Pagi-pagi kami langsung menuju Borobudur,
sesuai rencana kami berharap bisa menikmati Sop Ayam Pak Min Klaten, eh sayang
sekali ternyata masih tutup sepagi itu. Lalu kami melanjutkan perjalanan,
beruntung sekali kami kembali menemukan Sop Ayam Pak Min yang lain. Meski
sebagian rombongan merasa dagingnya terlalu alot, buat saya Sop Pak Min tetap
terasa mantap.
Lalu kami langsung melanjutkan perjalanan
menuju Candi Borobudur sekitar 50 km dari Yogya, sampai kira-kira jam 09:00.
Berbeda dengan yang sudah-sudah, kami langsung menuju Bioskop tempat pemutaran
film tentang Borobudur dengan membayar Rp. 5.000 per orang, setelahnya baru menuju candi dengan membayar
Rp. 30.000 per orang. Agar dapat mempercepat perjalanan, kami menggunakan
kereta khusus dengan biaya Rp. 7.500 per orang.
Ibu saya dan mertua adik ipar menunggu di bagian bawah candi, sedangkan
saya dan istri menunggu di pelataran pertama setelah tangga. Sementara seluruh
anggota rombongan sisanya menuju bagian atas.
Namun ketika pulang kami diarahkan ke
lokasi yang berbeda dan harus melintasi pasar souvenir, karena kondisi Ibu saya
dan mertua adik yang sudah 70 tahun keatas, kami mencoba berbicara dengan
petugas, yang akhirnya mengizinkan kami melewati jalan pintas kembali lewat
jalan masuk.
Dari candi karena memang sudah menjelang
siang, kami langsung menuju tempat makan di Bale Kambang. Resto Bale Kambang
berjarak sekitar 7 km dari Candi. Kami memilih makan dibagian lembah di sisi
kiri restoran, dipinggir kolam ikan dan kumpulan pondok-pondok bambu. Setelah
memuaskan lapar dan dahaga, kami melanjutkan perjalanan ke Kraton Yogya.
Namun jalanan cukup padat, terpaksa Pak
Aan memutar lewat Sleman, namun hikmahnya kami sempat melewati Bengkel
Kupu-Kupu Malam yang tersohor dengan modifikasi mobil Tucuxi karya Danet
Suryatama. Saat itu suasana bis kami pelan-pelan mulai terasa menghangat, lalu
memanas, yang lelaki membuka pakaian
luar karena panasnya mobil. Terlambat sampai di Kraton Yogya, kami akhirnya cuma
menumpang shalat dan istirahat. Seluruh keluarga besar klinik nampak terlihat
sangat letih, kehausan dan lemas.
Dari sini kamu menuju Bakpia Pathuk 25 untuk membeli oleh-oleh. Sebagian rombongan memilih masuk ke gang-gang disekitar Bakpia Pathuk 25, karena ternyata dibagian belakang banyak terdapat sentra kerajinan makanan khas Yogya dengan harga miring. Nampak wajah-wajah bahagia, dan bahkan setelah meletakkan belanjaan di bis, sebagian memilih kembali untuk belanja oleh-oleh lagi.
Dari sini kamu menuju Bakpia Pathuk 25 untuk membeli oleh-oleh. Sebagian rombongan memilih masuk ke gang-gang disekitar Bakpia Pathuk 25, karena ternyata dibagian belakang banyak terdapat sentra kerajinan makanan khas Yogya dengan harga miring. Nampak wajah-wajah bahagia, dan bahkan setelah meletakkan belanjaan di bis, sebagian memilih kembali untuk belanja oleh-oleh lagi.
Lalu kami kembali belanja di Malioboro, sambil
menunggu istri belanja oleh-oleh, saya dan Si Bungsu menikmati onde-onde dan
lumpia diseberang Mirotta. Makan lumpia disini mengingatkan saya akan gerobak
lumpia di dekat Hotel Mutiara (ada juga yang menyebutnya Lumpia Samijaya karena
berada persis depan Toko Samijaya), makan dua potong lumpia panas ini sungguh
sangat nikmat apalagi kalau dengan Teh Botol dingin, penat, lelah dan lapar
langsung terobati.
No comments:
Post a Comment