Saat membuka satu sampai dua halaman pertama buku ini cukup kaget dengan gambarnya yang “penyok sana sini” namun karena saya penggemar Wakidjan, ilustrator di buku2 Djoko Lelono, akhirnya saya bisa juga menikmati ilustrasi Abadzis. Berbeda dengan kebanyakan komik yang memang lebih banyak imajinasi pengarang-nya, Laika dibuat dengan riset yang ketat dan lama, bahkan Abadzis berkunjung ke Moskow untuk memberikan gambaran yang lebih akurat. Lambat laun ilustrasi Abadzis semakin mencekam, gambarnya yang suram memberi bobot tersendiri bagi cerita ini.
Siapa Laika (nama aslinya Kudrayavka yang artinya ekor melengkung), dia adalah nama anjing yang dijadikan sebagai tumbal perang dingin antara Rusia yang saat itu dipimpin oleh Nikita Kruschev (sekitar 1950 sd 1960). Menyusul kesuksesan Sputnik I pesawat tanpa awak, Kruschev memutuskan pengiriman Sputnik II dengan hewan sebagai “korban”-nya. Waktu yang dipilih adalah 3/11/1957 ulang tahun ke empat puluh partai komunis sekaligus sebagai tamparan bagi Amerika. Karena penetapan waktu tersebut maka persiapan dilakukan dengan sangat mendadak. Begitulah kalau politik ditempatkan sebagai panglima diatas ilmu pengetahuan. Dan karenanya pula, maka fasilitas pesawat dibuat dengan sangat terbatas dan terburu buru, sehingga hanya dapat dilakukan dengan cara “one way ticket”. Artinya Laika tidak mungkin kembali sebagaimana percobaan dengan anjing pada misi sebelumnya meski memang tidak sampai ke ke ruang angkasa.
Ada beberapa anjing yang dilatih, dengan modul gravitasi (dan dilakukan setiap hari), dikurung dalam ruang sempit (untuk menyesuaikan dengan space di pesawat) , penyisipan berbagai sensor di tubuhnya dengan bedah minor, pakaian khusus, dan makanan jelly yang nyaris semua anjing membencinya. Namun Laika terpilih menjadi juara-nya, dengan kecerdasan, kesabaran diatas rekan2nya plus karakter penurut dan penyayang.
Laika sebenarnya telah menimbulkan rasa kasihan dan “cinta” diantara para pengasuh dan pelatihnya (khususnya Yelena). Bagi orang2 yang dekat dengan Laika dia bahkan lebih terlihat sebagai hubungan bayi dan orang tua-nya. Ketika akhirnya roket menyala dan terbang, hati mereka hancur menyadari bahwa Laika tidak mungkin bisa kembali. Akhirnya Laika hanya bertahan kurang dari lima jam karena roket peluncur tak bisa lepas dari roket puncak, sehingga menimbulkan panas yang tertahankan. Bagaimana sekaratnya Laika dipantau dari ruang pengendali di Bumi. Di saat2 sekarat Laika terpantau berusaha memakan Jelly karena kandungan airnya dapat mengurangi panas yang membakarnya. Namun lagi2 karena kepentingan politik, dikesankan seakan akan Laika berhasil hidup selama empat hari sehingga Sputnik II dianggap berhasil.
Saat roket pendorong Sputnik II terbang, saya teringat komik Tintin episode penjelajahan dan petualangan ke Bulan. Cara Abadzis membagi kotak2 gambarnya sangat menarik dari yang super kecil sampai yang nyaris menutup halaman sehingga memberikan efek yang luar biasa. Meski banyak gambar yang dramatis dan bagus di halaman belakang, anehnya gambar yang dipilih sebagai cover justru sangat biasa.
Berbeda dengan tikus dan kelinci percobaan, kemampuan anjing berkomunikasi memang sering sekali menimbulkan hubungan yang lebih dari sekedar hewan dan manusia. Pada akhirnya bagi saya Laika adalah salah satu komik terbaik yang pernah saya baca. Tidak aneh kalau komik ini memenangkan Esiner Award, salah satu penghargaan tertinggi dalam dunia komik. Riset yang dilakukan, ilustrasi yang misterius, warna2 yang suram (diwarnai oleh Hilary Sycamore) dan mencekam, semuanya menggiring kita pada kesimpulan betapa manusia sering sekali mengabaikan nurani dalam meraih sesuatu.
No comments:
Post a Comment