Blog, ini menggambarkan pendapat saya di bidang musik, film, komik, game dan buku. Semoga menjadi bacaan yang bermanfaat. Tulisan disini awalnya mayoritas merupakan opini pribadi saya dalam berbagai milis yang saya ikuti, meski semakin kesini saya mulai menambahkan hal2 baru dan tidak terkait milis yang saya ikuti. Untuk 2008, saya tambahkan beberapa "Poetry from My Past", semoga bermanfaat, di 2011 saya tambahkan "Inspirasi Hidup", 2012 saya tambahkan "Catatan Ibunda, Ayahanda dan Abang", thx
Wednesday, May 28, 2014
Jalan jalan ke Kepulauan Seribu #5 dari 5 : Pulang
Pagi hari sebelum pulang, kami sempatkan kembali ke Pantai Saung Cemara Kasih, kali ini dengan tujuan berenang. Udara sangat segar setelah hujan semalaman, kami melintasi ilalang yang berbau hujan, menuju pantai. Disini kami berenang sepuasnya, saat pagi hari tak banyak orang yang terlihat, pantai relatif sepi dan air terlihat seperti cermin. Tak lupa kami menikmati lagi-lagi pisang goreng, kelapa muda dan mie instan rebus.
Sekitar jam 08:00 kami tinggalkan pantai, dan menuju penginapan untuk sarapan nasi goreng, lalu kami berkemas kemas menuju pelabuhan meninggalkan Pulau Tidung yang memberikan kenangan akan liburan murah, meriah dan merakyat. Hemm mungkin banyak yang tidak nyaman dengan liburan disini, khususnya yang terbiasa liburan di tempat yang lebih tertata, memang perlu diakui bahwa Pulau Tidung tidak bisa dikatakan sebagai pulau yang bersih, namun bagi saya sekeluarga, wisata perahu, hutan bakau, karang serta ikan dibawah laut, dermaga yang menghubungkan Tidung Besar dan Tidung Kecil, sunrise, sunset, makanan yang nikmat dapat menutupi hal hal yang seharusnya masih bisa dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Sayangnya saya sekeluarga belum sempat menikmati hidangan secara komplit di warung pinggir pantai Café Paradiso, kalau saja jadwal speedboat berangkat lebih sore, kami sudah berencana menikmati makan siang di sana.
Dede mengatakan, di Pulau Tidung nyaris tak terdengar adanya kejahatan, bahkan menaruh sandal dan sepeda di luar rumah, kita sama sekali tak perlu takut kehilangan. Di Pulau ini tak ada mobil, sehingga sepeda merupakan kendaraan yang sangat umum, sementara dan perbandingan sepeda dengan sepeda motor bisa 50:1. Anehnya motor disini jarang yang memiliki plat nomor, dan polisi di sini menurut Dede lebih fokus pada hubungan antara manusia dibanding penertiban surat surat kendaraan. Untuk angkutan digunakan becak motor, yakni kombinasi motor bebek dengan becak, bagi yang jarang naik sepeda papasan dengan mereka di gang-gang sempit bisa jadi mimpi buruk, jadi lebih baik berhenti dan merapat ke pinggir.
Tak terasa dengan diiringi lagu-lagu koor dari ibu-ibu gereja HKBP yang kebetulan satu kapal dengan kami, satu jam kemudian speedboat yang kami tumpangi akhirnya menyentuh dermaga 6 di Marina, Ancol, entah kapan bisa kembali menikmati keindahan gugus Kepulauan Seribu sekaligus merasakan keramahan masyarakatnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment