It Is Getting Old
Adapt To Change Quickly - The Quicker You Let Go Of Old Cheese, The Sooner You Can Enjoy New Cheese
Change - Move With The Cheese
Enjoy Change! - Savor The Adventure And Enjoy The Taste Of New Cheese!
Be Ready To Change Quickly And Enjoy It Again - They Keep Moving The Cheese.
Meski topik-nya sederhana, buku banyak membantu orang untuk memahami eksistensi perubahan, dan berani menghadapinya. Tidak aneh kalau buku ini akhirnya diterbitkan dalam 37 bahasa dan terjual nyaris 26 juta eksemplar.
No comments:
Post a Comment